Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

ANALISIS KASUS PASIEN AKUT MYELOID LEUKEMIA (AML)


MENGGUNAKAN PENERAPAN TEORI PEACEFUL END OF LIFE
DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA
Achmad Fauji, Agung Waluyo, Riri Maria
Program Pendidikan Spesialis Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan

Abstrak
Analisis kasus ini merupakan bagian dari karya ilmiah akhir selama program praktik residensi
keperawatan medikal bedah di RSKD. Tn. EG (31 tahnun) diagnosa medis Akut myeloid

Leukemia (AML M4), post kemoterapi LAM VIII hari ke-7. Keluhan utama: pusing, mual,
muntah, sesak nafas, cepat lelah. diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien yaitu:
nyeri kronik, gangguan membran mukosa oral, risiko gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, risiko infeksi, risiko perdarahan, dan tidak efektif
manajemen kesehatan diriResume keperawatan pada 30 pasien dengan masalah keperawatan
terbanyak adalah nyeri (70%), nausea (57%), fatigue (50%) dan cemas (40%).Tidak semua kondisi
pasien keganasan khususnya leukemia dapat menggunakan teori Peaceful EOL dalam
pemberian asuhan keperawatan, umumnya kondisi pasien yang lebih tepat menggunakan
pendekatan teori Peaceful EOL adalah pasien yang mengalami myelosupresi, pasien yang
mengalami komplikasi seperti perdarahan, dengan diagnosa sekunder yang dapat
memperberat keadaan.
Kata kunci: Akut Myeloid Leukemia, asuhan keperawatan, neutropenia, teori peaceful end of life
(EOL).

Pendahuluan
Leukemia
merupakan
kelompok
keganasan yang terjadi pada sistem
hematologi akibat defek atau kelainan
pada stem sel sehingga mengakibatkan
abnormalitas pada produksi sel darah
merah, neutropil serta trombosit (Ciesla,
2007). Angka kejadian leukemia di dunia
pada laki-laki berada di urutan kesembilan
dari angka kejadian kanker dengan angka
kejadian sebesar 195.900, sedangkan
kejadian leukemia tidak ditemukan pada
perempuan. Angka kematian akibat kanker
di dunia terutama yang disebabkan oleh
leukemia pada laki-laki menempati urutan
ketujuh
(143.700
kejadian),
pada
perempuan menempati urutan kesembilan
dengan
angka
kematian
113.800

(GLOBOCAN, 2008). Angka kejadian


kasus baru kanker di negara maju tidak
ditemukan adanya kasus baru leukemia,
namun angka kematian akibat leukemia
pada laki-laki menempati posisi kedelapan
dengan angka kejadian 48.600 dan pada
perempuan menempati posisi ketujuh
dengan angka kematian 38.700. Angka
kejadian kasus baru kanker di negara
berkembang sedikit berbeda dengan di
negara maju, dimana didapatkan kejadian
kasus baru leukemia pada laki-laki
sebebsar 116.500 dan pada perempuan
93.400 sedangkan angka kematian
leukemia pada laki-laki adalah 95.100 dan
pada perempuan 75.100 (GLOBOCAN,
2008). Indonesia sebagai salah satu negera
berkembang juga memiliki permasalahan
angka kejadian leukemia yang cukup

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

tinggi yaitu menempati posisi ketiga


penyebab kematian akibat penyakit non
infeksi dengan proporsi kejadian leukemia
10,4% (Kemenkes, 2010).
Leukemia secara umum diklasifikasikan
menurut stem cells yang terlibat baik
lymphpoid
maupun myeloid, juga
diklasifikasikan sebagai leukemia akut
maupun leukemia kronik berdasarkan
perjalanan penyakit, dimulai dari gejala
muncul sampai fase perkembangan sel
dihentikan. Gejala leukemia kronik
berkembang dalam hitungan bulan sampai
tahunan serta umumnya ditemukan lebih
banyak sel leukosit matur, sedangkan pada
leukemia akut gejala terjadi secara tibatiba perkembangan sel terhenti pada fase
blast sehingga kebanyakan berisi sel
undifferentiated atau sel blast (Casciato &
Territo, 2009). Salah satu kejadian
leukemia akut adalah akut myeloid
leukemia (AML). Data yang didapatkan
dari Rumah Sakit Kanker Dharmais
periode Januari sampai Maret 2013
terdapat 41 kasus AML dari total 203
pasien yang datang dengan keganasan
sistem hematologi. AML dapat terjadi
pada setiap kelompok usia, angka kejadian
meningkat seiring pertambahan usia
dengan angka kejadian tertinggi pada
kelompok usia 60 tahun, akan tetapi pasien
kelompok usia lebih tua memiliki
prognosa yang buruk dibandingkan usia
muda. Kematian yang terjadi pada pasien
AML umumnya disebabkan adanya infeksi
atau akibat perdarahan. Tanda dan gejala
AML berkembang akibat insufisiensi
prouksi sel darah normal. Perdarahan
terjadi karena trombositopenia, kelemahan
disebabkan anemia, serta demam dan
infeksi akibat neutropenia (Ciesla, 2007).
Hal ini juga disampaikan oleh Crawford,
Dale, dan Lyman (2003) bahwa pasien

dengan neutropenia memiliki resiko yang


lebih besar terhadap infeksi.Berbagai
keluhan dan gejala fisik yang dialami
pasien baik anemia, perdarahan, dan
neutropenia serta tahapan pengobatan yang
harus dijalani membutuhkan perawatan di
rumah sakit.
Selama menjalani perawatan, pasien dapat
mengalami berbagai masalah keperawatan.
Masalah-masalah keperawatan tersebut
hanya
bisa
diselesaikan
dengan
menggunakan
pendekatan
proses
keperawatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi
masalah keperawatan yang dialami pasien
baik aktual maupun potensial. Proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien
dilakukan dalam rangka meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan
dengan
menerapkan standar asuhan keperawatan
serta melakukan peran perawat spesialis.
Selama melakukan asuhan keperawatan
pada pasien keganasan, diaplikasikan teori
keperawatan. Teori yang tepat dan dapat
diterapkan pada pasien Akut myeloid
leukemia
(AML)
harusnya
dapat
memaksimalkan kualitas hidup pasien
terutama
pada
saat
mengalami
myelosupresi, karena pada keadaan
myelosupresi terjadi penurunan kualitas
hidup pasien seperti badan terasa pegal dan
sakit, demam, lemas dan pusing. Melalui
teori Peaceful EOL perawat diharapkan
berperan
dalam
memaksimalkan
perawatan dan pengobatan melalui
penggunaan teknologi secara bijak dan
memberikan intervensi yang meningkatkan
kenyamanan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan tercapainya kematian yang
tenang dan damai (Tomey & Alligood,
2006). Penerapan asuhan keperawatan
dengan menggunakan teori peaceful End

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

of Life merupakan salah satu upaya untuk


memberikan kenyamanan, penggunaan
teknologi secara bijak untuk meningkatkan
kualitas hidup pada pasien keganasan yang
dituangkan penulis dalam bentuk laporan
dengan judul Analisis Kasus Pasien Akut
Myeloid Leukemia (AML) Menggunakan
Penerapan Teori Peaceful End Of Life Di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

Analisa Kasus
Tn E G (31 tahun), belum menikah
golongan darah A dirawat di RSKD sejak
20 Maret 2013 dengan diagnosa medis
Akut myeloid Leukemia (AML M4), No
RM 14 87 93. Pengkajian keperawatan
dilakukan tanggal 8 april 2013. Klien post
kemoterapi LAM VIII hari ke-7. Keluhan
utama: pusing, mual, muntah, sesak nafas,
cepat lelah. Riwayat penyakit saat ini:
klien sebelumnya pernah dirawat di RSKD
pada awal 2013 dan pernah mendapat
kemoterapi LAM VIII dan dinyatakan
remisi pada tanggal 19 Maret 2013.
Riwayat penyakit sebelumnya: klien sering
mengeluh demam dan pusing, tidak ada
gusi berdarah dan epistaksis, demam turun
naik berobat ke dokter dan disangka
demam thyfoid, namun setelah menjalani
pengobatan tidak kunjung sembuh klien
berobat ke RS di rumah sakit dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan didiagnosa
leukemia, kemudian klien minta dirujuk
untuk dirawat di RS Kanker Dharmais
dengan alasan dekat dengan rumah. Hasil
pemeriksaan analisa sumsum tulang tgl 16
januari kesan AML-M4, gambaran darah
tepi peningkatan leukosit dengan jumlah se
blast 44%, terjadi penurunan jumlah
trombosit. Faktor resiko pada pasien
adalah perokok aktif sejak SMTA kelas 1
sehari habis 1 2 bungkus rokok, namun
sejak sakit (tahun 2013) klien sudah tidak

merokok lagi, walau kadang dirumah klien


mengaku secara diam-diam masih
merokok sebatang atau lebih namun tidak
sampai bungkus rokok dalam sehari.
Aspek Bebas Nyeri
Tn. EG mengeluh nyeri pada mulut, hasil
pemeriksaan fisik terdapat mukositis
derajat 2 berwarna merah, terasa nyeri, dan
terdapat lecet. Nyeri dirasakan skala 5 dari
10, klien mengatakan nyeri saat berbicara,
makan dan minum. Nyeri timbul secara
persisten, tidak menyebar, dan berkurang
setelah diberikan anti jamur (Nystatin).
Nyeri yang dirasakan tajam, perih dan
lokasinya jelas yaitu rongga mulut. Klien
memiliki riwayat pengobatan kanker yaitu
dengan kemoterapi hari ke-7, tidak ada
riwayat
metastasis.
Tindakan
non
farmakologis adalah menganjurkan klien
untuk berkumur dengan cairan NaCl 0,9%
sebelum dan setelah makan.
Aspek Kenyamanan
Klien mengeluh sesak nafas derajat skala
ESAS 4, saat klien melakukan aktifitas
seperti berjalan sesak bertambah skala
ESAS menjadi 5 atau 6 bergantung
aktifitas
yang
dilakukan.
Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 120/80
mmHg, Nadi 22x/mnt, Suhu 38.10C,
pernafasan 102x/mnt. CRT <3 detik,
Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 April
2013 Hb: 8.8 g/dl, Eritrosit 3.01 juta/l,
Leukosit 0.14 ribu/l, Trombosit 2 ribu/l,
hematokrit 25.4%hitung jenis segmen 0%,
segmen 8%, ANC 11.2 Echo tanggal 27
Maret 2013 E/F 60.3% masalah
keperawatan yang muncul: intoleransi
aktifitas, resiko gangguan pertukaran gas,
resiko perdarahan, resiko infeksi.

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Klien mengeluh sulit menelan, mual dan


muntah dirasakan skala ESAS 5-6, intake
terbatas akibat kesulitan menelan dan mual
serta muntah. Muntah 2-5 kali sehari
terkadang
berisi
makanan
namun
selebihnya hanya saliva dan cairan
lambung. Klien mengeluh terdapat
perubahan nafsu makan, namun mampu
makan sesui diit yang diberikan, frekuensi
makan 3x/hari porsi makan yang
dihabiskan - porsi namun terkadang
hanya mampu menghabiskan makanan
beberapa suap, saat ini tidak mampu
menelan makanan yang bertekstur kasar
hanya mampu makan yang bertekstur
halus sampai cair seperti bubur dan susu.
Hasil pengkajian cachexia ditemukan
adanya cachexia ringan. Selain itu klien
juga mengeluh perut yang kembung.
Pemeriksaan fisik ditemukan adanya
mucositis pada rongga mulut, terdapat
stomatitis yang terasa nyeri, lecet, dan
mukosa
eritema,
perdarahan
gusi
disangkal, intake nutrisi via oral, BB 65
Kg dari sebelum sakit 75 kg, TB 182 cm,
IMT 18.9 (moderat), kehilangan BB 510% dalam 6 bulan terakhir, status
fungsional 50% aktifitas dilakukan
ditempat tidur, ECOG 2.. Pemeriksaan
diagnostik tanggal 23 Maret 2013:
Albumin:3.9 g/dl, SGOT: 8 U/L, SGPT:
10 U/L, GDS: 120 mg/dl, Natrium 125
mmol/l, Chlorida 88 mmol/l, kalium 3.9
mmol/l, Kalsium 9.6 mg/dl, Magnesium
1.5
mg/dl.
Masalah
Keperawatan:
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan,
Nyeri akut,gangguan membran mukosa
oral .
Terpasang CVC, Hasil pemeriksaan
laboratorium Leukosit 0.14 ribu/l,
Trombosit 2 ribu/l, Natrium 125 mmol/l,
Chlorida 88 mmol/l, kalium 3.9 mmol/l,
Kalsium 9.6 mg/dl, Magnesium 1.5 mg/dl.

Masalah keperawatan: Resiko Infeksi,


resiko perdarahan
Pada saat pengkajian klien post kemoterapi
Konsolidasi LAM VIII hari ke-7, riwayat
penggunaan leukokin 1x1 SC mulai hari
kelima. Klien terpasang CVC, balutan
CVC diganti setiap hari pada lokasi
pemasangan
tidak
terdapat
tanda
peradangan seperti bengkak, kemerahan,
drainase, dan perubahan suhu. Klien
mengatakan tidak mengerti apa yang harus
dilakukan saat hasil laboratorium turun,
hanya mengikuti anjuran dokter dan
perawat untuk menggunakan masker. Hasil
laboratorium tanggal 8 April 2013: Hb:
8.8 g/dl, Eritrosit 3.01 juta/l, Leukosit
0.14 ribu/l, Trombosit 2 ribu/l,
hematokrit 25.4%hitung jenis segmen 0%,
segmen 8%, ANC 11.2 Masalah
keperawatan yang ditemukan resiko
infeksi, kurang pengetahuan tentang
pencegahan infeksi.
Aspek Dihargai Dan Dihormati
Klien menyatakan saat habis kemoterapi
dirinya merasa senang, namun jika mulai
muncul efek samping kemoterapi seperti
mual-muntah, sariawan,demam dan sesak
nafas merasa hidupnya akan segera
berakhir. Klien berharap mual-muntah dan
demam yang sering dialami setelah
kemoterapi cepat berakhir sehingga bisa
makan dengan nikmat dan bisa jalan-jalan
karena setelah hampir satu bulan di rumah
sakit dan hanya ditempat tidur klien
merasa
jenuh
dan
bosan.
Klien
mengeluhkan
perubahan
lingkungan
rumah sakit dari sebelumnya di lantai 4
gedung diklat menjadi di lantai 6 gedung
perawatan yang menjadi dingin sehingga
membuat dirinya mudah menggigil.
Ekspresi wajah terkadang tampak menahan
sakit saat berbicara dan saat menelan air

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

ludah. Masalah keperawatan: tidak efektif


manajemen kesehatan diri.
Aspek Damai
Klien menganggap penyakit yang dialami
saat ini adalah cobaan dari Tuhan, namun
klien memiliki keyakinan bahwa suatu hari
penyakitnya akan dapat disembuhkan.
Klien menganggap kematian sebagai
proses kehidupan, bahwa setiap orang pasti
mati tidak hanya dirinya yang sedang
terbaring sakit namun dapat juga terjadi
pada perawat. Klien menyatakan jika
dirinya meninggal klien merasa belum siap
karena klien belum menikah dan masih
memiliki impian bersama pacarnya untuk
membangun sebuah keluarga, selain itu
klien
juga
mengatakan
belum
mempersiapkan
seandainya
dirinya
meninggal meninggalkan wasiat karena hal
tersebut akan diurus oleh keluarga namun
klien mengatakan jika dirinya meninggal
klien ingin diurus sesuai syariat agamanya
yaitu Islam dan dimakamkan di
pemakaman dekat dengan keluarganya
didaerah kebayoran lama sehingga
keluarga bisa berziarah dengan mudah.
Pada saat klien mengatakan hal ini tampak
klien berkaca-kaca, serta tampak sedih dan
murung. Selama dirawat klien tampak
sering membaca buku-buku keagamaan,
sering berdoa namun tidak terlihat untuk
melakukan kegiatan ibadah lainnya seperti
sholat. Masalah keperawatan pada klien:
spiritual distress.
Aspek Dekat Dengan SO
Klien mengatakan saat ini orang yang
paling bermakna adalah pacar dan orang
tuanya terutama ibunya. Keluarga terutama
ibu dan pacarnya tidak mengerti tentang
penyakit leukemia yang mereka tahu
adalah penyakit kanker darah dan harus

dikemoterapi namun diagnosis, serta


prognosis dari penyakit tidak paham.
Keluarga juga mengatakan yakin suatu
hari pasti klien akan sembuh, keluarga
mengatakan
berharap
klien
tidak
meninggal sekarang ini karena klien belum
menikah.
Keluarga
mengatakan
seandainya klien meninggal keluarga
pasrah karena merupakan kepastian dari
Tuhan, keluarga menambahkan jangankan
orang sakit orang yang sehat saja bisa
meninggal akan tetapi keluarga belum bisa
menerima kematian klien jika klien
meninggal dalam masa pengobatan.
Keluarga mengakatan akan melakukan
segala cara agar klien sembuh walaupun
harus habis-habisan. Keluarga mengatakan
masih beruntung klien hanya kanker darah
bukan kanker dengan tumor sehingga klien
tidak mengalami kecacatan fisik akibat
operasi. Keluarga mengatakan seandainya
klien meninggal klien akan diurus dan
dimakamkan sesuai syariat agama Islam
dan dikuburkan didekat rumah sesuai
permintaan klien sebelumnya. Saat
dilakukan wawancara hal ini keluarga
tampak sedih dan murung juga terlihat ibu
klien menitikkan air mata. Masalah
keperawatan: koping keluarga tidak
efektif.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan untuk
beberapa diagnosa keperawatan yang
ditegakkan pada pasien yaitu: nyeri kronik,
gangguan membran mukosa oral, risiko
gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas,
risiko infeksi, risiko perdarahan, dan tidak
efektif manajemen kesehatan diri.
Evaluasi Keperawatan

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Evaluasi keperawatan pada Tn. EG


dilakukan
setiap
saat
serta
didokumentasikan
setiap
hari
menggunakan
lembar
evaluasi
keperawatan. Evaluasi keperawatan pada
Tn. EG dapat dilihat pada lampiran. Klien
meninggal dunia pada hari selasa tanggal
15 April 2013
jam 19.00 dengan
penyebab kematian adalah gagal nafas dan
dugaan sepsis, dari catatan registrasi
pasien di ruangan klien rencana akan
dipindahkan ke ICU, namun sebelum
pindah
kondisi
klien
mengalami
perburukan, klien meninggal dihadapan
perawat, dokter jaga dan keluarga.
Menurut laporan perawat yang bertugas
pada hari tersebut keluarga tampak tidak
rela melepas kepergian klien terutama
pacar klien.
Pembahasan
Leukemia yang dialami Tn. EG adalah
leukemia akut. Berdasarkan karakteristik
leukemia akut yaitu kejadiannya cepat,
tingkat morbiditas dalam hitungan bulan,
terjadi pada semua usia, tingkat sel darah
putih bervariasi, berisi sel blas, terdapat
anemia dan trombositipenia (Ciesla, 2007),
serta terjadi neutropenia maka dari hasil
tersebut beberapa karakteristik yang terjadi
adalah kejadian leukemia yang dialami
oleh Tn. EG cepat hanya terjadi dalam
hitungan bulan yaitu mulai bulan januari
2013 sampai bulan april 2013 yaitu sekitar
3 bulan. Hasil analisa sumsum tulang pada
bulan januari 2013 terdapat sel dengan
kesimpulan yaitu AML M4, gambaran
darah tepi menunjukkan peningkatan
dengan jumlah terbanyak adalah sel Blast
44%,
trombosit
menurun,
hasil
pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya
pembesaran kelenjar getah bening. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat
kesesuaian antara karakteristik leukemia

akut dengan yang terjadi pada klien.


Klasifikasi
yang
digunakan
untuk
menentukan leukemia pasien adalah
menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh
FAB hal ini terlihat dari kadar sel Blast
untuk menentukan klasifikasi tersebut serta
hanya
berdasarkan
morfologi
dan
immunophenotyping
karena
jika
menggunakan klasifikasi oleh WHO dalam
pemeriksaan akan tampak sel abnormal
sitogenik namun pada pasien belum
ditemukan adanya pemeriksaan sitogenik.
Klien mendapatkan kemoterapi dengan
protokol LAM VIII yaitu protokol dengan
agen kemoterapi: daunorubicin 45mg/m2
selama 3 hari, Alexan 100mg/m2 selama 7
hari. klien mendapatkan kemoterapi
induksi yaitu terapi agresif dengan
protokol LAM VIII yang bertujuan
menghancurkan sel leukemia dalam
jaringan, darah tepi dan sumsum tulang
(Black & Hawks, 2009), (Lewis,
Heitkemper,
&
Dirksen,
2010),
(Workman,
2010).
Terapi
induksi
diberikan pada bulan februari 2013 dengan
hasil terjadi remisi. Bulan maret 2013
tepatnya tanggal 26 Maret 2013 klien
diberikan terapi konsolidasi yang pertama
dengan protokol LAM VIII yaitu
Daunurobicin 45 mg/m2 1 hari, Alexan
100 mg/m2 7 hari dan Alexan 50 mg/m2 IV
bolus per 12 jam selama 7 hari, efek
samping utama yang terjadi adalah
neutropenia dan febrile neutropenia yang
menyebabkan terjadinya sepsis dan gagal
nafas sehingga pasien meninggal pada
tanggal 15 April 2013 atau hari ke-15
setelah kemoterapi. Agen kemoterapi yang
diberikan pada klien berupa Daunorobicin
yaitu golongan antracycline antibiotik
yang memiliki efek terhadap sistem
hematologi berupa kejadian myelosupresi
dengan nadir sel darah putih dan trombosit

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

adalah 10-14 hari. Agen kemoterapi


lainnya adalah Alexan yaitu agen
kemoterapi
golongan
antimetabolit
terhadap sel spesifik yang menyebabkan
efek samping terhadap sistem hematologi
berupa myelosupresi dose-limiting side
effect, setelah 5 hari pemberian secara
terus
menerus
akan
menyebabkan
terjadinya nadir sel darah putih pada hari
ke-7-9 setelah itu meningkat dan mencapai
nadir penuh pada hari ke-15-24 (Berkery,
Cleri, Skarin, 1997). Pada pasien kejadian
nadir terlihat mulai hari ke-8 sampai hari
ke-14 ditandai dengan nilai ANC yang
rendah, nilai trombosit yang rendah serta
diikuti dengan kematian. Penyebab
kematian pada pasien yaitu dugaan
terjadinya sepsis dan gagal nafas.

