Anda di halaman 1dari 3

Egg Drop Syndrome 1976

(EDS-76)
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh hemagglutinating adenovirus (Fadilah dan Polana, 2004). Virus EDS-76
tahan terhadap kloroform dan pH 3-10. Virus ini dapat diinaktivasi pada suhu 60C selama 30 menit, tetapi
dapat bertahan pada suhu 56C selama 3 jam (Tabbu, 2000).
Cara Penularan dan Patogenesis
Penularan penyakit ini terjadi karena adanya kontak langsung dengan unggas lain, terutama itik dan
angsa. Hal ini dikarenakan itik dan angsa merupakan inang yang baik untuk virus EDS76. Selain itu,
penularan penyakit ini juga bisa melalui pemakaian jarum suntik yang telah terkontaminasi EDS76 (Fadilah
dan Polana, 2004). Penyakit ini juga dapat menular secara vertikal (Tabbu, 2000).
Gejala Klinis
Penyakit ini terutama menyerang ayam yang berumur antara 26-35 minggu, yaitu beberapa minggu
sebelum dan setelah mencapai puncak produksi. Gejala ayam yang terserang EDS76 (layer) tidak begitu
tampak. Ayam kelihatan sehat, tetapi produksi telur menurun sampai 40% selama 4-10 minggu. Selain itu,
kualitas telur yang dihasilkan jelek, karena telur memiliki kerabang yang tipis, bahkan ada yang tanpa
kerabang. Warna kerabangnya juga dapat pucat atau tidak berwarna (depigmented). Ukuran telur dapat
mengalami penurunan. Telur yang mempunyai kerabang tipis seringkali mempunyai tekstur yang kasar
menyerupai kertas pasir atau bergranular pada salah satu ujungnya. Terjadi pula penurunan viskositas
albumin telur, yaitu albumin telur bagian luar menjadi encer seperti air, sedangkan albumin telur bagian
dalam tetap normal (Tabbu, 2000; Fadilah dan Polana, 2004).
Perubahan Patologi
1. Perubahan Makroskopik
Terdapat lesi yang cukup besar di bagian ovarium, sebagai akibat dari ovarium yang tidak aktif.
Oviduct juga akan mengalami atropi. Selain itu, terjadi pembengkakan dan edema di lipatan mukosa
saluran uterus, pengecilan glandula tubular, dan terjadi degenerasi di bagian uterine epithelium. Selain
itu, ditemukan juga splenomegali, ova yang membubur dan adanya telur pada berbagai stadium
perkembangan di dalam rongga perut (Tabbu, 2000; Fadilah dan Polana, 2004).
2. Perubahan Mikroskopik
Pada pemeriksaan mikroskopik, dapat ditemukan adanya perubahan pada oviduk meliputi edema
lamina propria; dan infiltrasi limfosit, sel plasma, makrofag dan sejumlah heterofil pada lamina propria
dan mukosa. Pada sejumlah kasus, infiltrasi sel radang dapat berbentuk kumpulan folikel sel limfoid.

Di samping itu, terlihat juga adanya perubahan pada uterus meliputi hiperplasia epitel, hilangnya silia,
atropi glandula tubular, dan degenerasi serta deskuamasi epitel. Replikasi virus di dalam nukleus pada
mukosa dapat menghasilkan benda inklusi intranuklear di dalam epitel istmus, uterus dan vagina
(Tabbu, 2000).
Diagnosis
Diagnosis sangkaan penyakit ini dapat didasarkan atas gejala penurunan produksi telur yang mendadak
disertai oleh adanya telur yang mempunyai kerabang tipis atau kerabang lembek dan telur tanpa kerabang
yang dihasilkan oleh ayam dalam kelompok yang terlihat sehat (Tabbu, 2000).
Diagnosis akhir perlu didukung oleh isolasi dan identifikasi virus menggunakan telur bertunas atau
kultur jaringan asal itik atau angsa yang bebas virus EDS-76. Cairan alantois atau supernatan dari kultur
jaringan perlu diuji lebih lanjut dengan metode hemaglutinasi (HA) atau imunofluorescence (Tabbu, 2000).
Diagnosis akan penyakit ini dapat juga dilakukan dengan uji serologis menggunakan hemagglutinationinhibition test (HI), the serum neutralization test (SN), enzyme-linked immunosorbent assay ELISA),
fluorescence antibody test (FA) atau double immune diffusion test (DID) (Tabbu, 2000; Fadilah dan Polana,
2004).
Penyakit yang mirip dengan EDS-76 adalah infectious bronchitis (IB) (Tabbu, 2000).
Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan dengan memberi vaksinasi menggunakan vaksin EDS-76 oil adjuvant
inactivated, pada saat ayam berumur 14-16 minggu. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan
sanitasi yang ketat dan menghindari terjadinya kontak langsung dengan unggas air (itik dan angsa) (Tabbu,
2000; Fadilah dan Polana, 2004).
Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi penyakit ini. Peningkatan kadar protein dan
mineral dalam pakan mungkin akan mempercepat perbaikan kualitas telur setelah produksi membaik
(Tabbu, 2000; Fadilah dan Polana, 2004).

Fadilah, R. dan Polana, A. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia
Pustaka. Jakarta. Hal 80-82.
Murtidjo, B.A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta. Hal 82-83.

Tabbu, C.R. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Volume 2. Kanisius. Yogyakarta. Hal 4045.

Anda mungkin juga menyukai