TIM
BIOKIMIA
BLOK 8
DINAMIKA
BIOKIMIAWI
SISTEM TUBUH
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
TIM BIOKIMIA
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang mencurahkan rahmat dan nikmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan buku penuntun praktikum biokimia untuk blok 8
mahasiswa pendidikan dokter umum. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah ke
junjungan Nabi Muhammad saw.
Buku panduan praktikum ini merupakan petunjuk ringkas pelaksanaan
praktikum blok 8 (Dinamika Biokimiawi Sistem Tubuh). Penuntun ini disusun dengan
tujuan agar mahasiswa, khususnya mahasiswa pendidikan dokter umum, dapat
memahami dan melaksanakan praktikum dengan baik sehingga dapat mencapai level
kompetensi blok 8. Untuk pemahaman yang lebih dalam mengenai dasar teori uji
biokimia, mahasiswa bisa merujuk ke buku ajar.
Buku penuntun ini, tentu saja jauh dari kata sempurna. Oleh karen itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan buku
penuntun praktikum ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dan semoga
buku penuntun praktikum ini bermanfaat banyak.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Tata Tertib Praktikum
A. Urin ................................................................................................................
1. Penentuan Berat Jenis Urin .......................................................................
2. Uji Derajat Keasaman (pH) .......................................................................
3. Uji Obermeyer ..........................................................................................
4. Uji Gula Mereduksi secara Benedict .........................................................
5. UJI Protein Urin Menurut Heller ...............................................................
6. Uji Rothera (Nitroprusida) ........................................................................
B. Enzim .............................................................................................................
1. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kecepatan Reaksi..........................
2. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Kecepatan Reaksi .......................
3. Pengaruh Aktivator dan pH terhadap Kerja Enzim ....................................
C. Batu Traktus Urinarius....................................................................................
1. Pemeriksaan Makroskopis Batu Traktus Urinarius ....................................
2. Pemeriksaan Biokimiawi Batu Traktus Urinarius (Batu Urat, Batu Fosfat
dan Batu Oksalat) .....................................................................................
D. Metabolisme Karbohidrat ...............................................................................
1. Glikolisis pada Sel ....................................................................................
E. Metabolisem Lipid ..........................................................................................
1. Reaksi Salkowski ......................................................................................
2. Reaksi Liebermann Burchard ....................................................................
3. Uji Daya Larut Lipid .................................................................................
F. Metabolisme Protein .......................................................................................
1. Uji Denaturasi Protein oleh Suhu ..............................................................
2. Uji Hidrolisis Protein dengan Peptidase ....................................................
G. Oksidasi Biologi .............................................................................................
1. Uji Schardinger .........................................................................................
2. Uji Peroksidase .........................................................................................
3. Uji Amilase Pencenaan .............................................................................
4. Uji Antioksidan Vitamin C .......................................................................
H. Darah Kualitatif ..............................................................................................
1. Uji Sel Darah Merah Terhadap Oksihemoglobin dan Deoksihemoglobin ..
2. Pengaruh Pelarut Kimia Terhadap Membran Sel Darah Merah ..................
3. Hemolisis Sel Darah Merah ......................................................................
I. Darah Kuantitatif ............................................................................................
1. Penetapan Kadar Gula Darah ....................................................................
2. Penetapan Kadar Protein Serum ................................................................
J. Empedu ..........................................................................................................
1. Sifat Empedu ............................................................................................
2. Uji Gmelin ................................................................................................
3. Uji Pettenkofer .........................................................................................
4. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator ..........................................................
iv
iii
iv
vi
1
4
5
5
6
6
7
8
10
10
11
13
14
14
15
15
17
17
18
18
20
20
21
22
22
23
23
24
25
26
27
28
30
30
31
32
32
33
33
34
35
36
36
37
37
38
38
39
40
vi
A. URIN
Pemeriksaan urin tidak hanya memberikan gambaran tentang ada atau tidaknya
penyakit-penyakit ginjal dan saluran-kemih, tetapi juga dapat memberikan informasi
tentang beberapa penyakit di bagian tubuh yang lain. Pemeriksaan urin seharusnya
diutamakan daripada pemeriksaan kimiawi darah, karena kemudahan memperoleh
sampel yang banyak dibandingkan darah.
Dibandingkan dengan pemeriksaan darah pemeriksaan urin merupakan pencatatan
yang berkesinambungan. Suatu nilai fisiologis kadang-kadang tidak ditemukan dalam
pemeriksaan darah, tetapi dapat ditemukan pada pemeriksaan urin. Namun untuk
penafsiran yang benar diperlukan diperlukan ihtisar yang baik mengenai fisiologi
ginjal.
GINJAL SEBAGAI ALAT EKSKRESI
Hasil-hasil pemecahan pada metabolisme, terbanyak dikeluarkan dari tubuh lewat
ginjal bersama urin. Ini terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit, sebagian metabolisme terganggu ginjal
mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut, dan
asalkan fungsi ginjal cukup baik, maka sering ditarik kesimpulan penting dari
pemeriksaan urine. Juga banyak racun-racun dan obat-obat dikeluarkan lewat urine,
baik dalam keadaan tak di ubah atau hasil pemecahannya.
Fungsi ginjal kedua yang amat penting untuk tubuh adalah mempertahankan cairan
ekstrasel sedapat mungkin konstan (homeostasis). Pengaturan oleh ginjal dilakukan
pengeluaran urine yang atau asam atau alkalis, tergantung kebutuhan sewaktu, dan
dengan demikian kesetimbangan asam-basa darah dapat dipertahankan (pengaturan
pH). Bila dalam darah kadar keseluruhan mineral terlalu tinggi atau terlalu rendah
maka oleh ginjal air akan ditahan atau dikeluarkan sehingga kadar mineral dalam darah
kembali normal . Ini disebut osmoregulasi, karena kadar mineral dalam darah terutama
menentukan tekanan osmotis filtrat bebas protein darah dalam ruang interstisial.
Dengan naiknya tekanan osmosa darah, hipofisis pers posterior mengeluarkan lebih
banyak pituirin, yang mengerem pengeluaran air. Pada penurunan tekanan osmosa,
misalnya setelah minum air banyak, pituirin lebih sedikit dikeluarkan dan terjadilah
diuresis air.
Bila sistem pembuluh darah kurang terisi, misalnya ada kegagalan kemuka
(forward failure), ginjal menahan air dan NaCl, sehingga volume darah diperbesar.
Pada waktu peredaran darah telah baik kembali, ginjal melepas kembali air dan NaCl
yang ditahan. Kejadian ini tidak hanya dijumpai pada kekurangan pengisian yang
mutlak, namun juga pada kekurangan pengisian relatif. Yaitu bila pengisian system
pembuluh darah yang membesar tidak mencukupi untuk keperluan peredaran darah
yang meningkat. Ini disebut pengaturan volume. Juga dibawah pengaruh hormon
suprarenalis, air dan NaCl ditahan.
Pengeluaran bahan-bahan kebanyakan boleh dikata tidak tergantung dari diuresis
contoh : seseorang mengeluarkan setiap jam 25 ml urine dengan kadar protein 10%.
Sesudah minum air terjadilah diuresis air dan urin jernih banyak dikeluarkan dengan
berat jenis rendah, dalam urin ini kadar protein akan turun sampai 0,5%, karena
pengeluaran protein per jam tetap misalnya dalam contoh ini gram.
Untuk memperoleh ihtisar yang baik mengenai banyaknya pengeluaran bahan lewat
urin, perlu diketahui lewat peiode waktu ginjal membentuk urin yang diperiksa. Karena
umumnya periode waktu tersebut tidak diketahui, maka dapatlah dipedomani berat
jenis urin. Reaksi urobilin positif lemah pada berat jenis urin 1,030 menunjukkan
pengeluaran urobilin sedikit dan dipandang normal. Namun pada berat jenis 1,003 hal
ini menunjukkan pengeluaran urobilin yang banyak dan menunjukkan kelainan hati
atau saluran empedu atau pemecahan darah yang meningkat.
Pengeluaran hasil-hasil pemecahan rupanya sepanjang hari konstan. Hal ini berlaku
untuk kreatinin, sepanjang kadarnya dalam darah konstan, yang boleh dikata konstan
hanyalah kreatinin, lain bahan seperti glukosa, protein, kalsium dan fosfor
menunjukkan irama pada siang hari, pada malam hari pengeluaran bahan-bahan
tersebut lebih sedikit dari pada siang hari, rupanya dalah fungsi tubulus. Oleh karena
ini kita dapat tidur nyenyak, tetapi tidak pada semua orang dewasa irama tersebut
nyata, dan pada gangguan peredaran, pada perubahan sikap berdiri ke sikap tidur, irama
ini udah kacau.
Ginjal yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut terdapa dibagian belakan dinding
perut daerah pinggang. Terdapat dua buah ginjal yang berbentuk bagai buah kacang
dengan berat kurang lebih 300 gram, dengan pembuluh-pembuluh darah besar. Kurang
lebih 25% darah yang dipompa jantung melewati ginjal, jadi kurang lebih 1,2 liter per
menit. Pada masing-masing ginjal terdadat berjuta-juta nefron, disini darah disaring
dengan tekanan tinggi dalam glomerulus, setiap hari kurang lebih 175 liter cairan
disaring melewati glomerulus dan filtratnya masuk ke tubulus. Tubulus adalah
pembuluh-pembuluh berkelok-kelok yang bermuara pada piala ginjal. Dalam tubuli
terjadi absorbsi kembali secara aktif semua bahan dari filtrat glomerulus mempunyai
komposisi sama dengan cairan intertisial, yaitu tanpa protein plasma, namun ada ion
koloid sepanjang bahan ini tidak terikat protein plasma.
Misalkan kadar gula darah 100 mg% dan kadar rata-rata ureum darah 300 mg/liter,
pada penyaringan 175 liter cairan, maka lewat glomeruli akan disaring 175 gram
glukosa dan 52,5 gram ureum. Bila setiap hari dikeluarkan rata-rata 1,5 liter urin tanpa
glukosa dengan 20 gram ureum, maka dari tubuli diserap kembali atau berpindah
secara difusi 175 gram glukosa dan 32,5 gram ureum.
PENGUMPULAN SAMPEL URIN
Hasil-hasil pemeriksaan urin hanya mempunyai arti bila didasari pada periode
waktu kapan urin dibentuk. Pada umumnya jumlah urin yang dibentuk dalam waktu
tertentu tidak diketahui. Untuk mempunyai gambaran mengenai jumlah tersebut maka
dapat diambil sebagai pedoman berat jenis urin itu. Sebaiknya diperiksa urin yang
dibentuk malam hari, karena adanya irama siang hari, urin malam hari mempunyai
berat jenis tertinggi. Dalam urin tersebut terdapat kadar tertinggi metabolit-metabolit
tertentu. Berikut ini waktu pengambilan urin sesuai dengan pemeriksaan yang
diinginkan,
1. Untuk pemeriksaan rutin urin.
Bila mungkin digunakan urin pagi, keuntungannya ialah
a. Tidak ada kekeruhan yang mengganggu karena perubahan kimiawi oleh
pertumbuhan bakteri
b. Tidak ada oksidasi sehingga beberapa bahan lebih mudah dan lebih cepat
ditentukan misalnya urobilinogen
c. Kadar spontan maksimal, sehingga penetapan berat jenis mempunyai makna
untuk menilai fungsi ginjal
d. Tidak ada pengaruh fluktuasi siang hari, misalnya kadar urobilinogen urin sore
sering meningkat
2. Untuk pemeriksaaan kasus khusus seyogyanya diambil urin siang hari.
Hal ini dilakukan pada keadaan-keadaan berikut :
a. Albuminoria ortostasis
Harus dibandingkan kadar protein pagi yang dibentuk sebelum seseorang
bangun dengan urin sesudah seseorang bangun
b. Pada pemeriksaan pembebanan, urin harus dikumpulkan pada waktu-waktu
tertentu yang ditetapkan secara teliti.
c. Pada pengaturan diet penderita diabetes, urin harus dikumpulkan dalam 34
porsi selama 24 jam
3. Untuk semua penetapan kuantitatif hanya urin yang dikumpulkan dalam 24 jam
yang digunakan. Hanya untuk metabolit-metabolit yang diekskresi oleh ginjal
dalam kadar relatif stabil selama 24 jam dapat diambil sebagai sampel. Contoh urin
dalam waktu yang pendek.
CARA MENGAMBIL URIN
Untuk pemeriksaan rutin laki-laki, urin dapat diambil dengan jalan biasa, yaitu
orang tersebut disuruh kencing, sebaiknya porsi urin mula-mula dibuang, dan porsi
selanjutnya ditampung.
Untuk wanita juga berlaku hal yang sama, porsi urin yang dikeluarkan awal
dibuang dan baru porsi akhir ditampung.
Semua ini dmaksudkan untuk menghindarkan pencemaran yang berasal dari saluran
kencing sendiri, pengambila urin dengan kateter hanya dilakukan bila ada indikasi
karena resiko infeksi saluran kencing yang besar pada kateterisasi.
PENYIMPANAN URIN
Pada suhu urin merupakan medium biakan yang bagus bagi bakteri. Setiap contoh
urin sering mengandung beberapa bakteri dari vagina, preputium, maupun mulut uretra.
Sesudah beberapa jam, komposisi urin berubah karena pertumbuhan bakteri, kecuali
bila urin langsung sesudah dikeluarkan disimpan dalam lemari es. Juga dapat ditambah
pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat
digunakan:
1. Asam badan jenuh 1 ml dalam 10 ml urin
2. Toluol : 1 ml per liter urin
3. Timol : 100mg per liter urin
4. Raksa oksida : 100 mg per liter urin
Sampel urin yang digunakan untuk penetapan ureum dengan metode urease, penetapan
diastase, uji ragi dan penetapan alkohol tidak boleh ditambah pengawet.
Urin 24 jam untuk penetapan urobilinogen dapat disimpan dengan 5 ml 1 N NaOH
dibawah petroleum eter dalam gelap . Bila diambil contoh dari kumpulan urin 24 jam,
maka urin harus selalu langsung dicampur dan diaduk baik-baik sebelumnya. Untuk
pemeriksaan kimiawi kuantitatif urin dapat disimpan dengan dibekukan pada 10 -20o
C dalam botol penisilin .
1.
Dasar
Jumlah zat padat total dalam urin ditentukan oleh volume dan berat jenisnya
Bahan dan alat
1. Urin normal 24 jam
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Urinometer/urometer
5. Termometer
6. Botol timbang
Cara kerja
Cara A.
1. Tetapkan vulume (ml) urin memakai gelas ukur (pengawet toluene yang ada
dipermukaan disisihkan dengan memakai pipet tetes)
2. Catatlah suhu tera urinometer dan tetapkan suhu urin
3. Isi gelas ukur dengan urin 25 50 ml , masukkan urinometer, letakkan sedemikian
rupa urinometer sehingga tidak menyentuh dinding gelas ukur dan catatlah berat
jenis urin pada permukaan urin pada urinometer
4. Apabila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, tambahkan 0,001 untuk setiap 3
derajat dibawah suhu tera.
5. Simpanlah urin kembali dengan memakai pengawet toluene.
Cara B.
1. Mula-mula pipet 1 5 ml air suling dalam botol timbang dan timbang beratnya.
2. Pipet dengan pipet yang sama 1 5 ml urin dan masukkan botol timbang dan
timbang beratnya.
3. Berat urin dibagi berat air suling yang sama, adalah berat jenis urin.
Cara menera urinometer
1. Dimasukkan urinometer pada air suhu 150 derajat Celsius BJ = 1,000
2. Dimasukkan pada larutan sukrosa 1,28% maka BJ = 1, 005
3. Dimasukkan pada larutan sukrosa 2,56% maka BJ = 1, 010
4. Dimasukkan pada larutan sukrosa 5,70% maka BJ = 1, 020
5. Dimasukkan pada larutan sukros 7,54% maka BJ = 1,030
2.
Untuk mengukur derajat keasaman urin dapat digunakan kertas lakmus yang
mempunyai daerah perubahan warna antara pH 5,4 sampai pH 7,8. Disini digunakan
urin segar sebab bila disimpan pH dapat naik. Pengukuran derajat keasaman biasanya
cukup dengan cara diatas sebab derajat keasaman urin tergantung faktor-faktor yang
kerang penting seperti pangan yang dikonsumsi.
Pengukuran derajat keasaman menjadi penting pada keadaan berikut ini:
1. Batu ginjal, pemeriksaan pH urin berulang ulang penting untuk mendapatkan
ihtisar mengenai difat batu , dan dengan demikian dpat diatur diet yang dianjurkan
pada pasien
2. Pada pengobatan infeksi saluran kencing, dengan diet berganti pH
3. Pada keadaan asidosis berat, pH dikendalikan setelah pemberian bikarbonat
4. Pada pengobatan seri obat sulfa, harus diberikan bikarbonat banyak, bila urin asam
harus diberikan bikarbonat lebih banyak.
Metode pengukuran pH lain yang lebih teliti diantaranya dengan kolorimetris,
potensiometris dan titrasi.
Cara Kerja
1. Celupkan kertas pH ke dalam urin dan bandingkan dengan indikator standar.
3.
UJI OBERMEYER
Tujuan
Memeriksa adanya indikan dalam urin
Dasar
Gugus indoksil dioksidasi oleh pereaksi Obermeyer yang mengandung FeCl3 dalam
HCl pekat membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform.
Bahan dan pereaksi
1. Urin normal 24 jam
2. Tabung reaksi
3. Pereaksi Obermeyer
4. Kloroform
Cara kerja
1. Masukkan 4 ml urin ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 4 ml pereaksi Obermeyer, diamkan 2-3 menit.
3. Tambahkan 1,5 ml kloroform, campur dengan membalik-balik tabung secara
perlahan sebanyak sepuluh kali (jangan dikocok, karena dapat terjadi emulsi).
Kloroform akan mengekstraksi biru indigo.
4. Buang cairan kecoklatan dari tabung dengan hati-hati, lalu tambahkan akuades 1,5
ml kedalam tabung. Perhatikan warna biru indigo yang terbentuk.
Penilaian
Konsentrasi gula
Biru/hijau keruh
Hijau/hijau kekuningan
+1
Kuning kehijauan/kuning
+2
0,5 1,0 %
Jingga
+3
1,0 2,0 %
Merah
+4
4. Pipet Mohr 10 ml
Cara kerja
1. Alirkan dari buret 1,5 ml asam nitrat pekat perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi.
2. Dengan memakai pipet Mohr, pelan-pelan tambahkan 1,5 ml urin normal atau
patologis melalui dinding tabung sehingga kedua cairan tidak bercampur
3. Perhatikan cincin putih yang terjadi antara dua lapisan (hasil diparaf dosen
pengawas praktikum). Supaya cincinnya tidak rusak, tabung reaksi jangan
digoyang.
Catatan:
Urea, asam urat dan garamnya dapat menghasilkan cincin putih, tetapi hal ini dapat
dibedakan dengan memakai urin yang telah diencerkan 3 4 X sehingga pengaruh ini
dapat dihilangkan.
4.
Tujuan
Identifikasi zat keton
Dasar
Terbentuknya warna ungu permanganat menyatakan adanya zat-zat keton. Warna
coklat yang terbentuk bukan berarti positif.
Bahan dan pereaksi
1. Urin normal (mahasiswa) dan urin patologis (sampel)
2. Kristal amonium sulfat
3. Larutan Na-Nitroprusida 5 %
4. Larutan amoniak pekat
Cara Kerja
1. Bubuhkan sedikit demi sedikit kristal amonium sulfat pada 2,5 ml urin normal dan
patologis sampai jenuh (tidak larut).
2. Tambahkan 2-3 tetes Na-Nitroprusida 5 % dan tambahkan 1 ml amoniak pekat
3. Campur dan biarkan setengah jam. Perhatikan warna yang terbentuk.
B. ENZIM
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
berbagai reaksi kimia dalam sistem biologik. Hampir semua reaksi kimia dalam system
biologis dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi didalam sel dan sebagian besar
enzim dapat di ekstraksi dari sel tanpa merusak fungsinya.
Kepentingan medis enzim : Enzim terdistribusi di tempat-tempat tertentu didalam
sel lebih kurang sesuai dengan golongannya dan juga fungsinya, sebagai contoh enzim
yang berperan dalam sintesis dan reparasi DNA terletak didalam inti sel. Enzim yang
mengkatalisis berbagai reaksi yang menghasilkan energi secara aerob terletah dalam
mitokondria. Enzim yang berhubungan dengan biosintesis protein berada bersama
ribosom, dengan demikian reaksi kimia dalam sel berjalan sangat terarah dan efisien.
Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas sintesis enzim
tertentu, misalnya pada defisiensi enzim glukosa 6 fosfat dehidrogenase
(G6PDH/G6PD). Sel darah merah (SDM) penderita defisiensi G6PDH ini sangat rentan
terhadap pembebanan oksidatif, misalnya pada pemakaian obat-obatan tertentu dan
obat malaria dapat terjadi hemolisis intravaskuler.
Analisis enzim dalam serum dapat dipakai untuk deteksi penyakit seperti infark
otot jantung, kerusakan jaringan hati, bendungan saluran empedu dan penyakit prostat.
Dasar penggunaan enzim sebagai dasar penunjang diagnosis adalah:
1. Pada dasarnya sebagian besar enzim berada dalam sel
2. Enzim tertentu adanya intrasel, bila berada dalam serum berarti terjadi kerusakan
pada jaringan asalnya.
PENGGOLONGAN ENZIM
Jumlah enzim ada ribuan macam tapi dapat digolongkan menjadi 6 golongan, yaitu,
1. Oksidoreduktase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi reaksi redoks.
2. Transferase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi pemindahan berbagai gugus
misal, amina , karboksil, metil, asil dll.
3. Hidrolase, kelompok enzim ini mengkatalisis pemutusan ikatan kovalen sambil
mengikat air.
4. Liase, kelompok enzim memutus ikatan kovalen tanpa mengikat air.]
5. Isomerase, kelompok enzim ini mengkatalisis reaksi isomerisasi.
6. Ligase (sintase), kelompok enzim ini mengkatalisis pembentukan ikatan kovalen.
KESPESIFIKAN ENZIM
Kespesifikan enzim dibedakan menjadi kespesifikan optik dan gugus. Kespesifikan
optik tampak pada enzim yang bekerja pada karbohidrat (misalnya hanya bekerja
terhadap isomer D bukan L, dan asam amino dan protein (misalnya hanya bekerja pada
isomer amino L bukan isomer D). Kespesifikan gugus yakni enzim hanya bekerja atau
mengenali gugus tertentu misal enzim alkohol dehidrogenase tidak dapat mengkatalisis
reaksi dehidrogenase pada senyawa bukan alkohol.
1.
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim
Dasar
Pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat
akan meningkatkan terbentuknya jumlah komplek enzim substrat, sehingga jumlah
produk yang terbentuk juga meningkat.
Bahan dan pereaksi
1. Susu
2. Larutan enzim protease (pepsin 0,5% atau bromelin)
3. Penangas air
Cara Kerja:
1. Siapkan penangas air dengan suhu 37o C letakkan kedalamnya sebuah tabung
reaksi berisi 15 ml susu.
2. Selain itu letakkan juga didalamnya 3 tabung reaksi masing-masing berisi 1,0 ml
enzim protease, 0,5 ml enzim protease + 0,5 ml air , 0,25 ml enzim protease +,
0,75 ml air.
3. Setelah di inkubasi selama 5 menit pipetkan masing-masing 5 ml susu hangat ke
dalam 3 tabung reaksi yang berisi enzim protease diatas.
4. Lakukan satu demi satu jangan serentak, campurkan isi tabung dengan baik dan
cepat, amati dan catat waktu susu mulai menggumpal dari tiap-tiap tabung (dalam
hitungan detik).
2.
Tujuan
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai batas tertentu dipengaruhi
oleh konsentrasi substrat.
Dasar
Pada konsentrasi tertentu penambahan substrat dengan konsentrasi meningkat sampai
konsentarsi tertentu akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik hingga mencapai
kecepatan maksimum . Penambahan substrat setelah konsentrasi tersebut tidak akan
meningkatkan kecepatan reaksi enzim, sebab telah mealmpaui titik jenuh enzim.
Bahan dan pereaksi
1. Susu
2. Larutan enzim protease (pepsin 0,5% atau bromelin)
10
Cara kerja
1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering, masukkan kedalamnya pada tabung
pertama 5 ml susu, tabung kedua 4 ml susu + 1 ml air, tabung ketiga 3 ml susu dan
2 ml air. Siapkan juga I tabung reaksi berisi 3 ml enzim.
2. Letakkan keempat tabung dalam penangas air 37o C selama 5 menit.
3. Pipetkan 1 ml larutan enzim kedalam masing-masing tabung di atas dan amati
waktu penggumpalan susu pada tiap tabung, lakukan satu persatu jangan serentak.
4. Catatlah waktu yang diperlukan untuk penggumpalan susu dalam hitungan detik.
3.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi pengaruh pH dan aktivator terhadap kerja enzim
Dasar
Air liur mempunyai pH antara 5,6-7,6, biasanya mendekati 6,8. Pada saat makan, pH
air liur akan meningkat, dan akan turun kembali setelah makan. Salah satu enzim yang
penting dalam air liur adalah amilase (ptyalin). Amilase dalam air liur dapat
menghidrolisis amilum menjadi dekstrin dan maltosa. Bila larutan amilum ditetesi
yodium, maka secara berurutan akan terjadi perubahan warna dari biru tua yang khas
untuk amilum hingga menjadi tidak berwarna sesuai dengan perubahan yang terjadi
pada hidrolisis amilum.
Hidrolisis Amilum
Amilum
Perubahan Warna
Biru Tua
Amilodekstrin + Maltosa
Biru
Eritrodekstrin + Maltosa
Merah Angggur
Akrodekstrin + Maltosa
Tidak Berwarna
Maltosa
Tidak Berwarna
11
12
TABUNG A
1 ml
3 ml
1 tetes
1 ml
....
....
....
....
....
....
TABUNG B
1 ml
3 ml
1 tetes
1 ml
....
....
....
....
....
....
TABUNG C
1 ml
3 ml
1 tetes
1 ml
....
....
....
....
....
....
C. BATU TRAKTUS
URINARIUS
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu traktus urinarius
1. Perubahan keadaan koloid pelindung di dalam urin
2. Perubahan pH atau kepekatan urin, yang dapat menyebabkan daya larut suatu zat
menurun.
3. Radang dapat merubah pH urin , disamping itu kelompok bakteri, sel epitel atau
nanah dapat menjadi inti pembentukan batu.
4. Stasis (bendungan) urin yang berlangsung lama.
5. Defisiensi vitamin A (perubahan sel epitel saluran urin).
6. Gangguan endokrin, misalnya yang mempengaruhi eksresi elektrolit
(Hiperparatiroidisme).
Klasifikasi batu traktus urinarius
1. Batu Asam Urat
Paling sering ditemukan, biasanya multipel, permukaannya halus, berwarna kuning
sampai coklat kemerahan.
2. Batu Oksalat
Merupakan batu yang banyak didapatkan setelah batu asam urat, berwarna coklat
tua sampai hitam, keras dan mempunyai permukaan kasar, terutama batu yang
besar.
3. Batu Fosfat
Batu yang didapatkan pada operasi ginjal sebagian besar batu oksalat dan fosfat,
berwarna putih sampai abu-abu, biasanya kasar dan mudah dihancurkan daripada
batu oksalat dan urat. Dapat merupakan campuran kalsium fosfat, magnesium
fosfat atau aluminium fosfat (triple phosphate).
4. Batu Karbonat
Jarang terdapat, bentuknya agak kecil, warna putih atau abu-abu dengan
permukaan licin.
5. Batu Sistin
Dapat terbentuk pada sistinuria, warnanya putih, kuning atau kehijauan, agak
lunak, batu jenis ini jarang terdapat.
6. Batu Xantin
Lebih jarang terdapat daripada batu sistin, warna coklat sampai merah dan lebih
besar daripada batu sistin.
13
14
D. METABOLISME
KARBOHIDRAT
Di dalam tubuh, metabolisme digolongkan menjadi tiga yakni jalur anabolik,
katabolik, dan amfibolik. Jalur anabolik adalah jalur-jalur yang berperan dalam sintesis
senyawa yang lebih besar dan kompleks dari prekursor yang lebih kecil. Jalur katabolik
adalah jalur yang berperan dalam pemecahan molekul besar dan kompleks menjadi
molekul kecil dengan menghasilkan energi. Jalur amfibolik adalah jalur persimpangan
dalam metabolisme, sebagai penghubung antara jalur katabolik dan jalur
anabolik.Karbohidrat, lemak, dan protein akan mengalami proses metabolisme di
dalam tubuh, baik jalur anabolik, katabolik maupun amfibolik.
Salah satu jalur metabolisme penting dalam tubuh adalah glikolisis yakni suatu
jalur katabolik glukosa untuk menghasilkan energi (ATP). Pada setiap organisme dan
sel proses ini pasti terjadi. Glikolisis bias terjadi dalam kondisi aerob dan anaerob.
Urutan reaksi glikolitik pada setiap spesies berbeda hanya dalam cara pengaturan
kecepatan reaksi, dan dalam jalur metabolik selanjutnya dari piruvat yang terbentuk.
Glikolisis dalam sel darah merah dan sel ragi terjadi secara anaerob. Pada sel darah
merah, piruvat akan diubah menjadi laktat, sedangkan pada sel ragi, piruvat akan
diubah menjadi etanol dan CO2.
GLIKOLISIS
Tujuan
Mempelajari proses glikolisis di dalam sel dengan mengukur kadar glukosa yang
tersisa dan pengaruh inhibitor terhadap proses glikolisis sel.
Dasar
Dalam sel, glukosa akan diubah menjadi piruvat melalui glikolisis. Penambahan
inhibitor menyebabkan sedikit glukosa yang diubah menjadi piruvat.
Glikolisis berlangsung di sitoplasma. Glikolisis baik pada organisme aerob
maupun anaerob akan menghasilkan piruvat. Metabolisme karbohidrat, selanjutnya
berbeda antara kedua organisme itu. Pada organisme aerob, hasil glikolisis selanjutnya
akan masuk dalam rangkaian siklus Krebs dan fosforilasi oksidatif sehingga
menghasilkan banyak energi.
Organisme anaerob tidak memiliki rantai pernafasan di mitokondria. Organisme
harus mereoksidasi NADH yang dihasilkan dalam glikolisis melalui beberapa reaksi
lain, karena NAD+ diperlukan untuk reaksi dehidrogenase gliseraldehida-3-fosfat. Jalur
lengkap,
termasuk
glikolisis
dan
reoksidasi
NADH,
disebut
fermentasi. Contoh, glikolisis pada sel ragi.
Glikolisis membebaskan H+:
Glukosa + 2 NAD+ + 2 ADP + 2 Pi 2 piruvat + 2 NADH + 2 ATP
Fermentasi, dari glukosa menjadi laktat:
Glukosa + 2 ADP + 2 Pi 2 laktat + 2 ATP
15
3.
4.
5.
1
14 mL
-
2
14 mL
3
13.5 mL
4
13.5 mL
2 mL
2 mL
0.5 mL
2 mL
0.5 mL
2 mL
Uji (U)
1
2
3
4
Supernatan (mL)
0,1
0,1
0,1
0,1
Standar glukosa 0.1 g/dl (mL)
0,1
Akuades (mL)
2
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
Reagensia (mL)
0,25
0,25
0,25 0,25 0,25 0,25
Campurkan dengan baik lalu inkubasi selama 10 menit pada suhu 37C. Baca
serapan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm
Serapan (A)
Kadar glukosa ditentukan dengan:
Kadar glukosa = Au Ab x 100 mg/dL
As Ab
Larutan
Blangko
(B)
Standar
(S)
Pertanyaan
1. Mengapa hasil uji berbeda pada tiap tabung? Pada glikolisis, enzim apa yang
dipengaruhi oleh fluor dan arsen?
16
E. METABOLISME
LIPID
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum metabolisme lipid, diharapkan mahasiswa mampu,
1. Mengidentifikasi sterol (seperti kolesterol)
2. Menidentifikasi daya larut lipid dalam berbagai pelarut organik
3. Mengidentifikasi zat keton
Lipid adalah suatu kelompok senyawa heterogen yang berhubungan dengan
asam lemak, secara aktual maupun potensial.
Sifat-sifat lipid,
1. Relatif tidak larut dalam air
2. Larut dalam pelarut non polar
Karena sifat pelarut nion polar yang mudah menguap dan mudah terbakar, maka
ruangan khusus bebas dari api (percobaan yang memakai pelarut-pelarut non polar
segera dikerjakan sebelum percobaan lain yang memakai api) dan bekas pelarut harus
dibuang pada tempat khusus!
1.
REAKSI SALKOWSKI
Tujuan
Untuk mengidentifikasi sterol jenuh (seperti kolesterol)
Dasar
Reaksi dehidrasi dan oksidasi sterol jenuh oleh H2SO4 pekat dan diikuti oleh reaksi
warna. Percobaan ini memerlukan alat-alat yang benar-benar kering.
Bahan
1. Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
2. Larutan H2SO4 pekat
Cara kerja
1. 1 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur secara hati-hati dengan 1
ml H2SO4 pekat.
2. Setelah kedua lapisan cairan berpisah lagi akan timbul berturut-turut warna merah,
biru dan ungu dalam lapisan kloroform. Selain itu dalam lapisan asam akan tampak
flouresensi berwarna kuning.
17
2.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi sterol.
Dasar
Reaksi ini belum diketahui reaksi kimianya. Kecepatan terbentuknya warna berlainan
untuk macam-macam sterol. Sterol tidak jenuh reaksinya lebih cepat daripada yang
jenuh. Percobaaan ini hanya dapat dilakukan dengan alat-alat yang benar-benar kering.
Warna yang timbul cepat berubah menjadi biru lalu biru kehijauan.
Bahan
1. Larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform
2. Larutan asam asetat anhidrida
3. Larutan H2SO4 pekat
Cara kerja
1. 2 ml larutan kolesterol 0,05% dalam kloroform dicampur dengan 10 tetes asam
asetat anhidrida.
2. Ke dalam campuran ini ditambahkan 2-3 tetea asam sulfat pekat.
3. Kocoklah dengan hati-hati dan perhatikan warna-warna yang timbul karena
warnanya tidak tetap.
3.
Tujuan
Mengidentifikasi daya larut lipid dalam berbagai pelarut organik
Dasar
Sejumlah kecil lipid dilarutkan dalam beberapa pelarut organik. Derajat kelarutan dapat
dilihat secara langsung. Apabila kurang jelas, larutan dapat diuapkan perlahan-lahan
dengan penangas air (atau disaring dengan kertas saring kering). Jumlah residu
menunjukkan jumlah zat yang larut dalam larutan yang diperiksa.
Bahan
1. Minyak kelapa
2. Air
3. Larutan H2SO4 encer
4. Larutan Na2CO3 0,5%
5. Larutan alkohol dingin
6. Larutan alkohol panas
7. Larutan bensin
8. Larutan kloroform
9. Larutan eter
18
Cara kerja
1. Masukkan 20 tetes minyak kelapa ke dalam 3 ml air dalam tabung reaksi lalu
dikocok. Perhatikan emulsi yang terbentuk.
2. Tambahkan 1 ml larutan Na2CO3 0,5% dan kocok lagi. Perhatikan pengaruhnya
terhadap kestabilan emulsi.
3. Lakukan poin (1) terhadap larutan H2SO4 encer, alkohol dingin, alkohol panas,
bensin, kloroform dan eter.
19
F. METABOLISME
PROTEIN
Secara biokimia, protein adalah heteropolimer asam amino yang terhubung
melalui ikatan peptida yang merupakan hasil ekspresi dari gen. Protein tersusun dari 20
jenis asam amino yang sama.
Protein merupakan komponen utama dari makanan. Protein dicerna pertama
dalam lambung, dan kemudian di duodenum untuk menjadi dipeptida dan asam amino.
Protein diserap menggunakan transpor aktif symport dengan natrium.
Protein tersimpan dalam hati dan otot.
Sintesis protein baru sangat penting selama pertumbuhan. Pada orang dewasa
sintesis protein baru diarahkan untuk penggantian protein yang rusak. Selian itu,
protein juga digunakan untuk sintesis berbagai senyawa lain seperti senyawa yang
disintesis dari asam amino (purin dan pirimidin), katekolamin (adrenalin dan
noradrenalin) dan neurotransmitter (serotonin).
Sebagai bahan bakar biologis, protein menyumbang sekitar 10% dari produksi
energi pada manusia. Langkah pertama dalam katabolisme asam amino adalah
pelepasan nitrogen (gugus amino). Setelah gugus amino semuanya telah
"dikumpulkan" dalam bentuk asam amino glutamat, gugus amino yang dilepaskan dari
glutamat melalui rekasi deaminasi oksidatif. Gugus amino dilepaskan sebagai amoniak
(NH4+). Amonia adalah racun bagi sistem saraf dan akumulasinya cepat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu harus didetoksifikasi ke bentuk yang dapat dengan mudah
dikeluarkan dari tubuh. Amonia diubah menjadi urea, yang larut dalam air dan mudah
diekskresikan melalui ginjal dalam urin
1.
