Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI INTEGRATED

LIBRARY SYSTEM (INLIS):


STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
Tuty Hendrawati
Staff Bidang Transformasi Digital Perpustakaan Nasional RI

Abstrak
Penerapan otomasi di perpustakaan dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, terutama pada sistem kerja,
perubahan manajerial organisasi, serta tanggapan pegawai, maupun tanggapan pemustaka. Oleh karena itu untuk
mengetahui tanggapan dari pegawai perpustakaan Nasional RI terhadap implementasi Sistem Informasi perpustakaan,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan kajian penerimaan para pegawai terhadap penggunaan sistem informasi
tersebut. Model yang digunakan pada penelitian ini merupakan penggabungan dari model UTAUT Unified Theory
of Acceptance and Use of Technology ), model integratif multi level abstraksi, serta menggabungkan model Task
Technology Fit dan symbolic adoption. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penerimaan yang
dapat mempengaruhi pegawai dalam menggunakan Sistem informasi perpustakaan. Teknik pengolahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM) pada program AMOS (Analysis
of Moment Structure) dan melakukan Analisis Jalur (Path Analysis). Berdasarkan hasil analisis bahwa faktor
kualitas informasi (Information Quality) memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan atas perolehan informasi
(Information Satisfaction) sebesar (CR : 9.982 dan P : 0.000), serta Kepuasan perolehan informasi (Information
Satisfaction) memiliki pengaruh positif terhadap harapan pegawai atas performa (Performance Expectancy) sistem
INLIS sebesar (CR : 8.367 dan P : 0.000). Adapun faktor yang memiliki pengaruh positif secara langsung terhadap
mental penerimaan pegawai (Symbolic Adoption) dalam mengadopsi sistem INLIS adalah harapan atas performa
sistem INLIS (Performance Expectancy) sebesar (CR : 2.024 dan P : 0.043) dan faktor harapan upaya pengguna
sistem INLIS (Effort Expectancy) sebesar (CR : 3.348 dan P : 0.000). Selain itu pula terdapat faktor Technology
Characteristic yang memiliki pengaruh positif terhadap Task Technology Fit sebesar (CR : 3.716 dan P : 0.000).
Kata kunci : Penerimaan Pengguna sistem informasi, Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT),
Kualitas informasi, Kepuasan atas informasi, Task Technology Fit, Symbolic Adoption, Penggunaan mandatory system
Abstract
Application of automation in the library can impact widely, especially in work system, managerial organizational
change, employee responses, and users responses. Therefore, to determine the response from librarian of the National
Library about the implementation information System, the researchers were motivated to conduct a study about the
acceptance of employees through information systems. The model used in this study is the incorporation of a model of
UTAUT Unified Theory of Acceptance and Use of Technology), an integrative model of multi-level abstraction, and
combines models of Task Technology Fit and symbolic adoption. This study aims to determine the factors that may
affect the acceptance of employees in using the library information system. The data processing techniques in this study
is using Structural Equation Modeling (SEM) in AMOS (Analysis of Moment Structure) and perform analysis Path
(Path Analysis) . Based on the analysis, the quality factors information (Information Quality) has a positive effect on
satisfaction with the acquisition of information (Information Satisfaction ) by ( CR : 9982 and P : 0.000 ), as well as
information acquisition Kapuasan (Information Satisfaction) has a positive influence on the performance expectations
of employees (Performance Expectancy) INLIS system for (CR : 8367 and P : 0.000). The factors that have a direct
positive effect on recruitment mentally (Symbolic Adoption) in adopting INLIS system is above expectations INLIS
system performance (Performance Expectancy) for (CR : 2.024 and P : 0.043) and effort expectancy factor system
users INLIS (Effort Expectancy) by (CR : 3348 and P : 0.000 ). In addition there are also factors that Characteristic
Technology has a positive influence on the Task Technology Fit for (CR:3716 and P:0.000).
Keywords : User Acceptance of information systems , the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
( UTAUT ) , information quality , satisfaction for the information , Task Technology Fit , Symbolic Adoption ,
mandatory use of the system
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

153

1. Pendahuluan
Era informasi merupakan zaman keemasan bagi
siapa saja yang menguasai informasi, informasi
menjadi suatu primadona serta kebutuhan untuk
semua kalangan. bukan hanya sekedar butuh tetapi
tiap elemen baik itu pribadi, komunitas, masyarakat,
swasta maupun pemerintah sangat berperan dan
berlomba-lomba tidak hanya menjadi penerima
informasi tetapi berusaha menjadi pemberi informasi,
sehingga akan terbentuknya budaya sharing informasi
pada setiap elemen masyarakat.
Mengingat kebutuhan masyarakat akan
informasi semakin cepat, maka disini perlu
adanya suatu lembaga yang tanggap terhadap
pengelolaan, penyimpanan serta penyebaran
informasi, lembaga tersebut sering kita kenal
dengan nama perpustakaan. Dalam menjalankan
tugas serta fungsinya perpustakaan dituntut cepat
untuk memberikan layanan informasi kepada
para pemustaka. Oleh karena itu perlu adanya
penggunaan serta pemanfaat Teknologi Informasi
(TI) di segala aspek kegiatan di perpustakaan, atau
dengan kata lain otomasi perpustakaan. Hadirnya
TI dalam pekerjaan mungkin dilakukan tanpa atau
dengan sedikit campur tangan manusia. Kehadiran
TI pun sangat membantu dalam banyak hal,
baik itu untuk membantu dalam operasionalisasi
perpustakaan, seperti : proses keanggotaan,
Akusisi bahan pustaka, katalogisasi bahan
pustaka, layanan sirkulasi (peminjaman bahan
perpustakaan) serta memudahkan para pustakawan
dalam mengorganisir dan memberikan layanan
bahan pustaka yang dimilikinya dan sebagai sarana
penerlusuran bagi para pemustaka dalam mencari
bahan pustaka yang mereka cari (proses temu
kembali informasi).
Sejalan dengan perkembangan teknologi
informasi, peran teknologi dalam perpustakaan
tidak hanya sebagai penunjang dalam pelaksanaan
tugas subtantif saja namun juga harus mampu
sebagai penunjang tugas administratif. Berdasarkan
pemikiran tersebut, pada tahun 2005, Perpustakaan
Nasional RI bekerjasama dengan pihak ketiga
untuk mengembangkan sebuah Sistem Informasi
Perpustakaan Terpadu. Sistem ini merupakan sistem
informasi berbasis WEB yang dapat diakses dari
manapun, sehingga mempermudah proses penelusuran
informasi oleh penggunanya. Sistem Informasi
154

