Adapun yang tidak mampu tidak disyariatkan berqurban, bahkan merekalah yang
berhak menerima daging qurban.
"Sesungguhnya pekerjaan pertama yang harus kita awali pada hari kita ini adalah
shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih qurban. Barangsiapa yang berbuat
demikian, maka ia telah melaksanakan contoh kami dengan tepat dan barangsiapa
Pada setiap hari-hari tasyriq ada sembelihan".(Dikeluarkan Imam Ahmad dan Ibnu
Hibban dalam shahihnya dan Al-Baihaqi).
Di dalam Al-Muwatha dari Ibnu Umar, Rosulullah bersabda : berqurban dua hari
setelah hari Adha.
Hewan yang disyaratkan dalam pelaksanaan ibadah qurban tidak semua jenis
hewan, tapi hanya hewan ternak yang terdiri dari kambing dan yang sejenis, sapi
dan yang sejenis, dan unta.
Tidak ada keterangan yang menyatakan adanya ketentuan dalam jumlah hewan
qurban, sehingga jumlah hewan qurban tidak ada pembatasan dan penyembelihan
hewan qurban disesuaikan dengan kemampuan.
Kami menyembelih hewan pada saat Hudaibiyah bersama Rasulullah SAW. Satu
ekor badanah (unta) untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang.(HR.
Muslim, Abu Daud dan Tirmizy)
Dalam hadits lain disebutkan :"Seseorang laki-laki menjumpai Rasulullah saw. dan
berkata, "Saya harus menyembelih Badanah (Sapi/Unta) dan saya memang seorang
yang mampu, tetapi saya tidak mendapatkan Badanah itu untuk dibeli dan
disembelih," Rasulullah saw. kemudian menyuruh laki-laki itu membeli 7 ekor
kambing untuk disembelihnya (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Abbas).
Demikian juga dalam riwayat Muttafaq alaih dari Jabir, ia berkata : "Aku disuruh
Rasulullah saw. bersekutu dalam seekor unta dan sapi untuk tujuh orang satu ekor
badanah (sapi/unta)" (HR. Ahmad Bukhari dan Muslim), dan masih banyak riwayat
lainnya yang menjelaskan masalah ini.
Hadits-hadits tersebut menerangkan bahwa hewan jenis sapi dan sejenisnya serta
unta diperbolehkan berpatungan dengan jumlah tujuh orang. Sedangkan hewan
jenis kambing tidak ada keterangan yang menyatakan boleh lebih dari satu orang.
Karena itu para fuqaha sepakat bahwa kambing dan yang sejenisnya tidak boleh
disembelih atas nama lebih dari satu orang. Kalau pun dibolehkan berqurban
kambing dengan peserta lebih dari dari satu orang, maka harus merupakan
keluarganya.
Hal ini juga disepakati oleh Imam Malik, bahkan beliau membolehkan bila anggota
keluarganya itu lebih dari tujuh orang. Namun ada beberapa syarat :
Dalil dari pendapat tersebut adalah sebuah hadits yang menyatakan bahwa Atha
bin Yasar berkata : "Aku bertanya kepada Abu Ayyub Al-Anshari, bagaimana sifat
sembelihan di masa Rasulullah, beliau menjawab: jika seseorang berqurban seekor
kambing, maka untuk dia dan keluarganya. Kemudian mereka makan dan memberi
makan dari qurban tersebut." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Malik, Al-Baihaqi dan
sanadnya hasan, lihat Ahkamul Iedain hal. 76).
Berkata Rafi bin Khadij, ya Rasulullah bahwa kami besok akan berhadapan dengan
musuh dan kami tidak mempunyai pisau (buat menyembelih). Maka Nabi saw.
bersabda, "Apa saja yang bisa mengalirkan darah dan disebut dengan nama Allah
padanya maka kamu makanlah (HR. Jamaah)
7. terputus urat leher, yaitu Hulqum (jalan napas), Mari (jalan makanan), Wadajain
(dua urat nadi dan syaraf).
Telah berkata Ibnu Abbas dan Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. telah melarang
syarithatusy-syaitan yaitu (sembelihan) yang disembelih hanya putus kulitnya dan
tidak putus urat lehernya (H.R. A. Dawud)
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Bagi yang Memiliki Qurban, jangan Memotong Rambut dan Kukunya setelah
Masuknya 10 Dzul Hijjah hingga Dia Berqurban
Imam Nawawi berkata: "Maksud larangan tersebut adalah dilarang memotong kuku
dengan gunting dan semacamnya, memotong rambut; baik gundul, memendekkan
rambut,mencabutnya, membakarnya atau selain itu. Dan termasuk dalam hal ini,
memotong bulu ketiak, kumis, kemaluan dan bulu lainnya yang ada di badan
(Syarah Muslim 13/138)."
