Anda di halaman 1dari 10

SINTESIS NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe3O4) SECARA

ELEKTROKIMIA DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENYERAP Pb(II)


Eka Nuril Susilowati1, Fauziatul Fajaroh1, Surjani Wonorahardjo1
1
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: nurileka99@yahoo.com; fau_kim_um@yahoo.co.id;
s_wonorahardjo@yahoo.com
ABSTRAK: Nanopartikel Magnetit adalah oksida besi yang banyak
dimanfaatkan di berbagai bidang, salah satunya adalah sebagai penyerap logam
berat. Fokus penelitian adalah sintesis nanopartikel Magnetit secara elektrokimia
dengan cara elektro-oksidasi besi dalam air demineralisasi pada voltase 30, 50,
dan 70 V yang diaplikasikan sebagai adsorpsi ion Pb(II). Hasil penelitian
diperoleh nanopartikel Magnetit dengan ukuran berkisar 21,14-41,37 nm. Kondisi
optimum persentase Pb(II) teradsorpsi diperoleh pada pH 7, waktu pengadukan
30 menit dan konsentrasi 10 mg/L sebesar 85,46%.
Kata-kata kunci: nanopartikel, Magnetit, elektrokimia, adsorpsi, Pb(II)
ABSTRACT: Magnetite nanoparticle is the metal oxides are widely be exploited
in any application, one as adsorbent of heavy metals. Focus of the research are
synthesis of Magnetite nanoparticles by electrochemical with electro-oxidation
way iron in demineralized water with the various voltage 30, 50 and 70 V was
applicated as adsorption of Pb(II) ion. The results showed that the Magnetite
nanoparticle with sizes ranging between 21,14-41,37 nm. Optimum condition the
percentage of Pb(II) ion adsorpted was obtained at pH 7, agitation times of 30
minutes, and concentration of 10 mg/L respectively by 85,46%.
Key words: nanoparticle, Magnetite, electrochemical, adsorption, Pb(II)

Magnetit (Fe3O4) merupakan salah satu oksida besi selain maghemit (Fe2O3) dan hematit (-Fe2O3) yang menunjukkan kemagnetan paling kuat di
antara oksida-oksida besi yang lain sehingga banyak dimanfaatkan di berbagai
bidang (Teja & Koh, 2009). Magnetit menunjukkan manfaat yang semakin luas
dengan sifat kemagnetan yang kuat dan dalam skala nanometer, salah satunya
adalah sebagai pengikat logam berat yang terkandung dalam air limbah. Daya
serapnya yang besar terhadap logam didukung oleh luas permukaannya yang
besar serta kemampuan merespons medan magnet sehingga memudahkan proses
pemisahan adsorben dari larutan.
Sintesis nanopartikel Magnetit telah dikembangkan dengan berbagai
metode, baik konvensional (seperti kopresipitasi) maupun inovatif (misalnya solgel, hidrotermal, dan elektrokimia) (Fajaroh dkk., 2009). Metode elektrokimia
adalah metode yang berbasis elektro-oksidasi besi dalam air demineralisasi
menggunakan rapat arus rendah (sekitar 400 A/cm2 yang dihasilkan oleh
penerapan voltase 20 V) diperoleh nanopartikel Magnetit di daerah anode setelah
12 jam dengan ukuran rata-rata 18,5 nm (Fajaroh dkk., 2012). Metode ini
menawarkan kemudahan dalam mengontrol ukuran partikel melalui pengaturan
parameter seperti voltase/rapat arus, kondisi elektrolit, dan jarak antar elektrode.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri,
selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, salah satunya
adalah limbah yang dihasilkan berupa limbah logam berat. Timbal (Pb)