perpustakaan dikembangkan secara bertahap mulai


pada tahun 2005 dan hingga saat ini baru 4 modul
yang berjalan dari 5 modul direncanakan.
Untuk pertama kalinya implementasi INLIS
di Perpustakaan Nasional RI dimulai pada tahun
2010 sampai sekarang. Dimana alasan utama
dalam penerapan sistem informasi perpustakaan
ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan bagi
pengguna dengan memberikan layanan prima.
Beranjak di tahun ke-2 (dua) setelah implementasi
sistem informasi perpustakaan, mulai timbulnya
beberapa gejala yang menujukkan pada tingkat
pemakai, seperti :
a. Keluhan dari pegawai tentang Performance
System yang belum stabil.
b. Akses sambungan jaringan komputer terputus,
sehingga tidak dapat melakukan operasional pada
sistem tersebut.
c. Keluhan dari beberapa pimpinan bahwa sistem
informasi perpustakaan belum sesuai dengan
kebutuhan proses bisnis mereka.
d. Terdapat banyak pendapat mengenai perbandingan
kehandalan antara sistem lama dengan sistem
baru yang diimplementasikan.
Gejala gejala tersebut menimbulkan
kekhawatiran
terhadap
penerimaan
sistem
perpustakaan Di masa mendatang, terutama akan
adanya penerimaan sistem secara terpaksa. Untuk
lebih jelasnya dalam mengindentifikasi permasalahan
dalam penerimaan sistem informasi INLIS akan di
petakan pada analisis fishbone dibawah ini.

Gambar 1.1. Pemetaan Masalah Implementasi Sistem


Informasi INLIS
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Pada pemetaan masalah implementasi sistem


informasi INLIS, terlihat jelas beberapa masalah
yang nampak dipermukaan, dan akar permasalahan
mengenai implementasi sistem informasi INLIS.
Akan tetapi pada penelitian ini penulis membatasi
akar masalah yang akan dikaji lebih lanjut. Disini lebih
memfokuskan terhadap masalah penerimaan sistem,
khususnya untuk pegawai Perpustakaan Nasional
yang langsung berinteraksi dengan sistem tersebut.
Dengan begitu pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penerimaan terhadap Sistem Informasi Perpustakaan?
2. Pengembangan Theoritical Framework
2.1. Model Penerimaan Teknologi
Penerimaan pengguna terhadap implementasi
sistem teknologi informasi dapat didefinisikan
sebagai keinginan yang nampak didalam kelompok
pengguna untuk menerapkan sistem teknologi
informasi tersebut dalam pekerjaannya. Semakin
menerima sistem teknologi informasi yang baru,
semakin besar kemauan pemakai untuk merubah
praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu
serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem
teknologi informasi yang baru, Succi and Walter,
1999 dalam Pikkarainen et.al, [1] 2003. Akan tetapi
apabila pemakai tidak mau menerima sistem teknologi
informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut
menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang
banyak bagi organisasi / perusahaan (Davis, 1989;
Venkatesh and David 1996 dalam Pikkarainen et.al.,
2004).
2.1.1.Technology Acceptance Model (TAM)
Menurut Davis (1989) tingkat penerimaan
teknologi informasi (Information technology
Acceptance) ditentukan oleh enam faktor, yaitu
variabel dari luar (external variable), persepsi
pengguna terhadap kemudahan dalam menggunakan
teknologi (Perceived Ease of Use), persepsi
pengguna terhadap daya guna teknologi (Perceived
Usefulness), sikap pengguna terhadap teknologi
(Attitude Toward Using), kecenderungan perilaku
(Behavioral Intention) dan pemakaian actual (Actual
Usage). TAM memiliki dua sisi yaitu : sisi pertama
yang biasa disebut beliefs yang terdiri dari : perceived
usefulness dan Perceived ease of use. Sisi kedua
terdiri dari: attitude, behavior intention to use serta
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

usage behavior, Straub, Limayen, Evaristo,1995


dalam Petra, 2005 [2].

Perceived
usefullness
External
Variable
s

Attitude
Perceived
ease of use

Behavioral
intention to
use

Actual
use

Gambar 2.1. Hubungan antar komponen dalam TAM (Sumber


: davis ,1986 dalam Warshaw, et.al.,1989)

2.1.2.Unified Theory of Acceptance and Use of


Technology (UTAUT)
Pada tahun 2003, Venkatesh et.al., mengusulkan
teori yang dikenal dengan teori gabungan penerimaan
dan penggunaan teknologi (Unified theory of
acceptance and use of technology atau UTAUT). Dari
hasil penelitian tersebut terdapat 4 (empat) variabel
yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap
penerimaan pemakai dan perilaku pemakaian, yaitu
: Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social
Influence dan Facilitating Conditions. Keempat
variabel tersebut dimoderasi oleh variabel lain
yaitu : gender, usia, pengalaman, menggunaan
secara sukarela atau tidak. Model UTAUT yang
dikembangkan oleh Venkatesh, 2003, [3] dapat dilihat
pada gambar 2.8.

Gambar 2.2. Model UTAUT (Sumber : Venkatesh,et.al.,


2003)

2.1.3. Model keberhasilan SI


De Lone & McLean (1992) mengusulkan sebuah
model untuk mengukur variabel bebas yang bersifat
kompleks dalam suatu penelitian. Dalam penelitian,
DeLone & McLean mengusulkan suatu model yang
interaktif untuk memperlihatkan konsep dan operasi
dari implementasi sistem informasi yang berhasil.
Model ini telah banyak diintegrasikan dalam berbagai
155

penelitian, DeLone & McLean, 2003 [4]. Model


tersebut memiliki 6 (enam) dimensi atau variabel,
yakni kualitas informasi (Information quality),
kualitas sistem (Quality system), kualitas layanan
(Quality service), penggunaan (use), kepuasan
pengguna (user satisfaction) dan pemanfaatan (net
benefit). Semua model ini bersifat saling berhubungan
yang disebut dengan kausal model.

