Anda di halaman 1dari 79

1

Edisi Revisi 1

Buku Ajar

RISET
EPERAWATAN

Anas Tamsuri

ii

Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan karunia
sehingga penulis berhasil menyelesaikan pembuatan buku
sederhana ini.
Buku ini sengaja dibuat untuk menjawab kebingungan
mahasiswa diploma III keperawatan dalam penyusunan riset
keperawatan. Begitu banyaknya buku riset ternyata tidak mampu
memberikan kemudahan bagi mahasiswa untuk memahami riset.
Karena itu buku ini sengaja dibuat dalam bentuk sederhana untuk
menuntun mahasiswa menyelesaikan pembuatan laporan riset.
Penulis menyadari isi dan pendekatan yang dilakukan dalam
buku ini tidak relevan lagi bagi peneliti yang cukup mapan dan
menguasai riset, karena memang kehadiran buku ini hanya untuk
mengantarkan mahasiswa memahami riset dengan mudah.
Pamekasan, Februari 2004

iii

Pengantar Edisi Revisi


Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan karunia
sehingga penulis mampu melakukan revisi terhadap buku yang
sebelumnya telah beredar dikalangan mahasiswa dengan judul
Panduan Praktis Membuat Riset Keperawatan Bagi Pemula.
Perbaikan yang dilakukan oleh penulis dalam kesempatan ini
dilakukan dengan mempertimbangkan banyak hal. Salah satu
kebutuhan yang mendesak adalah mengatasi berbagai kekurangankekurangan dan mungkin kekeliruan yang cukup banyak terdapat
pada edisi perdana. Persiapan pembuatan buku edisi perdana yang
cukup singkat (2 hari) membuat kekurangan semakin nampak disana
sini.
Dalam kesempatan ini penulis perlu menyampaikan terimakasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan dan koreksi
baik secara langsung maupun tidak langsung, yang kesemuanya
memberikan wacana baru bagi perbaikan pada buku ini. Khusus
kepada Bp. Dr. Windhu Purnomo, MS; yang telah banyak membuka
wawasan dan wacana, kami ucapkan banyak terimakasih.
Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa dengan beredarnya
diktat ini dikalangan mahasiswa, maka buku edisi perdana yang
sempat beredar di kalangan mahasiswa angkatan tahun 2003 tidak
berlaku lagi.
Akhirnya, sekali lagi saran dan masukan yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan dari segenap rekan dosen,
mahasiswa dan pihak lainnya demi kemajuan dan perbaikan dimasa
datang.

Kediri, September 2006

iv

DAFTAR ISI
Judul Dalam ...
Pengantar ..
Pengantar Edisi Revisi ....
Daftar Isi ....

i
iii
iv
v

BERFIKIR ILMIAH DAN METODE ILMIAH ..

MENGEMBANGKAN MASALAH PENELITIAN ...

10

MENENTUKAN TUJUAN PENELITIAN ..

17

MENGEMBANGKAN TEORI, KERANGKA KONSEP DAN


HIPOTESIS ...

19

MENENTUKAN DESAIN PENELITIAN ....

25

PENENTUAN SAMPEL DAN SAMPLING ...

36

MEMBUAT KERANGKA KERJA

42

VARIABEL DAN DEVINISI OPERASIONAL

45

MENGEMBANGKAN ALAT UKUR

49

MELAKUKAN PENGOLAHAN DATA

57

STATISTIKA PENELITIAN .

64

vi

BERFIKIR ILMIAH DAN METODE ILMIAH


Secara umum terdapat 2 macam cara memperoleh pengetahuan
yaitu:
A. Cara tradisional (Non Ilmiah)
Cara tradisional atau non ilmiah ini meliputi :
1. Cara Coba salah (Trial dan Error)
Cara coba salah merupakan teknik yang telah dilakukan oleh
manusia sejak jaman sebelum kebudayaan. Ketika manusia
menghadapi masalah mereka akan melakukan usaha cobacoba dengan menggunakan berbagai kemungkinan dalam
memecahkan berbagai masalah. Metode ini banyak
membantu perkembangan berfikir manusia kearah yang
lebih sempurna. Contohnya adalah penemuan kina dari
penderita malaria, pencegahan lumpur Lapindo Brantas.
Metode ini masih sering digunakan pada saat sekarang,
utamanya apabila penalaran telah buntu untuk memecahkan
masalah.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang
dilakukan orang, tanpa elalui penalaran apakah yang
dilakukan itu baik atau buruk. Kebiasaan ini umumnya
diwariskan secara turun temurun. Seperti mengapa harus
ada acara selapanan dan kenduri, mengapa anak kecil
dilarang makan kelapa, dan sebagainya. Kebiasan ini seolah
diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama maupun ahi ilmu pengetahuan.
3. Berdasarkan pengalaman
Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalaha yang
dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang
digunakan tersebut orang dapat memecahkan maslah yang
dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang
sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut untuk
memecahkan maslah dikesempatan yang lain.
1

Riset keperawatan Anas Tamsuri

4. Melalui jalan pikiran


Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara
berfikir manusia juga berkembang. Di sini manusia telah
memapu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya; baik melalui jalan induksi maupun deduksi.
Induksi dan deduksi merupakan cara melahirkan pemikiran
secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukakan, sehingga dicari hubungannya sehingga dapat
sibuat suatu kesimpulan. Apabila proses spembuatan
kesimpulan it pernyataan-pernyataaan khusus kepada
umum dinamakan induksi sedangkan apabila penarikan
kesimpulan dilakukan dari pernyataan umum kepada khusus
maka disebut deduksi.
Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus kepada
pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam
berfiir induksi pembuatan kesimpulan tersebut
didasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangkap
oleh indra; kemudian disimpulkan dalam suatu konsep
yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu
gejala. Karena proses berfikir undiksi itu beranjak dari
hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka
dapat dikatakan bahwa induksi berasal dari hal-hal
konkret kepada hal-hal yang abstrak.
Proses berfikir induksi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
induksi sempurna dan induksi tidak sempurna. Induksi
sempurna terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari
penjumlahan dari kesimpulan khusus. Misalnya,
masing-masing atau tiap-tiap anak yang lahir prematur
perkembangannya lambat, jadi kesimpulannya semua
anak prematur perkembangannya lambat.
Proses
pengamatan pada induksi lengkap dilakukan pada
seluruh objek kemudian seluruh objek itu diidentifikasi
keumumannya (kesamaan-kesamaan dalam suatu hal)
dan ditarik kesimpulan umumnya.
Adapun induksi tidak sempurna adalah apabila
keseimpulan tersebut diperoleh dari lompatan
pernyataan-pernyataan khusus pada beberapa objek
saja (hanya pada beberapa sampel saja). Misalnya:
Anas pengetahuannya kurang perilakunya buruk
Riset keperawatan Anas Tamsuri

Andi pengetahuannya kurang perilakunya buruk


Tono pengetahuannya kurang perilakunya buruk
Kesimpulannya :
Orang yang pengetahuannya kurang perilakunya buruk.
Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan
umum ke khusus. Aristoteles (834-322 SM)
mengembangkan cara berikir deduksi ini kedalam suatu
cara yang disebut silogisme. Silogisem merupakan
salah satu bentuk deduksi yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang lebih
baik. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa
sesuatu dianggap benar pada kelas tertentu, berlaku
juga kebenarannya pada semua yang terjadi pada
setiap yang termasuk dalam kelas itu. Disini terlihat
proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan umum
mencapai pengetahuan yang khusus. Silogisme
sebagai bentuk berfikir deduksi yang teratur terdiri atas
tiga pernyataan atau proposisis yaitu pernyataan
pertama atau disebut premis mayor, yang berisi
pernyataan yang bersifat umum, pernyataan kedua
yang bersifat lebih khusus daripada pernaytaan pertama
disebut permis minor, sedangkan pernyataan ketiga
merupakan kesimpulannya, disebut konklusi atau
konsekuen.
Contoh :
Semua anak yang status gizinya baik memiliki IQ tinggi
(Premis Mayor)
Ruli status gizinya baik (Premis minor)
Jadi ruli anak yang IQ-nya tinggi (konklusi).
Silogisme dibagi menjadi dua macam yaiut silogisme
ktegoris dan silogisme hipotetis. Ynag dimaksud
silogisme kategoris ialah proses berfikir, dengan
melakukan penyelidikan identitssas (kesamaan) atau
diversitas (perbedaan) dua konsep objektif; dengan
membandingkannya ketiga konsep tersebut berturutturut. Contoh :
Semua penderita malaria mengalami kekurangan darah
Pak ali menderita malaria
3

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Pak ali kekurangan darah


Sedangkan silogisme hipotetis adalah silogisme,
dimana premis mayornya merupakan pernyataan
hipotesis dan premis minornya mengakui atau menolak
salah satu atau bagian dari perimis mayor tersebut.
Silogiseme hipotesis ini ini terdiri atas tiga macam yaitu
silogisme kondisional, silogisme disjunctive (pemisahan)
dan silogisme konjunctive (penghubung).
Silogisme hipotesis kondisional ialah silogisme dimana
premis mayornya berbentuk suatu keputusan bersyarat,
dirumuskan dengan kata-kata jika, apabila atau maka
Misalnya:
Apabila Minah mendapatkan imunisasi polio, ia tidak
cacad
Minah tidak cacad
Jadi minah telah mendapatkan imunisasi polio
Silogisme pemisahan ialah silogisme, dimana premis
mayornya
berbentuk
hipotesis
yang
ebrsifat
memisahkan. Contoh:
Didi atau dudung yang kekurangan gizi
Didi berat badannya normal
Jadi dudung yang kekurangan gizi
Adapun silogisme penghubung adalah silogisme yang
premis
mayornya
berbentuk
penyataan
yang
menghubungkan
Contoh :
Tidak mungkin ibu hamil yang gizinya baik menderita
anemia
Ibu ani hamil gizinya baik
Jadi ibu Ani tidak menderita Anemia
B. Cara modern atau cara ilmiah
Cara perolehan pengetahuan melalui cara ilmiah pertama kali
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Cara ini disebut
juga metodologi penelitian (research methodology). Tahapan
dari ketiatan ini adalah pengamatan secara langsung terhadap
gejala
alam
atau
kemasyarakatan,
kemudian
hasil
pengamatannya dikumpulkan atau diklasifikasikan dan akhirnya
Riset keperawatan Anas Tamsuri

ditarik kesimpulan. Metode induktif yang dilakukan oleh Bacon


ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen dimana ditambahkan
bahwa dalam observasi langsung diadakan pencatatanpencatatan terhadap semua fakta yang berhubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup 3 hal pokok
yaitu:
a. Segala sesutau yang positif, yakni gejala tertentu yang
muncul pada saat dilakukan pengamatan
b. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengataman
c. Gejala-gejalayang muncul secara bervariasi, yaitu gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri atau
unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal
tersebut digunakan untuk melakukan pengambilan kesimpulan
atau melakukan generalisai.
Prinsip-prinsip umum yang
dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk
mengembangkan metode penelitian
yang lebih praktis.
Selanjutnya dilakukan penggambungan antara proses berfikir
deduktif-induktif-verivikatif sperti yang dilakukan oleh Newton
dan Galileo, yang menghasilkan suatu cara penelitian yang
sekarang ini kita pelajari yaitu metode penelitian ilmiah
(Scientific Method)
C. Metode Ilmiah
Metode ilmiah pertama kali dikenalkan oleh John Dewey melalui
buku How We Tink (1910) yaitu sebagai berikut:
1. Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan
masalah atau kesulitan itu mendorong perlunya pemecahan
2. Merumuskan dan atau membatas kesulitan/maslah tersebut.
Didalam hal ini diperlukan observasi untuk mengumpulkan
fakta yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Mencoba mengajukan pemecahan masalah / kesulitan
tersebut dalan bentuk hipotesis-hipotesis. Hipotesis ini
merupakan pernyataan yang didasarkan pada suatu
pemikiran atau generalisai untuk menjelaskan faktatentang
penyebab masalah
4. Merumuskan alasan dan akibat dari hipotesis yang
dirumuskan secara deduktif
5. Menguji hipotesis yang diajukan, dengan berdasarkan faktafakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian.
5

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Hasil pembuktian hipotesis ini bisa menguatkan hipotesis


dalam arti hipotesis diterima, dan dapat pula memperlemah
dalam artian hipotesis ditolak. Dari hasil penelitian
selanjutnya digunakan untuk membuat pemecahan masalah
yang telah dirumuskan sebelumnya.
Almack membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu
cara menerapkan prinsip-rpinsip logis terhadap penemuan,
pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian maka
penelitian pada dasarnya adalah proses penerapan metode
ilmiah tersebutt dan hasilnya adalah ilmu (kebenaran).
Dalam metode ilmiah, sebaiknya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Berdasarkan fakta
Informasi serta ketaraangan dan data yang dikumpulkan
serta dianalisis dalam proses penelitian harus berdasarkan
fakta-fakta atau kenyataan; dan bukan berdasarkan dugaan
atau pemikiran pribadi atau orang lain.
2. Bebas dari prasangka
Penggunaan fakta dan data
dalam poses penerapan
metode ilmiah harus berdasarkan bukti yang lengkap dan
objektif, dan bebas dari pertimbangan-pertimbangan
subyektif. Oleh karena itu metode ilmiah harus bebas dari
prasangka atau dugaan.
3. Menggunakan prinsip analisis
Fakta dan data yang telah diperoleh dari hasil pengumpulan
data pada penelitian tidak hanya disajikan apa adanya
namun perlu dilakukan proses analisa terhadap data
sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan.
4. Menggunakan hipotesis
Hipotesis penelitian diperlukan untuk memandu jalan pikiran
atau kearah mana tujuan penelitian ingin dicapai
5. Menggunakan ukuran objektif
Pengumpulan data hendaknya menggunakan ukuran yang
obyektif. Tidak boleh dinyatakan berdasarkan pertimbangan
subyektif (pribadi)
Adapun langkah-langkah metode ilmiah secara umum adalah:
1. Memilih dan atau mengidentifikasi masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan. Masalah dapat diperoleh daripengalaman
Riset keperawatan Anas Tamsuri

2.

3.

4.

5.

6.

pribadi, kenyataan/ kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat


secara umum, atau ditemui dalam bidang pekerjaan atau
keilmuan tertentu. Kenyataan hidup dapat menjadi masalah
manakala kenyataan itu tidak sesuai dengan harapan/
kondisi ideal, teori atau tujuan serta kebijakan-kebijakan.
Untuk dapat menemukan masalah maka seseorang harus
memiliki wawasan yang cukup luas sehingga mampu
menentukan apakah suatu fenomena dapat disebut sebagai
masalah atau bukan.
Menetapkan tujuan penelitian
Langkah penetapan tujuan penelitian dilakukan setelah
masalah penelitian dirumuskan. Tujuan penelitian pada
hakikatnya adalah suatu pernyataan tentang informasi (data)
apa yang akan digali melalui penelitian tersebut.
Studi literatur
Untuk mendapatkan dukungan teoritis terhadap masalah
penelitian yang dipilih, maka peneliti perlu banyak membaca
buku literatur yang dapat berupa buku teks, majalah jurnal,
maupun hasil penelitian orang lain. Dari studi literatur
(tinjauan teoritis) maka peneliti dapat membangun kerangka
konsep penelitian
Merumuskan kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian pada hakikatnya adalah uraian
dan visualisasi konsep-konsep serta variabel-variabel yang
akan diukur (diteliti). Melalui kerangka konsep penelitian
maka dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas kearah
mana penelitian itu berjalan atau data apa saja yang perlu
dikumpulkan.
Merumuskan hipotesis
Agar analisis penelitian itu terarah, maka perlu dirumuskan
hipotesis penelitian terlebih dahulu. Hipotesis pada
hakikatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya
hubungan variabel yang akan diteliti.
Merumuskan metode penelitian
Metode penelitian menggambarkan tentang cara apa saja
yang diperlukan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Dalam metode penelitian ditetapkan desain penelitian,
kelompok objek yang diteliti (populasi, sampel dan
sampling), alat ukur untuk pengumpulan data, serta rencana
analisis data.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

7. Pengumpulan data
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan berdasarkan
pada alat pengumpulan data yang telah ditetapkan pada
metode penelitian, dan diterapkan (diberlakukan) pada
kelompok objek yang telah ditetapkan sebelumnya pada
metode penelitian
8. Pengolahan dan analisis data
Kegiatan pengolahan data pada hakikatnya adalah proses
pembuatan kesimpulan atau proses menjawab pertanyaan
penelitian melalui data yang telah diperoleh. Kegiatan
pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan bantuan komputer.
9. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan hasil
dari proses analisa data. Penarikan kesimpulan umumnya
dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang
telah ditetapkan.
10. Pembuatan laporan
Laporan penelitian pada dasarnya adalah penyajian data.
Artinya dalam laporan hasil penelitian akan disajikan data
hasil penelitian tersebut.
Adapun langkah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pengalaman Empiris

Teori

Hasil Penelitian

Masalah Penelitian
Tujuan
Kerangka Konsep
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Penarikan Kesimpulan
Pembuatan Laporan
Riset keperawatan Anas Tamsuri

Proses pembuatan riset sebagaimana alur diatas dapat dirinci


sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah penelitian, baik dalam bentuk
pernyataan masalah maupun pertanyaan masalah
2. Merumuskan tujuan penelitian, baik tujuan umum maupun
tujuan khusus
3. mengembangkan landasan berfikir (teoritis) yang terkait
dengan konsep-konsep dalam penelitian, hubungan antar
konsep, variabel dan hipotesis penelitian
4. Mengembangkan metode penelitian, yaitu metode yang
digunakan dalam penelitian meliputi jenis (desain)
penelitian, penentuan populasi penelitian, sampel
penelitian dan teknik pengambilan sampel (sampling),
penentuan variabel penelitian dan definisi operasional
variabel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan
analisa data, serta teknik penarikan kesimpulan; termasuk
keterbatasan dan rancangan waktu penelitian.
5. Melakukan pengumpulan data dari responden penelitian
atau objek observasi penelitian
6. Mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi informasi
7. Melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan
8. Membuat kesimpulan dan saran, sesuai dengan hasil
penelitian.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

MENGEMBANGKAN MASALAH PENELITIAN


A. Pengantar
Masalah penelitian adalah pokok persoalan yang akan
dipecahkan atau diatasi berdasarkan hasil penelitian. Masalah
adalah kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan,
antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang
terjadi atau faktanya.
Misalnya dijumpai fakta bahwa tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan di ruang rawat X adalah 56 %;
padahal RS telah menetapkan bahwa kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan diharapkan sebesar 80%. Berarti
terdapat masalah yaitu kurang tercapainya target pencapaian
derajad kepuasan pasien. Berdasarkan pada kondisi diatas
selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebab
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kurangnya derajad
kepuasan pasien. Contoh lain misalnya di desa Y didirikan dua
buah Posyandu baru sebagai sarana pemantauan kesehatan
Balita di dua wilayah RW. Namun setelah Posyandu berjalan 2
bulan, ternyata kunjungan hanya 50% dari targe sasaran
penduduk yang ada disekitar Posyandu. Idealnya seluruh warga
dengan balita memanfaatkan Posyandu namun kenyataannya
tidak seluruh warga memanfaatkan Posyandu, Masalah
penelitian dapat dirumuskan : Apakah keberadaan Posyandu
belum diterima oleh seluruh unsur masyarakat?
Dari dua contoh diatas, dapat diperoleh gambaran bahwa
posisi penelitian mungkin mengatasi masalah secara langsung
(misalnya masalah kurangnya kunjungan Posyandu), atau bisa
juga untuk menjadi media dalam mengatasi masalah (pada
kasus kurangnya pelayanan RS).
Masalah adalah titik tolak dari setiap kegiatan penelitian,
dimana melalui masalah inilah maka aktivitas penelitian dapat
dilakukan. Mengingat pentingnya keberadaan masalah
penelitian, dapat dikatakan bahwa tanpa adanya masalah
penelitian maka mustahil penelitian dapat dilakukan.
Meskipun masalah selalu ada dan banyak, namun tidak
mudah untuk mengangkatnya menjadi masalah penelitian.
Setidaknya diperlukan berbagai syarat sehingga suatu masalah
atau fenomena dapat diangkat menjadi masalah penelitian.
Syarat itu antara lain bahwa peneliti harus cukup peka dan
memiliki minat yang cukup besar, memiliki cukup banyak sumber
Riset keperawatan Anas Tamsuri

10

dan atau teori yang mendukung serta memungkinkan untuk


mengangkat masalah tersebut menjadi masalah penelitian.
Kepekaan terhadap masalah penelitian dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:
1. Profesi
Profesi atau bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi
sumber minat untuk melakukan penelitian. Dalam melakukan
pekerjaan terkait dengan profesinya perawat seringkali
dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan
profesi tersebut. Semakin seringnya seseorang terpapar
dengan masalah makin semakin besar dorongan untuk
mengatasi masalah.
2. Spesialisasi
Adanya keahlian khusus pada diri seseorang akan
menyebabkan seseorang semakin peka terhadap maslah
yang terkait dengankeahliannya tersebut. Apabila seseorang
menekuni suatu bidang tertentu, maka orang tersebut
menjadi sangat peka dengan bidang garapannya. Seorang
perawat yang biasa berhadapan dengan pasien kritis akan
semakin mengetahui masalah yang terkait dengan
perawatan pasien kritis, dan sebagainya.
3. Akademis
Orang yang mengalami program pendidikan tinggi biasanya
telah mendalami salah satu disiplin keilmuan. Dengan
kedalaman bidang ilmu maka akan memiliki daya tangkap
terhadap masalah lebih baik.
4. Pengalaman lapangan
Semakin banyak seorang perawat berada di lapangan
(berhadapan langsung dengan pasien) maka semakin besar
kepekaannya terhadap masalah yang dihadapi oleh pasien
5. Kebutuhan dan praktek kehidupan sehari-hari
Dengan menaruh perhatian terhadap kebutuhan serta
pengalaman hidup sehari-hari, dapat menimbulkan
kepekaan akan masalah. Seseorang yang secara seksama
memperhatikan kebersihan diri atau keluarga akan semakin
mudah melihat berbgai masalah yang muncul
6. Bahan bacaan atau kepustakaan
Buku merupakan sumber wawasan yang dapat memberi
inspirasi terhadap masalah. Melalui bahan bacaan juga
ditemukan berbagai sumber yang mendukung untuk
timbulnya suatu masalah.
11

Riset keperawatan Anas Tamsuri

B. Masalah Penelitian dalam Keperawatan


Untuk menentukan masalah keperawatan, perlu dilakukan
batasan-batasan sehingga menunjukkan bahwa masalah yang
ditetapkan relevan dengan tugas perawat sehari-hari. Membuat
batasan masalah keperawatan tentu relatif lebih sulit
dibandingkan membuat batasan masalah kesehatan. Perawat
perlu melakukan pembatasan sehingga masalah penelitian yang
diangkat merupakan masalah keperawatan karena berbagai
pertimbangan:
1. Tujuan pemecahan masalah
Umumnya kegiatan riset bagi keperawatan digunakan untuk
upaya mengatasi masalah keperawatan baik yang terkait
dengan
pelayanan,
pendidikan,
maupun
kegiatan
manajerial. Manakala masalah yang dikembangkan terlepas
dari bidang-bidang keperawatan maka secara keilmuan hasil
dari penelitian tersebut kurang mampu memberikan
kontribusi terhadap pelayanan keperawatan pada umumnya.
2. Faktor keahlian dan kewenangan
Mengingat
bahwa
perawat
umumnya
memiliki
kecenderungan (minat) dan keahlian dalam bidang
keperawatan; maka akan lebih mudah bagi perawat untuk
memilih masalah yang berkait dengan keperawatan
dibandingkan dengan bidang lain yang kurang dikuasainya.
Untuk memberikan batasan apakah suatu masalah
penelitian merupakan bidang garap keperawatan, dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek berikut
ini:
1. Masalah berhubungan dengan Paradigma Keperawatan
Masalah penelitian dapat dikembangkan oleh peneliti
manakala masalah tersebut berhubungan dengan faktor
hubungan antara kesehatan manusia dengan lingkungan,
perawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan manusia, pengembangan teknik perawatan dan
manajemen asuhan bagi kesehatan, pemanfaatan teknologi
dan pengembangan sumber daya keperawatan, dan
maslaah lainnya yang terkait dengan aktivitas perawat dalam
pengelolaan asuhan bagi manusia, lingkungan maupun
perannya sebagai tim kesehatan.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

12

2. Masalah berhubungan dengan Peran dan Fungsi Perawat


Masalah penelitian berada pada lingkup masalah
keperawatan manakala masalah tersebut sangat terkait erat
dengan peran dan fungsi perawat; baik sebagai provider
pelayanan kesehatan, sebagai pendidik (edukator),
fasilitator, advocator, peneliti, maupun dalam peran lainnya.
3. Masalah berhubungan dengan Lingkup kerja perawat
Suatu masalah penelitian dapat disebut merupakan masalah
penelitian dalam keperawatan manakala masalah tersebut
berkaitan erat dengan lingkup kerja perawat yaitu dalam
kedudukannya sebagai perawat pasien secara individu,
keluarga, kelompok khusus maupun dalam masyarakat.
Pada kenyataannya, sering dijumpai adanya tumpang
tindih lingkup penelitian yang dilakukan antar profesi kesehatan.
Lingkup penelitian yang dilakukan oleh ahli kesehatan
lingkungan, dokter, bidan dan perawat, tenaga gizi dan
sebagainya kadangkala saling bertautan dan bahkan kadangkala
memiliki lingkup masalah yang sama. Kondisi ini mungkin dapat
ditorerir karena memang semua bidang profesi diatas
sebenarnya bekerja pada bidang garap yang saling terkait
sebagai profesi kesehatan.
Sebagai rambu-rambu bagi perawat untuk menentukan
apakah masalah kesehatan dapat menjadi masalah penelitian
dibidang keperawatan adalah:
1. Apakah bidang tersebut terkait dengan keilmuan perawat
yaitu upaya pemenuhan kebutuhan klien, baik individu,
keluarga, kelompok maupun masyarakat
2. Apakah masalah yang ada terkait dengan peran dan fungsi
perawat sebagai pemberi pelayanan, pendidik, manajer,
motovator, dan sebagainya
3. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan tugas dan
kewenangan
perawat.
Sebagaimana
diatur
dalam
regulasi/peraturan tentang tugas dan kewenangan perawat
yang telah ditetapkan.
C. Menetapkan Masalah Penelitian
Setelah kita yakin bahwa masalah penelitian yang dibuat
merupakan masalah dalam bidang garap keperawatan,
selanjutnya perlu dilakukan penetapan masalah tersebut.
Sebelum
menetapkan
masalah,
sebaiknya
peneliti
13

Riset keperawatan Anas Tamsuri

mempertimbangkan
apakah
masalah
penelitian
yang
direncanakan layak untuk diteliti, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Masih baru
Pengertian baru adalah bila masalah / tema penelitian
tersebut belum pernah diteliti oleh orang lain. Hal ini
dilakukan agar penelitian yang nantinya dilakukan tidak siasia.
Dalam beberapa situasi mungkin suatu penelitian memiliki
topik masalah yang sama, namun memiliki tujuan yang
berbeda atau kecenderungan arah penelitian yang berbeda,
maka hal ini diperkenankan untuk upaya klarifikasi dan
penguatan terhadap hasil-hasil yang telah ditemukan pada
penelitian sebelumnya.
2. Aktual
Masalah penelitian sebaiknya aktual, artinya masalah
tersebut benar-benar terjadi atau berlangsung di
masyarakat. Masalah penelitian yang mendasar pada
fenomena di masyarakat akan memiliki manfaat yang lebih
dapat dirasakan. Masalah penelitian tidak boleh mengawang
atau tidak berpijak pada kenyataan yang ada. Masalah yang
baik adalah masalah yang dirasakan oleh masyarakat, dan
bukan masalah yang dirasakan oleh peneliti.
Agar masalah yang dibuat merupakan masalah aktual,
mungkin peneliti perlu melakukan penjajagan seperti sering
mengadakan dialog, membaca berita, atau melakukan studi
pendahuluan.
3. Praktis
Masalah penelitian yang diangkat sebaiknya memungkinkan
untuk dilakukan, yaitu apabila topik penelitian tidak terlalu
luas, namun juga tidak terlalu sempit.
Masalah penelitian juga harus memiliki nilai praktis, yaitu
hasil penelitian harus dapat menunjang kegiatan praktis.
4. Memadai
Masalah yang diangkat sebaiknya tidak terlalu sempit
lingkup dan permasalahannya. Masalah yang terlalu sempit
menghasilkan hasil yang kurang berbobot dan kurang
berguna bagi masyarakat.
5. Sesuai dengan kemampuan peneliti
Kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian perlu
diperhatikan. Penelitian yang terlalu besar yang memerlukan
Riset keperawatan Anas Tamsuri