yaitu, penurunan berat badan, demam,


infeksi berulang, perdarahan tiba-tiba,
dyspnea, anoreksia, nyeri tulang, sakit
kepala, muntah sebagai komplikasi
neurologis. Manifestasi klinik yang
dialami oleh klien Keluhan pusing, mual,
muntah (post kemo), sesak nafas, cepat
lelah klien tidak ditemukan tanda-tanda
perdarahan, nyeri tulang dan komplikasi
neurologis lainnya hal ini disebabkan pada
pasien sudah mengalami kemoterapi
induksi LAM VIII sebelumnya dan
dinyatakan remisi sehingga untuk melihat
manifestasi klinik pada awal penyakit sulit
manifestasi klinik yang ditemukan
umumnya manifestasi klinis pasca
pemberian kemoterapi konsolidasi LAM
VIII.

Faktor resiko pada pasien hanya


ditemukan satu faktor resiko yaitu
merokok karena baik klien maupun
keluarga tidak menjelaskan adanya
penyakit keturunan dalam keluarganya
dengan penyakit yang sama dengan klien.
Rokok dan asap rokok diketahui memiliki
sekitar 4000 kandungan bahan kimia
berbahaya diantaranya arsenik, benzena,
logam berat hidrogen sianida dan
nitrosamin khusus tembakau (Depkes RI,
(n.d)).
Salah satu kandungan kimia
(Benzena) disebutkan sebagai salah satu
penyebab leukemia yang berperan sebagai
karsinogen pada kejadian leukemia akut
(Casciato & Territo, 2009). Tembakau
dalam rokok diduga sebagai penyebab
terjadinya kelainan sitogenik sehingga
terjadi mutasi gen, namun untuk melihat
perubahan genetik tidak dapat dilakukan
karena tidak diperiksakan pemeriksaan
sitologi.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan


pada pasien hampir sama teori, hanya tidak
dilakukan pemeriksaan sitogenik, profil
thyroid, dan serum testosteron. Beberapa
kemungkinan tidak dilakukan pemeriksaan
tersebut adalah belum menjadi standar
pemeriksaan laboratorium di RSKD,
ataupun pemeriksaan tersebut tidak
termasuk
dalam
cakupan
asuransi
jamkesmas pasien.

Itano dan Taoka (2007) menyebutkan


beberapa manifestasi klinis pada AML

Neutropenia yang terjadi pada klien


disebabkan oleh agen kemoterapi yaitu
Daunurobicin 45 mg/m2, dan Alexan 100
mg/m2. Faktor lain yang meningkatkan
kejadian neutropenia pada pasien adalah
status fungsional yang rendah, nutrisi yang
kurang baik terjadi penurunan berat badan
dalam 3 bulan terakhir, nilai hemoglobin
yang rendah, serta kejadian myelosupresi.
Beberapa
faktor
tersebut
dapat
mengarahkan pasien dalam keadaan febrile
neutropenia. Keadaan febrile neutropenia
dapat menyebabkan komplikasi infeksi dan
bakterimia yang mengakibatkan sepsis.

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Dugaan penyebab kematian adalah gagal


nafas serta adanya kemungkinan sepsis.
Kemungkinan yang terjadi pada pasien
yaitu kejadian sepsis akibat adanya febrile
neutropenia sehingga terjadi infeksi di
sistem respirasi. Infeksi pada sistem
respirasi inilah yang menyebabkan
kejadian gagal nafas. Demam dan sepsis
akan meningkatkan PaCO2, pada pasien
juga terjadi anemia yang menyebabkan
terjadinya gangguan difusi pertukaran gas.
Keadaan
tersebut
menyebabkan
peningkatan
permebialitas
vaskuler
sehingga terjadi edema pada paru
utamanya adalah alveoli. Edema tersebut
kemudian
menyebabkan
inaktifasi
surfaktan, pelepasan sitokin dan memicu
inflamasi selanjutnya terjadi pembentukan
hialin dan kejadian gagal nafas.
Diganosa keperawatan yang mungkin
muncul pada kasus leukemia akut adalah
resiko infeksi, resiko kurang volume
cairan, nyeri akut, intoleransi aktifitas,
kurang
pengetahuan
(kebutuhan
pembelajaran) tentang prognosa penyakit;
pengobatan; perawatan diri dan discharge
needs (Doenges, Moorhouse, & Murr,
2010). Diagnosa keperawatan lain menurut
Itano dan Taoka (2007) adalah Kurang
pengetahuan, resiko cedera, resiko infeksi,
koping tidak efektif dan koping keuarga
tidak efektif. Pada klien Tn. EG ditemukan
10 masalah keperawatan yaitu: nyeri akut,
gangguan membran mukosa oral, nutrisi
kurang dari kebutuhan, intoleransi
aktifitas, resiko gangguan pertukaran gas,
resiko infeksi, resiko perdarahan, tidak
efektif manajemen kesehatan diri, resiko
gangguan religiosity serta koping keluarga
tidak
efektif.
Perbedaan
diagnosa
keperawatan yang muncul disebabkan
klien pasca pemberian kemoterapi LAM
VIII sehingga diagnosa seperti gangguan

membran mukosa oral pada sumber


rujukan tidak ditemukan karena pada saat
pengkajian ditemukan adanya mukositis
derajat 2 pasca kemoterapi.
Diagnosa keperawatan lain yang berbeda
dengan teori yaitu resiko perdarahan,
resiko gangguan pertukaran gas, dan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta
tidak efektif manajemen kesehatan diri.
Kemungkinan dalam teori diagnosa
ditegakkan sebelum pemberian kemoterapi
sedangkan pada pasien adalah diagnosa
keperawatan
yang
ditemukan
dan
ditegakkan pasca pemberian kemoterapi.
Perbedaan yang lain adalah penulisan
diagnosa keperawatan yang menjadi
rujukan. Doenges et. al (2010) merujuk
pada NANDA 2009-2011 begitu juga yang
digunakan oleh penulis, sedangkan Itano
dan Taoka (2007) belum merujuk pada
NANDA 2009-2011. Sehingga terdapat
perbedaan dalam penulisan diagnosa
keperawatan begitu.
Penulis berpendapat bahwa perbedaan
yang terdapat pada kasus klien dengan
teori adalah keadaan pasca kemoterapi
pada klien. Pasca kemoterapi masih sedikit
dibahas dalam literatur begitu juga
perumusan diagnosa keperawatan yang
muncul pasca kemoterapi. Penulis
berpendapat bahwa diagnosa keperawatan
yang ditegakkan pada pasien pasca
kemoterapi khususnya pada pasien
keganasan hematologi pada kasus dapat
dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam
perumusan diagnosa keperawatan dimasa
yang akan datang. Hal lain adalah
penerapan teori yang digunakan, penulis
menggunakan teori peaceful EOL sehingga
aspek damai, sosial, perasaan bermartabat
dan dihargai mendapat perhatian dalam
pengkajian, berbeda dengan pendekatan

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

yang digunakan oleh sumber rujukan yang


gunakan masih merujuk pada keadaan
umum dan manifestasi klinik yang
muncul.
Pada 30 pasien resume terdiri dari 5 pasien
dengan Limphoma Non Hodgkin, 2 pasien
dengan Akut myeloid leukemia, 1 orang
pasien akut limfositik leukemia, 2 orang
dengan limfoma hodgkin, 2 pasien kanker
payudara, 4 pasien dengan kanker kolon, 1
pasien Ca. Gaster, 2 pasien osteosarcoma,
1 pasien lifosarcoma, 2 pasien kanker
servik, 3 pasein Ca. Ovarium dan 5 pasien
kanker nasofaring. Beberapa diagnosa
keperawatan yang ditegakkan nyeri
menempati urutan pertama dari diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien
keganasan menggunakan aplikasi teori
peaceful EOL yaitu sebesar 70% (21
pasien), diikuti oleh Nausea 57% (17
pasien), Fatigue 50% (15 pasien), dan
cemas 40% (12 pasien). Intervensi
keperawatan rata-rata dilakukan selama 35 hari intervensi didasarkan pada NOC dan
NIC.
Diagnosa
keperawatan
yang
ditegakkan tidak ada yang dapat
diselesaikan karena berbagai kondisi
seperti pasien yang pulang, pasien
meninggal,
serta
lama
intervensi
keperawatan yang singkat sehingga
intervensi keperawatan dilanjutkan oleh
perawat ruangan.
Kesimpulan
Model teori Peaceful End of Life (Peaceful
EOL) pada pasien keganasan atau kanker
mampu memberikan pemahaman tentang
bagaimana mengahadapi kematian dengan
tenang terhadap pasien keganasan berbagai
kondisi. Masalah keperawatan yang sering
muncul
pada
pasien
keganasan
menggunakan teori Peaceful EOL pada

aspek nyeri dan nyaman. Tidak semua


kondisi
pasien
keganasan
dapat
menggunakan teori Peaceful EOL dalam
pendekatan
pemberian
asuhan
keperawatan, umumnya kondisi pasien
yang lebih tepat menggunakan pendekatan
teori Peaceful EOL adalah pasien yang
mengalami myelosupresi, pasien yang
mengalami komplikasi seperti perdarahan,
dengan diagnosa sekunder yang dapat
memperberat
keadaan.
Diperlukan
pendekatan dan komunikasi terapeutik
yang erat sehingga pasien dan keluarga
dapat membina trus kepada perawat
sehingga pengkajian aspek damai,
bermartabat dan dihormati serta aspek
dekat dengan SO dapat dilaksanakan.

Referensi
Berkery, R., Cleri, L. B., & Skarin, A. T.
(1997). Oncology pocket guide to
chemotherapy. London: MosbyWolfe.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009).
Client with cancer. Dalam P. W.
Smith (Penyunt.), Medical surgical
nursing: Clinical management for
positive outcome (hal. 290 -291).
St. Louis: Elsevier.
Casciato, D. A., & Territo, M. C. (2009).
Acute
Leukemia
and
Myelodysplastic
syndromes.
Manual of clinical oncology (6th
ed., hal. 534 - 552). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Ciesla, B. (2007). Acute leukemias.
Hematology in practicia (hal. 159186). Philadelphia: F. A. Davis
Company.
Crawford, J., Dale, D. C., & Lyman, G. H.
(2003).
Chemotherapy-induced
Neutropenia: Risk, consequences,
and new directions for its
management. American Cancer
Society, 228-237.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., &
Murr, A. C. (2010). Nursing care

Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

plans:
Guidelines
for
individualizing client care across
the life span. (8th ed). Philadelphia:
E. A. Davis Company.
Friese, C. R. (2006). Chemotherapyinduced neutropenia: Important
new data to guide nursing
assessment
and
management.
Cancer therapy and supportive
care, 21-25.
GLOBOCAN. (2008). GLOBOCAN 2008:
cancer fact sheet. Diakses dari
http://globocan.iarc.fr/factsheets/ca
ncers/all.asp
Itano, J. K., & Taoka, K. N. (2005).
Nursing care of the client with
leukemia. Core curriculum for
oncology nursing (hal. 676-688).
St.Louis,
Missouri:
Elsevier
Saunders.
Johnson, J. Y. (2010). Leukemia, Myeloid,
Acute. Handbook for Brunner &
Suddarth's textbook of medicalsurgical nursing (12th ed., hal. 419
- 420). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., &
Dirksen, S. R. (2010). Nursing
management: Cancer. Dalam C. M.
Bender, J. M. Yasko, & R. A.
Strohl (Eds.), Medical Surgical
Nursing:
Assessment
and
management of clinical problems
(7th ed.). St. Louis: Mosby.
Lopez-Pousa, A., Rifa, J., Casas De
Tejerina, A., Gonjalez-Larriba, J.
L., Iglesias, C., Gasquet, J. A., et
al. (2010). Risk assessment model
for
first-cycle
chemotherapyinduced neutropenia in patient with
solid tumours. European Journal of
Cancer Care, 648-655.
NANDA International. (2009). Nursing
diagnoses:
definitions
&
classification
2009-2011.
Herdman, T. H., (Ed). West
Sussex, United Kingdom: WileyBlackwell.
National Cancer Institute (2003). Common
Terminology Criteria for Adverse

Events v3.0 (CTCAE). Diakses


dari:
http://ctep.cancer.gov/forms/CTCA
Ev3.pdf
Nursing Intervention Classification (NIC).
(2008). G. M. Bulechek, H. K.
Butcher, & J. M. Dochterman
(Eds). (5th ed). St Louis, Missouri:
Mosby Elsevier.
Nursing Outcomes Classification (NOC).
(2008). Moorhead, S., Johnson, M.,
Maas, M. L., & Swanson, E (Eds.).
(4th ed).St Louis, Missouri: Mosby
Elsevier.
Oken, M. M., Creech, R. H., Tormey, D.
C., Horton, J., Davis, T. E.,
McFadden, E. T., & Carbone, P.
P.(1982). Toxicity And Response
Criteria
Of
The
Eastern
Cooperative Oncology Group. Am
J Clin Onco l 5:649-655.
Shinton, N. K. (2008). Desk reference for
hematology. Boca Raton, Florida:
CRC Press, Taylor & Francis
Group.
The National Cancer Institutes. (2013, 02
12). Adult acute myeloid leukemia
treatment.
National
Cancer
Institute at the national institutes of
health:
Diakses
dari
www.cancer.gov/cancertopics/pdq/
treatment/adultAML/healthprofessi
onal
Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006).
Peaceful end of life. Nursing
theorist and their work (6th ed.,
hal. 774-782). St. Louis: Mosby
Elsevier.
Workman, M. L. (2010). Cancer
development. Dalam Medical
surgical nursing: Patient centerd
collaborative care (6th ed., Vol. 1,
hal. 399-413). St. Louis: Elsevier
Saunders.

10

Anda mungkin juga menyukai