Information Quality
System Quality

Intention
to use

mediasi behavioral beliefs dan behavioral attitude.


Hasil penelitian ini terbagi dalam kategori informasi
dan sistem dengan determinant artifak yang lebih
kompleks. Pengetahuan ini penting untuk diketahui
oleh sistem desainer untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan sistem

Use

User Satisfaction

Net
Benefits

Service Quality

Gambar 2.3. Model Keberhasilan Sistem Informasi


(DeLone & McLean,2003)

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan


bahwa faktor kualitas informasi, kualitas sistem,
kualitas layanan secara independen dan bersamasama dapat mempengaruhi penggunaan (Intention
to use) dan kepuasan pemakai (User satisfaction).
Besarnya elemen penggunan (Intention to use) dapat
mempengaruhi besarnya nilai kepuasan pemakai
(User satisfaction), serta intention to use dan user
satisfaction dapat mempengaruhi tingkat pemanfaatan
pada sistem tersebut.
Model lain dikembangkan oleh Doll dan
Torkzadeh (1998) yaitu End User Computing
Satisfaction (EUCS). Model EUCS digunakan
mengukur kepuasan pemakai terhadap sistem
informasi. Sistem informasi suatu organisasi dapat
diandalkan apabila memiliki kualitas yang baik dan
mampu memberikan kepuasan pada pemakainya.
Dengan adanya kepuasan pemakai tersebut maka
akan timbul penerimaan (acceptance) pada sistem
informasi yang dipergunakan dalam organisasi
tersebut. Kepuasan pemakai (user satisfaction)
merupakan salah satu indikator dari keberhasilan
pengembangan sistem informasi. Doll dan Torkzadeh
mengembangkan instrumen EUCS yang meliputi 5
komponen yaitu terdiri dari: Isi (content), Akurasi
(accuracy), Bentuk (format), Kemudahan (ease) dan
Ketepatan Waktu (timeliness).
Wixom dan todd, 2005 [5] menjelaskan bahwa kepuasan
pengguna perlu dianggap sebagai object based attitude
yang mana akan berperan sebagai variabel eksternal
yang mempengaruhi intention dan behavior dengan
156

Gambar 2.4. Teori Integrasi Kepuasan dan Penerimaan Sistem


Informasi (Wixom dan Todd, 2005)

2.1.4. Task Technology Fit (TTF)


Model Task Technology Fit (TTF) merupakan suatu
model yang menitik beratkan pada tingkat kesesuaian
dari kapabilitas teknologi untuk memenuhi kebutuhan
tugas dalam pekerjaan, yaitu kemampuan teknologi
informasi untuk memberikan dukungan terhadap
pekerjaan (Godhue & Thompson 1995). Berdasarkan
teori TTF, sistem informasi akan dianggap memberikan
peningkatan kinerja dari penggunanya apabila sistem
tersebut memiliki kesesuaian (fit) yang baik dengan
tugas-tugas pekerjaan dari penggunanya, Godhue &
Thompson 1995, [6]. Model ini memiliki 4 (empat)
konstruk kunci diantaranya : Task Characteristic,
Technology Characteristic, yang bersama-sama
mempengaruhi konstruk Task Technology Fit (TTF),
serta konstruk (TTF) dapat mempengaruhi variable
outcome yaitu Performance atau utilization. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5.

Task
Characteristic
Technology
Characteristic

Task
Technology
Fit

Performance
Impacts
Utilization

Gambar 2.5. Task Technology Fit Model (Sumber:Godhue &


Thompson, 1995)

2.1.5. Symbolic Adoption


User acceptance model yang dikemukakan oleh
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Nah et.al., (2004) merupakan mental penerimaan


pengguna dalam mengadopsi sistem informasi,
model tersebut merupakan turunan dari Model TRA
(Theoritical of reasoned action) dan model TAM
(Technology Acceptance Model). Berdasarkan ketiga
teori tersebut, dasar dari keinginan pengguna untuk
menggunakan sistem informasi (behavioral intention)
dipengaruhi oleh Perceived ease of use dan Perceived
usefulness. Namun pada model TAM, pengguna
diberikan kebebasan untuk memilih dalam penggunaan
teknologi, dengan kata lain lebih bersifat voluntary use.
Akan tetapi apabila pengguna hanya dihadapkan pada
satu pilihan, maka kondisi dari penggunaan sistem
tersebut lebih bersifat keharusan (mandatory use),
kebebasan pilihan tidak menjadi relevan, Nah et.al,
2004 [7]. Symbolic adoption adalah dorongan atau
kecenderungan seseorang secara mental menerima ide/
gagasan dalam mengadopsi dan mengimplementasikan
inovasi TI (Klonglan dan Coward, 1970 dalam Nah
et.al., 2004). Model ini dapat dilihat pada gambar 2.6.

Perceived ease of use


Perceived Usefulness
Perceived fit

Attitude
toward system
use

Symbolic
Adoption

Perceived Compatibility

Gambar 2.6. Model Penerimaan Symbolic Adoption


(Nah et.al, 2004)

2.2. Tinjauan Penelitian Sebelumnya


Seymour et.al., 2007 [8] melakukan penelitian
penerimaan sistem ERP, dengan tujuan ingin
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan pengguna akhir dari sistem ERP
(Enterprise Resources Planning). Model yang
digunakan pada penelitian ini adalah model Unified
Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) yang sudah dimodifikasi. Berdasarkan
hasil penelitiannya diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu, performance expectancy,
effort expectancy, project communication, training
dan shared belief diketahui sebagai antecedent
terhadap symbolic adotion dan umur momoderasi
hubungan antara effort expectancy terhadap symbolic
adoption, trainning terhadap symbolic adoption,
shared belief terhadap symbolic adoption dan
project communication terhadap symbolic adoption.
Penelitian yang dilakukan oleh Seymour (2007)
relevan untuk organisasi yang akan menerapkan
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

sistem ERP atau sistem yang bersifat mandatory.


Performance
Exclude
from
research

Expectancy (PE)

Effort Expectancy
(EE)

Symbolic
Adoption

Social Influence
(SI)
Trainning
Project
Communication
Shared Belief
Facilitating
Conditions

Gender

Age

Experien
ce

Gambar 2.7. Model UTAUT dengan Symbolic Adoption


(Seymour et. Al, 2007)

Pada tahun 2010 Koh,et.al. [9] melakukan


penelitian dengan mengusulkan model pendekatan
integratif, yang mana pada model tersebut adanya
penggabungan dari beberapa penelitian sebelumnya,
yaitu : konstruk kualitas informasi (information
quality), kepuasan atas informasi yang diperoleh
(information satisfaction), dan attitude dari model
Wixom dan Todd (2005), selain itu Koh,et.al.
2010 menggabungkan beberapa konstruk yaitu :
performance expectancy dari Venkatesh et. Al (2004),
Use bahavior, overall satisfaction dan net benefits
yang diadopsi dari model DeLone dan McLeon
(2003). Pada penelitian yang dilakukan Koh, et.al.
(2010) lebih berkonsentrasi pada stream informasi,
yang kemudian mengganti konstruk usefulness
dengan performance expectancy.

Gambar 2.8. Model Integratif Multi Level Abstraksi


(Koh et al, 2010)

Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh


Zhou et.al., 2010 [10], yaitu mengkaji model
penggunan mobile banking dengan menggabungkan
model Task technology fit (TTF) dengan model
penerimaan unified theory of acceptance and usage
of technology (UTAUT). Kemudian tahun 2010 Pai
dan Tu melakukan penelitian mengenai penerimaan
157

dan penggunaan terhadap CRM (Customer Relation


Service) di Taiwan. Pada penelitian ini Pai dan Tu
(2010) menggunakan model UTAUT dan TTF, yang
mana peneliti ingin mengkaji faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi behavioral intention
pengguna CRM.

Technology
Characteristic

Task Characteristic
Performance
Expectancy

Task Technology Fit

Tabel 2.1. Desain Penelitian

Effort Expectancy
Social Influence

No

Behavioral
intention

Facilitating
Condition

User
Behaviour

Gambar 2.8. Model Penerimaan CRM


(Sumber : Pai dan Tu, 2010)

Pada penelitian ini mengusulkan beberapa


konstruk yang dapat mempengaruhi perilaku serta
niat pengguna, yang diantaranya : performance
expectancy, effort expectancy dan Social influence.
Begitupun juga model TTF memiliki pengaruh
terhadap behavioral intention. Sedangkan konstruk
task technology fit (TTF) dipengaruhi oleh konstruk
Task Characteristic (TAC) dan Technology
characteristic (TEC), serta konstruk user behavior
dipengaruhi oleh behavioral intention dan facilitating
condition. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pai dan Tu (2010) membuktikan
bahwa penerimaan dan penggunaan CRM dapat
dijelaskan dari penggabungan antara model UTAUT
dengan TTF.
2.3. Penentuan Model Penelitian
Pada penelitian ini, penulis mengintegrasikan
beberapa model penerimaan sistem informasi yang
pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pada
dasarnya model penerimaan sistem informasi ini
merupakan pengembangan dari model penerimaan
TAM (Technology Acceptance Model), yang mana
kemudian dilakukan pengembangan oleh venkatesh
(2003) menjadi suatu model UTAUT (Unified Theory
of Acceptance and Use of Technology). Selain model
UTAUT, peneliti menggunakan salah satu konstruk
dari model keberhasilan sistem informasi (De Lone
dan McLean, 2003), yaitu Information quality dan
information Satisfaction. Berdasarkan hasil penelitian
(koh et. alt, 2010) pada model integratif multi level
158

abstraksi, bahwa information quality mempengaruhi


information satisfaction, serta information satisfaction
dapat mempengaruhi performance expectancy.
Selain itu pula peneliti menggabungkan model Task
Technology Fit (Zhou et. al., 2010) dan symbolic
adoption (Nah et. al, 2004) sebagai dependent variable
dengan faktor-faktor pendorong internal pribadi dan
faktor eksternal (kondisi lingkungan). Pembentukan
model penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1.

Faktor-faktor

De
Wixom Venkatesh Koh
Nah Zhou Reserach
Lone & & Todd
(2003)
et al.
et.al. et.al.
frameMcLean (2005)
(2010) (2004) (2010) work
(2003)

Information
quality

Information
Satisfaction

Performance
Expectancy

Effort
expectancy

Social
influence

Facilitating
Condition

Task
characteritic

Technology
Characteristic

Task
technology Fit

10 Symbolic
Adoption

Berdasarkan tabel pembentukan faktorfaktor penerimaan sistem informasi, maka penulis


melakukan
modivikasi
dengan
mengambil
beberapa konstruk yang akan dijadikan pada model
penelitian ini. Adapun variabel-variabel laten yang
digunakan pada model penerimaan sistem informasi
perpustakaan INLIS terdiri dari :
1. Information Quality, Information Satisfaction
(Wixom and Todd,2005)
2. Performance Expectancy, Effort Expectancy,
Social Influence serta Falitating Conditions
(Venkatesh, 2003; 3),
3. Task
technology
Fit,
task
Characteristic,Technology Characteristic (Zhou
et. al., 2010);
4. Serta yang Symbolic adoption (Koh et. al.,
2010).
Untuk lebih jelasnya Model penerimaan sistem
informasi INLIS (Integrated Library System) dapat
dilihat pada gambar 2.9.
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Task
Characteristic
H7
(Zhou et. al.,
2010)
Technology
Characteristic H8
(Zhou et. al.,
2010)

Information
Quality (DeLone &
McLean, 2003)
(Wixom &
Todd,2005)
H1

Information
Satisfaction ( Doll
& Torkzadeh
1998) (Wixom &
Todd,2005)

H2

Performance
Expectancy (PE)
(Venkatesh et. al,
2003)
Effort Expectancy
(EE) (Venkatesh
et. al, 2003)