14

biaya yang terlalu besar pula mungkin hanya akan


membebani peneliti, yang pada akhirnya penelitian tidak
dapat berlangsung dengan baik. Kemampuan peneliti ini
meliputi kemampuan konsep keilmuan, kemampuan luas
penelitian, kedalaman kajian, kemampuan finansial dan
tenaga.
6. Sesuai dengan kebijakan
Penelitian yang diselenggarakan yang sesuai dengan
regulasi hukum, keilmuan dan pemerintahan mungkin akan
lebih mudah dilaksanakan dan lebih mendapatkan fasilitas
dan prioritas dibandingkan dengan penelitian yang
bertentangan
7. Tidak melanggar prinsip norma / etika
Penelitian harus memperhatikan nilai-nilai norma, etika dan
moral. Penelitian tentang perilaku seksual masyarakat desa,
misalnya; mungkin akan sulit dilaksanakan karena norma
belum dapat menerima.
8. Didukung oleh pihak lain
Penelitian yang mendapatkan dukungan dari pihak lain akan
semakin mudah untuk dilaksanakan, misalnya fasilitas
bimbingan dari institusi riset/ pendidikan, finansial dari
pemerintah dan swasta, bantuan fasilitas dari donatur, dan
sebagainya.
D. Rumusan Masalah
Masalah penelitian dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu
Pernyataan Masalah dan Pertanyaan masalah. Pernyataan
masalah adalah statemen/ pernyataan adanya masalah, berisi
deskripsi fakta yang ada pada saat itu. Sedangkan pertanyaan
penelitian adalah suatu kalibat berbentuk pertanyaan yang
menghendaki jawaban dari penelitian yang akan dilakukan.
Pernyataan maslah umumnya menggambarkan fenomena yang
menjadi masalah sedangkan pertanyaan masalah memberikan
arah kemana penelitian akan dilakukan berdasarkan pada
pernyataan masalah yang telah dirumuskan.
Contoh perbedaan antara pernyataan penelitian dan pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:

15

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Contoh 1
Pernyataan Penelitian :
Di wilayah desa B telah dilakukan pencanangan gerakan
pemberantasan Nyamuk demam berdarah melalui Gerakan 3 M
(Menimbun, Menutup dan Menguras). Namun kenyataannya
program ini tidak dilakukan oleh seluruh unsur masyarakat,
Ditemukan hanya 20% Keluarga yang melakukan gerakan 3 M.
Masalah :
Terdapat 80% keluarga yang tidak menjalankan program 3 M
Pertanyaan Penelitian :
Faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi perilaku keluarga
untuk melakukan gerakan 3 M ?
Contoh 2
Pernyataan Penelitian :
Hasil survay selama satu bulan terakhir didapatkan di ruang
perawatan anak dijumpai terdapat 4 orang anak (8 %) yang
mengalami plebitis setelah dilakukan pemasangan infus. Dari
hasil pendataan ternyata anak tersebut telah dipasang infus
selama lebih dari 1 minggu.
Masalah :
Terjadi Plebitis pada 4% pasien anak yang dipasang infus
selama lebih dari 1 minggu
Pertanyaan penelitian :
Adakah hubungan lama pemasangan infus dengan kejadian
Plebitis?

Riset keperawatan Anas Tamsuri

16

MEMBUAT TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian adalah indikasi kearah mana suatu penelitian
akan dilakukan atau data (informasi) apa yang akan dicari melalui
kegiatan penelitian. Tujuan menggambarkan upaya yang akan
dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang konkrit.
Suatu tujuan penelitian yang baik umumnya mengandung syaratsyarat spesifik (specific) , dapat diukur (measureable), dan dapat
dicapai (achievable). Suatu tujuan disebut spesifik apabila tujuan itu
hanya mengandung satu kegiatan tertentu yang jelas (nyata) serta
tidak menimbulkan bermacam interpretasi. Dapat diukur berarti
bahwa tujuan yang ditetapkan dapat diukur tingkat keberhasilannya
atau hasil yang akan dicapai tersebut dapat dinilai atau dievaluasi.
Sedangkan syarat bahwa tujuan harus dapat dicapai adalah tujuan
tersebut secara rasional dapat dipenuhi oleh peneliti, baik terkait
dengan kemudahan proses pencapaian tujuan, kemudahan biaya,
kemudahan teknik pelaksanaan dan sebagainya.
Contoh tujuan :
1. Memperoleh gambaran tingkat pengetahuan masyarakat
kecamatan G tentang Flu Burung
2. Mengetahui hubungan antara lama kontak perawat pasien
dengan tingkat penerimaan pasien terhadap perawat
3. Mengetahui perbedaan keefektifan antara stimulasi kontralateral
dengan distraksi visual terhadap penurunan sensasi nyeri pada
pasien penderita fraktur
4. Mendapatkan gambaran tentang perilaku keluarga pasien
selama mendampingi pasien di rumah sakit
5. Memperoleh gambaran kemampuan pasien dalam melakukan
injeksi insulin secara mandiri
6. dan sebagainya
Biasanya tujuan penelitian dibedakan menjadi dua bagian yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan
tujuan yang bersifat lebih luas dan mencakup seluruh aspek yang
terdapat pada tujuan khusus. Sebaliknya tujuan khusus merupakan
penjabaran dari tujuan umum.

17

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Contoh :
Tujuan Umum:
Mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pemberian
makan pada bayi
Tujuan Khusus:
a. Mengetahui perilaku pemberian makan pada bayi oleh keluarga
yang tidak mendapatkan penyuluhan
b. Mengetahui perilaku pemberian makan pada bayi oleh keluarga
yang mendapatkan penyuluhan
c. Membandingkan perilaku pemberian makanan pada bayi oleh
keluarga yang mendapatkan penyuluhan dan yang tidak
mendapatkan penyuluhan
Pada contoh diatas, didapatkan gambaran bahwa tujuan khusus
merupakan bentuk penjabaran dari tujuan umum; dalam artian
seluruh statemen yang berada pada tujuan khusus tidak melampaui
statemen yang ditetapkan tujuan umum.
Apabila tujuan umum suatu penelitian tidak dapat atau tidak perlu
dispesifikkan lagi, maka tidak perlu adanya tujuan umum dan
khusus, tetapi cukup dibuat Tujuan Penelitian saja.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

18

MENGEMBANGKAN TEORI, KERANGKA KONSEP DAN


HIPOTESIS
Setelah masalah penelitian dirumuskan dan tujuan penelitian
ditetapkan; hal yang penting dilakukan sebelum mengembangkan
penelitian lebih lanjut yaitu mengembangkan landasan teori yang
cukup memadai. Tinjauan kepustakaan (landasan teori) ini pada
umumnya menyangkut dua hal yaitu:
1. Tinjauan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti.
Hal ini dimasksudkan agar pra peneliti mempynyai wawasan
ayng cukup luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau
mengidentifikasi variabel yang akan diteliti/ Tinjauan teori ini
juga dimaksudkan agar peneliti dalam meletakkan atau
mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti berada dalam
konteks keilmuan.
2. Tinjauan dari hasil-hasil penelitian yang lain yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti
Untuk mengembangkan suatu landasan teori, diperlikan berbagai
sumber informasi yang mampu mendukung terhadap pemecahan
masalah. Secara umum sumber informasi itu terditi atas sumber
informasi dokumenter, sumber informasi kepustakaan (bibliografi)
amupun sumber informasi lapangan.
Yang disebut sumber informasi dokumenter adalah semua bentuk
sumber informasi yang ebrhubungan dengan dokumen, baik
dokumen resmi maupun tidak resmi; misalnya catatan
perkembangan pasien, statistik, catatan harian dan sebagainya.
Sumber informasi dokumen ini dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber kepustakaan adalah sumber teori yang didasarkan atas
buku-buku, hasil penelitian,, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya.
Dari buku dapat diperoleh teori, generalisasi dan konsep-konsep
yang dikemukakan oleh para ahli.
Sumber informasi lapangan adalah sumber informasi yang
didapatkan langsung dari lapangan, misalnya dari rumah sakit, dari
Posyandu, dari bangsal perawatan dan sebagainya. Termasuk
dalam sumber informasi lapangan adalah studi pendahuluan.
Teori-teori yang digunakan dalam suatu penelitian berguna untuk
memberikan kepastian hasil, penguatan dan sekaligus menjadi
19

Riset keperawatan Anas Tamsuri

prediksi bagaimana hasil penelitian nantinya. Suatu tinjauan pustaka


(landasan teori) yang baik hendaknya mampu menggabungkan dan
membangun kerangka pikir yang menunjang pelaksanaan penelitian.
Interrelasi antar konsep, teori dan model konsep dalam penelitian
perlu dikembangkan sehingga mengarah pada prediksi hasil
penelitian. Contohnya misalkan seorang peneliti mengangkat
masalah :
belum diketahuinya dampak penyuluhan kesehatan pada pasien
pasca operasi katarak terhadap perilaku perawatan luka katarak
Maka peneliti harus mengembangkan konsep tentang apa
(pengertian), bagaimana (teknik), dan dampak penyuluhan
kesehatan; apa (pengertian) perilaku, jenis perilaku dan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku. Pada akhirnya peneliti merumuskan
(membuat prediksi) tentang bagaimana dampak penyuluhan
terhadap perilaku (perawatan luka post katarak).
Dalam teori, setidaknya dibahas variabel-variabel yang terdapat
dalam penelitian itu sendiri. Pada contoh diatas, variabel yang
terlibat adalah penyuluhan dan perilaku perawatan luka post operasi;
maka kedua teori diatas yang perlu dikembangkan.
Jika pada penelitian deskriptif; misalnya peneliti ingin mendapatkan
gambaran umur, jenis kelamin dan pekerjaan lansia; maka variabel
yang perlu dimasukkan dalam teori antara lain tentang proses
menua, dan gambaran demografik lansia itu sendiri.
Dalam pengembangan literatur, peneliti dapat memasukkan model
konseptual, konsep dan teori-teori.
Konsep adalah gambaran imajinasi abstrak atau kesan mental yang
dibentuk dari observasi dunia nyata terhadap sesuatu, objek atau
peristiwa yang dialami seorang individu.
Misalnya konsep tentang imunisasi :
- tindakan memasukkan obat ke tubuh
- Obat dibuat dari kuman yang dimatikan atau dilemahkan
- bertujuan untuk meningkatkan kekebalan
- banyak dilakukan pada Balita
Model Konsep adalah gambaran yang memberikan keteraturan
berfikir, mengobservasi dan menginterpretasikan apa yang dilihat,
memberikan arah riset untuk mengindentifikasi suatu pertanyaan

Riset keperawatan Anas Tamsuri

20

untuk menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan


masalah.
Misalnya :
Konsep Model sehat menurut Florence Nightingale
Lingkungan/sosial

Manusia

Manusia

Sehat

Sedangkan teori merupakan komposisi dari konsep-konsep dan


proposisi yang spesifik, yang berusaha untuk menjelaskan
pengertian tertentu yang diamati dalam dunia nyata. Teori digunakan
untuk menggambarkan faham, menjelaskan suatu gagasan atau
untuk memperkirakan apa yang dapat diamati.
Teori dan kerangka konseptual hampir sama, yaitu hubungan antar
konsep. Namun terdiri atas informasi atau konsep yang lebih
spesifik. Misalnya :
Nyeri dapat dipengaruhi oleh situasi psikologis
Kekuatan otot akan menurun pada kondisi inaktivitas kronis
Dan sebagainya
Untuk membangun teori yang spesifik yang berhubungan, peneliti
dapat menggabungkan berbagai konsep dalam bentuk aksioma
ataupun teorema. Aksioma dan teorema ini seringkali disebut juga
proposisi.
Aksioma adalah pernyataan yang menghubungkan konsep yang
dianggap benar dan teorema adalah pernyataan yang menunjukkan
suatu hubungan antara konsep-konsep yang diturunkan dari
hubungan yang telah dibentuk oleh aksioma.
Misalnya :
(Aksioma I) :Perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan
(Aksioma 2): Pengetahuan dapat di-peroleh dari pendidikan

Teorema :
Perilaku dipengaruhi pengetahuan
Peneliti juga dapat mengembangkan teori berdasarkan atas model
konseptual yang telah ada. Contohnya adalah pada Model konsep
dari Florence Nightingale :
21

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Lingkungan/sosial

Manusia

Manusia

Sehat

Dapat diubah menjadi :


Tindakan
perawatan:
Kompres
Minum
banyak

Suhu lingkungan <25OC

Pasien demam

Suhu
tubuh
menurun

A. Konsep dalam Penelitian


Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi
dari hal-hal yang khusus. Pada pengertian sebelumnya, konsep
diartikan sebagai gambaran imajinasi abstrak atau kesan mental
yang dibentuk dari observasi dunia nyata terhadap sesuatu,
objek atau peristiwa yang dialami seorang individu.
Oleh karena konsep merupakan abstrasi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati
atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan
nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang
menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Disebut variabel
karena menimbulkan variasi. Misalnya konsep tentang Hamil;
hamil adalah konsep; yaitu istilah yang menunjukkan bahwa
seseorang mengandung janin sebagai calon individu baru; yang
untuk mengetahui apakah seseorang hamil atau tidak maka
perlu dilakukan pengukuran-pengukuran khusus (konstruk) atau
variabel misalnya denyut jantung janin, ditemukan pembesaran
perut, tinggi fundus uteri, dan sebagainya. Ukuran pembesaran
perut yang terjadi antara satu orang dengan yang lain berbedabeda, begitu pula tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin.
Karena itulah ukuran-ukuran ini disebut sebagai variabel.
Sosial ekonomi adalah konsep, dan untuk mengukur status
sosial ekonomi keluarga misalnya, harus melalui variabel-

