Anda di halaman 1dari 9

Identitas Buku

Judul
Penulis
Penerbit
Tahun

: NEGERI 5 MENARA
: A. Fuadi
: PT Gramedia Pustaka Utama
: 2010

A. Ringkasan:
Ketika itu Alif berada di Washington DC, tiba-tiba ponsel berbahan titaniumnya
berbunyi dan memunculkan gambar pesan dari seorang bernama Batutah. Ternyata ia
adalah Atang, salah satu Sahibul Menara ketika mereka masih di Pondok Madani (PM).
Ia pun mengingat kembali masa silam itu
Alif seorang anak kurus berkaca mata hendak melanjutkan pendidikannya ke
sekolah non-Agama bersama teman dekatnya Randai, namun Ibu yang biasa ia panggil
Amak tak mengizinkan. Beliau ingin Alif tetap bersekolah di Madrasah, niatnya Ia akan
menjadikan Alif seorang pemimpin agama seperti Buya Hamka meskipun Alif sendiri
ingin seperti B.J habibie. Dengan setengah hati Alif mengikuti perintah Amaknya untuk
belajar di Pondok.
Alif yang tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau tiba-tiba
harus melintasi punggung Sumatera menuju sekolah yang benama Pondok Madani (PM)
di sebuah desa pelosok Jawa Timur. Ia tak menyangka akan bersekolah di sini dan
bertemu dengan segelintir orang dari berbagai sudut Indonesia.
Bermula dari hukuman jewer berantai, Alif berteman dengan lima anak yang
kemudian dikenal sebagai Sahibul Menara. Said dari Surabaya yang mencintai olahraga
dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger, Raja dari Medan seorang yang pintar
berpidato dalam berbagai bahasa, Baso dari Gowa kepala brilian yang bercita-cita bisa
menghafal al-Quran, Atang dari Bandung pecinta dunia seni, dan Dulmajid dari Madura
sosok yang selalu serius dan keras hati untuk merebut target-targetnya. Mereka tak
kenal pisah, selalu bersama-sama melakukan setiap kegiatan, berdiskusi, bermain,
hingga belajar untuk persiapan menjelang ujian.
Di hari pertama mereka di PM, gelegar kalimat Man jadda wajada, terus
dikumandangkan hingga akhir pelajaran. Sebuah kata mutiara sederhana tapi kuat yang
menjadi kompas kehidupan dalam menggapai impian. Awalnya mereka tidak terbiasa,
PM yang memiliki aturan ketat menjunjung tinggi hukum dan konseskuensinya

diberikan tanpa pandang bulu. Sebagai siswa baru mereka hanya mempunyai waktu
empat bulan untuk boleh berbicara bahasa Indonesia, setelah empat bulan semua wajib
berbahasa Inggris dan Arab 24 jam. Alif dan kawan-kawan sempat ragu mungkinkah
mereka bisa berbahasa asing dalam waktu secepat itu, namun berkat mantra sakti man
jadda wajada ketidak mungkinan yang dirasa oleh Alif dan semua murid PM akhirnya
terjawab.
Suatu sore di bawah menara masjid, Alif dan kawan-kawan melukis langit dan
membebaskan imajinasi lepas membumbung tinggi. Alif melihat awan yang seperti
benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara Atang
tidak yakin dengan mereka berdua, dan sangat percaya bahwa awan itu berbentuk benua
Afrika. Baso malah melihat semua itu dalam konteks Asia, sedangkan Said dan
Dulmajid sangat nasionalis, awan itu berbentuk peta Negara kesatuan Indonesia.
Tak disangka, setelah lulus dari PM semua imajinasi yang mereka lukis di alam
sore itu menjadi kenyataan, sebuah menara dan sebuah senja sebelas tahun kemudian.

B. Tema
Kegigihan sekawanan anak yang tak pernah menyerah menggapai impiannya
dan selalu bersungguh-sungguh untuk menjadi seorang yang sukses di masa depan.

C. Watak
1. Alif
Berbakti dan penyayang, hal ini dibuktikan dengan paragraph:
sebelum meninggalkan rumah, aku cium tangan Amak sambil

minta doa dan ampun atas kesalahan ku


Penuh tekad, hal ini dibuktikan dengan paragraph:
...apapun yang terjadi, jangankan sebuah surat dari Randai, serbuan
dari Tyson, bahkan langit yang runtuh tidak akan aku izinkan
menggoyahkan tekad dan cita-citaku. Aku ingin menemukan misi
hidupku yang telah disediakan Tuhan

Pekerja keras, hal ini dibuktikan dengan paragrap:


Selama 3 hari 3 malam, ditemani Sahibul Menara dan Raja sebagai
konsultan, aku berlatih dan berlatih, di sebelah sungai Bambu. Aku
berteriak tanpa lelah kepada air, bambu, semak belukar, melatih lidahku

supaya fleksibel untuk membawakan pidato yang berjudul, When East


Greets West
2. Baso
Terburu-buru, hal ini dibuktikan dengan paragraph:
merasa tertekan dengan lonceng yang bertalu-talu menandakan
waktu ke masjid, Baso langsung merenggut selimut dan melilitkan ke

pinggangnya
Rajin, hal ini dibuktikan dengan paragraph:
Kami bersorak gembira. Hanya Baso yang aku lihat tidak begitu
antusias karena asyik dengan buku Durusul Lughohnya. Sedangkan
bagi kebanyakan kami, setiap tawaran untuk tidak membaca buku

pelajaran selalu menyenangkan


Berbakti dan penyayang, hal ini dibuktikan dengan perkataan Baso dalam
paragraph:
Ini baktiku kepada Nenek yang masih hidup. Siapa tahu kepulanganku
bisa menjadi obat nenekku. Sedangkan hapalan Al-Quran adalah hadiah

buat almarhum bapak dan ibuku, yang hanya aku kenal lewat foto saja
3. Said
Bersahabat, hal ini dibuktikan dengan paragraph:
Said dengan senyum lebar khasnya menyambut kami dengan lengan
terbuka lebar. Tangan tiang betonnya memeluk kami. Kawanku yang
satu ini memang selalu bisa menunjukkan ekspresi persahabatan yang

kental
Pemurah/tidak pelit, hal ini dibuktikan dengan ucapan Said dalam sebuah
paragraph:
Ayo ayo aku traktir. Semua yang aku pesan adalah menu andalan
mereka. Coba ini, saya jamin kalian tidak akan ketemu di tempat lain.

Ini namanya gulai kacang hijau


Dewasa dan Religius, hal ini dibuktikan dengan ungkapan Said dalam
sebuah paragraph:
aku semakin sadar bahwa inti hidup itu adalah kombinasi niat
ikhlas, kerja keras, doa dan tawakkal. Ingat kan kata Kiai Rais,
ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain
ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang

dan kaget
4. Raja
Penuh tekad dan optimisme, hal ini dibuktikan dalam sebuah paragraph:

Namun diantara kami berlima yang paling tahu apa yang dia mau
adalah Raja. Bahkan sejak kami pertama menjejakkan kaki di PM dia
telah pernah bergumam akan belajar menjadi singa podium, yang
mampu membakar semangat pendengar, dalam berbgai bahasa puka,

seperti Bung Karno


Pintar dan tekun, hal ini dibuktikan dengan ungkapan Raja dalam sebuah
paragraph:
Bagiku, Raja telah lama menjadi role model. Sejak hari pertama di
PM, dia seorang yang menggebu-gebu mendalami aneka bahasa,
khusunya bahasa Inggris. Kemampuan pidato dan debat adalah bidang
lain yang dia asah. Berkali-kali dia menyabet juara lomba public
speaking antar asrama dan antar kelas, baik bahasa Indonesia, Inggris
atau Arab.

D. Teknik Pendeskripsian Karakter Tokoh


1. Secara langsung oleh pengarang
Contoh:
Amak adalah perempuan berbadan mungil tapi punya idealisme
raksasa. Dia tidak hanya tepat waktu, tapi awal waktu. Di SD-nya,
Amak satu-satunya guru yang selalu datang paling pagi

Watak/Karakter:
Amak (Ibu) dalam cerita memiliki karakter yang mempunyai idealisme
raksasa, hal ini digambarkan langsung oleh pengarang secara tersurat
dalam paragraf.
2. Melalui penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Contoh:
Sementara di bangku belakang, duduk seorang anak kurus, berkulit
bersih, bermata dalam dan bermuka petak. Sebuah kopiah beludru
hitam melekat miring di kepalanya. Sepatu kets dari bahan jeans hitam
ditabrakkan dengan kaos kaki putihnya. Raja Lubis, katanya
menyebutkan nama.
Watak/Karakter:
Raja Lubis berdasarkan pendeskripsian tersebut memiliki karakter
sebagai anak rapi dan religius. Hal ini tergambar dalam fisik Raja yang
menjelaskan bahwa ia memiliki kulit bersih. Sepatu kets hitam yang

dipadankan dengan kaos putih menunjukkan bahwa ia adalah orang


yang selalu memperhatikan penampilan, sedangkan penggunaan kopiah
beludru di atas kepalanya menggambarkan bahwa ia adalah sosok yang
selalu taat pada agama.
3. Melalui cerita atau dialog
Contoh:
Maaf, ini Alif dari pm?
Jariku cepat menekan tuts
Betul, ini siapa, ya?
Diam sejenak sebuah pesan baru muncul lagi
Alif anggota pasukan Sahibul Menara?
Jantungku mulai berdegup lebih cepat. Jariku menari ligat di keyboard.
benar. ini siapa sih?! balasku mulai tidak sabar
menara ke empat, ingat gak? (hal:3)
Watak/Karakter:
Alif dalam cerita memiliki watak tidak bisa sabar.benar. ini siapa
sih?! merupakan penggamabaran tersirat dari tokoh tersebut. Kata
sih dan tanda baca ?! menunjukkan rasa penasaran tinggi Alif yang

ingin cepat tahu siapakah orang yang telah mengirimkannya pesan.