Social Influence
(SI) (Venkatesh et.
al, 2003)

H3

H4
H5

Task
Tachnology Fit
(Goodhue &
Thompson,
1995)
H9

Symbolic
Adoption
(Nah. et.al,
2004)
H6

Facilitating
Conditions
(Venkatesh et.
al, 2003)

3. Metodologi Penelitian
Padap penelitian ini pengumpulana data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner, di mana suatu
kuesioner ini merupakan suatu metode pengumpulan
data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden. Asumsi kunci dalam
menggunakan kuesioner ini adalah bahwa objek
penelitian merupakan orang-orang yang paling tahu
tentang dirinya dan pernyataan dari objek penelitian
yang diberikan adalah benar dan bisa dipercaya.
Kuesioner yang dirancang terbagi menjadi
dua bagian. Bagian pertama berisi mengenai data
responden, diantaranya : jenis kelamin, usia, masa
kerja, serta unit kerja dimana pegawai itu berada. Pada
bagian kedua berisi pernyataan yang berhubungan
dengan konstruk penelitian, di mana konstrukkonstruk tersebut merupakan konstruk dari model
penerimaan sistem informasi perpustakaan.
Adapun untuk teknik pengukuran pada kuesioner
ini menggunaka skala likert antara 1-5. Nilai terendah
dampai nilai tertinggi dari skala Likert berarti (1)
sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4)
setuju dan (5) sangat tidak setuju.
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam
melakukan analisis serta pembahasan dari data yang
sudah dikumpulkan adalah Structural Equation
Modeling (SEM) dan Path Analysis, dengan
dibantu software pengolah data AMOS. Hair et. al.
(1998) dalam Ghozali (2008) mengajukan tahapan
permodelan dalam analisis persamaan struktural
menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu : (1) Pengembangan
model secara teoritis; (2) menyusun diagram jalur;
(3) mengubah diagram jalur menjadi persamaan
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

struktural, (4) memilih matrik input untuk analisis


data; (5) menilai identifikasi model, (6) mengevaluasi
estimasi model, (7) interpretasi dan modifikasi model.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini menggunakan responden sebanyak
120 orang. Tetapi hal itu sudah memenuhi standar
jumlah sampel minimal. Menurut Gozhali, 2008 [11]
jumlah sampel minimal yang dapat diolah dengan
menggunakan Teknik analisis Structural Equation
Model (SEM) adalah sebanyak 100 sampai 150
sampel. Asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam
analisis SEM adalah jumlah sampel yang memenuhi
kaidah analisis. Berdasarkan teknik maximum
likelihood estimation (ML) membutuhkan sampel
berkisar 100 200 sampel.
Teknik Generelized
Least Square Estimation (GLS) dapat digunakan
sampel berkisar 200 500. Selain itu pula kedua
teknik tersebut mengharuskan data dalam kondisi
berdistribusi normal untuk menghindari bias dalam
menganalisa data. Apabila terdapat data outlier harus
dibuang karena dapat menimbulkan bias dalam
interpretasi dan mempengaruhi data lainnya. Data
dapat dikatakan normal apabila c.r multivariate
(critical ratio) memiliki syarat -2.58 < c.r. < 2.58
(dalam Ghozali, 2008). Berdasarkan hasil pengujian
normalitas data, didapatkan item pertanyaan
yang menyebab sebaran data tidak normal secara
univariate, yaitu TTF4 dan TTF 3 (-3.629 dan -3.487)
yang mempunyai nilai jauh dari batas normal (-2.58
< c.r. < 2.58). untuk data responden yang termasuk
outlier yaitu responden nomor 9, karena memiliki
nilai mahalanobis melebih 87.967, yaitu 93.001,
ehingga data nomor 9 harus dihapus dan tidak diikut
sertakan pada pengujian selanjutnya.
4.1. Pengolahan Data dengan Model Structural
Teknik pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini menggunan Structural Equal Models
(SEM) serta metode Path analysis.
Model persamaan struktural didasarkan pada
hubungan kausalitas, dimana perubahan suatu
variabel di asumsikan akan berakibat pada perubahan
variabel lainnya. Kuatnya hubungan kausalitas
antara variabel variabel yang telah diasumsikan
oleh peneliti bukan terletak pada pemilihan metode
analisis, melainkan pada justifikasi secara teoritis
untuk mendukung analisis. Setelah dilakukan
penyusunan model path diagram, penulis melakukan
159

pengubahan diagram jalur ke dalam persamaan


struktural dan model pengukuran. Menurut Imam
Gozali (2008) analisis konfimantori atau sering
disebut Confimantory Factor Analysis (CFA) didesain
untuk menguji multidimensional dari suatu konstruk
teoritis, yang mana tujuannya yaitu untuk menguji
uni dimensionalitas dari dimensi-dimensi pembentuk
masing-masing variabel laten. Variabel-variabel laten
atau konstruk eksogen ini terdiri dari 51 observed
variable sebagai pembentuknya. Berdasarkan uji
konfimantory seluruh model struktural, ada beberapa
indikator yang tidak memenuhi syarat dari cut off
value uji validitas, yaitu 0.50 (Hair et al, 1998 dalam
Ghozali 2008). Data hasil pengujian konfimantori
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji konfimatori Full Model Struktural
Indikator

loading factor

Ket. validitas

IQ1

0.66

Valid

IQ2

0.73

Valid

IQ3

0.66

Valid

IQ4

0.75

Valid

IQ5

0.45

Tidak Valid

IS1

0.76

Valid

IS2

0.78

Valid

IS3

0.79

Valid

IS4

0.79

Valid

IS5

0.80

Valid

PE1

0.84

Valid

PE2

0.88

Valid

PE3

0.81

Valid

PE4

0.54

Valid

EE1

0.87

Valid

EE2

0.93

Valid

EE4

0.78

Valid

SI1

0.70

Valid

SI2

0.81

Valid

SI3

0.88

Valid

SI4

0.83

Valid

FC1

0.83

Valid

FC2

0.78

Valid

FC3

0.49

Tidak Valid
Valid

FC4

0.54

SA1

0.84

Valid

SA2

0.87

Valid

SA3

0.31

Tidak Valid

Tabel 4.1. Hasil Uji konfimatori Full Model


Struktural (Lanjut)
Indikator
TAC1
TAC2
TAC3
TEC1
TEC2
TEC3
TTF1

160

loading
factor
0.76
0.69
0.82
0.59
0.78
0.70
0.29

TTF2
TTF5
TTF6
TTF7
TTF8
TTF9
TTF10
TTF11
TTF12
TTF13
TTF14
TTF15
TTF16

Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Tidak Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Tahapan berikutnya dilakukan uji realibilitas,