Riset keperawatan Anas Tamsuri

22

variabel : tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan


keluarga.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri (atribut) yang dimiliki oleh
sesuatu (benda, orang, keadaan, dan sebagainya). Varibel
disebut juga sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu.
Misalnya konsep tentang kursi, maka variabel bisa berupa warna
kursi, bahan kursi, dan sebagainya. Warna kursi bisa
beranekaragam seperti merah, hijau, kuning, biru, ungu, dan
sebagainya. Begitu juga bahan pembuat kursi; ada yang dari
kayu, besi, beton, karet, dan sebagainya.
Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel yang satu
dengan yang lain, variabel dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu variabel tergantung (dependen) atau disebut juga variabel
akibat; dan variabel independen (bebas) atau disebut juga
variabel sebab.
Pada contoh masalah anemia diatas, maka dapat ditetapkan
bahwa variabel dependen-nya adalah Anemia, dan variabel
independennya adalah asupan gizi dan status pekerjaan.
C. Membangun kerangka konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan.
Hubungan antar konsep dapat ditentaukan berdasarkan atas
teori-teori dan tinjauan literatur serta hasil penelitian
sebelumnya, atau bilamana tidak mungkin dapat dilakukan
proses logika.
Dalam membentuk hubungan antar konsep, peneliti mencoba
mengkaitkan konsep-konsep yang akan diteliti untuk selanjutnya
menentukan manakah yang menjadi faktor penyebab dan akibat
atau adakah hubungan timbal balik diantara variabel-variabel
tersebut.
Misalkan ditetapkan pertanyaan penelitian yaitu adakah
hubungan antara Status Gizi dan Pekerjaan dengan Kejadian
Anemia pada ibu hamil trimester III?; maka peneliti perlu
merumuskan bagaimana hubungan antara status gizi dengan
23

Riset keperawatan Anas Tamsuri

kejadian anemia; dan juga hubungan antara pekerjaan dengan


kejadian anemia.
Jika dari hasil studi literatur didapatkan bahwa anemia adalah
kurangnya kadar Hemoglobin dalam darah (lebih rendah dari 10
mg%) sedangkan hemoglobin hanya dapat diproduksi apabila
dalam tubuh banyak terdapat Heme (zat besi) dan Globin
(Protein) maka dapat dirumuskan bahwa gizi mempengaruhi
terjadinya anemia, atau jika gizinya baik diharapkan kadar
hemoglobin meningkat (tidak terjadi anemia).
Sedangkan untuk hubungan antara pekerjaan dan anemia;
dalam studi literatur didapatkan bahwa pekerjaan yang tinggi
membutuhkan energi dan kalori yang besar; yang
mengakibatkan asupan nutrisi hampir semuanya disalurkan
untuk pemenuhan energi, sehingga protein yang semestinya
digunakan untuk membuat hemoglobin akan dipecah menjadi
glukosa melalui proses Glukoneogenesis.
Dari tinjauan teori diatas, maka dapat dirumuskan kerangka
konsep untuk penelitian diatas menjadi :
Asupan Gizi kurang

Aktivitas
Keb. Energi Meningkat

Intake Zat Besi


kurang
Intake
Protein

Kadar
Hemoglobin
berkurang

Keb. Nutrisi terfokus


pada pemenuhan energi
Glukoneogenesis

Produksi

ANEMIA

Kadar Protein
kurang

Pada kerangka konsep diatas, terdapat tiga konsep utama yaitu


konsep anemia, konsep gizi dan konsep aktivitas. Konsep
anemia dapat diukur dengan menggunakan pemeriksaan kadar
Hemoglobin darah. Konsep pemenuhan gizi dapat dilakukan
dengan menggunakan kuesioner tentang pemenuhan gizi, atau
melakukan pemeriksaan kadar globin (protein) tubuh.
Sedangkan konsep aktivitas dapat diukur dengan menggunakan
obervasi harian atau menggunakand aftar pertanyaan.
Riset keperawatan Anas Tamsuri

24

Pada kerangka
konsep diatas, konsep hanya membahas
bagaimana hubungan antara konsep-konsep yang diajukan
dalam penelitian. Adapun hal-hal lain yang tidak terkait langsung
dengan hubungan antar variabel tidak digambarkan. Misalnya
faktor-faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi, dampak dari
anemia pada ibu hamil, ataupun faktor lain penyebab timbulnya
anemia tidak perlu dibahas dalam kerangka konseptual.
D. Menyusun Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara
atas pertanyaan masalah yang telah ditetapkan. Hipotesis
berguna untuk memberi arah kemana penelitian akan dilakukan.
Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta atau teori yang telah
ditemukan atau hasil pengumpulan berbagai data, untuk
selanjutnya digunakan sebagai alat untuk merumuskan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian. Secara umum hipotesis
dapat bersumber pada :
1. Memperoleh langsung dari kegiatan praktik lapangan
2. Fakta yag diidentifikasi dengan cara yang menggambarkan
atau menafsirkan dari sumber yang asli, misalnya melalui
pendapat pakar, buku, karya ilmiah dan sebagainya
3. Melalui proses penalaran terhadap fenomena-fenomena
Sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, maka
kebenaran hipotesis akan dibuktikan dalam penelitian nantinya.
Pada hakikatnya hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang
hubungan yang diharapkan antara dua buah variabel atau lebih
yang dapat diuji secara empiris. Biasanya rumusan hipotesis
terdiri atas pernyataan tentang ada atau tidak adanya kaitan
antara dua variabel, yaitu variabel bebas (independen variable)
dan variabel terikat (dependen variable).

25

Riset keperawatan Anas Tamsuri

MENENTUKAN DESAIN PENELITIAN


Yang dimaksud dengan desain penelitian ini adalah gambaran
umum tentang bagaimana cara suatu penelitian dilakukan.
Penentuan desain ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
telah ditetapkan.
Untuk memudahkan peneliti menentukan jenis desain penelitian,
maka peneliti dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bagan
berikut :
A. Macam Desain Penelitian
Secara umum desain penelitian dibedakan dalam dua kelompok
besar, yaitu desain penelitian yang memerlukan perlakuan
khusus dari peneliti atau disebut desain eksperimental, dan
desain penelitian yang hanya memerlukan observasi tanpa perlu
perlakuan khusus dari peneliti; yang disebut juga desain
observasional.
Desain penelitian Observasional
Desain penelitian observasional adalah desain penelitian
dimana untuk mencapai tujuan penelitian peneliti tidak perlu
melakukan/memberikan suatu perlakuan atau mengamati
adanya perlakuan yang diberikan pada objek penelitian.
Desain penelitian observasional dapat dikategorikan lagi
dalam penelitian deskriptif dan penelitian analitik.
a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu
fenomena atau kejadian tertentu secara objektif. Desain
penelitian
deskriptif
dilakukan
dalam
rangka
mendapatkan gambaran tentang suatu fakta, atau
menguraikan secara deskriptif bagaimana fakta tersebut
dapat terjadi (sebab kejadian) atau menguraikan secara
deskriptif dampak dari kejadian tersebut.
Model penelitian deskriptif antara lain adalah:
Survey
Survey adalah tindakan melakukan tinjauan
terhadap suatu fenomena yang terjadi pada
suatu/sekumpulan objek yang berjumlah relatif
banyak dalam wantu tertentu. Kegiatan survey ini
misalnya untuk mengetahui distribusi penyakit
Riset keperawatan Anas Tamsuri

26

skabies, mendapatkan gambaran tentang perilaku


hidup bersih dan sehat (PHBS) warga desa Z,
Mengetahui pola-pola perawatan anak kejang
demam di wilayah kecamatan R, mengetahui
gambaran persepsi masyarakat tentang obat bebas,
dan sebagainya.
Pada berbagai tujuan seperti contoh diatas, peneliti
berusaha mengungkapkan kenyataan (fakta-fakta)
tentang obyek penelitian tanpa melakukan analisis
lebih lanjut tentang faktor apasaja yang
mempengaruhinya atau adakah hubungan antara
fenomena dengan fenomena tertentu lainnya.
Kegiatan peneliti hanyalah melakukan identifikasi
terhadap kelompok objek penelitian terhadap
fenomena untuk selanjutnya dipaparkan sebagai
hasil penelitian.

27

Studi kasus
Studi kasus adalah kegiatan telaah terhadap suatu
permasalahan atau suatu kasus yang terdiri atas
satu unit tunggal. Unit tunggal disini dapat diartikan
satu orang, satu organisasi atau slekompok
penduduk yang terkena masalah.

Studi perbandingan
Dalam studi perbandingan, peneliti berusaha untuk
membandingkan secara deskriptif ciri-ciri dari suatu
kelompok atau objek dengan objek atau kelompok
lainnya. Kegiatan pembandingan yang dilakukan
oleh peneliti adalah hanya ditingkat deskripsi.
Misalnya peneliti menetapkan tujuan untuk
membandingkan perbedaan gejala klinis Gondok
Endemik di desa X dan di desa Y, membandingkan
tingkat persepsi masyarakat tentang penyebab
demam berdarah antara warga desa dan perkotaan,
dan sebagainya; maka untuk mencapai tujuan diatas
peneliti mengumpulkan data-data deskriptif untuk
kemudian mengadakan pembandingan hasil dari
dua kelompok atau membandingkan antara fakta
dengan teori-teori yang telah ada
Riset keperawatan Anas Tamsuri

Studi prediksi
Studi prediksi adalah studi deskriptif dimana peneliti
melakukan pemaparan atau penguraian terhadap
prediksi dari suatu fenomena. Dalam studi ini peneliti
menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi akibat suatu fenomena yang sedang
berlaku atau telah berlaku. Misalnya peneliti
menetapkan tujuan untuk memprediksi perubahan
tingkat kematian bayi akibat tetanus neonatorum
dengan dilaksanakannya program imunisasi TT,
atau bertujuan untuk melakukan prediksi tingkat
perkembangan ketrampilan anak yang mendapatkan
PMTAS; maka peneliti harus melakukan tinjauan
terhadap kemungkinan-kemungkinan yang mungkin
terjadi akibat suatu fenomena.

Studi evaluasi
Studi evaluasi adalah bentuk penelitian dimana
peneliti bertujuan untuk mengetahui efek atau
perubahan-perubahan yang terjadi akibat adanya
suatu program. Misalnya penelitian ditetapkan untuk
mengetahui perilaku ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan setelah dilaksanakannya
program penyuluhan oleh Dinas Kesehatan; maka
peneliti
mengidentifikasi
perubahan
perilaku
pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil setelah
pelaksanaan program penyuluhan.

b. Penelitian Analitik
Penelitian analitik adalah penelitian observasional
dimana peneliti menetapkan tujuan untuk mencai tahu/
menganalisis ada tidaknya hubungan atau beda antara
dua atau lebih kelompok/variabel. Jika pada penelitian
deskriptif peneliti hanya menggambarkan fenomenafenomena tanpa melakukan analisis lebih lanjut ada
tidaknya
hubungan
antara
fenomena-fenomena
tersebut.
Desain penelitian analitik berdasarkan waktunya dapat
dibedakan menjadi cross sectional (sewatu) maupun
time series (waktu berkelanjutan). Desain analitik
Riset keperawatan Anas Tamsuri

28

menggunakan desain cross sectional jika data penelitian


diambil dalam satu waktu untuk tiap-tiap variabel.
Desain time series diberlakukan jika akan dilakukan
identifikasi sejumlah dua kali atau lebih pada satu
sampel. Pada penelitian jenis survey, biasanya
dibedakan dalam desain cohort (prospective) dan Case
Control (Retrospective). Desain prospectif yaitu data
diambil selama lebih dari satu kali dimana pengambilan
data kedua dan selanjutnya dilakukan terhadap sampel
pada periode setelah data pertama diambil. Desain
retrospektif adalah desain dimana pengambilan data
kedua dilakukan terhadap situasi/ data yang terjadi
sebelum pengambilan data pertama.
Desain Cross Sectional
Desain cross sectional ialah suatu penelitian dengan
tujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat. Artinya, tiap subyek penelitian hanya
diobservasi sekali saja untuk tiap variabel.
Misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara
umur dan aktivitas harian terhadap kejadian Anemia
selama kehamilan. Maka peneliti melakukan
identifikasi/ mengukur sejumlah ibu hamil yang
menjadi responden penelitian terhadap variabel
anemia (dengan mengukur Hb), mengukur umur
(dengan menanyakan umur atau melihat KTP) serta
mengukur aktivitas harian (dengan kuesioner
khusus), yang seluruh variabel tersebut hanya dikaji
satu kali tindakan.
Dalam penelitian ini, fenomena-fenomena yang
terjadi
selanjutnya
dianalisis
dengan
menghubungkan antar variabel baik menggunakan
analisis statistika ataupun menggunakan teori-teori
yang ada.

29

Desain Case Control (retrospective)


Adalah penelitian analitik yang menyangkit
bgaimana
faktor
resiko
dipelajari
dengan
menggunakan pendekatan retrospektif (mundur
kebelakang). Dengan kata lain efek (dampak) dari
Riset keperawatan Anas Tamsuri

suatu masalah diidentifikasi saat ini, kemudian faktor


resiko diidentifkasi adanya/terjadinya pda masa lalu.
Secara skematik, model penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Klasifikasi
Mulai
(komparasi)

Faktor +
Outcome +
Faktor Faktor +
Outcome -

Faktor -

Masa lalu

Saat ini

Desain Cohort (Prospective)


Adalah penelitian dimana korelasi antara faktor
resiko dengan efek (penyakit) ditinjau dengan
mengidentifikasi faktor resiko terlebih dahulu untuk
kemudian diidentifikasi dampak yang ditimbulkan
akibat faktor resiko yang terjadi. Secara ringkat
desain ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Mulai

Klasifikasi

Pengukuran Outcome
(komparasi)

Outcome +
Faktor +
Outcome Populasi
Outcome +
Sudah ada
Outcome +

Faktor Outcome -

Saat ini
Yang akan datang
Riset keperawatan Anas Tamsuri

30

Desain Penelitian dengan Perlakuan (eksperimental)


Desain penelitian eksperimental dibedakan dalam tiga
tingkatan yaitu desain : (1) pre eksperimental (2)
eksperimental semu dan (3)eksperimental murni
a. Desain Pra Eksperimental
Dalam tingkat pre ekperimental, rancangan penelitian
dibagi lagi menjadi tiga yaitu :
One shot case study/ Post test only design
Pada rancangan ini intervensi dilakukan pada satu
kelompok
kemudian
diobservasi
(dilakukan
pengambilan data) setelah dilakukan intervensi.
S

S = Subjek
X = perlakuan
O = observasi
One Group pre-post test design
Pada rancangan ini dilakukan observasi terhadap
satu kelompok sampel pada waktu sebelum dan
sesudah perlakuan (intervensi)
S

O1

O2

Static group comparison


Rancangan ini melibatkan dua kelompok dimana
satu kelompok diberi intervensi dan kelompok
lainnya tidak dilakukan intervensi. Lalu dilakukan
evaluasi pada akhir intervensi.
Sa
Sb

O2
O2

b. Desain Eksperimental Murni (True Experimental)


Desain ini disebut desain eksperimental murni bilamana
memenuhi syarat yaitu dilakukan randomisasi terhadap
kelompok perlakuan dan terdapat kelompok kontrol.

31

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Adapun jenis desain eksperimental murni ini meliputi:


Pretest-Posttes with Control Group
Rancangan ini menggunakan dua kelompok yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana
kedua kelompok dilakukan observasi sebelum dan
sesudah perlakuan.
Ra
Rb

O1
O1

O2
O2

Rancangan ini dapat diperluas dengan membuat


lebih dari satu kelompok perlakuan seperti berikut
Ra
Rb
Rc

c.

O2
O2
O2

Post test only control group design


Random-post test design melibatkan dua kelompok
perlakuan dan kontrol dan diobservasi sesudah
perlakuan.
Ra
Rb

X1
X2

O1
O1
O1

O2
O2

Randomized Solomon Four Group


Rancangan Solomon (Solomon Design) merupakan
gabungan dari dua rancangan sebelumnya sehingga
melibatkan empat kelompok.
Ra
O2
Rb
X
O2
Rc
O1
O2
Rd
O1
X
O2

Desain Eksperimental Semu (Quasy Experimental)


Desain penelitian eksperimental semu adalah desain
penelitian eksperimental dimana karena kondisi tertentu
tidak dapat memenuhi syarat sebagaimana penelitian
eksperimental murni. Dalam penelitian lapangan, sangat
sulit bagi peneliti untuk melakukan kontrol ketat terhadap
Riset keperawatan Anas Tamsuri

32

perlakuan atau faktor lain yang mempengaruhi


perlakuan dan dampak perlakuan serta melakukan
randomisasi kelompok sampel. Suatu penelitian
eksperimental disebut penelitian semu jika syarat
randomisasi dan syarat pengontrolan terhadap
perlakuan dan subyek penelitian (responden) tidak
terpenuhi.
Selain tipe penelitian eksperimetal murni yang tidak
dapat dikontrol, tipe penelitian ini antara lain adalah:
Time Series Design
Model penelitian ini adalah seperti rancangan prepost test pada satu kelompok, manun kegiatan
observasi untuk pretest dan posttest dilakukan lebih
dari satu kali.
S

O4 O 5 O6

O1 O2 O3
O1 O2 O3

X
-

O4 O5 O6
O4 O5 O6

Nonquivalent control group


Desain penelitian ini seperti model pre-post test with
control, namun kelompok perlakuan dan kontrol
tidak dapat dianggap benar-benar sama.
O2
Sa
O1
Sb
O1
X
O2
Separate sample pretest-posttest
Desain ini menggunakan sampel dua kelompok
perlakuan yang dipilih secara acak, namun masingmasing kelompok hanya diukur satu kali yaitu pre
test untuk kelompok pertama dan post test untuk
kelompok kedua. Model ini sangat baik untuk
menghindari pengaruh atau efek dari test.
Ra
Rb

33

Control time series design


Model ini pada prinsipnya seperti Time Series
Design, hanya menggunakan kelompok pembanding
(kontrol)
Sa
Sb

O1 O2 O3

X
X

O
-

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Secara ringkas desain penelitian diatas dapat digambarkan


dalam skema sebagai berikut :

DESAIN

EKSPERIMENTAL

OBSERVASIONAL

Pra Eksperimental

ANALITIK

One Shot Case Study


One Group Pre-Post test
Static Group Comparison

DESKRIPTIF
Survey
Case study
Comparative study
Corelation study
Evaluation Study

Quasy Eksperimental
Time series design
Non equivalent control group
control time series design
Separate sample pre-post

True Eksperimental
Pre-post test with control
Post test only with control
group
Solomon design

CROSS
TIME SERIES
Cohort (Prospective)
Case Control
(Retrospective)

Riset keperawatan Anas Tamsuri

34

B. Cara Menentukan Desain Penelitian


Untuk memudahkan peneliti pemula dalam menentukan desain
apa yang paling cocok untuk pencapaian tujuan penelitian, maka
dapat digunakan alur pikir sebagai berikut:
Apakah perlu perlakuan khusus untuk
mencapai tujuan penelitian ?
Tidak

Ya

Berapakah jumlah variabel ?

Apakah jumlah kelompok sampel


yang diamati lebih dari 1?

1
Tidak

Deskriptif

Ya
Analitik

Apakah data perlu diambil lebih dari satu kali


untuk satu atau lebih variabel ?
Tdk
Cross-Sectional

Ya

Time Series
Apakah data diambil dari
observasi pada waktu
sebelum penelitian dimulai

35

Ya

Apakah akan dicari hubungan


atau beda antara variabel

Pra Eksperimental

Apakah kelompok
perlakuan dan kontrol
diambil secara random
dan perlakuan dikontrol ?

Tidak

Apa observasi pada


satu kelompok lebih
dari 1 kali ?

Ya

Ya

Quasi Eksperimental

True Eksperimental

Ya

Case Control
(Retrospektif)

Tidak

Cohort
(Prospektif)

Riset keperawatan Anas Tamsuri

PENENTUAN SAMPEL DAN SAMPLING


A. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang
menjadi subyek penelitian. Subyek inilah yang nantinya menjadi
sumber informasi atau data dalam penelitian.
Dalam suatu penelitian, sampel yang baik harus representatif
(mewakili keseluruhan populasi) dan memiliki jumlah yang relatif
banyak.
Karena penentuan sampel sangat dipengaruhi oleh populasi,
maka dalam penelitian perlu dilakukan penentuan populasi.
Dalam penelitian yang dimaksud dengan peneliti adalah
segenap subyek yang terdapat dalam lingkup penelitian. Jadi
luas dan besarnya subjek sangat ditentukan oleh keluasan ruang
lingkup penelitian itu sendiri. Populasi dapat terdiri atas seluruh
orang yang ada di propinsi, seluruh penduduk desa X, segenap
mahasiswa akper Y atau seluruh pasien yang dirawat di ruang Z
pada periode tertentu.
B. Teknik Penenuan Sampel (Sampling)
Sampling adalah proses penyeleksian/ pengambilan anggota
populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Secara garis besar
teknik pengambilan sampel dari populasi (sampling)
dikelompokkan
dalam
dua
bentuk
yaitu
acak
(random/probability sampling) dan non acak (non random/non
probability sampling).
Teknik acak adalah teknik pemilihan sampel sedemikian rupa
sehingga
tiap-tiap
anggota
populasi
menda-patkan
kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih
sebagai sampel.
Yang termasuk dalam sampling acak (random) adalah :
Simple random sampling
Adalah teknik pemilihan sampel secara sederhana dimana
nama setiap anggota populasi diundi untuk kemudian
diambil secara acak dan ditentukan sebagai sampel
hingga jumlah sampel tepenuhi.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

36

Stratified random sampling


Adalah
teknik
acak
dengan
terlebih
dahulu
mengelompokkan populasi dalem kelompok-kelompok
yang ditentukan peneliti dan peneliti menentukan proporsi
masing-masing kelompok. Selanjutnya penentuan sampel
dilakukan secara acak sesuai dengan kelompok.
Contohnya jika penelitian pada pelajar SMU dengan 100
pria dan 200 wanita; dan jumlah sampel yang dikehendaki
100 orang maka nama-nama mahasiswa dipilah antara
pria dan wanita, selanjutnya diambil 33 nama pria secara
acak dan 67 nama wanita secara acak.
Cluster sampling
Adalah teknik pengelompokan sampel berdasarkan
wilayah. Misalnya penelitian tentang peran perawat di RS
swasta; maka sampel diambil dari masing-masing RS
swasta
sesuai
dengan
proporsinya
sehingga
menggambarkan seluruh RS swasta.
Systematic sampling
Merupakan pengembangan teknik acak apabila terdapat
daftar populasi. Misalnya populasi 100 dan sampel yang
akan diambil 25 maka penentuan sampel dilakukan pada
anggota dengan nomor tertentu dengan selisih (100:25=4).
Misalnya anggota nomor 3,7,11,15, dst.
Multistage sampling
Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan
berdasrakan tingkat wilayah secara bertahap dan
merupakan pengembangan dari teknik kluster sampling.
Misalnya populasi penelitian adalah balita sekabupaten
kediri, maka penentuan sampel didasarkan dari proprosi
masing-masing wilayah kecamatan, selanjutnya dibagi lagi
berdasarkan masaing-masing wilayah desa, dan dari desa
diambil sampel dari perwakilan RW di tingkat desa.
Selanjutnya teknik penelitian non acak (non random) meliputi
teknik-teknik :
Purposive sampling
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pada
kehendak peneliti.
37

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Consecutive sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana subyek
ditetapkan apabila sesuai dengan kriteria penelitian
dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu.
Convinience sampling
Adalah pemilihan sampel dengan mancari subyek yang
kebetulan ditemui di tempat dan waktu yang bersamaan
pada pengumpulan data.
Quota sampling
Adalah teknik penetuan sampel berdasarkan ciri-ciri
tertentu sampai jumlah terpenuhi, namun pemilihan
dilakukan tidak secara acak, namun berdasar keinginan
peneliti
Sampling jenuh
Adalah teknik pengambilan seluruh populasi menjadi
responden (subyek penelitian) dan hal ini biasanya bila
populasi kecil (kurang dari 30)
Snowball sampling
Adalah penentuan sampel yang mula-mula berjumlah
kecil, kemudian sampel disuruh memilih teman-temannya
untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya sampai jumlah
sampel memenuhi jumlah yang diharapkan.
C. Penentuan Jumlah Sampel (Sample Size)
Penentuan jumlah sampel sangat menentukan apakah sampel
yang diambil representatif atau tidak. Sampel yang representatif
artinya sampel tersebut dapat memenuhi syarat untuk mewakili
populasi yang diwakilinya.
Terdapat berbagai teknik penentuan jumlah sampel. Namun
secara umum besaran sampel sangat ditentukan dari:
1. Tujuan penelitian
2. Besaran angka perkiraan dari proporsi kejadian dalam
populasi. Bila tidak diketahui atau belum dapat diperkirakan
sebesar 0,50 (50%)
3. Berapa tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam
penelitian tersebut, atau berapa jauh penyimpangan estimasi
Riset keperawatan Anas Tamsuri

38

sampel dari proporsi sebenarnyadalam keseluruhan


populasi. Biasanya besarnya 0,01 atau 0,05
4. Besarnya derajat kepercayaan (confidence level) yang akan
digunakan agar estimasi sampel akurat. Pada umumnya
digunakan 91% atau 95% derajad kemaknaan (confidence
level).
5. Besarnya jumlah populasi yang harus diwakili oleh sampel.
Untuk menghitung besarnya populasi dapat digunakan patokan
sebagai berikut:
A. Menghitung Jumlah Sampel Untuk Penelitian Deskriptif
Estimasi Proporsi

n=

4 z 2 (1
W2

= proporsi / angka prevalensi kejadian


bila tdk diketahui hrs dianggap = 50% = 0,50
W = lebar penyimpangan (maksimum = 10-20% =
0,1-0,2)
= 0,05
z = 1,96
B. Menghitung Jumlah Sampel Untuk Penelitian Deskriptif
Estimasi Rerata

4 z2
n=
W2

= simpangan baku (SD) kejadian


W = lebar penyimpangan
(maksimum = 10% dari rerata kejadian outcome)
= 0,05
z = 1,96

39

Riset keperawatan Anas Tamsuri

C. Menghitung Jumlah Sampel Untuk


Komparasi dengan Estimasi Proporsi

[z
n=

Penelitian

4 (1 ) + z 2 1 (1
(

z1/2.
z
1
2

= adjusted SD untuk uji 2 arah


= adjusted SD untuk ( =0,20 z =0,84)
= proporsi respons kelompok 1 yang diharapkan
= proporsi respons kelompok 2 yang diharapkan
= proporsi gabungan = ( 1+ 2)/2

n=

1
2

) +2 2 (1

)2

D. Menghitung Jumlah Sampel Untuk


Komparasi dengan Estimasi Rerata

z1/2.
z

Analitik

Penelitian

Analitik

( z + z )2

( 1

2 )2

= adjusted SD untuk uji 2 arah


= adjusted SD untuk ( =0,20 z =0,84)
= SD respons kelompok kontrol/konvensional
= rerata respons kelompok 1 yg diharapkan
= rerata respons kelompok 2 yg diharapkan

Riset keperawatan Anas Tamsuri

40

E. Menghitung Jumlah Sampel Untuk Penelitian Analitik


2

n=

z1/2.
z

41

z +z
1
1+
ln
2
1

+3

= adjusted SD untuk uji 2 arah


= adjusted SD untuk ( =0,20 z =0,84)
= koefisien korelasi antar variabel yg diharapkan

Riset keperawatan Anas Tamsuri

MEMBUAT KERANGKA KERJA


Kerangka
kerja
atau
framework
adalah
skema
yang
menggambarkan
bagaimana
tahapan
suatu
penelitian
diselenggarakan.
Frame work memberikan informasi secara singkat bagaimana suatu
penelitian dapat diselenggarakan sehingga tujuan dapat tercapai.
Umumnya kerangka kerja dijabarkan dalam bentuk skematik;
walaupun sebenarnya dapat juga dijabarkan dalam bentuk naratif.
Kerangka kerja memberikan informasi tentang langkah urutan yang
akan dilaksanakan oleh peneliti; meliputi pengambilan sampel dari
populasi, pengambilan data dan perlakuan serta tahapan analisis
data yang akan dilaksanakan.
Secara umum bentuk kerangka kerja (frame work) digambarkan
sebagai berikut:
Populasi
Sampling :
Sampel
Pengambilan data
Pengolahan data : .
Analisis dan kesimpulan
Dalam kerangka kerja, perbedaan antara desain non eksperimental
dan desain eksperimental terletak pada seputar teknik pengambilan
data. Variasi kerangka kerja seperti perlu tidaknya perlakuan
sebelum atau sesudah pengambilan data, berapa kali pengambilan
data dan berapa kelompok sampel yang diperlukan; dipengaruhi
oleh desain penelitian yaitu apakah desain eksperimental ataukah
non eksperimental. Apa-bila desain penelitian yang digunakan
adalah desain non eksperimental, maka model (bentuk) kerangka
kerja penelitian seperti kerangka kerja diatas.
Apabila desain penelitian adalah eksperimental, maka bentuk
kerangka kerja disesuaikan dengan desain eksperimental. Misalnya
untuk contoh sebagai berikut :

Riset keperawatan Anas Tamsuri

42

seorang peneliti bertujuan untuk mencari gambaran tentang cara


perawatan pasien DHF derajad I dan II oleh keluarga, meliputi
perawatan demam dan perawatan dehidrasi; Maka kerangka
konseptualnya dapat disusun seperti berikut :

Populasi
Sampling : Purposive
Sampel :50
Pengambilan data:
- Perilaku perawatan demam
- Perilaku perawatan dehidrasi
Pengolahan data : deskriptif
Analisis dan kesimpulan
Pada penelitian untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dari
petugas kesehatan terhadap perilaku keluarga dalam perawatan
demam dan dehidrasi pada penderita DHF derajad I dan II, dimana
penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan dan bukan oleh
peneliti sendiri, dan peneliti melakukan observasi ada tidaknya
perbedaan perilaku pera-watan keluarga terhadap demam dan
dehidrasi pada klien sebelum dan setelah penyuluhan. Maka jika
peneliti menggunakan desain eksperimental semu maka desain
penelitian menjadi :

43

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Populasi
Sampling : Purposive
Sampel :50
Sampel A: 25
Pengambilan data :
perilaku perawatan
demam dan dehidrasi
Perlakuan
Pengambilan data :
perilaku perawatan
demam dan dehidrasi

Sampel B:25
Pengambilan data :
perilaku perawatan
demam dan dehidrasi
Tanpa perlakuan
Pengambilan data :
perilaku perawatan
demam dan dehidrasi

Pengolahan data : Komparatif

Analisis dan kesimpulan

Riset keperawatan Anas Tamsuri

44

VARIABEL DAN DEVINISI OPERASIONAL


Variabel adalah karakteristik (ciri) yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (orang, benda dan situasi). Jadi variabel bukan
benda, orang atau situasi itu sendiri, namun atribut yang menyertai
benda, orang atau situasi.
Suatu variabel harus dapat diukur sehingga mampu memberikan
nilai beda dan variasi antara satu dan lainnya. Jadi subyek seperti
manusia, perawat, dan penyakit bukan merupakan variabel karena
meru-pakan benda dan tidak dapat diukur secara langsung. Adapun
variabel untuk subjek diatas contohnya perilaku manusia,
pengetahuan perawat atau derajad penyakit, karena merupakan hal
yang secara langsung dapat dinilai/diukur dan dapat memberikan
beda.
Secara umum variabel dikelompokkan dalam :
1) Variabel dependen
Adalah variabel yang karakteristiknya dapat dipengaruhi oleh
variabel lain; misalnya sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan. Maka sikap dan perilaku termasuk variabel
dependen
2) Variabel independen
Adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel lainnya.
Misalnya pada contoh diatas adalah pengetahuan.
3) Variabel perancu
Adalkah variabel yang nilainya dapat mempengaruhi variabel
tergantung (dependen) baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya pada contoh diatas adalah variabel kultur
(budaya).
Kedudukan variabel perancu terhadap variabel dependen dan
independen adalah sebagai berikut:
V. Independen

V. Dependen

V. Perancu
Untuk meminimalisir variabel perancu, dapat dilakukan cara
retriksi
(menyingkirkan
variabel
perancu);
matching
(menyamakan variabel perancu diantara dua kelompok) dan
randomisasi sampel.

45

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Devinisi operasional adalah arti dan batasan variabel yang memungkinkan terlaksananya penelitian. Devinisi operasional
merupakan pengertian yang dikembangkan oleh peneliti itu sendiri
berdasarkan pada teori-teori baku yang ada dalam literatur. Dengan
devinisi ini, memungkinkan peneliti untuk mengembangkan atau
meretriksi batasan sebenarnya. Misalnya batasan tentang perilaku.
Devinisi tekstular tentang perilaku adalah tindakan yang dilakukan
oleh individu.., Maka selanjutnya peneliti berhak untuk
mendeskripsikan pengertian tersebut dengan dise-suaikan dengan
penelitiannya; misalnya :
perilaku adalah tindakan/ kegiatan psikomotor yang terpantau untuk
melakukan perawatan anak sakit.
Adakalanya definisi semata tidak cukup untuk mendeskripsikan
maksud peneliti terhadap variabel, sehingga perlu dilakukan
pembatasan yang lebih tegas dengan mengembangkan kriteria
penilaian (indikator). Misalnya untuk contoh diatas :
. Dengan indikator : tindakan keluarga dalam mencegah demam,
memberi makan, membantu ambulasi, membantu toileting .
Selanjutnya dalam desain perlu difikirkan bagaimana variabel
tersebut dinilai. Terdapat beberapa metode observasi variabel (alat
pengambilan data) antara lain dengan :
1) pengukuran biofisiologis, misalnya tekanan darah, denyut nadi
2) Observasi perilaku, menggunakan cheklist perilaku
3) Interview/wawancara, mengguna-kan panduan wawancara
4) Kuesioner
Langkah selanjutnya adalah menentukan bagaimana menentukan
teknik penilaian untuk variabel dan penetapan skala.
Berdasarkan jenis data/skala data variabel, maka dapat
dikelompokkan dalam diskit (discrete) dan kontinum (continous).
Variabel diskrit adalah variabel yang hanya memuat kategorisasi dua
kutub yaitu ya dan tidak seperti pria-wanita, merah-hijau, atasbawah, nomor telephon, nomor rumah, dan sebagainya. Variabel
diskrit disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik.
Variabel kontinum dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
1) Variabel ordinal
Yaitu variabel yang menunjuk-kan tingkatan (rangking): misalnya
Baik, Cukup, kurang; Panjang, Kurang pan-jang, pendek; dsb.
Riset keperawatan Anas Tamsuri

46

2) Variabel interval
Yaitu variabel yang mem-punyai jarak dengan pasti, namun tidak
dapat dilakukan perhitungan matematika dan tidak memiliki nol
O
O
mutlak. Misalnya adalah suhu. Suhu 31 C dan suhu 21 C
O
O
memiliki selisih 10 C. Namun air bersuhu 31 C ditambah suhu
O
O
21 C tidak menjadi 52 C.
3) Variabel Ratio
Merupakan variabel dengan skala tertinggi. Skala rasio dapat
dilakukan operasi matematika dan memiliki nol mutlak. Misalnya
tinggi badan, berat badan, dsb.
Variabel
Nominal
Ordinal
Interval
Rasio

Beda

Ranking

Jarak

Nol Mutlak

Misalnya jika peneliti menggunakan nilai ukuran Newton untuk


mengukur kekuatan tangan pada ROM, maka skala data termasuk
dalam rasio karena data memiliki beda (misal 35N dan 37N pasti
berbeda) memiliki rangking (Nilai 37 lebih tinggi dari 35), memiliki
jarak yang jelas (37N-35N=2 N) dan memiliki nol mutlak (Nilai nol
berarti tidak ada kekuatan). Jika skala pengukuran untuk perilaku
perawatan anak sakit adalah : Baik, Sedang dan Kurang maka
termasuk skala ordinal karena memiliki beda (baik dan kurang
berbeda)dan memiliki rangking (nilai baik lebih baik daripada
kurang);tapi tidak memiliki jarak (baik-kurang=?) dan nol mutlak
(pengetahuan nol bukan berarti tidak punya pengetahuan).
Setelah seluruh variabel telah didefinikan; meliputi pengertian
(definisi), indikator penilaian, metode pengukuran dan skala
pegukuran; maka langkah selanjutnya adalah memasukkan seluruh
uraian diatas dalam penelitian. Tampilan yang dapat digunakan
untuk meng-gambarkan variabel adalah dengan menggunakan tabel
seperti dibawah ini. Contoh pada variabel perilaku perawatan anak
sakit, dapat didefinisikan sebagai berikut:

47

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Variabel

Definisi

Independen:
Pengetahuan

Pengetahuan
adalah hasil dari
tahu setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap
sesuatu

Dependen:
Perilaku
perawatan
anak sakit

perilaku adalah
tindakan/
kegiatan
psikomotor yang
terpantau dalam
keluarga cara
memberikan
perawatan pada
anak secara
mandiri selama
sakit.

Alat
Ukur

Indikator
Pengetahuan:
cara perawatan
demam, cara
memberi makan
pada anak, cara
membantu
toileting, cara
membantu
ambulasi
Perilaku :
-memberi makan
-membantu
toileting
-merawat demam
-membantu
ambulasi

Skore
dan skala
Benar=1
Salah=0

Kuesioner

Skor total:
0-10=K
11-20=C
21-30=B
Ordinal
Melakukan=1
Tidak=0

Cheklist
observasi

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Skor total:
0-8=K
9-14=C
15-20=B
Ordinal

48

MENGEMBANGKAN ALAT UKUR PENELITIAN


Setelah metodologi penelitian selesai dibuat, terutama penentuan
definisi operasional; langkah selanjutnya adalah pembuatan alat
ukur untuk penelitian. Alat ukur penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data yang diperlukan
dalam penelitian.
Alat pengumpulan data sangat penting kedudukannya dalam
kegiatan penelitian, karena alat pengumpulan data merupakan
media yang cukup vital untuk kegiatan pengumpulan data, selain itu
kualitas alat pengumpulan data (alat ukur penelitian) sangat
mempengaruhi kualitas penelitian.
Alat ukur yang baik bagi suatu penelitian adalah sebagai berikut:
1. Isi alat ukur mampu menggiring pencapaian data secara
lengkap yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan; hal ini
artinya alat ukur yang baik harus mampu menghasilkan
jawaban atas pertanyaan/tujuan penelitian. Apabila data yang
dikumpulkan dari penggunaan alat ukur ternyata tidak mampu
menjawab secara sempurna tujuan penelitian atau bahkan
menyimpang dari tujuan penelitian, maka sia-sialah penelitian
yang dilakukan dan dapat diapstikan akan menghasilkan
penelitian yang tidak bermutu. Dengan kata lain alat ukur
memiliki validitas yang baik
2. Secara konstruk alat ukur dibuat dengan mengacu pada
kaidah kejegan, alat ukur tidak menimbulkan ambigu dan
kebingungan serta menimbulkan salah persepsi ketika alat
ukur diterapkan dalam praktik. Alat ukur yang mampu
menimbulkan salah persepsi dapat menyebabkan ahsil
penelitian menjadi tidak valid
3. Memiliki reliabilitas, artinya alat ukur tersebut mampu
mengukur secara konstan apabila diujikan dalam kondisi yang
sama.
Alat ukur merupakan konstruk dari variabel penelitian, artinya suatu
alat ukur harus mampu menjadi media yang mewakili suatu variabel.
Misalnya jika variabelnya adalah suhu tubuh, maka alat ukurnya
dapat berupa nilai hitung hasil termometer; jika variabelnya adalah
pekerjaan, maka alat ukurnya berupa pertanyaan tentang pekerjaan
responden; jika variabelnya adalah tingkat pengetahuan responden
49

Riset keperawatan Anas Tamsuri

tentang teknik perawatan anak diare, maka variabelnya merupakan


serentetan pertanyaan yang mampu mengungkap bagaimana tingkat
pengetahuan seseorang tentang perawatan anak diare;dan
sebagainya.
Untuk dapat mewakili atau menjadi pengukur suatu variabel, maka
alat ukur sebaiknya merupakan penjabaran dari definisi operasional
variabel.
Satu hal yang penting ditekankan adalah bahwa setiap pertanyaan
atau alat ukur yang dibuat tidak boleh menyimpang dari tujuan
utama penelitian, dan relevan dengan devinisi operasional. Jadi jika
misalnya pada penelitian diatas variabel dependen yang akan diukur
adalah perilaku perawatan keluarga pada anak sakit maka alat ukur
harus mampu menggali perilaku perawatan anak demam, perawatan
ambulasi, pemenuhan nutrisi dan pemenuhan kebutuhan eliminasi;
sesuai dengan batasan operasional yang telah ditetapkan.
Disebutkan sebelumnya bahwa bentuk alat ukur dalam penelitian
keperawatan dapat berupa kondisi biofisiologis, wawancara,
kuesioner maupun cheklist observasi.
Alat ukur berupa biofisiologis seperti tekanan darah, denyut nadi,
kadar Hemoglobin, penyembuhan luka, dan sebagainya mungkin
digunakan dalam riset keperawatan yang bertujuan untuk
mengeksplorasi fakta tentang kondisi tubuh atau mencari dampak
pelayanan keperawatan terhadap kondisi tubuh. Alat ukur ini dapat
dibuat secara sederhana seperti misalnya pada pengukuran tekanan
darah; namun dapat juga menjadi kompleks, misalnya untuk
mengukur penyembuhan luka maka indikator yang diperlukan
mungkin kondisi jaringan (derajad penyembuhan luka) luas dan
kedalaman luka, dan ada tidaknya tanda-tanda inveksi pada luka.
Contoh :
TD
Hb

: ../ .
: .. mg%

Riset keperawatan Anas Tamsuri

50

Contoh 2 :
PENGARUH PERAWATAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA
Minggu

INDIKATOR

Luas luka (mm )


Dalam luka (mm)
Derajad luka
Tanda infeksi
Untuk menilai kondisi subyektif pada situasi biofisiologis, seperti rasa
nyeri dan situasi psikologis lainnya, dapat digunakan skala Visual
Analog (Visual Analog Scale) seperti dibawah ini
Tidak nyeri

Nyeri tak
tertahankan

Atau menggunakan Rating Scale seperti contoh :


Jika Latihan ROM paling ringan bernilai 0 dan paling berat bernilai 5,
Berapa nilai latihan ROM yang dilakukan hari ini ?
0

Alat ukur untuk menggali pengetahuan responden dapat berupa soal


test maupun non test. Bentuk-bentuk pertanyaan untuk mengukur
pengetahuan sangat beragam; seperti menggunakan pertanyaan
terbuka (open ended question) misalnya :
- Bagaimana cara membuat larutan gula garam?
- Bagaimana tanda orang menderita diare?
- Apa ciri-ciri orang kurang cairan?
Model yang lain adalah per-tanyaan tertutup (Close ended question)
yang memungkinkan pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak.
Model ini sebaiknya tidak digunakan untuk meng-ukur pengetahuan
karena hasil dapat menjadi bias karena faktor kebetulan sangat
51

Riset keperawatan Anas Tamsuri

tinggi. Apabila terpaksa digunakan sebaiknya digunakan untuk


pertanyaan peng-giring seperti :
Pernahkah anda menderita diare?
(1) Ya
(2) Tidak
Jika Ya, jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut ..
Apa pengertian diare ?
(a) diare adalah sakit perut terus-menerus
(b) diare adalah buang air kecil banyak
(c) diare adalah buang air besar sering dan cair
(d) diare adalah badan menjadi kuning
dan seterusnya .
Model pertanyaan Multiple Choice (pilihan ganda) adalah model
yang dapat diterapkan untuk mengukur pengetahuan seperti
misalnya:
Bagian apa dari rokok yang berbahaya bagi kesehatan?
(a) puntung
(b) busa
(c) api
(d) asap
dan sebagainya .
Untuk penggalian sikap dan persepsi individu, model alat ukur dapat
berupa skala likert, model semantik diferensial ataupun rank-order
question.
Penggunaan skala Likert digunakan untuk menilai sikap individu
terhadap sesuatu. Skala ini menggambarkan persetujuan individu.
Contoh :
Segera setelah merasakan gejala penyakit seorang individu harus
segera berobat ke petugas kesehatan
( ) sangat tidak setuju
( ) tidak setuju
( ) ragu-ragu
( ) setuju
( ) sangat setuju
Riset keperawatan Anas Tamsuri

52

Penggunaan skala semantif differensial seperti contoh berikut dapat


menggambarkan sikap individu :
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada saudara tadi :
(berilah tanda cheklist ( ) pada jawaban anda .
Berguna

Tidak berguna
1

Menyenangkan

Membosankan

Dapat dipahami

53

Sulit dipahami

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Bentuk lain penilaian sikap individu adalah dengan menggunakan


pertanyaan berperingkat (rank order question) misalnya :
Tujuan hidup yang ingin dicapai tiap orang berbeda, berikut adalah
beberapa tujuan hidup yang anda miliki, berilah angka sesuai
prioritas anda, misalnya sangat penting bernilai 1, kurang prioritas
bernilai 2, dan seterusnya .
( ) Berpendidikan tinggi
( ) kaya
( ) berhasil dengan keluarga
( ) sehat
( ) beragama dan tenteram
Selanjutnya untuk melakukan pengukuran perilaku individu, dapat
digunakan lembar observasi (cheklist) atau dengan menggunakan
pertanyaan tertutup. Misalnya :
Apakah Anda merokok?
( ) Ya
( ) tidak
Apakah Anda minum minuman keras ?
( ) Ya
( ) tidak
atau dapat dibuat dalam bentuk tabel, misalnya pengukuran
ketrampilan siswa dalam pemeriksaan fisik :
PERILAKU
Mengatur posisi klien
Memberi tahu prosedur
Menyiapkan alat
Cuci tangan
Melakukan inspeksi dada
Melakukan palpasi dada
Melakukan pemeriksaan taktil fremitus

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Ya

Tdk

54

Adakalanya daftar pilihan jawaban dibuat lebih bervariatif, misalnya


seperti dibawah ini :
Perilaku sehat penderita
Diabetes Mellitus
Makan teratur 3 kali sehari?
( ) selalu
( ) jarang
( ) sering
( ) tidak pernah
Makan diluar jadwal yang ditetapkan
( ) selalu
( ) jarang
( ) sering
( ) tidak pernah
Setelah kuesioner disusun, sebelum melangkah ke tahapan
berikutnya perlu dilakukan pengecekan kembali apakah setiap item
pertanyaan (alat pengumpul data) telah sesuai dengan tujuan dan
relevan dengan indikator variabel dalam devinisi operasional. Hal ini
penting karena seringkali peneliti pemula mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan bias karena kekurangtelitian analisis.
Setelah dilakukan pengecekan terhadap isi (content) dari alat ukur
selanjutnya lakukan pengecekan terhadap bentuk (fisik) dari
kuesioner itu sendiri. pengecekan meliputi kesesuaian bahasa
dengan tingkat penge-tahuan responden, dan kemung-kinan
kesalahan interpretasi serta pelibatan emosi/ subyektifitas.
Pengecekan terhadap Bahasa dilakukan dengan cara :
1. Menyederhanakan bahasa
2. Menggunakan kata-kata umum
Misalnya untuk pertanyaan seperti berikut:
Berikut ini yang merupakan tanda kejadian demensia adalah:
Pertanyaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :
Tanda demensia adalah :
Pertanyaan diatas mungkin masih dapat menyebabkan kebingungan
sehingga perlu dilakukan penyederhanaan istilah, menjadi :

55

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Tanda orang pikun adalah


Selanjutnya lakukan pengecekan ada tidaknya pertanyaan negatif
(menggunakan kata tidak atau bukan) karena dapat menimbulkan
interpretasi yang kurang tepat. Misalnya :
Apakah anda tidak merokok?
( )ya
( ) tidak
Pertanyaan diatas dapat menimpulkan interpretasi yang salah.
Umpamanya responden adalah perokok, dan ia akan menjawab
tidak untuk menunjukkan ia menyangkal pertanyaan. Hal ini dapat
diinterpretasikan lain karena me-nimbulkan kesan ia membenarkan
pertanyaan.
Pengecekan berikutnya adalah kemungkinan pelibatan emosi/
subyektifitas
pada
pertanyaan-pertanyaan
dalam
dimensi
pengetahuan. Misalnya:
Saat terkena penyakit tipus, tanda-tandanya adalah : .
Pertanyaan diatas mengarahkan responden untuk menjawab tanda
penyakit tipus, namun bentuk pertanyaan seperti diatas dapat
menyebabkan intervensi subyektivitas karena
pertanyaan
diinterpretasikan menjadi Saat terkena penyakit tipus, tanda-tanda
(yang saya rasakan) adalah
Untuk menghindari, gunakan pernyataan umum atau pergunaan
bentuk orang ketiga, misalnya :
Tanda orang yang sakit tipus adalah
Setelah pengecekan isi dan bentuk kuesioner selesai, tahapan
selan-jutnya adalah pengecekan terhadap skor dan skala data.
Beberapa alat ukur, seperti pengukuran biofisiologis, Visual analog
dan Semantic differensial telah memberikan skor langsung. Untuk
alat ukur seperti ini data mentah hasil penelitian dapat dikategorikan
dalam skala interval atau rasio.
Untuk alat ukur lainnya perlu dilakukan penskoran untuk tiap
jawaban. Sesungguhnya tidak ada batasan teknik penskoran dan
merupakan hak prerogratif peneliti. Namun lazimnya untuk

Riset keperawatan Anas Tamsuri

56

pertanyaan berupa pengetahuan atau perilaku, skor benar/


melakukan=1 dan skor tidak melakukan/salah=0.
Pada pengukuran sikap atau perilaku dengan pilihan yang lebih dari
dua, umumnya pertanyaan yang vaforable (sesuai dengan jawaban
yang dikehendaki) mendapat nilai tertinggi, kurang dikehendaki
mendapat nilai lebih kecil dan begitu seterusnya.
Apabila skala data untuk variabel ditetapkan dalam skala interval
atau rasio, maka skor tidak perlu dikonversi dalam bentuk lain;
namun apabila skala variabel ditetapkan dalam bentuk ordinal atau
nominal, maka nilai hasil penelitian perlu dikonversi ke dalam skala
ordinal atau nominal.
Untuk konversi skala ordinal dapat digunakan rumus sebagai berikut
:
Nilai 76-100 % skor tertinggi=Baik
Nilai 50 76 % skor tertinggi=Cukup
Nilai 0-49% skor tertinggi=kurang
Sebenarnya tidak ada aturan baku untuk penentuan konversi seperti
diatas, sehingga peneliti bebas menentukan bagaimana ia akan
melakukan koversi nilai.

57

Riset keperawatan Anas Tamsuri

MELAKUKAN PENGOLAHAN DATA


Tahapan pengolahan data adalah tahapan dimana data-data yang
diperoleh dari hasil pengumpulan data untuk selanjutnya akan
dijadikan sebagai informasi yang berguna dalam penelitian dan lebih
lanjut nantinya digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Secara umum data yang digunakan dalam penelitian dapat
dikategorikan dalam dua bentuk yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel, misalnya baik, sedang,
kurang; tinggi-rendah; dan sebagainya. Data kuantitatif ini tidak
berhubungan dengan angka-angka dan tidak berkaitan dengan
analisis statistik, sehingga disebut juga data nonstatistik. Adapun
data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka (nilai)
baik yang diperoleh dari hasil mengukur maupun dari hasil
menjumlah, termasuk juga nilai dari stuatu data yang diperoleh
dengan jalan merubah data kualitatif menjadi kuantitatif. Data
kuantitatif dapat dikaitkan dengan analisis statistik sehingga disebut
juga data statistik.
Sesuai dengan sifat data yang ada, maka teknik pengolahan data
dapat dikategorikan dalam:
1. Teknik Non statistik
Yaitu kegiatan pengolahan data dengan tidak menggunkan
analisis statistik, emlainkan dengan analisis kualitatif. Analisis
kualitatif ini dapat dilakuka melalui cara induktif, yakni
mengambil kesimpulan umum berdasarkan hasil-hasil observasi
yang khusus. Dalam analisis ini tidak diperlukan perubahan data
kualitatif kedalam data kuantitatif.
2. Teknik Statistik
Merupakan teknik pengolahan data dengan menggunakan
analisis statistik. Biasanya analisis ini dilakukan untuk
pengolahan data kuantitatif. Pengolahan dan analisis kuantitatif
ini dapat dilakukan secara manual maupun bantuan komputer.
Dalam pengolahan data, terdapat berbagai kegiatan yaitu:
1. Penyusunan data
Untuk memudahkan penilaian dan pengecekan apakah semua
data yang diperlukan dalam menguji hipotesis dan untuk
mencapai tujuan penelitian sudah lengkap, perlu dilakukan
Riset keperawatan Anas Tamsuri

58

seleksi dan penyusunan data. Seleksi data dilakukan terhadap


data-data yang memenuhi syarat yaitu data yang lengkap (jika
hasil pengisian kuesioner maka seluruh kuesioner terisi) dan
data yang obyektif (tidak menimbulkan bias).
Dalam
penyusunan data peneliti harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Hanya memilih atau memasukkan data yang penting dan
benar-benar diperlukan (sesuai dengan tujuan)
b. Memilih data yang lengkap dan obyektif
c. Bila data diambil dengan teknik wawancara, harus
dibedakan antara informasi yang diperlukan dengan kesan
pribadi responden penelitian
2. Klasifikasi
Setelah data disusun dan dilakukan penapisan, selanjutnya data
dikelompokkan atau digolongkan. Teknik penggolongan data
umumnya didasarkan pada kategori dan pertimbangan yang
dibuat oleh peneliti mengacu pada tujuan penelitian.
Umumnya data dapat diklasifikasikan berdasarkan pada dua
tingkat yaitu klasifikasi berdasarkan kegunaan data dan
klasifikasi berdasarkan interpretasi data. Berdasarkan kegunaan
data, data dikelompokkan menurut variabelnya sedangkan
berdasarkan interpretasi data, data dikelompokkan menurut hasil
interpretasi.
Misalnya seorang peneliti memiliki tujuan penelitian untuk
mencari tahu hubungan antara jarak rumah, pengetahuan dan
pekerjaan ibu rumah tangga dengan balita terhadap keaktifan
mengikuti kegiatan Posyandu, maka peneliti membuat alat ukur
yang mengukur jarak rumah dengan posyandu, sejumlah
pertanyaan tentang pengetahuan dan pertanyaan tentang
pekerjaan ibu rumah tangga. Setelah data dikumpulkan maka
perlu bagi peneliti untuk mengkategorikan data berdasarkan
variabel penelitiannya yaitu data-data yang terkait dengan jarak
rumah, data yang terkait dengan pekerjaan, data yang terkait
dengan pengetahuan serta data yang terkait dengan keaktifan
ibu mengikuti kegiatan posyandu.
Untuk kemudahan data, data tersebut dapat dikategorikan
menggunakan tabel pengumpulan data sebagai berikut:

59

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Nomor
Jarak Rumah
Resp.
1
0 - 250 m
2
250 500 m
3
500 1000 m
4
> 1000 m
5
500 1000 m
6
250 500 m
Dan seterusnya ...

Pekerjaan
Tani
Dagang
Tani
-

Pengetahuan
Nilai 76
Nilai 82
Nilai 58
Nilai 70
Nilai 92
Nilai 48

Keaktifan
Posyandu
6 kali dlm 6 bulan
5 kali dlm 6 bulan
5 kali dlm 6 bulan
2 kali dlm 6 bulan
3 kali dlm 6 bulan
4 kali dlm 6 bulan

Dari tabel diatas, terlihat bahwa data telah dikategorikan sesuai


dengan kelompok variabel dimana data tersebut berasal.
Namun, data diatas belum dapat membantu peneliti untuk
melakukan analisis, sehingga data diatas perlu dikategorikan lagi
berdasarkan hasil interpretasi. Untuk melakukan interpretasi
peneliti dapat membuat kriteria tertentu dalam definisi
operasional variabel; misalnya untuk pengetahuan disebut
pengetahuan baik jika nilai 81-100, cukup bila bernilai 56-80, dan
kurang bila responden mendapat nilai kurang dari 56. Untuk
keaktifan mengikuti kegiatan Posyandu misalnya ditetapkan
kriteria Aktif jika hadir 5-6 kali dalam 6 bulan, Kurang aktif jika
hadir 3-4 kali dalam satu bulan dan Tidak aktif jika hadir kurang
dari 3 kali dalam 6 bulan.
Berdasarkan atas kriteria diatas, maka dapat disusun tabel yang
lebih baik yaitu seperti berikut:
Nomor
Jarak Rumah
Resp.
1
0 - 250 m
2
250 500 m
3
500 1000 m
4
> 1000 m
5
500 1000 m
6
250 500 m
Dan seterusnya ...

Pekerjaan

Pengetahuan
Baik

Cukup

Kurang

Keaktifan Posyandu
Aktif

Kurang

Tidak

Tani
Dagang
Tani
-

Dari tabel diatas, maka akan memudahkan peneliti dalam


melakukan pengolahan data karena data-data yang didapatkan
telah dikategorikan baik berdasarkan kepentingan variabel
maupun interpretasi hasil pengukuran.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

60

Dalam situasi tertentu, proses klasifikasi data dapat dilakukan


berdasarkan alat ukur yang dibuat. Misalnya peneliti
menetapkan tujuan ingin mengetahui gambaran pengetahuan
masyarakat desa X tentang flu burung setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan. Maka tabel klasifikasi dapat dibuat
dengan bantuan tabel item soal seperti berikut:
Nomor
Pengetahuan ttg Bahaya
Resp.
1
2
3
4
Jml
Nilai
1
1
0
0
1
2
Cukup
2
1
1
1
0
3
Baik
3
1
0
1
1
3
Baik
4
1
0
0
1
2
Cukup
5
1
1
1
1
4
Baik
6
1
1
0
1
3
Baik
Dan seterusnya ...

1
1
0
1
1
1

Pengetahuan ttg Pencegahan


3
4
5
Jml
Nilai
1
0
0
1 3
Cukup
0
1
1
1 4
Cukup
1
1
1
1 4
Cukup
1
1
0
1 4
Cukup
0
1
0
0 2
Kurang
1
1
1
1 5
Baik
2

3. Analisis data
Kegiatan analisis data adalah kegiatan untuk melakukan analisa
terhadap data atau kumpulan data yang telah didapatkan dari
hasil pengumpulan data melalui alat ukur penelitian.
Sesuai dengan sifat data, maka analisis data dapat dibedakan
dalam analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis data
kualitatif adalah analisis data dimana dilakukan proses induktif
yaitu mengambil keputusan umum dari data khusus yang diambil
kesimpulan secara umum. Teknik ini umumnya digunakan untuk
menganalisis data yang diperoleh dari metode observasi,
wawancara tak berstruktur dan diskusi kelompok terarah (Focus
Group Discussion).
Adapun analisis data kualitatif adalah teknik menganalisis data
yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
Analisis data ini disebut juga analisis statistika.
Terdapat dua jenis analisis statistika, yaitu analisis statistika
deskriptif dan analisis statistik inferensial. Pembahasan tentang
hal ini akan diuraikan pada bab khusus.
Dalam analisis data terdapat beberapa tahapan kegiatan, yaitu
kegiatan melakukan pemaparan hasil dan tahap analisis dengan
menguraikan mengapa hasil penelitian didapatkan seperti itu.
Pembahasan dilakukan dengan menggunakan teori-teori atau
61

Riset keperawatan Anas Tamsuri

pandangan umum peneliti (opini), yaitu melalui penafsiran


peneliti mengapa fenomena atau hasil penelitian seperti itu.
Apabila hasil penelitian ternyata tidak sesuai dengan harapan
atau teori, maka peneliti melakukan analisis terhadap faktorfaktor apasaja yang mungkin menyebabkan hasil tidak sesuai
dengan harapan atau teori.
Umumnya suatu penelitian menyimpang dari teori karena
berbagai keadaan seperti :
1) Sampel tidak representatif
2) Instrumen tidak valid atau reliabel
3) Ada variabel perancu atau variabel lain yang tidak
dikendalikan
4) Desain penelitian yang tidak tepat
5) Landasan teori tidak sesuai
4. Pengujian hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian,
yang menjadi penuntun bagi peneliti untuk mengembangkan
penelitiannya. Hipotesis penelitian umumnya harus dibuktikan
kebenaran atau ketidakberanannya berdasarkan hasil penelitian
dan hasil analisis terhadap data hasil penelitian. Pada akhir
analisis data peneliti dituntut untuk dapat membuktikan apakah
hipotesis yang telah dibuatnya dapat dinyatakan kebenarannya
atau ketidakbenarannya melalui proses analisa data.
Dalam penelitian yang menggunakan data kualitatif, teknik
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan bantuan statistika
penelitian, baik statistika deskriptif maupun statistika inferensial.
5. Penarikan kesimpulan
Setelah proses analisa selesai, maka peneliti harus membuat
kesimpulan penelitian. Kesimpulan yang dibuat harus
memperhatikan kriteria sebagai berikut:
a. Kesimpulan dibuat ringkas dan tepat
b. Kesimpulan menggambarkan hasil pengujian hipotesis yang
didukung oleh data
c. Dapat mencerminkan batas-batas berlakunya kesimpulan
(apakah dapat berlaku pada seluruh populasi atau hanya
sebagian populasi saja)
d. Merupakan rekapitulasi berbagai informasi yang diberikan
sebelumnya atau pembuktiannya
Riset keperawatan Anas Tamsuri

62

e. Dapat memberikan penjelasan tentang masalah yang diteliti


f. Mencerminkan adanya penerimaan atau penolakan hipotesis
yang diuji dengan data
g. Dapat menuntun untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap masalah yang lain, yang berhubungan dengan hasil
penelitian

63

Riset keperawatan Anas Tamsuri

STATISTIKA PENELITIAN
A. Guna Statistika dalam Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, statistika penelitian berguna untuk:
1. membantu dalam proses kegiatan peringkasan data dan
pengukuran tendensi sentral (rata-rata, niali tengah, standar
devasi dan sebagainya)
2. Membantu proses penyajian data, seperti dalam pembuatan
tabel, grafik, pictogram dan sebagainya
3. Membantu menentukan jumlah sampel yang perlu diambil
dari populasi
4. Alat yang membantu pengujian validitas dan reliabilitas
instrumen penelitian
5. Membantu dalam melakukan analisis data yaitu dalam
proses pembuktian hipotesis penelitian dan penarikan
kesimpulan.
B. Jenis Statistika dalam Penelitian
Statistika penelitian secara umum dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian, tetapi tidak dapat
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas
(generalisasi/inferensi). Penelitian yang tidak menggunakan
sampel, analisisnya akan menggunakan statistik deskriptif.
Demikian juga penelitian yang menggunakan sampel, tetapi
peneliti tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan untuk
populasi darimana sampel diambil, maka statistik yang
digunakan adalah statistik deskriptif. Dalam hal ini reknik korelasi
dan regresi dapat juga berperan sebagai statistik deskriptif
Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan
(diinferensikan) untuk populasi dimana sampel diambil. Terdapat
dua macam statistika inferensial yaitu statistik parametrik dan
statistik nonparametrik. Statistik paametrik digunakan untuk
menganalisis data interval atau rasio yang berdistribusi normal,
sedangkan statistik non parametrik digunakan untuk data
nominal dan ordinal atau dari populasi yang bebas distribusi
(tidak normal atau tidak diketahui).

Riset keperawatan Anas Tamsuri

64

C. Teknik Penentuan Statistika Penelitian


Teknik penentuan jenis statistika untuk penelitian secara ringkas
dapat menggunakan diagram berikut:
Apakah data penelitian
merupakan data kuantitatif ?
Ya

Tidak

Tidak Perlu Statistika

Perlu Statistika
Apakah peneliti menggunakan
seluruh populasi dalam
penelitian (total sampling) ?
Tidak

Ya

Apakah peneliti bertujuan untuk


membuat kesimpulan untuk
populasi asal sampel diambil ?
Ya

Tidak

Apakah sampel diambil secara


acak/ random ?
Ya

Tidak

Apakah Jumlah sampel dihitung


dengan rumus perhitungan sampel ?
Ya

Tidak
Statistik Inferensial

65

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Statistik Deskriptif

Selanjutnya apabila telah dapat disimpulkan bahwa statistik


penelitian yang akan digunakan adalah statistik inferensial, maka
selanjutnya dilakukan penentuan jenis uji statistik yang
digunakan:
Apakah syarat untuk statistika
inferensial terpenuhi ?
Tidak
Statistik
Deskriptif

Ya

Tidak Tahu
Lihat pedoman
bagan sebelumnya

Apakah data penelitian


interval/rasio ?
Tidak

Ya

Tidak Tahu

Apakah Sampel yang diambil


berdistribusi normal ?
Tidak
Statistik
Nonparametrik

Tidak tahu
Baca Pedoman Setelah
bagan ini

Baca Hal 46& 47

Ya
Statistika
Parametrik

Normalitas data merupakan gambaran yang menunjukkan bahwa


sampel yang diambil berdistribusi normal (yaitu sebagaimana
gambaran populasi yang sesungguhnya). Penentuan normalitas data
dapat dilakukan dengan menggunakan grafik normalitas data
maupun menggunakan perhitungan statistik.
Untuk penentuan normalitas data melalui bantuan statistika dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara seperti:
1. Untuk data interval/rasio dengan uji Normalitas (G)
2. Untuk data skala ordinal menggunakan Uji Kosmolgorov Smirnov

Riset keperawatan Anas Tamsuri

66

3. Untuk data skala nominal menggunakan uji Chi-Square satu


sampel
Setelah kita berhasil menentukan statistik penelitian yang akan
digunakan apakah termasuk dalam kategori parametrik atau
nonparametrik, langkah selanjutnya menentukan jenis uji statistik,
untuk hal ini peneliti dapat menggunakan panduan pertanyaanpertanyaan berikut ini :
1. Apa tujuan penelitian saya (mencari hubungan, mencari beda
atau untuk peramalan/forecasting?)
2. Jika penelitian saya untuk mencari perbedaan karakteristik antar
kelompok, berapa kelompok yang akan saya bandingkan ? (dua
lekompok /lebih daru dua kelompok)
3. Jika penelitian saya untuk mencari perbedaan, apakah
kelompok-kelompok yang saya perbandingkan memiliki
hubungan bebas atau berpasangan ? (Keterangan : disebut
berpasangan bila membandingkan antara sisi kanan dan kiri
tubuh, membandingkan dua orang yang kembar siam, maupun
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah perlakuan pada
objek yang sama)
4. Apakah data penelitian yang saya gunakan? (nominal, ordinal,
interval atau rasio)
5. Apakah data penelitian saya berdistribusi normal atau bebas
distribusi?
Jawaban atas lima pertanyaan diatas selanjutnya kita aplikasikan
pada tabel berikut:

67

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Tujuan

Jumlah
sampel

Hubunga
n sampel

Jenis Variabel & distribusi data


Ordinal /
Interval/rasio
Nominal
Distribusi
Kuantitatif

normal
PARAMETRIK

distribusi bebas
NON PARAMETRIK

Bebas

T test

Mann-Withney U
Wilcoxon sum rank

Berpasang

Paired- t test

Wilcoxon sign rank


test

Bebas

One way-Anova

Kruskall-Wallis test

Berpasang

Anova

Friedmann test

Korelasi

Pearson
correlation

Spearman
corelation
Kappa corelation

Regresi

Regresi

2
Beda
Lebih
dari 2

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Chi-Square
Fisher exact test
McNemar test
(kategorik
dikotom)
Chi-Square
Chochrans test
(kategorik
dikotom)
Contingency
coeficient
Kappa coeficient
Phi- coeficient

68

Satu hal yang penting diketahui adalah peneliti harus menetapkan


derajad kesalahan (tingkat sigifikansi) penelitian. Hal ini berlaku
untuk penelitian analitik.
Penetapan derajad kesalahan penelitian merupakan wujud kehatihatian peneliti memutuskan kesimpulan dari hasil penelitian
(keputusan menolak Hipotesis null dan menerima Hipotesis kerja).
Derajad kesalahan umumnya ditetapkan dari 0,01(1%) sampai
dengan 0,1(10%). Umumnya penelitian pada bidang kesehatan
menggunakan derajad kesalahan ( ) 0,01 atau 0,05. Nilai ini
menunjukkan bahwa kemungkinan menerima Hipotesis null yang
seharusnya ditolak sebesar 5%.
Dalam penelitian analitik, derajad kemaknaan ini mutlak diperlukan
sebagai wujud pernyataan bahwa peneliti tidak memiliki kebenaran
mutlak dan mungkin mengalami kesalahan.
Secara statistik, nilai derajad kesalahan ini nantinya digunakan untuk
memutuskan hasil perhitungan statistik dari data; apakah masuk
kategori hipotesis kerja atau tidak.

Riset keperawatan Anas Tamsuri

70

Referensi
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
edisi rev.IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1988
Brockopp, Dorothy Y & Tolsma, Marie T.H, Dasar-Dasar Riset
Keperawatan, edisi 2, EGC, Jakarta, 2000
George, Julia B. Nursing Theories, The Base for Proffesional
rd
Nursing practice, 3 ed., Appleton & Lange, Conecticut, 1990
Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi, Thesis dan Instrumen
Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta, 2003
Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rhineka
Cipta, Jakarta, 2002
Purnomo, Windhu, Metodologi Penelitian, Makalah Ilmiah
Penyegaran Penguji Nasional, tidak dipublikasikan, Surabaya,
2006
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 1997

71

Riset keperawatan Anas Tamsuri

Riset keperawatan Anas Tamsuri

72

Anda mungkin juga menyukai