Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
- Brunner & Suddart, 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi. 8. Jakarta:EGC
-
FRAKTUR
Konsep Dasar
a. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan tendon sesuai jenis dan
luasnya terjadi apabila tulang di kenai stress yang lebih besar dari yng dapat
diabsorbsinya (Bruner & Staddart 2002).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan ruda paksa (Arief Mansjoer,2000)
b. Klasifikasi
1.
Terbuka tertutup
a. Fraktur tertutup (closed) bila tidak tedapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compused) bila terdapat hubungan antara fragmen
dengan tulang dengan dunia luar karena adanya permukaan di kulit.
Di bagi 3 derajat menurut R. Gustillo
Derajat I
o Luka < 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda remuk
o Fraktur sederhana, transversal, oblik atau komunitif ringan
o Kontaminasi minimal
Derajat II
o Laserasi > 1 cm
o Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ovulsi
o Fraktur komunitif sedang, kontaminasi sedang
Derajat III
o Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat yang
tinggi.
2.
a. Fraktur komplit adalah data pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal)
b. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pda sebagian dari garis tengah.
o Hair line Fracture (patah retak )
o Bukee Fracture / lorus frakture, biasanya pada distal radius anakanak
3.
: trauma angulasi
: trauma rotasi
d. Fraktur kompresi
e. Fraktur avulsi
4.
5.
III. Etiologi
a. Penyebab Umum Faktor Patologis
-
Osteaoporosis
Gangguan endoktrin
Neuropatik
b. Lokal
-
Kista
Riwayat Trauma
Krepitasi
Pemendekan ekstremitas
2. Stadium proliferasi
4. Stadium Konsolidasi
-
5. Stadium Remodelling
-
VI. Penatalaksanaan
Pengobatan fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif.
1. Terapi konservatif terdiri dari
a.
b.
c.
d.
Traksi untuk reposisi secara perlahan pada anak dipakai traksi kulit
(traksi hamilton russel, traksi bryant) traksi kulit terbatas untuk 4
minggu dengan beban < 5 kg untuk traksi dewasa / traksi definitif
harus traksi skeletal berupa balanced traction.
b.
lakukan narkosis umum atau anestesi lokal bila luka ringan dan
kecil.
2)
3)
4)
5)
Eksisi luka pasis demi lapis, mulai kulit, sub kutis, fasia hingga
otot. Eksisi otot otot pertahankan fragmen tulang besar yang perlu
untuk stabilitas.
6)
Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup
satu minggu setelah edema menghilang (secondary suture) atau dijahit
situasi bila luka terlalu lebar (jahit luka jarang)
i.
Komplikasi
1. Syak hipovelemik, syah neurogenik
2. Cplush syndrom kegagalan nepatorenal terjadi pada klien dengan
trauma yang mengakibatkan penghancuran yang luas dan devitalisasi
pada otot otot dan pembuluh darah.
3. emboli lemak
4. Trombosis venosa
5. Emboli pulmonal
6. Komplikasi lebih lanjut
ii.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan
hubungan tulang.
2. Computed fotografhy (CT scan)
Mengidentifikasi lokasi dan panjang patah tuang yang sulit dievaluasi
(misal asetabulum)
3. Magnetic Resonance Imoging (MRI)
Merupakan teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan
medan magnet, gel radio dan komputer untuk memperlihatkan
abnormalitas jaringan lunak sepertio otot, tendon, dan tulang rawan.
4. Angiografi
Pemeriksaan struktur vaskuler, arteriografi adalah pemeriksaan sistem
arteri untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat
amputasi yang akan dilakukan, pasien dibiarkan berbaring selama 12
24 jam untuk mencegah perdarahan tempat penusukan arteri.
5. Pemeriksaan Laboratorium
-
Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan / kehilangan
(mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dan
pembengkakan jaringan, nyeri).
2.
Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas)
atau hipotensi kehilangan darah
Takikardi (respon
, hipovelemia)
Neurosensori
Gejala :
Tanda :
4.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Nyeri berat tiba tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada
emobilisasi; tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf spasme / kram
otot (setelah mobilisasi).
5.
Keamanan
Tanda :
6.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap trauma (tambahan b.d. kehilangan integritas tulang
2. Nyeri (akut) b.d. spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan cidera
pada aringan lunak. Alat traksi / mobilisasi, stress, ansietas.
3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer b.d. penurunan /
interupsi aliran darah, cidera vaskuler langsung edema berlebihan,
pembentukan trombus, hipovelemia.
4. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d. berubahan aliran;
darah/emboli lemak perubahan membran alveolar / kapiler: intertisial,
edema paru, kongesti.
5. Kerusakan mobilitas fisik b.d. ketidakmampuan untuk bergerak,
keterbatasn rentang gerak, penurunan kekuatan / kontrol otot.
6. Integritas kulit / jaringan, kerusakan : aktual / resiko tinggi terhadap b.d.
cidera tusuk,
Intervensi Keperawatan
Dx : I
Tujuan : tidak terdapat adanya tanda tanda dan gejala gejala yang membuat
diagnosa aktual.
Kriteria standart
1. Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
2. Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada sisi
fraktur
3. Menunjukkan pembentukan kalus / mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring / ekstremitas sesuai indikasi
R/ meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi /
penyembuhan.
2. Sokong fraktur dengan bantal / gulungan selimut, pertahankan posisi netral
pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, pembebat, gulungan trokanter
papan kaki.
R/ mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi. Posisi yang
tepat dan bantal yang dapat mencegah tekanan deformitas pada gips yang
kering.
3. Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema.
R/ Pembebat koaptasi mungkin digunakan untuk memberikan umobilisasi
fraktur dimana pembengkakan jaringan berlebihan.
4. Pertahankan posisi / integritas traksi (contoh : Buck, Dunlop, Pearson,
Russel)
R/ Traksi mungkin tarikan pada aksis panjang fraktur tulang dan mengatasi
tegang otot / pemendekan untuk memudahkan posisi / penyatuan.
5. Pertahankan katrol tidak terhambat dengan beban bebas menggantung;
hindari mengangkat / menghilangkan berat.
N : 80 90x/mnt
RR : 16 20x/mnt
Intervensi
1. Pertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan ti
R/ menghilangkjan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
2. Tinggikan / dukung ekstremitas yang terkena
R/ me aliran balik vena, me edema dan menunrunkan nyeri.
3. Hindari penggunaan sprei / bantal plastik dibawah ekstremitas dengan gips
R/ me ketidaknyamanan karena me produksi panas dalam gips yang
kering.
4. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif / aktif
Dx III
Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisinya.
KS :
-
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
Patofisiologi
Benturan
Cidera
Jatuh
Trauma Kecelakaan
Jaringan lunak
Tulang
Vaskuler
Sendi
Fraktur terbuka
Fraktur tertutup
Reduksi fraktur
Diskontinuitas
Robekan
Nyeri
Imobilitas fisik
Diskontinuitas jar
Terkontaminasi
Rencana
OP
Imobilisasi
Udara luar
Perdarahan
Kerusakan mobilitas
Inflamasi
Kurang pengetahuan
Resti infeksi
Asupan nutrisi
G3 penularan
kurang
Penyembuhan (-)
Cemas
kulit
Ulkus
pressure
Perubahan perfusi
jaringan
Kerusakan
integritas kulit
eliminasi
Kerusakan
pertukaran
gas
Disfungsi
neurofaskuler
perifer
Respon nyeri
Perubahan
Nyeri
pola bowel
urine
Gelisah, susah tidur
Perubahan pola
istirahat tidur
Perubahan
Pola eleminasi