hal ini berguna untuk menetapkan apakah instrument
pertanyaan pada kuesioner dapat digunakan lebih dari
satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan
menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain,
realibility instrument mencirikan tingkat konsistensi
(Ghozali, 2009). Terdapat dua cara yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat realibilitas, yaitu
composite (construct reability) adalah minimal 0.70
sedangkan cut-off value untuk variance extracted
minimal 0.50 (Ghozali, 2008).
Berdasarkan data hasil pengujian contruct reliability
dan variance extract , dinyatakan seluruh variabel
dalam model penerimaan ini reliable, karena
mempunyai nilai yang sudah memenuhi syarat cut off
value uji reliabilitas.
Uji kelayakan model terdapat 2 (dua) tahapan,
yaitu pengujian measurement dan structural model.
Apabila ingin memperoleh seberapa fit model dengan
data penelitian, yakni dengan cara malakukan evaluasi
terhadap cut of value Goodnes of fit (GOF).
Berikut resume berdasarkan hasil pengujian
GOF dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil pengujian GOF model setelah ada eliminasi
indikator
Goodness of fit
(GOF) index
Chi Square

Cut off
value
Sekecil
mungkin

Hasil
pengujian
1277.780

Probability
CMIN/df
RMSEA

0,05
2,00
0.05 0,08
0.90
0.90
0.90

0.000
585
0.101

Ket. validitas
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid

0.30
0.32
0.28
0.22
0.42
0.31
0.36
0.28
0.74
0.78
0.66
0.77
0.74

GFI
AGFI
TLI

0.635
0.584
0.742

keterangan
Mulai turun nilainya
dibanding pada pengukuran
model awal
Poor fit
Poor fit
Poor fit
Poor fit
Poor fit
Poor fit

VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Apabila dilihat dari hasil pengujian GOF index,


tidak ada satupun hasil yang mengindikasikan fit
model, karena nilainya jauh dibawah cut off value
dari Goodness of fit. Berdasarkan hasil pengujian
kelayakan model, maka direkomendasikan jalur
hubungan antara task technology fit dengan Symbolic
Adoption dieliminasi, karena mempunyai nilai jalur
yang tidak signifikan.
Setelah dilakukan beberapa kali proses eliminisi,
tetapi tetap belum mengindikasikan model tersebut
fit model, maka tahapan berikutnya dilakukan proses
modifikasi model, dengan cara menghubungkan
beberapa variabel error yang disarankan pada tabel
modifivication indices.berikut hasil modifikasi
tampilan model struktural.

Gambar 4.3. Output Path Diagram Hasil Modifikasi

Dari hasil pengujian GOF seluruh kriteria


nilainya masih dibawah cut off value GOF, maka hasil
modifikasi model tersebut belum bisa dikatakan fit
dengan data yang ada, sehingga sampai pada tahapan
ini belum bisa dilakukan uji hipotesis, karena apabila
model nya tidak dinyatakan fit akan membuat bias
dalam mekakukan pengujian hipotesis. Oleh karena itu
metode penelitian alternative dengan menggunakan
Path analysis atau analisis jalur hubungan.
4.2. Analisis jalur (Path analysis)
Analisis jalur merupakan pengembangan dari regresi
model yang digunakan untuk menguji kesesuaian
(fit) dari matrik korelasi, dua atau lebih model yang
dibandingkan oleh peneliti (Ghozali, 2008). Berikut
ini merupakan model penerimaan sistem informasi
INLIS yang disintesis berdasarkan telaah teori.
sebagai berikut :
Gambar 4.4. Path Analysis Model Penerimaan Sistem
Informasi Perpustakaan

Hasil kesesuaian melalui model ini dapat


diperoleh nilai loading factor
antar variabel.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat nilai
loading faktor yang menghubungkan variabel TTF
dengan variabel symbolic adoption memiliki nilai
0.001 dan variable TAC yang mempengaruhi TTF
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

memiliki inilai -0.01 yang berarti dibawah batas nilai


0.05, sehingga jalur koefisien tersebut tidak signifikan
dan harus dihilangkan. Berikut output hasil pengujian
path analysis
Tabel 4.3. Hasil uji Path Analysis

IS
PE
TTF
TTF
SA
SA
SA
SA
SA

<--<--<--<--<--<--<--<--<---

IQ
IS
TAC
TEC
PE
EE
SI
FC
TTF

Estimate

S.E.

C.R.

Label

.747
.611
-.010
.103
.202
.294
.144
.087
.015

.075
.073
.026
.028
.100
.088
.082
.094
.226

9.982
8.376
-.390
3.716
2.024
3.348
1.769
.919
.065

***
***
.697
***
.043
***
.077
.358
.948

par_1
par_2
par_3
par_4
par_5
par_6
par_7
par_8
par_9

keterangan
Diterima
Diterima
Ditolak
Diterima
Diterima
Diterima
Ditolak
Ditolak
Ditolak