ORANG YANG MELAKUKAN PENYEMBELIHAN TIDAK BOLEH DIBERI UPAH DARI HEWAN
QURBAN
Apabila penyembelihan dilakukan oleh orang lain atau tukang potong dan perlu
diberi upah, maka upah itu tidak boleh diambil dari hewan qurban tersebut,
misalnya upah tukang potong adalah kepala kambing atau kulit kambing dan
sebagainya. Jika penyembelih atau pemotong hewan tersebut termasuk orang yang
berhak menerima daging qurban, itu adalah hal lain. Jika orang itu berhak
menerima daging qurban, apakah ia sebagai penyembelih atau bukan, ia tetap
berhak mendapatkannya. Ia mendapatkan daging qurban itu bukan sebagai
penyembelih, tetapi sebagai orang yang berhak. Dalam suatu hadits dinyatakan :
"Saya diperintah oleh Rasulullah saw untuk menyembelih unta-untanya, membagibagikan kulit dan dagingnya dan saya diperintahkan agar tidak memberikan
sesuatupun daripadanya kepada tukang potong." (HR, Jamaah).
Dalam hadits lainnya dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata :
"Rasulullah saw memerintahkan aku untuk menyembelih hewan qurbannya dan
membagi-bagi dagingnya, kulitnya, dan alat-alat untuk melindungi tubuhnya, dan
tidak memberi tukang potong sedikitpun dari qurban tersebut." (HR. Bukhari
Muslim).
Begitupun daging sembelihan, kulit, bulu dan yang bermanfaat dari qurban tersebut
tidak boleh diperjualbelikan menurut pendapat jumhur ulama.
Orang yang berqurban boleh memakan sebagian daging qurbannya, hal ini
dinyatakan dalam firman Allah SWT :
Syarat-syarat :
1. Cukup Umur
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir bahwasannya Rasulullah saw
bersabda., "Jangan kamu menyembelih untuk qurban melainkan yang mussinah
(telah berganti gigi) kecuali jika sukar didapat, maka boleh berumur satu tahun
(yang masuk kedua tahun) dari kambing/domba (HR. Muslim)
Salah satu hikmah dan manfaat disyariatkannya hewan qurban yang cukup umur
adalah bahwa hewan qurban yang cukup umur akan menghasilkan daging yang
berprotein tinggi dengan kadar asam amino yang lengkap, mudah dicerna, begitu
pula teksturnya empuk.sedangkan ternak yang belum cukup umur akan
menghasilkan daging yang lembek begitu pula yang telah tua sekali akan
menghasilkan daging yang alot, sulit dicerna serta tidak berlemak yang
menyebabkan rasa daging tidak lezat.
kambing yang kurus, lemah, tidak berlemak, buta sebelah matanya, pincang,
terpotong telinganya atau bagian tubuh lainnya.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits : "Tidak bisa dilaksanakan qurban
binatang yang pincang, yang nampak sekali pincangnya, yang buta sebelah
matanya dan nampak sekali butanya, yang sakit dan nampak sekali sakitnya dan
binatang yang kurus yang tidak berdaging." (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan disahihkan oleh Tirmidzi dari Bara
bin Azib bahwasannya Rosulullah saw bersabda.: Empat macam binatang yang
tidak sah dijadikan qurban yaitu, yang rusak matanya, yang sakit, yang pincang,
yang kurus dan tidak berlemak lagi."
Juga riwayat Ahmad, An-Nasai, Abu Daud At-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Ali ra yang
menyatakan, "Rasulullah saw mencegah kita berqurban dengan hewan yang
tercabut tanduknya, terputus sebagian kupingnya"
Dari ketentuan-ketentuan diatas, bila dikaji, hewan qurban yang sehat akan
menghasilkan daging yang bebas dari penyakit yang membahayakan kesehatan
manusia yang mengkonsumsi daging tersebut karena banyak di antara penyakit
hewan yang bersifat zoonosis artinya penyakit yang berasal dari hewan yang
hasilnya secara langsung ataupun tidak langsung dapat menular kepada manusia.
Jenis-jenis penyakit tersebut seperti mad cow atau sapi gila, anthrax, dan juga flu
burung yang pada saat ini sedang mewabah dan sudah banyak korban.