Menara ke empat (Atang) memiliki karakter yang sopan, hal ini
diperkuat dengan adanya kata maaf dalam dialog. Kata maaf
menunjukkan sikap rasa bersalah maupun rasa tidak ingin
mengganggu, artinya bahwa Atang di sini sangat menjaga
perilakunya agar tidak menyinggung perasaan Alif.

E. Sudut Pandang
1. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama
Contoh:
Aku tegak di atas panggung aula madrasah negeri setingkat SMP.
Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku, Pak Sikumbang,
Kepala Sekolahku memberi selamat karena nila ujianku termasuk
sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agam. Tepuk tangan murid, orang
tua dan guru riuh mengepung aula. Muka dan kupinhku bersemu merah
tapi jantungku melonjak-lonjak girang. Aku tersenyum malu-malu
ketika Pak Sikumbang menyorongkan mik ke mukaku. Dia menunggu.
Sambil menunduk aku paksakan bicara. Yang keluar dari
kerongkonganku Cuma bisikan lirih yang bergetar karena gugup,

Emmm terima kasih banyak Pak itu saja Suaraku layu cekat.
Tanganku dingin.
Penjelasan:
Tokoh Aku merupakan seorang yang ikut secara langsung dalam
cerita dan menjadi tokoh utama dalam cerita tersebut.
2. Sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat
Contoh:
Dia menguakkan pintu lemari kecilnya. Di pintu bagian dalam, sehelai
foto hitam putih yang sudut-sudutnya telah menguning menempel
dengan paku payung. Seorang laki-laki muda dan seorang perempuan
muda tampak tersenyum bahagia dengan pakaian jas dan kebaya rapi.
Mereka duduk di kursi yang penuh rumbai dan hiasan. Puluhan orang
mengelilingi mereka sama-sama tersenyum ke arah kamera
Penjelasan:
Dia merupakan tokoh yang mengetahui segala sesuatu melalui
pengamatan , hal ini tergambar jelas dalam paragraf, misalnya tokoh
Dia menjelaskan bahwa dahulu terdapat laki-laki dan perempuan
muda duduk di kursi pelaminan, tokoh Dia mengetahui hal tersebut
karena mengamatinya dalam sebuah foto.

F. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini antara lain:
1. Mengajak kita untuk selalu menaati aturan serta bersikap disiplin dalam
melakukan segala sesuatu, seperti yang tergambar dalam sebuah paragraph
berikut:
Kak Iskandar menggulung kembali kertas tadi dan memandang kepada
kami semua. Mulai detik ini, kalian semua resmi berada dalam aturan
dan disiplin PM. Aturan akan ditegakkan dengan tegas. Kepastian
hukum menjadi panglima.."
2. Mengajak kita untuk selalu mengingat akan kebesaran Tuhan dengan cara
mendekatkan diri kepada-Nya melalui amal ibadah, seperti yang tergambar
dalam penggalan paragraph berikuut:
Aku membentang sajadah dan melakukan shalat Tahajud. Di akhir
rakaat, aku benamkan ke sejadah sebuah sujud yang panjang dan dalam.
Aku coba memusatkan perhatian kepada-Nya dan menghilang selainNya. Pelan-pelan aku merasa badanku semakin mengecil dan mengecil

dan mengkerut hanya menjadi setitik debu yang melayang-layang di


semesta luas yang diciptakan-Nya.
3. Mengajak kita dalam mengggapai suatu impian haruslah dengan bersungguh
serta diimibangi dengan doa dan tawakkal, seperti yang tergambar dalam
paragraph berikut:
Aku berdiri sambil mengulet untuk mengusir kantuk. Setelah
membasahi muka dan mengambil wudhu, kantukku lumayan reda.
Setiap aku merasa harus menyerah utnuk tidur, aku melecut diriku,
Ayo satu halaman lagi, satu baris lagi, satu kata lagi,,, Akhirnya
dengan perjuangan, aku bisa menamatkan bacaanku. Dengan lega aku
angkat buku itu dan benamkan di wajahkuu sambil berkata, Ya Allah
telah aku sempurnakan semua usahku dan doaku padamu. Sekarang
semuanya aku serahkan kepadaamu. Aku tawakkal dan ikhlas
4. Mengajak kita untuk selalu besikap husnuzon kepada Allah, kita tidak tau
apakah yang direncanakan oleh-Nya sehingga hal yang paling baik adalah
berfikir positif bahwa Allah akan menggariskan yang terbaik untuk kita.
Seperti dalam paragraph berikut:
Semoga Tuhan berkenan mengabulkan mimpi-mimpi kami. Siapa
tahu, senda gurau kami di bawah menara, mencoba melukkis langit
dengan imajinasi kami untuk menjelajah dunia dan mencicipi khazanah
ilmu, akan didengar dan dengan ajaib diperlakukan Allah kelak.

G. Nilai Kehidupan
1. Nilai Moral
Dapat dilihat dalam paragraph yang berbunyi:
Tahukah kalian birrul walidain? Artinya berbakti kepada orang tua.
Mereka berdua adalah tempat pengabdian penting kalian di dunia.
Jangan pernah menyebutkan kata kasar dan menyebabkan mereka
berduka. Selama mereka tidak membawa kepada kekafiran, wajib bagi
kalian untuk patuh.
Penjelasan:
Nilai moral dalam hal ini adalah berbakti ataupun patuh kepada orang
tua.
2. Nilai Agama
Dapat dilihat dalam paragraph yang berbunyi:
Untuk pertama kalinya aku hanyut ketika melagukan syair nakal Abu
Nawas bersama sebelum shalat Magrib. Syair ini kami lantunkan

dengan syahdu, meminta segala ampunan terhadap segala dosa kami


yang bertabur seperti butir pasir. Suara ribuan orang bersipongang bagai
guruh ke segala arah. Turun naik dengan nada meratap. Efeknya
menjalar ke hatiku. Aku jiwai dengan sepenuh hati setiap bait-baitnya.
Penjelasan:
Nilai agama dalam hal ini adalah memohon ampun atas dosa yang telah
dilakukan.
3. Nilai Sosial Budaya
Dapat dilihat dalam paragraph yang berbunyi:
Seperti biasa aku bangun pagi dengan sebuah perjuangan. Musim
hujan yang dingin memperbesar proses mengumpulkan kesadaran
subuh-subuh. Dengan tersaruk-saruk aku berjalan ke kamar mandi
untuk menganmbil air wudhu...
Penjelasan:
Nilai sosial budaya dalam hal ini adalah kebiasaan bangun pagi.

H. Relevansi
1. Berbakti kepada orang tua adalah sepenggal kalimat yang tidak asing kita
dengar, namun dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan sahari-hari
terlebih di era serba teknologi ini, kita sering mengabaikan hal tersebut.
Sekedar disuruh untuk membeli sesuatu, mungkin kita sering mengeluh
kepada sosok yang kita panggil ibu, padahal jika kita ingat kembali
bagaimana lelahnya ibu kita mengandung dahulu, peluh yang menetes hanya
untuk berjalan melaksanakan perintahnya itu takkan pernah bisa terbayar.
Akan tetapi masih banyak di antara kita yang tidak bersikap demikian karena
pengaruh rasa cinta yang tinggi kepada orang tua yang telah membesarkan
kita dengan penuh kasih sayang.
2. Berzikir dan berdoa merupakan kewajiban kita kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Tatkala kita melakukan suatu kesalahan, hendaknya kita memohon
ampun dengan mendekatkan diri melaui shalat ataupun membaca ayat-ayat
suci Al-Quran. Namun sekarang, nilai-nilai agama yang sudah tertanam
sejak masih kecil tersebut, kian lama kian menghilang akibat pengaruh
berkembangnya zaman. Orang-orang sibuk mengurus kehidupan dunia yang
hanya sementara dan melupakan dunia akhirat yang kekal. Mereka menjadi
lupa akan tujuannya hidup di dunia ini sehingga lupa akan dosa yang pernah
dilakukan dan merasa enggan untuk memohon ampun kepada-Nya. Hal

tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran yang dibawa oleh


Rasulullah SAW yang menyuruh kita agar selalu mengingat Tuhan dan selalu
memohon ampun kepada-Nya. Akan tetapi dari sekian banyak orang yang
ada di dunia ini, tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat manusia yang
benar-benar taat kepada-Nya.
3. Bangun pagi bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan, apalagi
dijadikan menjadi suatu kebiasaan. Kita masih merasa malas dan terlalau
enggan untuk bangun dari tidur yang nyenyak, sehingga membuat kita tak
memperdulikan kumandang adzan yang menggema. Dalam kehidupan
sehari-hari tak banyak orang yang mau melaksanakan hal tersebut, entah
karena alasan ataupun karena kemalasan, hal tersebut jelas membuat kita
semakin jauh dari-Nya.

Anda mungkin juga menyukai