Setelah diperoleh data hasil uji path analysis,


maka tahapan selanjutnya dengan melakukan uji
hipotesis. Adapun caranya dengan menganalisis
nilai regresi yang ditampilkan berdasarkan hasil
output dari AMOS21. Pengujian hipotesis ini dengan
menganalisis nilai critical ratio (C.R) serta nilai
probability (p) dari data yang sudah diolah. Batasan
statistik yang disyaratkan, yaitu >1.96 untuk untuk
nilai CR dan dibawah 0.005 untuk nilai probabilitas
nya. Apabila hasil olah data menunjukan nilai yang
memenuhi syarat tersebut, maka hipotesis penelitian
dapat diterima.
Berdasarkan pengujian hipoteisis, membuktikan
bahwa faktor faktor yang mempengaruhi mental
penerimaan pegawai (symbolic adoption) adalah
kualitas informasi (Information quality) yang dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan pegawai terhadap
perolehan informasi (Information satisfaction).
Serta dengan puasnya pegawai atas informasi yang
dipatkan, maka dapat mempengaruhi secara signifikan
terhadap harapan atas performa sistem (Performance
expectancy). Sedangkan yang mempengaruhi secara
langsung mental penerimaan (symbolic adoption)
adalah Performance expectancy dan effort expectancy.
Untuk faktor technology
characteristic dapat
mempengaruhi task technology fit (TTF), akan tetapi
TTF ini tidak memiliki pengaruh terhadap mental
penerimaan (symbolic adoption). Untuk faktor yang
tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
mental penerimaan (symbolic adoption) adalah social
influence, facilitating condition, task technology fit
serta task characteristic.
161

4.3. Implikasi Penelitian


Penelitian ini akan berguna jika hasil analisisnya
dapat digunakan sebagai usulan pengembangan
sistem, adapun implikasi peneltiannya sebagai
berikut :
A. Aspek Manajerial
1. Pihak pengambil keputusan dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi
dalam penerapan sistem informasi perpustakaan
INLIS yang berkesinambungan.
2. Kualitas informasi (Information quality)
merupakan salah satu faktor yang sangat
memperngaruhi penerimaan pegawai dalam
menggunakan INLIS, sehingga dalam
pengembangan sistem kedepanya perlu
diperhatikan tingkat keakuratan, kelengkapan,
kemudahan untuk memahami informasi yang
ditampilkan dari sistem tersebut, serta tingkat
relevansi dan adanya penjaminan tingkat
keamanan informasi yang tersimpan pada
sistem INLIS. Dengan meningkatnya kualitas
informasi yang dihasilkan pada sistem INLIS,
maka akan menimbulkan tingkat kepuasan
pegawai atas perolahan informasi pada sistem
tersebut.
3. Harapan-harapan akan performa dari sistem
INLIS (Performance expectancy) serta
harapan upaya dalam penggunaan sistem
(Effort ecpectancy , akan senantiasa dapat
memberikan masukan bagi pihak yang
melakukan pengembangan sistem, sehingga
dalam pengembangannya variabel penentu
Performance expectancy dan effort ecpectancy
dapat dijadikan tolok ukur dalam evaluasi
sistem.
4. Pihak pengambil keputusan dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
dalam merencanakan pengembangan sumber daya
yang berkompeten dalam menunjang operasional
sistem, sehingga hal ini dapat memberikan
dampak positif baik bagi organisasi, ataupun
bagi para pegawai. Sumber daya yang dimaksud
adalah, berupa fasilitas penunjang operasional
serta berupa keahlian dan pengetahuan para
pegawai dalam penggunaan sistem.
162

B. Aspek Sistem
1. Dampak terhadap sistem akan terlihat pada
tingkat ketersediaan sistem. Pengguna
mengharapkan supaya sistem informasi
INLIS dapat dengan mudah diakses, yang
berarti operasional sistem INLIS perlu
memperhatikan kelangsungan layanannya,
meminimalisasi adanya gangguan terhadap
aplikasi
sistem,
serta
pemeliharaan
infrastruktur teknologi informasi.
2. Untuk pengembangan sistem kedepanya,
faktor kemudahan serta kenyaman dalam
menggunakan system INLIS sangat lah
penting diperhatikan, hal ini disebabkan,
pengguna lebih tertarik untuk menggunakan
sistem yang mudah (user friendly) serta
nyaman.
C. Aspek People (orang)

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, pengguna
menerima sistem ini karena dari kualitas
informasi yang dihasilkan pada sistem tersebut,
sehingga pengelola dapat meningkatkan atas
kualitas data yang diperoleh dari sistem INLIS,
seperti keakuratan informasi, kelengkapan atas
perolehan informasi, format informasi yang
mudah dimengerti, adanya relevansi, serta
tingkat keamanan yang terjamin atas informasi
yang disimpan pada sistem informasi INLIS,
sehingga dengan begitu akan menimbulkan
kepuasan tersendiri bagi para pegawai dalam
menggunakan system INLIS.

2. Performance expectancy atau ekspektasi atas
perfoma sistem informasi INLIS merupakan salah
satu fakor yang mendorong para pegawai untuk
menggunakan sistem tersebut, dengan harapan
adanya sistem tersebut dapat meningkatkan
kinerja para pegawai, baik dalam penyelesaian
pekerjaan, meningkatkan produktivitas kerja,
memberikan kesempatan promosi kerja.

3. Hasil penelitian ini juga bisa memberitahukan
bahwa pegawai perpustakaan nasional sangat
menginginkan sistem informasi yang mudah
digunakan (User friendly) dan nyaman dalam
penggunaannya.
VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

D. Aspek Penelitian Lanjutan


1. Ketepatan dalam pemilihan operasional
variabel penelitian tidak hanya didasarkan
pada adopsi dari teori-toeri yang ada, namun
perlu adanya penyesuaian dengan kondisi
penelitian yang akan dikaji akan menjadikan
operasional variabel lebih tepat dalam
melakukan pengukuran.
2. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
dengan mengembangkan model ini dengan
menambahkan variabel lain yang belum
digunakan, seperti kondisi yang memfasilitasi,
variabel moderating , berupa jenis kelamin,
umur, dan pengalaman.
5. Penutup
Berdasarkan analisa data yang sudah dilakukan,
maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
faktor faktor yang mempengaruhi pegawai dalam
menerima sistem informasi INLIS adalah kualitas
informasi (information quality) yang dihasilkan dari
sistem INLIS, tingkat kepuasan pegawai atas perolehan
informasi (information satisfaction), harapan pegawai
atas perfoma sistem yang dapat meningkatkan kinerja
mereka (performance expectancy), harapan upaya /
usaha dalam penggunaan sistem informasi (effort
expectancy), serta karakteristik dari teknologi yang
akan digunakan, meskipun tidak secara langsung
mempengaruhi mental penerimaan dari para pegawai
dalam mengadopsi penggunaan sistem informasi
INLIS.
Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil
penelitian ini menunjukan bahwa hubungan kausal
yang terjadi antara faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut : terdapat hubungan antara kualitas
informasi (Information quality) dengan kepuasan
akan informasi (Information satisfaction), semakin
berkualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi INLIS, maka akan semakin meningkat
pula kepuasan para pegawai dalam memperoleh
informasi yang dihasilkan dari sistem INLIS.
Semakin pengguna merasa puas akan informasi yang
dihasilkan maka pengguna akan semakin percaya
diri dalam menggunakan informasi tersebut. Hal ini
dipandang akan semakin memenuhi harapan performa
(Performance expectancy) pengguna sistem.

VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Begitu pula semakin sistem itu dapat memberikan


manfaat bagi pegawai yang menggunakannya,
maka akan memberikan keyakinan terhadap mental
penerimaan pegawai (symbolic adoption).
Harapan atas penggunaan (Effort expectancy)
sistem informasi INLIS dapat memberikan pengaruh
positif dan signifikan terhadap mental penerimaan
pegawai (symbolic adoption) dalam penggunaan
sistem informasi INLIS, hal ini menunjukkan semakin
mudah dan nyaman sistem yang akan diterapkan,
maka semakin terdorong pula para pegawai
untuk menerima adopsi (symbolic adoption) dari
sistem informasi tersebut. Karakteristik teknologi
(technology characteristic) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kecocokan teknologi
(task technology fit). Kondisi ini menunjukan
bahwa karakteristik yang dimiliki oleh teknologi
atau sistem informasi yang menyebabkan pegawai
dapat menggunakan sistem tersebut. Pada konteks
penelitian ini pegawai menginginkan adanya sistem
yang mudah diakses, real time serta terjamin tingkat
keamanannya.
Pada kasus Information quality, tidak secara
langsung memberikan pengaruh pada symbolic
adoption, melainkan berpengaruh secara langsung
terhadap information satisfaction, yang kemudian
information satisfaction mempengaruhi performance
expectancy. Dimana performance expectancy
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mental
penerimaan pegawai (symbolic adoption).
Rekomendasi yang diusulkan
Aspek aspek pada kualitas informasi
(Information quality) dapat dijadikan acuan bagi
pihak pengembang dalam melakukan peningkatan
kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem
INLIS, dalam hal ini yang perlu segera dilakukan
mengenai keamanan (security) informasi yang
tersimpan pada sistem INLIS.
Sedangkan untuk meningkatkan kepuasan atas
perolehan informasi para pengguna sistem perlu
peningkatan dari segala aspek kualitas informasi
yang merupakan output dari sistem INLIS. Pihak
pengembang sistem perlu memberikan respon
atas masukan-masukan yang diberikan dari para
pegawai.
163

Item-item yang terdapat pada performance


expectancy
dapat dijadikan strategi dalam
meningkatkan penerimaan pegawai terhadap
sistem INLIS, sehingga untuk kedepannya sistem
dapat lebih bermanfaat bagi para pegawai serta
para pemustaka yang menggunakan sistem
tersebut.
Selain berdasarkan faktor performance expectancy,
item-item yang terdapat effort expectancy juga
bisa dijadikan strategi pengembangan sistem
kedepannya, sehingga sistem yang diharapkan
oleh pegawai, yakni sistem yang user friendly,
serta nyaman, bisa menjadikan daya tarik tersendiri
bagi para pegawai untuk menggunakannya.
Pada penelitian selanjutnya, untuk pemilihan
operasional variabel, tidak hanya diambil dari
teori yang ada, namun harus disesuaikan dengan
konteks penelitian yang akan dikaji, sehingga
operasional variabel penelitian akan lebih tepat
dan terukur.
Perlu adanya penelitian serupa, dengan
menggunakan model ini, tapi ditujukan untuk
voluntary usage , dalam hal ini pemustaka sebagai
pengguna sistem INLIS.
Daftar Pustaka
[1] Pikkarainen, et al. (2004). Consumer acceptance
of online banking: an extension of the technology
acceptance model Internet Research Volume 14
Number 3 pp. 224-235
[2] Petra S.M. Wijaya. (2005). Pengujian Model
Penerimaan Teknologi Internet Pada Mahasiswa.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. l,
No. l. Februari.
[3] Venkatesh, V., et.al. (2003). User Acceptance
of information Technology : Toward a Unified
views, MIS Quarterly, 27, 3, 425 -478.

164

[4] DeLone, W.H. and McLean, E.R. (2003). The


DeLone and McLean model of information
systems success : a ten-year update. Journal of
Management Information Systems, 19,4, 9-30.
[5] Wixom, B. & Todd, p. (2005). A Theoretical
Integration of user satisfaction and technology
acceptance. Information Systems research, Vol.
16, no. 1, pp. 85-103
[6] Goodhue, D.I.., & Thompson, R.L. (1995). Task
Technology Fit and Individual Performance.
MIS Quarterly, 19(2), 213-236.
[7] Nah, F.F. tan, X. & Teh, S.H. (2004). An
empirical investigation on end-users acceptance
of enterprise systems. Information Resource
Management Journal. 17(3), 32-53.
[8] Seymour L., Wadzanai Makanya, Simon
Berrange (2007, April). End-Users Acceptance
of enterprise Resource planning Systems : An
Investigation of Antecedents. Proceedings of
the 6th Annual ISO nEworld Conference. Las
Vegas.
[9] Koh, C., Prybutok, V. Ryan,S.D. and Wu,
Y. (2010). A model for mandatory use of
software technologies : an integrative approach
by applying multiple levels of abstraction
of informing Science. Informing Scieence
: the International Journal of an Emerging
Transdiscipline, Vol. 13, 2010, pp 177-202.
[10] Zhou, T., Lu, Y. B. and Wang, B. (2010).
Integrating TTF and UTAUT to explain mobile
banking user adoption. Computers in Human
Behavior, 26(4), 760-767.
[11] Ghozali, Imam. (2008). Model Persamaan
Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan
Program AMOS 16.0. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

VISI PUSTAKA Vol. 15 No.3 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai