Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LEMBAGA PEMELITIAN DAN PENGABDIAN KEPDA MASYARAKAT
MALANG
2012
I.
Perkebunan ini didirikan pada tanggal 14 oktober 1898 dengan nama awal NV.
Kaliglagah Estate CO LTD. Yang dikelola oleh JAWATIE yang berkedudukan di
London, Inggris. Keputusan menteri No. 31/NPK/1964, menyebutkan bahwa
perkebunan kaliduren dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 30
Januari 1964 perkebunan kaliduren diubah menjadi PP Dwikora V yang dikuasai oleh
perkebunan Jawa Timur.
Sesuai SK Menteri Pertanian No. 74/1971, semua persahaan perkebunan (PP)
dirubah menjadi PT (Perseroan Terbatas), termasuk perkebunan PP Dwikora V dirubah
menjadi PTP XXIX Perkebunan Kaliduren. Tanggal 6 november 1973 dengan surat
keputusan menteri pernania no. 542/KPTS/MenTan/II/1973, PTP XXIX kaliduren
diserahkan pada PT. Yunawati yang berkantor pusat di Jakarta dan diberi nama PT.
Yunawati Kaliduren. Pada tahun 1985 perkebunan ini diambil alih oleh PT. Nindesco
yang berkantor pusat di Surabaya dan mempunyai kantor cabang di Jember. Pada tahun
1998 PT. Yunawati Kaliduren, pengelolaannya diserahkan pada PT. Dekafindo Utama
Plantation Group, yang berkantor pusat di Jl. Arjuno 30 Malang sampai sekarang.
LETAK ADMINISTRATID PERKEBUNAN
-
Dusun Darungan
Desa Jatiroto
Kecamatan Sumberbaru
Kabupaten Jember
Lokasi Kebun
Total
100%
Curah hujan
Hari hujan rata-rata
Bulan kering rata-rata
Bulan basah rata-rata
Suhu rata-rata
Ketinggian tempat
(700,70 Ha)
: 2600-300mm/thn
: 122hari/thn
: 4-6 bulan /thn
: 6-8 bulan /thn
: 19-32 derajat celcius
: 80-250 diatas permukaan laut
JUMLAH KARYAWAN
NO.
1
2
3
4
II.
URAIAN
Pegawai staff
Pegawai bulanan
Karyawan tetap
Karyawan lepas
JUMLAH
JUMLAH
6 orang
10 orang
73 orang
296 orang
385 orang
PEMBIBITAN
Teknik pembibitan yang digunakan oleh perkebunan karet Kaliduren PT Yunawati
adalah teknik okulasi. Teknik okulasi ini dipilih karena lebih menguntungkan di banding
pembibitan dari biji secara langsung. Dengan okulasi akan didapatkan bibit sesuai harapan
dengan kata lain dapat memadukan keunggulan dua klon yang berbeda.Okulasi dibagi 2 yaitu
okulasi coklat yaitu menggunakan batang dari tanaman yang berusia 10 bulan dan okulasi
hijau yaitu dari tanaman yang berusia 4 bulan.
A.
Penyediaan Bibit
1. Perhitungan kebutuhan bibit per Hektar
Contoh : Dengan jarak tanam 3 x 6 meter maka dapat ditentukan kebutuhan
bibit perhektar yaitu = 10000 m2 / ( 3 x 6 ) = 555 bibit.
2. Perhitungan kebutuhan biji ( digunakan sebagai batang bawah )
Dengan viabilitas pertkecambahan biji 80% dan keberhailan okulasi 60 %
maka:
( Kebutuhan Biji x 80% ) x 60% = Kebutuhan Bibit
Kebutuhan Biji =Kebutuhan Bibit / ( 80% x 60% )
Biji = 555 / ( 0,8 x 0,6 ) = 1156 ,25
Jadi Kebutuhan biji untuk batang bawah perhektar kebun karet adalah 1156
B.
buah.
Klon Yang Digunakan
1. Klon GT
Merupakan klon tua yang dulu di budidayakan pada kebun karet belanda. Klon
ini memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap cuaca yang ekstri, dan memiliki
perakaran yang kuat. Klon GT ini digunakan sebagai batang bawah untuk
okulasi.
2. Klon RRIC 100
Merupakan klon baru hail penemuan Rubber Riset Institute Celon Srilanka.
Memiliki keunggulan yaitu lebih cepat panen dan getah yang dihasilkan lebih
C.
banyak. Klon RRIC 100 ini digunakan ebagai batang atas/entress pada okulasi.
Penyediaan Bahan Okulasi
1. Penyediaan Batang Bawah
Bahan untuk batang bawah didapatkan dari biji klon GT yang
dikumpulkan dari kebun induk. Biji dikumpulkan oleh pengepul dan lansung
disalurkan ke bagian pembibitan. Setelah diterima oleh kebun bibit, maka biji
karus segera disortasi dengan kurun waktu 4 hari setelah biji diambil dari
kebun. Sortasi dilakukan dengan cara melemparkan biji ke bidang keras dan
dilihat pantulanya. Apabila biji memantul setinggi 80 cm maka biji terebut
baik karena memiliki kepadatan tinggi. Jika tidak maka dibuang.
Setelah itu biji segera dikecambahkan pada kim bed dengan jarak
tanam 4 x 5 cm. Media harus diberi atap guna tidak terkena sinar matahari
langsung. Air diberikan sehari sekali sedangkan pupuk diberikan sesuai
kebutuhan.Setelah 7 hari biji diamati sudah masuk fase pancing apa jarum.
Jika belum masuk fase tersebut maka biji dikatakan tidak bagus. Biji yang
sudah masuk fase kancing dan jarum udah dapat disemai pada quick bed.
Kecambah biji karet kemudian dipindahkan pada media bedengan
( quick bed ) dengan jarak tanam 45 x 90 cm. Tanaman dirawat dengan
pemberian air setiap hari dan dipupuk dengan pupuk kompos. Setelah berusia
10 bulan maka tanaman karet sudah bisa digunakan sebagai batang bawah
okulasi coklat.
2. Batang Atas/ Entress
Cara pemenuhan batang atas yang berasal dari klon RRIC 100 sama
dengan teknik pembuatan batang bawah. Bedanya hanya penggunaan bagian
untuk okulasi. Batang atas tidak diambil batang atas sepenuhnya melainkan
hanya diambil mata tunasnya. Batang bagian atas dipotong kira kira 50 cm
dari pangkal pohon. Di dahan atas terdapat banyak mata tunas. Kira kira dalam
1 meter terdapat 10 mata tunas. Batang bagian bawah yang dipotong kemudian
dibiarkan hingga tumbuh cabang. Cabang itu kelak bisa menghasilkan mata
tunas yang dapat digunakan sebagai entres lagi. Jumlah cabang sebaiknya
dibatasi maksimal 2 cabang dengan cara memangkas jika lebih agar
D.
belakang dengan posisi mata unas. Rawat tanaman tersebut hingga tumbuh daun
berpayung dua. Setelah tumbuh daun berpayung dua maka bibit tanaman karet
tersebut siap digunakan untuk ditanam di kebun.
III.
tanaman karet tersebut belum dapat dipanen. Mengingat perlu waktu kurang lebih 6
tahun atau menunggu hingga lingkar batang karet mencapai 45 cm untuk dapat
menyadapnya sehingga dapat menghasilkan rupiah. Tentunya ini bukanlah waktu
yang singkat untuk menunggu dan mendapatkan penghasilan. Sehingga diperlukannya
sebuah pemanfaatan lahan di sela sela tanaman karet dengan menanaminya dengan
tanaman sela.
Berikut adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan ketika TBM.
1. TBM 1.
Tanaman yang dapat dimanfaatkan ketika TMB 1 adalah tanaman kacang, karena
tanaman kacang dapat mengeluarkan zat yang mana dengan zat tersebut rumput
rumput tidak dapat tubuh. Selain itu dengan tanaman ini tentunya akan dapat
meningkatkan perekonomian penduduk perkebunan.
2. TBM 2.
Ketika tanaman kacang telah dapat dipanen maka pilihan selanjutnya untuk
memanfaatkan lahan disaat TBM adalah dengan menanaman sayuran seperti
cabai, mentimun dan terong. Tanaman ini dipilih karena tidak terlalu
membutuhkan sinar matahari langsung atau membutuhkan 60% cahaya matahari.
Selain itu pula pohon karet masih belum terlalu tinggi sehingga tidak menjadi
penghambat pertumbuhan sayur tersebut.
3. TBM 3.
Ketika usia karet sudah mencapai umur 3 tahun maka penduduk perkebunan
kaliduren menanam tanaman sela yaitu pohon sengon, pohon sengon ditanam
karena pohon sengon mampu tumbuh tinggi melebihi tanaman karet dan
mendapatkan sinar matahari yang cukup, namun penanaman pohon sengon
tidaklah boleh terlalu rapat dengan pohon karet atau dengan jarak tanam 6x12
sehingga ruang gerak pohon karet masih tersedia. Dan ketika usia pohon sengon
telah mencapai 5 tahun maka haruslah ditebang agar pohon karet dapat
berkembang dan menghasilkan latek yang maksimal.
IV.
disamping itu menyadap pohon karet yang belum cukup umur juga akan mengurangi
nilai ekonomis dari pohon tersebut.
Satu orang penyadap di PT.Yunawati Kaliduren memegang sebanyak 700
pohon dalam 2 bidang yang berbeda.Proses penyadapan getah karet atau lateks di
lakukan dengan intensitas 2 hari sekali sehingga dalam sehari seorang penyadap
menyadap sebanyak 350 pohon,penyadapan ini dilakukan pada dini hari sekitar pukul
01.00 wib, hal ini dimaksudkan agar getah yang didapatkan mempunyai kualitas serta
kuantitas yang baik, karena pada dini hari tekanan turgornya tinggi.
Penyadapan dilakukan dengan cara menyayat tipis kulit pohon karet secara
melintang dengan sudut sekitar 45 derajat agar getah yang didapatkan hasil yang
maksimal, bidang sadapnya dimulai ,sebelumnya sebuah besi yang dipotong kecil
berbentuk seperti corong ditempelkan pada pohon diatas mangkok tadah yang
digunakan sebagai wadah getah yang dihasilkan. Posisi mangkok tadah dalam satu
bidang lahan harus sama untuk memudahkan dalam pengambilan getah karet.Besi
yang digunakan sebagai corong juga dapat diganti dengan daun yang dipotong
dibagian salah satu ujungnya kemudian ditempelkan pada kulit pohon untuk
mengalirkan getah ke mangkok tadah.
Pisau yang digunakan dalam proses penyadapan karet adalah pisau khusus
yang ujungnya melengkung kearah dalam, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
dalam proses penyayatan kulit pohon. Pisau yang digunakan harus selalu dijaga
ketajamannya karena ketajaman pisau akan mempengaruhi baik atau tidaknya
penyayatan kulit pohon. Jika penyayatannya tidak baik maka kulit pohon akan susah
untuk beregenerisasi untuk memebentuk jaringan kulit yang baru. Disamping
bergantung pada ketajaman pisau yang digunakan juga sangat bergantung pada
kecakapan penyadap pada saat menyayat kulit pohon,karena jika tidak hati hati maka
kambium dari pohon karet akan rusak sehingga akan memperlambat regenerasi kulit
pohon yang telah disadap.
Dalam melakukan pemanenan getah karet, penyadap dibekali dengan air untuk
mencuci mangkok tadah yang sudah dipindah isinya serta soda as untuk
mengantisipasi mengentalnya getah dalam perjalanan menuju tempat prossesing
karena jika getah menggumpal akan menjadi lump dan susah diproses.
gading
ini
dimaksudkan
untuk
memudahkan
pengambilan
getah
V.
Pengolahan Lateks di
A. Pengertian pengolahan karet
Pengolahan karet yang dilakukan di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren
adalah pengolahan lateks karet dalam keadaan cair sampai pada lembaran sheet dan
siap untuk dipasarkan dipaaran luar maupun dalam negri. Pengolahan karet di
Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren bahan baku berasal dari kebun yang sendiri
yang disadap lansung tiap dininya oleh pekerja. Perkebunan PT. Yunawati
Kaliduren sekalipun secara tercatat luas 700ha. Namun saat ini hanya sekitar 150
ha yang saat ini disadap tentu hal ini menentukan banyaknya lateks yang diproses
setiap harinya.
B. Pengolahan lateks karet yang terjadi di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren
Pengolahan lateks karet di Perkebunan PT. Yunawati Kaliduren dimulai pada
jam 07.30 WIB. Diawali dengan penyetoran lateks karet dari para penyadap ke
pabrik pengolahan. Penimbangan dan pencatatan dilakukan sampai jam 08.00. Proses
selanjutnya dapat dijelaskan dalam setiap unitnya sebagai berikut:
1. Unit Pengolahan
a. Lateks ditimbang kemudian ditentukan KKK (Kadar Karet Kering) lateks
dengan cara mengambil sampel sebanyak 50 ml. Hal ini dilakukan unruk
mengetahui banyaknya karet kering yang didapat dan menentukan banyaknya
upah bagi penyadap. Selanjutnya lateks dituangkan dalam bak penampung
dengan ukuran 3mx1mx1m berbahan aluminium. Penuangan lateks pada bak
bersamaan dengan dilakukan proses penyaringan menggunakan saringan
ukuran 40 mesh. Penyaringan dilakukan guna menyaring kotoran yang
tercampur saat proses penyadapan dan memisahkan lateks yang telah membeku
menjadi lump.
3. Unit Pengasapan
Tujuan proses pengasapan adalah mengurangi kadar air pada lembaran
karet, memeberi warna coklat terang pada lembaran karet. Dengan adanya proses
pengasapan, maka lembaran karet akan terdisinfeksi karena asap memiliki
komponen formaldehyde, phenol, zat warna, dan asam-asam organik.proses
pengasapan dilakukan dalam ruangan khusus. Setelah proses penggilingan kadar
air pada lembaran karet sebanyak 40% digelar pada kayu-kayu yang telah tertata.
Proses pengasapan dilakukan dengan membakar kayu-kayu pada tungku yang
lubang asap dan panasnya tersambung pada ruangan tersebut. Jenis kayu terbaik
yang digunakan adalah kayu karet, tetapi karena kurangnya kayu karet sehingga
digunakan kayu bakar lainnya yang ada. Perlakuan-perlakuan yang harus
diperhatikan pada proses pengasapan disini adalah pembalikan lembaranlembaran karet dan pengaturan suhu. Karena hal ini akan menentukan kualitas
karet jadi yang didapat. Suhu yang perlu diperhatikan yaitu untuk hari ke 1 suhu
ruangan pengasapan harus berkisar antara 400C-450C, hari ke 2-seterusnya suhu
ruangan pengasapan harus pengasapan harus berkisar antara 500C-550C.
Selanjutnya hari terakhir atau hari ke 7, lembaran karet telah berwarna coklat
dengan kadar air adalah 10% dan siap untuk dikemas.
4. Unit Peyortiran dan Pengemasan
Pada unit ini proses yang terjadi adalah proses penyortiran yang dilakukan
secara manual. Pernyortiran dilakukan dengan memilih lembaran lembaran karet,
memotongnya menjadi lembaran yang lebih rapi dan mengelompokkannya dalam
tingkatan tingkatan tertentu berdasarkan kualitasnya dan mengemasnya. Adapun
pengelompokan didasarkan pada penampan visual pada lembaran karet,
kemulusan, adanya gelembung-gelembung udara dalam lembaran. Semakin mulus
maka kualitas semakin bagus. Jenis-jenis pengelompokan tersebut antara lain:
1. Ribbed Smoked Sheet I (RSS I)
2. Ribbed Smoked Sheet I (RSS I)
3. Ribbed Smoked Sheet III (RSS III)
4. Ribbed Smoked Sheet IV (RSS IV)
5. Cutting A
Setelah pernyortiran selanjutnya lembaran karet tersebut dikemas.
Pengemasan dilakukan dengan cara menimbang masing-masing hingga seberat
113kg dan memasukkanya pada suatu wadah ukuran tertentu sembari ditambahi
powder agar tidak lengket satu lembaran karet dengan lembaran lain dan dipres.
Hasil pengepresan tersebut berupa karet yang yang telah terpadatkan berbentu
segi empat atau disebut bal . Setiap bal karet kemudian ditandai sesua kialitasnya
Peralatan dan
bangunan pabrik merupakan tinggalan sejak jaman belanda sehingga banyak proses
yang dilakukan secara manual. Dan beberapa proses terkadang dapat dikatakan
kurang efesien. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan lateks ini adalah air yang
digunakan pada proses penggumpalan, pencucian dan pengepresan. Limbah cair ini
tidak berbahaya, sehingga dapat langsung dibuang dilingkungan. Limbah padat
hampir tidak ada, karena lateks yang digunakan seluruhnya digunakan dan tidak
menyisakan sisa-sisa berupa limbah padat. Limbah lain yang dihasilkan adalah
limbah gas yang dihasilkan dari proses pengasapan.
VI.
Keterangan :
Keterangan :
K3 : kadar karet kering
65% : ditetapkan tergantung pada kondisi cuaca, dalam kurun waktu tertentu dapat berubah. pada
saat kondisi hujan mampu meningkat hingga 75%
Berat seluruh sample : dari pengambilan seluruh sample dri masing masing penyadap
Gaji harian : Rp. 18.000
Basis sadap : masing masing penyadap beda2 sesuai dengan area sadap, berkisar dari basis 4
sampe 5
Harga perkilo 1.700
Premi pendapatan Rp 3000, didapat apabila penyadap mampu melebihi basis sadap yang telah
ditentukan.
Ongkos pikul : tergantung jauh dekat lokasi sadap ke pabrik berkisar Rp 300 Rp 1000 / Kg
Sebagai contoh bapak budi adalah salah satu dari 50 penyadap pada perkebunan
kaliduren perhari beliau mampu menghasil 50 kg latek, menurut Pak Bambang
selaku sinder afd tetelan prestasi bapak budi sangatlah diatas rata-rata dibanding