Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen pembimbing : Rusmini, S.kep, Ns, MM

Disusun oleh :
Rendi Saifinuha H.
Retno Purwati
Ridho Alif R.
Riris Prista W.
Riswandi
Rohmah Itsnawati
Sifa Nur Laeli
Siska Sofiatin

(P17420213025)
(P17420213026)
(P17420213027)
(P17420213028)
(P17420213029)
(P17420213030)
(P17420213031)
(P17420213032)

KELAS II A/Semester 4
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2015
KETUBAN PECAH DINI
A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD)

didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal


ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda
persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010)
Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban
memiliki fungsi seperti:
a. Untuk proteksi janin
b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan
atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin.
f. Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa
yang harus diberikan.

B. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi
obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
1.

Inkompetensi serviks (leher rahim)


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,

sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak


mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
2.

Peninggian tekanan intra uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau
lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang
berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim
secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative
kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
(Saifudin. 2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram
kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang
meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra
uterin

bertambah

sehingga

menekan

selaput

ketuban,

manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan


kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan
amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam
jumlah

yang

sangat

banyak.

Hidramnion

kronis

adalah

peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-

angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba


dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa
hari saja.
3.

Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4.

Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP


(sepalopelvic disproporsi).

5.

Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran
organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
6. Penyakit Infeksi adalah

penyakit yang disebabkan oleh sejumlah

mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang


terjadi menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik
8.

Riwayat KPD sebelumya

9.

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban


10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

C. TANDA GAN GEJALA


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah

terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk


sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung
janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
D. PATOGENESIS
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
2. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi,
disproporsi, cervik incompeten dll.
5. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
E. PATHWAY
F. PENGARUH KPD
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal.
2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal,
apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai
infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejalagejala infeksi lainnya.
G. KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada
usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur,

hipoksia

karena

kompresi

tali

pusat,

deformitas

meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.


1. Infeksi

janin,

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.
Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding
dengan lamanya periode laten.
2. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.
3. Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
H. PENANGANAN
1. Konservatif

Rawat di rumah sakit


Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, curigai
adanya kemungkinan solusioplasenta. Jika ada tanda-tanda infeksi
(demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya
jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan< 37 minggu:
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg
per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beri dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Jika usia

kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi


maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal
Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x. Bila ada tanda-tanda infeksi
berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Indikasi
melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
a) Pertimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan
waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000
gram.
b) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38c,
dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan :
a) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
b) Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas
normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik
secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda
gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan infeksiuteri.
c) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
d) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal-hal berikut:

Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa


Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan

Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh


gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi
peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini

1.

A. Pengkajian
Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

2.

Keluhan utama
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit
/ banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudahkering.

3.

Riwayat menstruasi
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal
partus

4.

Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan
sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?

5.

Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan

impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang


diperoleh
6.

Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara
pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah
penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang ulang

7.

Riwayat kesehatan keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di
derita oleh keluarga.

8. Data biologis
a. Bernapas
Tanyakan kesulitan dalam bernapas terutama setelah pembedahan.
b. Makan dan Minum
Tanyakan bagaimana kebisaan makan dan minum pasien apakah telah
mengandung zat gizi.
c. Eliminasi
Tanyakan kebiasaan dan kesulitan atau masalah dalam BAB dan
BAK.
d. Istirahat dan Tidur
Perlu ditanyakan bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat
menganggu istirahat dan tidur pasien.
e. Gerak dan Aktifitas
Observasi hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum dan
setelah aktifitas.
f. Kebersihan Diri
Observasi kebersihan diri terutama payudara dan vulva.
g. Berpakaian
Tanyakan kebiasaan mengganti pakaian .
h. Pengaturan Suhu Tubuh
Tanyakan apakah pasienselama hamil dan pasca pembedahan
mengalami peninggkatan suhu tubuh dan penurunan suhu tubuh.
i. Seksualitas

Tanyakan pola seksualitas dan frekuensi sebelum,saat dan setelah


hamil serta keluhan saat melakukan hubungan seksual.
Data Psikologis
a. Rasa nyaman
Tanyakan ketidak nyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
b. Rasa aman
Kaji hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien.
10.
Data Sosial
a. Sosial
Tanyakan tentang interaksi atau tingkat ketergantungan pasien
9.

terhadap orang lain.


b. Konsep Diri
Diri
Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa sudah menjadi

seorang ibu.
Harga Diri
Tanyakan pada pasien apakah merasa minder atau senang dengan

kehadiran anaknya.
Ideal Diri
Tanyakan pada pasien apakah ada cita-cita untuk merawat

anaknya.
Gambaran Diri
Tanyakan pendapat tentang dirinya.
Peran Diri
Tanyakan pada pasien sadarkah pada perannya sekarang setelah

memiliki anak.
Data Spritual
Kaji kepercayaan pasien terhadap tuhan.
12.
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh dan keadaan kulit
b. Gejala Kardinal
Observasi vital sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi
c. Ukuran ukuran lain
Kaji berat badan sebelum, saat hamil, saat pengkajian dan tinggi
11.

badan.
d. Keadaan fisik
1. Kepala
Observasi kulit kepala, kebersihan, adanya nyeri tekan
2. Muka
Pucat, koloasma gravidarum, adanya nyeri tekan, adanya edema.

3. Mata
Observasi pergerakan bola mata, adanya nyeri tekan, konjungtiva
pucat atau tidak.
4. Hidung
Observasi kesimetrisan, adanya sekret, adanya nyeri tekan,
pernafasan cuping hidung
5. Telinga
Observasi kesimetrisan,

adanya

nyeri

tekan,

kebersihan,

pendengaran
6. Mulut
Observasi membran mukosa, lidah, stomatis, adanya pembesaran
tonsil, kebiruan dan karies.
7. Leher
Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
8. Torak
Observasi pergerakan otot dada saat bernafas, retraksi otot dada,
adanya wheezing, rhonci dan bunyi jantung
9. Payudara
Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, keadaaan puting susu,
hiperpigmentasi aerola mamae, lecet/luka, pembengkakan buah
dada, pengeluaran (kolostrum, asi, nanah)
10. Abdomen
Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi,
distensi kandung kemih, bising usus, terdapat strie
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan, cianocis dan odema
12. Genetalia dan anus
Kebersihan, pengeluaran rochea (jumlah, warna, bau, konsistensi)
haemoroid
13. Data penunjang
Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti
data laboratorium.

B. Diagnosa keperawatan ketuban pecah dini


1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya
ketegangan otot rahim
3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi
tentang Penyakit
C. Intervensi
Dx I

: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah


ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan
pada patogen

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam


diharapkan pasien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi dengan
kriteria hasil :

NOC
: Risk Control
Kriteria Hasil :

NIC

Tanda-tanda infeksi tidak ada.

Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.

DJJ normal

Leukosit pasien kembali normal

Suhu 36,5-37,5
: Infection Control

1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Pantau keadaan umum pasien
3. Bina hubungan saling percaya melalui komunikasi terapeutik
4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk pasien

5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antiseptik sesuai


terapi
Dx II

: Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya


ketegangan otot rahim

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam di


harapkan nyeri berkurang atau nyeri hilang dengan kriteria
hasil:

NOC
: Pain Control
Kriteria Hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg
N: 60-120 X/ menit.
Pasien tampak tenang dan rileks
Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang
NIC
: Pain Management
1. Kali tanda-tanda Vital pasien
2. Kaji skala nyeri (1-10)
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi
4. Atur posisi pasien
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
Dx III

: Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau


konfirmasi tentang Penyakit

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam di


harapkan ansietas pasien teratasi dengan kriteria hasil :

NOC
: Kontrol Kecemasan
Kriteria Hasil
Pasien tidak cemas lagi
Pasien sudah mengetahui tentang penyakit
NIC
: Penurunan Kecemasan
1. Kaji tingkat kecemasan pasien
2. Dorong pasien untuk istirahat total

3. Berikan suasana yang tenang dan ajarkan keluarga untuk


memberikan dukungan emosional pasien.
D. Evaluasi
Dx I Resiko Infeksi

Tanda-tanda infeksi tidak ada.

Tidak ada lagi cairan ketuban yang keluar dari pervaginaan.

DJJ normal

Leukosit pasien kembali normal

Suhu 36,5-37,5

Dx II Gangguan Rasa Nyaman

Tanda-tanda vital dalam batas normal. TD:120/80 mm Hg

N: 60-120 X/ menit.

Pasien tampak tenang dan rileks

Pasien mengatakan nyeri pada perut berkurang

Dx III Ansietas

Pasien tidak cemas lagi

Pasien sudah mengetahui tentang penyakit

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kebidanan.Jakarta.Bina Pustaka.2008
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2003. Jakarta:
YBP-SP.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba
DSOD. EGD

Diposkan oleh my blog di 22.49


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai