URAIAN TEORITIS
kemajuan
teknologi,
dan
penyesuaian
kelembagaan
dan
idiologis
yang
diperlukannya.
Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi
maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan
kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan
teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan
dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat
dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).
Selain itu menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok
pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut
perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini
berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah
output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis
dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di
pihak lain, pertumbuhan ekonommi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana
pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada
dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas
jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan
meningkat.
B. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha
merupakan golongna yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam
kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru,
mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar suatu barang
ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi
keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi
baru.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisanya
dengan memisahkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi
keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan
pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang
menguntungkan. Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari mengadakan
pembaharuan tersebut, merekan akan meminjam modal dan akan melakukan peminjaman
modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka
pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi.
Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih
banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas
kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi
bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat keadaan tidak
berkembang atau stationary state. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam
pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan
yang tinggi. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai
pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu
pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.
C. Teori Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah
Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai
asumsi yaitu:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barangbarang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.
4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya
tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR)
dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Rratio atau
ICOR).
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi
tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal
yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan
investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita
kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika
ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi
tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan,
maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh.
D. Teori Neo-Klasik
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari Amerika
Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan
menggunakan unsur
pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang
saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang
memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian,
syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif
disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya
fleksibilitas dalam rasio modal output dalam rasio modal tenaga kerja.
Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau
mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijaksanaan fiskal dan
kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang
sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori neo-klasik.
Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya
penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan
skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat.
Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar kondisi selalu
diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa
tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh
adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan
modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran
luas informasi pasar.
merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal,
output nasional dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama
menuju pembangunan ekonomi.
Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta
mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan. (a) Keberadaan tabungan nyata dan
kenaikannya; (b) Keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki;
(c) Menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.
Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia
mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi
produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti penting khusus bagi Negara
kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional
dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk
di Negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi
juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah kemajuan
teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannyamembawa ke arah spesialisasi dan
penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan
mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan
overhead social dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan
sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga.
Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah penggalian sumber alam, industrialisasi
dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.
3. Organisasi
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan
dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi
(komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktifitas. Dalam ekonomi
modern para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil resiko dalam
ketidakpastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki
kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut schumputer, seorang
wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan
(inovasi).
4. Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan
hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan dalam teknologi telah
menaikkan prokduktifitas buruh, modal, dan sektor produksi lain.
Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan
ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah atau penyempurnaan
pengetahuan teknik; invensi; inovasi; penyempurnaan, dan penyebar luasan penemuan yang
biasanya di ikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumputer, ia menganggap inovasi
sebagai factor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets,
inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan
perubahan apapun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru
dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.
2. Faktor Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada sumber daya manusia saja tetapi
lebih menekankan pada efisiensi dari produktifitas mereka. Penduduk memiliki dua
kedudukan dalam produksi. Yaitu sebagai tenaga kerja dan juga sebagai konsumen. Sehingga
jumlah penduduk yang besar disatu sisi memiliki dampak yang baik dalam pertumbuhan
ekonomi karena dengan jumlah penduduk yang besar tentunya dapat memperluas pangsa
pasar produksi namun jumlah penduduk yang terlalu banyak tanpa diimbangi produktifitas
yang tinggi dapat menjadi problem bagi suatu negara dimana dapat menimbulkan
pengangguran. Namun apabila pertambahan jumlah penduduk tersebut disertai dengan mutu
yang tinggi serta berketerampilan maka dapat mengurangi resiko meningkatnya
pengangguran.
Selain itu problem
pertambahan jumlah penduduk yang tinggi adalah tidak seimbangnya jumlah penduduk yang
ada dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Akibat dari keseimbangan ini
produktifitas marjinal penduduk akan rendah sekali atau negatif. Apabila didalam
perekonomian sudah berlaku keadaan dimana pertambahan kerja tidak dapat menaikkan
produksi yang tingkatnya lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penduduk, maka pendapatan
per kapita akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebihan akan menimbulkan
kemerosotan atas kemakmuran masyarakat.
3. Faktor Politik dan Administratif
Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan
administrasi yang kokoh.
C. Pendekatan Pengeluaran
PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor
dikurangi impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan
metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa
yang diproduksi.
Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli penduduk (kenaikan
riel).
Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang
disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan
semacam ini merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riel).
Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan
National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan
produktif dilebih dari satu negara.
Penanaman modal secara langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik
dan biasanya menggunakan teknik-teknik produksi negara asal investor, jasa manajerial,
pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh penanam modal asing tersebut
Investasi asing langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara
de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang ditanam di negara
dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan cara investasi itu, investasi itu
langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang
perusahaan dinegara pengimpor modal, pembentukan satu perusahaan tersebut sepenuhnya
dibiayai oleh perusahaan asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan
asing.