merupakan salah satu logam berat yang dihasilkan dari proses industri baterai,
industri bahan bakar, industri kabel, dan industri kimia yang menggunakan bahan
pewarna. Penyerapan Pb oleh tubuh dalam jumlah sedikit sangat membahayakan
karena sangat beracun dan tidak terbiodegradasi (Darmono, 2001). Melihat
dampak yang ditimbulkan tersebut, maka limbah yang mengandung Pb(II) harus
diolah sedemikian rupa sampai diperoleh limbah yang memenuhi standar kualitas
lingkungan dengan metode adsorpsi.
Metode adsorpsi adalah salah satu metode alternatif yang dapat diandalkan
karena prosesnya yang relatif sederhana, dapat bekerja pada konsentrasi rendah,
dapat didaur ulang, dan memerlukan biaya yang relatif murah (Wang dkk., 2008).
Salah satu material yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai
adsorben adalah nanopartikel Magnetit (Pang dkk., 2007).
Pada penelitian dilakukan pembuatan nanopartikel Magnetit secara
elektrokimia dengan voltase tinggi dan aplikasinya sebagai penyerap Pb(II).
Diharapkan dengan metode elektrokimia pada voltase yang tinggi maka
dihasilkan Magnetit dengan kristalinitas yang baik dengan ukuran yang halus serta
sifat magnet yang kuat, sehingga akan memiliki kemampuan penyerapan yang
baik terhadap ion logam berat Pb(II) dan mudah dipisahkan dengan menggunakan
bantuan medan magnet.
Metode Penelitian
1. Pelapisan Elektrode Besi melalui Elektroplating
Proses pelapisan besi melalui elektroplating pada bejana kaca berukuran
10 x 12 x 16 cm dengan 500 mL larutan FeSO4 0,02 M sebagai elektrolit.
Elektroplating besi menggunakan metode penelitian yang telah dilakukan Fajaroh
dkk. (2012) dengan variasi konsentrasi dan rapat arus yang berbeda. Lempeng besi
yang akan dilapisi ditempatkan sebagai katode sedangkan anodenya dipakai
elektrode inert yaitu karbon. Proses pelapisan besi dilakukan pada rapat arus
0,016 A/cm2 selama 3 jam.
2.

Sintesis Nanopartikel Magnetit secara Elektrokimia


Langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun rangkaian alat seperti
tampak pada Gambar 1. Proses sintesis menggunakan metode penelitian yang
telah dilakukan Fajaroh dkk. (2012) dengan variasi voltase dan waktu sintesis
yang berbeda. Bejana kaca diisi dengan 500 mL air demineralisasi pH 7. Lempeng
besi hasil elektroplating sebagai anode dan lempeng besi komersial sebagai
katode. Arus listrik dialirkan dari power supply DC selama 3 jam sesuai dengan
parameter yang ditetapkan, meliputi variasi voltase 30, 50, dan 70 V, jarak antar
elektrode 2 cm. Pada akhir sintesis, produk yang dihasilkan berupa Fe3O4
dipisahkan, disaring menggunakan kertas saring Whattman No. 41 dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60C selama 30 menit.
3.

Karakterisasi Produk
Produk yang telah kering diamati warna dan dikarakterisasi dengan X-Ray
Diffraction (XRD) untuk identifikasi fasa, Fourier Transform InfraRed (FTIR)
untuk identifikasi jenis ikatan, Brunauer-Emmet-Taller (BET) untuk menentukan
diameter partikel rata-rata, dan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk
mendeskripsikan morfologi, rerata ukuran, dan distribusi ukuran partikel.

Power supply
multimeter

- +

Elektrode besi
komersial
Bejana kaca

Elektrode besi
hasil
elektroplating

Air demineralisasi

Gambar 1 Skema Alat Elektro-oksidasi Besi

4.
a.

Adsorpsi Pb(II) dengan Nanopartikel Magnetit


Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi pH
Nanopartikel Magnetit hasil sintesis pada voltase 30 V sebanyak 0,05 g
dimasukkan ke dalam 25 mL larutan Pb(II) dengan konsentrasi 10 mg/L dengan
variasi pH 2, 5, 7 dan 9. Pengaturan pH larutan menggunakan HNO3 dan NaOH
0,01 M. Kemudian larutan dikocok dengan shaker pada kecepatan 250 rpm
selama 120 menit. Larutan disentrifuge pada 1500 rpm selama 30 menit untuk
memisahkan supernatan dengan adsorben. Selanjutnya supernatan ditentukan
kadar Pb(II) dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer)
pada = 283,3 nm. Proses adsorpsi menggunakan metode penelitian yang telah
dilakukan Amin dkk. (2010).
b. Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi Waktu
Pengadukan
Nanopartikel Magnetit hasil sintesis pada voltase 30 V sebanyak 0,05 g
dimasukkan ke dalam 25 mL larutan Pb(II) dengan konsentrasi 10 mg/L dengan
pH 7. Kemudian larutan dikocok dengan shaker pada kecepatan 250 rpm selama
10, 30, 60, 120, dan 150 menit. Larutan disentrifuge pada 1500 rpm selama 30
menit untuk memisahkan supernatan dengan adsorben. Selanjutnya supernatan
ditentukan kadar Pb(II) dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometer) pada = 283,3 nm.
c.

Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi Konsentrasi


Nanopartikel Magnetit hasil sintesis pada voltase 30 V sebanyak 0,05 g
dimasukkan ke dalam 25 mL larutan Pb(II) variasi konsentrasi 5, 10, 25, 50, dan
100 mg/L pada pH optimum. Kemudian larutan dikocok dengan shaker pada
kecepatan 250 rpm selama 30 menit. Larutan disentrifuge pada 1500 rpm selama
30 menit untuk memisahkan supernatan dengan adsorben. Selanjutnya supernatan

ditentukan kadar Pb(II) dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption


Spectrophotometer) pada = 283,3 nm.
Hasil dan Pembahasan
Produk hasil elektro-oksidasi berupa serbuk berwarna hitam (seperti pada
Gambar 2), dapat ditarik magnet, larut dalam asam dan tidak larut dalam basa.

Gambar 2 Serbuk Magnetit Hasil Sintesis

Reaksi pembentukan Magnetit diawali dengan oksidasi besi sebagai anode


menjadi ion Fe2+ dan melepaskan elektron. Air di permukaan anode juga akan
teroksidasi menjadi O2 dan melepaskan H+ Kemudian ion Fe2+ bereaksi dengan
ion hidroksida hasil reduksi air demineralisasi membentuk Fe(OH)2. Selanjutnya,
Fe(OH)2 bereaksi dengan O2 dari oksigen yang terlarut juga berasal dari reaksi
oksidasi air dan dari udara yang terlarut dalam elektrolit membentuk FeOOH di
sekitar anode. Pembentukan FeOOH dapat diamati dengan terjadinya perubahan
warna larutan dari tidak berwarna menjadi coklat kemerahan. Selanjutnya
Fe(OH)2 dan FeOOH yakan bereaksi membentuk Magnetit, pembentukan Fe3O4
ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi hitam dan keruh. Secara
ringkas mekanisme sintesis Fe3O4 secara elektrokimia yang diusulkan adalah
(Fajaroh dkk., 2012):
(1) Fe (s) Fe2+ + 2e(2) Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
(3) 3Fe(OH)2 + O2 Fe(OH)2 + 2FeOOH + H2O
(4) Fe(OH)2 + 2FeOOH Fe3O4 + 2H2O
Variabel bebas yang digunakan dalam proses elektro-oksidasi adalah
voltase. Parameter ini diduga mempengaruhi ukuran, sifat kemagnetan dan laju
pembentukan nanopartikel Magnetit. Makin besar voltase, makin besar laju reaksi
yang terjadi pada proses elektro-oksidasi.
Analisis XRD
Analisis XRD yang dilakukan untuk mengidentifikasi fasa suatu produk
elektro-oksidasi dengan mengacu pada pola puncak standar difraksi sinar X untuk
Fe3O4. Hasil yang didapatkan disajikan pada Gambar 3.
Dari Gambar tersebut tampak bahwa ada tujuh puncak khas Magnetit yang
bersesuaian antara sudut 25 hingga 65 antara pola XRD Fe3O4 hasil sintesis
dengan pola XRD standar dari Fe3O4 (JCPDS card no. 01-071-6336), yaitu pada
sudut-sudut 30,5; 35,9; 37,0; 43,5; 53,6; 57.3; dan 63,1. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa Magnetit telah berhasil disintesis.

Gambar 3 Pola XRD Fe3O4 Hasil Sintesis

Analisis FTIR
Identifikasi jenis ikatan pada hasil sintesis bertujuan untuk mengetahui
puncak khas dari suatu ikatan kimia pada partikel hasil sintesis. Identifikasi jenis
ikatan dilakukan menggunakan FTIR. Hasil analisis FTIR pada sampel dengan
voltase 50 V ditunjukkan oleh Gambar 5.
Daerah serapan FTIR pada senyawa Magnetit hasil sintesis ditunjukkan
dengan adanya puncak-puncak vibrasi pada daerah 416,62 cm-1 dan 547,78 cm-1.
Serapan pada daerah ini menunjukkan bahwa terdapat ikatan gugus logam dengan
oksigen yaitu ikatan Fe-O dari Fe3O4 yang terbentuk. Pada daerah 3000-3600 cm-1
menunjukkan adanya gugus OH dari air.

Gambar 5 Spektrum Fe3O4 Hasil Sintesis

Analisis BET
Penentuan diameter partikel rata-rata Magnetit yang dihasilkan dari
sintesis secara elektrokimia dilakukan dengan mengukur luas permukaan spesifik
menggunakan metode BET. Setelah luas permukaan spesifik didapatkan, dihitung
diameter masing-masing sampel dengan rumus sebagai berikut:

Densitas ( ) Magnetit adalah 5,18 g/cm3, sehingga didapatkan diameter partikel


rata-rata masing-masing sampel.
Tabel 1 Data luas Permukaan Spesifik dan Diameter Partikel Magnetit Hasil Sinteis
Voltase
(V)

Luas Permukaan
(m2/g)

Diameter Partikel Rata-rata


(nm)

30

54,786

21,14

70

27,997

41,37

Pada Tabel 1 terlihat bahwa Magnetit hasil sintesis voltase 30 V


menghasilkan diameter partikel yang lebih kecil daripada 70 V. Makin besar
voltase yang digunakan maka diameter partikel rata-rata Magnetit yang dihasilkan
makin besar. Voltase makin besar maka reaksi lebih cepat berlangsung karena
difusivitas masing-masing ion meningkat jika voltase meningkat, dimana voltase
berbanding lurus dengan rapat arus. Perjalanan ion-ion makin cepat seiring
dengan naiknya voltase sehingga mempercepat terjadi reaksi maka pembentukan
partikel makin cepat dan diamter partikel makin besar.
Analisis SEM
Analisis morfologi dan ukuran partikel dilakukan dengan SEM. Pada foto
SEM tampak bahwa nanopartikel Fe3O4 yang disintesis pada voltase 50 V
menunjukkan morfologi sferik, masih teraglomerasi dan diperoleh ukuran
partikel Magnetit sekitar 26,23-37,88 nm.

Gambar 6 Foto SEM Magnetit Hasil Sintesis Pada Voltase 50 V dengan Perbesaran 100.000x

Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi pH


pH merupakan parameter yang dapat mempengaruhi persentase Pb(II)
teradsorpsi. Persentase Pb(II) teradsorpsi rendah pada pH < 7. Hal ini
diperkirakan karena dalam suasana asam, dimungkinkan Magnetit akan larut

Persentase Pb(II) Teradsorpsi (%)

sehingga persentase ion logam yang terserap juga rendah. Selain itu, pada pH
rendah permukaan Magnetit akan bermuatan positif yang disebabkan oleh
banyaknya H+ yang berasal dari HNO3, sehingga terjadi tolak-menolak antara
permukaan Magnetit dengan ion Pb(II). Dengan kata lain terjadi kompetisi antara
ion H+ dan ion Pb(II) dalam berinteraksi dengan sisi aktif yang dimiliki Magnetit
sebagai adsorben, sehingga persentase teradsorpsi menjadi rendah.
Pada pH netral, persentase teradsorpsi Pb(II) mencapai kondisi optimum.
Persentase optimum ini tercapai karena pada pH netral terjadi keadaan
kesetimbangan antara laju adsorpsi dengan desorpsi Magnetit sebagai adsorben
dengan larutan Pb(II) sebagai adsorbat, sehingga proses penyerapan ion Pb(II)
berada pada kondisi optimum.
Pada pH > 7 terjadi penurunan persentase Pb(II) teradsorpsi yang
diperkirakan akibat meningkatnya konsentrasi ion OH-. Ion OH- dalam larutan
yang semakin banyak cenderung berikatan dengan Pb(II) membentuk endapan
Pb(OH)2 berwana putih, endapan Pb(II) dapat diamati pada dasar Erlenmeyer,
sehingga interaksi ion Pb(II) dengan atom O pada gugus hidroksil terganggu dan
ion Pb(II) yang dapat diserap Magnetit berkurang.
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0

10

pH

Gambar 7 Kurva Pengaruh pH terhadap Persentase Pb(II) Teradsorpsi

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa Persentase Pb(II) teradsorpsi


mengalami kenaikan pada pH 2, 5, dan 7 sebesar 19,34%, 22,94%, dan 65,95%.
Sedangkan pada pH 9 mengalami penurunan persentase teradsorpsi yaitu sebesar
62,55%
Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi Waktu
Pengadukan
Variasi waktu pengadukan antara nanopartikel Magnetit dengan ion logam
Pb(II) ditujukan untuk melihat lamanya kontak antara adsorben dengan adsorbat
dalam hal kemampuan nanopartikel Magnetit secara maksimal menyerap ion
logam Pb(II). Pada Gambar 8 terlihat bahwa persentase Pb(II) teradsorpsi
meningkat dan menurun seiring dengan bertambahnya waktu pengadukan. Hal ini
terjadi karena peningkatan waktu pengadukan dapat dianggap sebagai proses
ketidakstabilan pada permukaan adsorben.

Persentase Pb(II) Teradsorpsi (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0

50

100

150

200

Waktu Pengadukan (menit)

Gambar 8 Kurva Pengaruh Waktu Pengadukan terhadap Persentase Pb(II) Teradsorpsi

Peningkatan proses penyerapan terjadi sampai waktu pengadukan 30 menit


sebesar 82,14%. Pada saat itu nanopartikel Magnetit sudah mencapai
kesetimbangan antara laju adsorpsi dengan desorpsi. Pada waktu pengadukan
60 menit dan waktu pengadukan berikutnya, persentase Pb(II) teradsorpsi
mengalami penurunan karena ikatan antar gugus yang terdapat dalam adsorben
dengan ion logam makin melemah dan akhirnya lepas kembali ke dalam larutan.
Sehingga hanya gugus yang berikatan kuat dengan adsorben saja yang masih
dapat berikatan atau sering disebut proses desorpsi. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa waktu pengadukan optimum penyerapan nanopartikel
Magnetit terhadap ion logam Pb(II) adalah 30 menit.
Penentuan Persentase Pb(II) Teradsorpsi terhadap Variasi Konsentrasi
Konsentrasi ion logam berhubungan dengan jumlah sisi aktif yang terdapat
pada permukaan Magnetit, bila jumlah sisi aktif cukup besar dibanding jumlah ion
logam maka persentase teradsorpsi akan tinggi sampai pada jumlah sisi aktif sama
dengan ion logam. Namun pada kondisi tertentu persentase teradsorpsi akan
konstan bahkan terjadi penurunan karena telah terjadi kejenuhan pada material
penyerap akibat kontak antara Magnetit sebagai adsorben dan larutan Pb(II)
sebagai adsorbat yang telah mengalami kesetimbangan.
Pada Gambar 9 dapat diamati bahwa pada konsentrasi Pb(II) 5 mg/L,
persentase Pb(II) teradsorpsi sebesar 66,17%, sedangkan pada konsentrasi
10 mg/L terjadi kondisi optimum adsorpsi nanopartikel Magnetit terhadap ion
Pb(II) dengan persentase Pb(II) teradsorpsi sebesar 85,46%. Persentase Pb(II)
teradsorpsi mengalami penurunan pada konsentrasi 25, 50, dan 100 mg/L sebesar
44,71%, 29,96%, dan 27,74%.

Persentase Pb(II) Teradsorpsi (%)

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0

20

40

60

80

100

120

Konsentrasi Pb(II) (mg/L)

Gambar 9 Kurva Pengaruh Konsentrasi terhadap Persentase Pb(II) Teradsorpsi

Meningkatnya konsentrasi larutan Pb(II) diikuti oleh penurunan persentase


Pb(II) teradsorpsi. Hal ini karena Magnetit sebagai adsorben mempunyai jumlah
situs aktif yang terbatas sehingga daya adsorpsi nanopartikel Magnetit terhadap
ion Pb(II) sudah mencapai kejenuhan dan terjadi desorpsi sehingga persentase
teradsorpsi akan menurun. Selain itu, terjadi superdifusi (gerakan pelarut yang
sangat cepat) karena adanya pengaruh dari gaya tarik permukaan dan gerakan
random tiap molekul. Superdifusi partikel-partikel adsorbat pada permukaan dapat
menghalangi partikel adsorbat yang lain untuk berinteraksi dengan permukaan
adsorben karena terjadinya tumbukan akibat konsentrasi yang besar. Tumbukan
ini akan menyebabkan partikel adsorbat yang menempel pada permukaan
adsorben dapat mengalami desorpsi (Kimmich, 2002). Sehingga pada konsentrasi
lebih dari 10 mg/L, penyerapan ion Pb(II) mengalami penurunan.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) nanopartikel
Magnetit dapat disintesis dengan cara elektro-oksidasi besi dalam air
demineralisasi dengan penerapan voltase 30, 50, dan 70 V. (2) Hasil analisis BET
menunjukkan bahwa partikel Magnetit memiliki ukuran rata-rata partikel antara
21,14-41,37 nm. Dari hasil SEM tampak bahwa nanopartikel Magnetit yang
dihasilkan bermorfologi sferik (bola) dan masih teraglomerasi. (3) nanopartikel
Daya adsorpsi nanopartikel Magnetit terhadap Pb(II) dipengaruhi oleh pH, waktu
pengadukan dan konsentrasi ion Pb(II). Persentase Pb(II) teradsorpsi mencapai
optimal sebesar 85,46% pada pH 7 dengan waktu pengadukan 30 menit dan
konsentrasi awal ion Pb(II) 10 mg/L.
2. Saran
Melakukan penelitian sintesis nanopartikel Magnetit dengan variasi waktu
elektro-oksidasi. Mengembangkan penelitian yang difokuskan pada usaha
mencegah adanya agglomerasi dengan cara memodifikasi larutan elektrolit.
Melakukan penelitian tentang adsorpsi dengan nanopartikel Magnetit lebih lanjut
dengan mengganti logam berat lain, dengan memvariasi temperatur, memvariasi

10

waktu pengadukan pada rentang yang lebih sempit antara 0 hingga 30 menit, dan
melihat penggunaan ulang nanopartikel Magnetit sebagai adsorben. Mengingat
besarnya penyerapan nanopartikel Magnetit pada logam Pb(II).
DAFTAR RUJUKAN
Amin, M.H., Khodabakhshi, A., Mozafari, M., Bina, B. & Kheiri, S. 2010.
Removal of Cr(VI) from Simulated Electroplating Wastewater by
Magnetite Nanoparticles. Environmental Engineering and Management
Journal, 9 (7): 921-927.
Darmono. 2001. Logam dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI-Press.
Fajaroh, F., Setyawan, H., Winardi, S., Widyastuti, W., Raharjo, W. & Sentosa, E.
2009. Sintesis Nanopartikel Magnetite dengan Metode Elektrokimia
Sederhana. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, 2009: 22-25.
Fajaroh, F., Setyawan, H., Widiyastuti, W. & Winardi, S. 2012. Synthesis of
Magnetite Nanoparticles by Surfactant-Free Electrochemical Method in an
Aqueous System. Advanced Powder Technology, 2012 (23): 328-333.
Kimmich, R. 2002. Strange Kinetics, Porous Media, and NMR. Chemical Physics,
2002 (284): 253-285.
Pang, K.M., Ng, S., Chung, W.K. & Wong, P.K. 2007. Removal of
Pentachlorophenol by Adsorption on Magnetite-Immobilized Chitin. Water
Air Soil Pollut, 2007 (183): 355-365.
Teja, A.S. & Koh, P. 2009. Synthesis, Properties, and Application of Magnetic
Iron Oxide Nanoparticles. Progress in Crystal Growth and
Characterization of Materials, 2009 (55): 22-45.
Wang, S., Terdkiatburana, T. & Tade, M.O. 2008. Adsorption of Cu(II), Pb(II)
and Humic Acid on Natural Zeolite Tuff in Single and Binary Systems.
Separation and Purification Technology, 2008 (62): 64-70.

Anda mungkin juga menyukai