PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan jaringan ikat
sekitarnya. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atauuterine fibroid. Mioma
uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa
menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan
pada pelvis.1,2
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (2025%), dimana prevalensi
mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus,
membuktikan banyak wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang
terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi (<1%). Gejala mioma uteri secara medis
dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, termasuk menoragia, ketidaknyamanan daerah
pelvis, dan disfungsi reproduksi.Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 3550 tahun, menunjukkan
adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi
sebelum menarche dan menopause. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan
2,39%11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA warna kulit hitam 39
kali lebih tinggi menderita mioma uteri.3
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada
wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan
adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk
dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka histerektomi).3
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai tumbuh
dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim.Bentuk tumor bisa
tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan
intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh
kedalam mukosa rahim, keluhan yangbiasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar
siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal dengan
tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru mengeluh bila
tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan keras,benjolan
tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.4
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi mioma uteri itu
sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan epidemiologi mendapatkan peranan
besar komponen genetik dalam patogenesis dan patobiologi mioma uteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas
jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterinefibroid.Uterus miomatosus adalah
uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu antara 912 cm,
dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil.1
2.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.Mioma uteri belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 2030% dari seluruh wanita.
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,3911,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 3545 tahun (kurang lebih 25%)
dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan
akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita
yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atauhanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat
apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,kegemukan dan nullipara. 2
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :1
1) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara
3545 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat
ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3) Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri
tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4) Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana
mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.
2.4 Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu
sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau
arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami
mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa
pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.Percobaan Lipschultz yang memberikan
estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada
permukaan maupun pada tempat laindalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah
dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis GnRH dalam waktu
lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap
reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang distimulasi
oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh
estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah
ooforektomi bilateral pada usia dini.
2.5 Histopatogenesis
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal.
Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosa, intramural, dan subserosum. Mioma
uteri lebih sering ditemukan pada nullipara, faktor keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri
dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan
sekuder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degenerative karena berkurangnya aliran
darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi, degenerasi hialin, degenerasi kistik,
degenerasi membatu, degenerasi merah, dan degenerasi lemak.2
2.6 Klasifikasi Mioma Uteri
Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi
4 jenis antara lain:4
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi
mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat
diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa
kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di
dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan
uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dari dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau
omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat
menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
2.7 Gejala Klinis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 2050% saja mioma uteri
menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga
terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini,antara lain adalah :
-
endometrium.
Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dari
penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan,
yang paling sering adalah jenis mioma submukosa.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
juga dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung
kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi
dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis tuba,
sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga
uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan,
dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk
dilakukan miomektomi.
2.8 Diagnosis
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, factor resiko serta
kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Pemeriksaan fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus Pemeriksaan
status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar
sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,tidak sakit.
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah
Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan
dengan keluhan pasien.
b) Imaging
- Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus. Mioma
uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang
-
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi
harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 1012
minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan
operasi.Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala.
2. Terapi Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan
misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan adalah 3050%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya tindakan terpilih.Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam.
Yang akhir inijarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak
adaperlekatan
dengan
sekitarnya.
Adanya
prolapsus
uteri
akan
mempermudah
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,
progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain
(gossipol,amantadine).
a. GnRH analog
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri yang
diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan pengurangan volume
uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20%
dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80%.
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya
menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah
menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioama uteri memberikan
hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling
rensponsif terhadap pemberian GnRH ini. Keuntungan pemberian pengobatan
medikamentosa dengan GnRHa adalah:
-
Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
b. Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada pemberian
progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg perhari selama 21 hari dan tiga
pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri,
hal ini belum terbukti saat ini.
c. Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis substansial didapatkan
hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20-25% dimana diperoleh fakta bahwa
danazol memiliki substansi androgenik. Tamaya, dkk melaporkan reseptor androgen pada mioma
terjadi peningkatan aktifitas 5-reduktase pada miometrium dibandingkan endometrium normal.
Mioma uteri memiliki aktifitas aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari androgen.
d. Gestrinon
Merupakan suatu trienik 19-nonsteroid sintetik, juga dikenal dengan R 2323 yang terbukti
efektif dalam mengobati endometriosis. Menurut Coutinho (1986), melaporkan 97 wanita,
A(n=34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2x seminggu, kelompok B(n=36) menerima 2,5 mg
gestrinon peroral 2x seminggu, dan kelompok C(n=27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginam
3x seminggu.Data masing-masing dievaluasi setelah 4 bulan didapatkan volume uterus
berkurang 18% pada kelompok A, 27% pada kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat
5%. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95% pasien amenore, Coutinho
menyarankan penggunaan gestrinon sebagai terapi preoperatif untuk mengontrol perdarahan
menstruasi yang banyak berhubungan dengan mioma uteri.
e. Tamoksifen
2.11 Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.Hal
ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut
antara lain:
o Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
o Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya
seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
o Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumorsukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
o Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarangmioma maka mioma menjadi keras
dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
o Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakankarena suatu
nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merahtampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus,sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
o Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri antara lain:
o Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,320,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 5075% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnyabaru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaanakan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadipembesaran sarang
mioma dalam menopause.
o Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akutsehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
o Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karenagangguan
sirkulasi darah padanya.
2.12 Prognosis
Prognosis mioma uteri baik, bila tanpa komplikasi, karena mioma uteri akan mengalami
regresi sesudah menopause, hanya 10% yang masih terus tumbuh.
Prognosa mioma uteri menjadi buruk, bila ada degenerasi ganas (0,32-0,6 %) atau
komplikasi akibat penekanan yang kronis, seperti hidronefrosis dan hidroureter
BAB III
KESIMPULAN
1. Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus dan jaringan ikat
2.
sekitarnya
Beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu
Umur
Paritas
Faktor ras dan genetic
Fungsi ovarium
3. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi
4 jenis antara lain:
Mioma submukosa
Mioma intramural
Mioma subserosa
Mioma intraligamenter
Perdarahan abnormal
Rasa nyeri
Gejala dan tanda penekanan
Infertilitas dan abortus
Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 53 Tahun
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Bangsa
: Indonesia
Nama Suami
: Tn. D
Umur
: 55 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: 23 22 15
Tanggal Masuk RS
: 18 September 2014
Pukul
: 13.10 WIB
Ny. R, 53 tahun, P1A0, menikah 1x pada usia 22 tahun, i/d Tn D, 55 Tahun, datang ke RS
Haji Medan pada tanggal 18 Septembar 2014 pukul 13.10 wib dengan :
KU
Telaah
Pasien merupakan pasien kiriman dari poli kebidanan RS Haji Medan dengan diagnosa
mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan diperut bagian bawah yang tidak
nyeri sejak 2-3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan keluar darah pervaginam yang
banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terkhir dan nyeri selama menstruasi. Darah yang
keluar bergumpal dan haid yang dialami lama, lebih dari 10 hari. Pasien juga mengaku
haidnya tidak teratur. Riwayat dikusuk (-), riwayat campur berdarah (-), keputihan (-),
BAB dan BAK normal.
RPT/RPO
: -/-
RPK
:-
Riwayat Haid : Menarche 12 tahun, siklus terakhir tidak teratur, lama 5-7 hari, volume 23 kali ganti pembalut, nyeri haid (-).
Riwayat Kehamilan
: P1A0
Riwayat KB
: (-)
Riwayat Operasi
: (-)
Berat Badan
: 61 kg
: CM
Anemis
: (-)
TD
: 130/80mmHg
Ikterik
: (-)
HR
: 88x/i
Sianosis
: (-)
RR
: 22x/i
Dyspnoe
: (-)
: 36,6 oC
Oedem
: (-)
Status Generalisata
Kepala
Mata
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status Ginekologi
Pemeriksaan Inspekulo
Portio : tampak licin, erosi (-), darah (-), keputihan (-), flour albus (-), massa (-)
Vagina : dinding vagina normal, tanda-tanda peradangan (-), sekret (-), massa (-)
: Uterus Anteflexi besar biasa, parametrium lemas ka/ ki, adnexa kanan teraba
massa kistik sebesar kepala orang dewasa, permukaan rata, mobile, pole atas 3
jari bpx, pole bawah setentang symphisis, nyeri (-). Nyeri goyang cervix (-),
Cavum Douglas tidak menonjol.
Pemeriksaan dalam
Uterus
USG
DIAGNOSA
Mioma uteri
RENCANA TINDAKAN
Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
Cek darah rutin, fungsi ginjal, fungsi hepar dan gula darah, foto thorax, EKG
Lakukan tindakan operasi TAH-BSO pada tanggal 19 september 2014
Nilai Rujukan
Hb
: 15,0 g%
12-16 g/dL
Eritrosit
: 3,6.10^6
3,9-5,6^6
Ht
: 42,7%
36-47 %
Trombosit
: 217.000/uL
MCV
: 90,1 fL
80-96 fL
MCH
: 30,1 pg
27-31 pg
MCHC
: 33,1%
30-34 %
LED
: 19 mm/jam
KGDS
: 97 mg/dL
Fungsi Hepar
150.000-450.000/uL
0-20 mm/jam
<140 mg/dL
Nilai rujukan
Alkali phospate
Bilirubin direct
SGOT
: 18 U/I
SGPT
: 20 U/I
: 66 mg/dL
: 0,22 mg/dL
15-70 mg/dL
0,3-1 mg/dL
<0,25 mg/dL
<40 U/I
<40 U/I
Fungsi Ginjal
Ureum
: 31 mg/dL
20-40 g/dL
Creatinin
: 0,19 mg/dL
0,6-1 g/dL
0-35 U/mL
Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.
Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic kemudian abdomen
ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.
Dilakukan insisi pfanenstel mulai dari kutis, sub kutis, fascia digunting kekanan dan
kekiri, otot dikuakkan secara tumpul, peritoneum dijepit dengan pinset anatomis dan di
insisi kemudian dilebarkan keatas dan kebawah, evaluasi cavum abdomen tampak uterus
lebih besar dari biasa.
Kemudian diputuskan untuk dilakukan TAH BSO, ligamentum rotundum dicleim dan
digunting, kemudian diikat, identifikasi ligamentum infundibulo pelvikum dikleim,
diinsisi dan diikat.
Kedua arteri uterine dikleim dan di insisi dengan electrocauter dan dijahit. Ligamentum
sacrouterina dkleim dan di insisi dengan electrocauter kemudian diikat, evaluasi
perdarahan.
Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum abdomen ditutup lapis
demi lapis.
POST OPERASI
Uterus ukuran 8x 8 x 9 cm
Perdarahan 200 cc
IVFD RL 20 gtt/i
sens
: compos mentis
anemis
: -/-
TD
: 130/70 mmHg
ikterik
: -/-
HR
: 80 x/I
sianosis
:-
RR
: 20 x/I
dyspnoe
:-
: 36,50C
oedem
:-
SL
Abdomen
P/V
: (-)
Diagnosa
L/O
BAB
: (-)
BAK
Flatus
: (+)
Terapi
: -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
sens
: compos mentis
anemis
: -/-
TD
: 110/80 mmHg
ikterik
: -/-
HR
: 80 x/i
sianosi
:-
RR
: 20 x/i
dyspnoe
:-
: 36,50C
oedem
:-
SL
: Abdomen
P/V
: (-)
L/O
BAB
: (-)
BAK
Flatus
Diagnosa
: (+)
Terapi
: -IVFD RL 20 gtt/i
-Injeksi Cefotaxime 1 g/12jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/12jam
-Injeksi As.Traneksamat /12 jam
sens
: compos mentis
anemis
: -/-
TD
: 120/70 mmHg
ikterik
: -/-
HR
: 80 x/i
sianosis
:-
RR
: 20 x/i
dyspnoe
:-
: 36,50C
oedem
:-
SL
: Abdomen
P/V
: (-)
L/O
BAB
: (-)
BAK
Flatus
: (+)
Diagnosa
Terapi
:-IVFD RL 20 gtt/I
-Injeksi Cefotaxime 1 g/8 jam
-Injeksi Metronidazol/12 jam
-Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam
-Injeksi As.Traneksamat/12 jam
R/Aff kateter
sens
: compos mentis
anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
ikterik
: -/-
HR
: 80 x/i
sianosis
:-
RR
: 20 x/i
dyspnoe
:-
: 36,50C
oedem
:-
SL
Abdomen
P/V
: (-)
L/O
BAB
: (-)
BAK
: (+)
Flatus
: (+)
Diagnosa
Terapi
:-IVFD RL 20 gtt/i
-Cefadroxil 2x500mg
-Asam mefenamat 3x500mg
R/ Aff Infus
sens
: compos mentis
anemis
: -/-
TD
: 120/80 mmHg
ikterik
: -/-
HR
: 80 x/i
sianosis
:-
RR
: 20 x/i
dyspnoe
:-
: 36,40C
0edem
:-
SL
Abdomen
P/V
: (-)
L/O
BAB
: (-)
BAK
: (+)
Flatus
: (+)
Diagnosa
Terapi
-Cefadroxil 2x500mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Grahabion 2x1
DAFTAR PUSTAKA
1)
2)
3)
4)