Menurut analisis Neo-Klasik tradisional, penanaman modal asing merupakan hal yang
sangat positif. Karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dari
dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestik
bruto.
Penanaman modal asing secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi
yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat,
fasilitas produksi seperti membeli bahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin, membeli
bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini adalah perusahaanperusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya hingga kenegara-negara
berkembang.
2. Join Ventura
Join ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih
pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak memasukkan sejumlah
modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal
tersebut. Jadi Join Ventura merupakan kerja sama antara pemilik modal asing dengan modal
nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, investor asing bisa
saja hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan dan
tenaga kerja.
2.3.2. Kebijakan Pemerintah Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia
Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai dengan
semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk
pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing
dengan memberikan berbagai kemudahan melalui barbagai kebijaksanaan.
Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing
yang meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan
undang-undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan
pengertian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal
asing tersebut.
Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing
adalah Undang-Undang No. I/1967. penanaman modal asing yang dimaksud sesuai dengan
undang-undang ini adalah hanya penanaman modal asing yang meliputi penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan
untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut :
a.
Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal
melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal asing.
b.
c.
Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasaan dan
pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya
memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana kebutuhannya
tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia.
d.
Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan
penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat
kuantitas dan kualitasnya.
B.
Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh
penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).
c.
Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat membiasakan
dari dengan teknologi modern.
d.
e.
Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.
f.
Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung
atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.
g.
h.
2. R. Vernon (1966)
Vernon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini dikenal
dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional, model ini terdiri atas
beberapa tahap.
Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan
dipasarkan di dalam negeri, perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat
sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha di dekat pasar. Pada
waktu permintaan meningkat, suatu tingkat standarisasi dan dipasarkan di dalam negeri.
Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasarpasar baru di negara-negara yang relatif maju dan eksporpun mulai dilakukan dengan tujuan
negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,
pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas
aksi dan reaksi multi national corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.
Tahap terakhir dimana produk sudah distandarisasi sehingga riset dan keterampilan
manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai
mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak kenegara-negara yang sedang
berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk-produk yang
dihasilkan di negara berkembang tersebut akan di impor kembali ke negara asal dan juga
kepasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh
perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk
dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovasinya.
5. J.H.Dunning (1977)
Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba elektrik
(memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori perdagangan,
lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan internasional. Dunning berargumen bahwa luasnya
keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan investasi) antar negara
mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi di luar negeri
yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari
negara lain.
Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi
pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif, sifat-sifat di dalam negeri
seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan di dalam negeri,
kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan
investasi, lingkungan politik sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang
berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran
keuntungan.
Tingkat bunga
Kemajuan teknologi
Situasi politik
2. Tingkat bunga
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan
kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat
pengembalian modal dari modal yang ditanam yaitu berupa persentase keuntungan netto
(belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar), modal yang diperoleh dari tingkat
bunga.
Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang
dimilikinya yaitu: pertama; dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut
(deposito); kedua; dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan
yang akan diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah
mendepositokan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apa bila tingkat
keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan di bayar.
4. Kemajuan teknologi
Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak
kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat
investasi yang dicapai.
7. Situasi politik
Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para
investor terutama para investor asing untuk menanamkan modalnya. Mengingat investasi
memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang
ditanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat
diharapkan oleh investor.
ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula
tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, pertumbuhan merupakan
fungsi Investasi.
Secara teori, PMA berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau
pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah lewat beberapa jalur. Pertama,
lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti juga penambahan output atau
produk domestic bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Ini adalah suatu
dampak langsung. Pertumbuhan X berarti penambahan cadangan devisa (CD) yang
selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara penerima untuk membayar utang luar negeri
(ULN) dan impor (M). Kedua, masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah
sebagai berikut: adanya PP baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap
barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika
permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri
(tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan
produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik
lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu
efek penggandaan dari keberadaan PMA terhadap output agregat di negara penerima. Dalam
kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek PMA.
Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut
berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan
kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan
permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika penambahan
permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya
terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.
Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan
impor, maka efenya nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan
ekspor yang disebabkan oleh adanya PMA, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini
berarti kehadiran PMA memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif
terhadap negara tuan rumah.
Keempat, peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge
lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang
bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaanperusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari
perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau
subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan
menengah, seperti kasus PT Astra Internasional dengan banyak subkontraktor skala kecil dan
menengah.
Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan tersebut adalah pada pembuatan proyeksi/per-kiraan kebutuhan investasi
tahunan dan target pertumbuhan ekonomi. Dengan memegang asumsi bahwa hubungan
timbal balik tersebut terjadi, maka dalam membuat proyeksi investasi harus memperhitungkan variabel pertumbuhan ekonomi; dan sebaliknya dalam mempro-yeksikan angka
pertumbuhan ekonomi, variabel investasi harus dijadikan salah satu faktor penentu.