Tujuan
Untuk menunjukkan bahwa suhu dapat memutuskan ikatan peptida potein.
Dasar
Protein memiliki suhu optimum tertentu. Pada suhu yang ekstrim tinggi, protein dapat
terdenaturasi melalui perusakan ikatan peptida. Residu ikatan peptida yang ada dapat
dideteksi dengan uji biuret secara kuantitatif.
Cara kerja
1. Lakukan prosedur seperti pada tabel berikut!
Penambahan Zat
PROTEIN DENATURASI
1
2
3
4
(Blangko)
Protein 1% (mL)
2
2
2
Aquades (mL)
2
o
Pemanasan ( C) 10 menit
37
37
40
50
20
5
2
60
2.
Tujuan
Untuk menunjukkan bahwa enzim peptidase dapat menghidrolisis ikatan peptida potein
Dasar
Peptidase akan menghidrolisis ikatan peptida protein. Residu ikatan peptida yang ada
dapat dideteksi dengan uji biuret secara kuantitatif.
Cara kerja
1. Lakukan prosedur seperti pada tabel berikut!
Penambahan Zat
PROTEIN PEPTIDASE
1
2
3
4
5
(Blangko)
Protein 1% (mL)
2
2
2
2
Aquades (mL)
3
1
0,75
0,5
Peptidase (mL)
0,25
0,5
1
o
Masukkan inkubator 37 C 10 menit. Sentrifugasi 5000 rpm 2 menit. Ambil
supernatan(bagian atas)
Biuret I (tetes)
1
1
1
1
1
Biuret II (tetes)
1
1
1
1
1
Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O , kemudian baca
absorbansinya serapannya) pada 550 nm
Serapan pada 550 nm (A)
2.
Pertanyaan
1. Apa peran enzim peptidase dalam tubuh dan sebutkan enzim peptidase dalam
tubuh?
21
G. OKSIDASI BIOLOGI
Secara kimia, oksidasi adalah pelepasan elektron dan reduksi adalah
penerimaan elektron. Reaksi oksidasi akan selalu disertai reaksi reduksi.Prinsip reaksi
oksidasi-reduksi juga berlaku dalam sistem biokimia. Pada makhluk hidup proses
oksidasi berperan dalam metabolisme terutama pada reaksi yang menghasilkan energi.
Proses oksidasi dapat berlangsung secara enzimatik dan non-enzimatik, berlangsung
dengan oksigen atau tanpa oksigen (dehidrogenasi).
Proses oksidasi di dalam tubuh dapat membentuk suatu radikal bebas atau
oksidan. Oleh karena itu, tubuh mempunyai senyawa untuk khusus untuk menangkal
oksidan hasil proses oksidasi yang disebut senyawa antioksidan. Contoh senyawa
antioksidan endogen tubuh adalah enzim superoksida dismutase, katalase, peroksidase.
Antioksidan juga ada yang berasal dari luar tubuh seperti vitamin C, vitamin E dan
senyawa flavonoid.
1. UJI SCHARDINGER
Tujuan
1. Memperlihatkan bahwa oksidasi dapat terjadi melalui dehidrogenasi suatu substrat,
dalam hal ini formaldehida
2. Memperlihatkan adanya enzim dehidrogenase aerob, yaitu aldehide dehidrogenase
dalam susu segar
Dasar
Aldehid dehidrogenasi mengoksidasi formaldehid dengan cara melepas hidrogen.
Hidrogen yang terbentuk dapat dipindahkan langsung ke oksigen udara menjadi H2O2
atau suatu senyawa penerima misalnya riboflavin atau biru metilen. Pada akhirnya
senyawa penerima yang tereduksi tersebut akan menyerahkan hidrogen ke oksigen
udara membentuk H2O2. Hal ini tampak jelas bila menggunakan biru metilen sebagai
penerima hidrogen . Biru metilen tereduksi tidak berwarna (leuko biru metilen) pada
permukaan larutan susu akan teroksidasi kembali menjadi biru karena ada kontak
dengan udara.
Bahan dan pereaksi
1. Susu segar dan susu pasteurisasi
2. Larutan biru metilen 0,02%
3. Larutan formaldehyde 0,4%
Cara kerja
1. Siapkan 2 tabung reaksi, satu tabung di isi 5 ml susu segar, tabung kedua di isi 5
ml susu pasteurisasi
2. Kemudian tambahkan berturut-turut 1 ml biru metilen dan 1 ml formal dehide pada
masing-masing tabung.
3. Campur dengan baik dan masukkan penangas air suhu 60 65 oC
4. Catat apa yang terjadi dan bandingkan antara susu segar dan susu pasteurisasi
22
Pertanyaan
1. Tulis reaksi dehidrogenasi formal dehide menjadi asam format
2. Mengapa susu pasteurisasi memberi uji Schardinger berbeda
2. UJI PEROKSIDASE
Tujuan
Membuktikan adanya enzim peroksidase di dalam susu segar
Dasar
Hidrogen peroksida akan di reduksi oleh peroksidase di dalam susu segar menjadi H2O.
Pada uji ini, larutan guaiak ditambahkan pada susu, kemudian gas O 2 hasil reduksi
hidrogen peroksida oleh enzim peroksidase akan berikatan dengan larutan guaiak dan
membentuk larutan yang berwarna merah atau jingga
Bahan dan pereaksi
1. Susu segar
2. Larutan guaiak 1% dalam alkohol atau KMnO4 1% dalam air
3. Larutan H2O2 3%
Cara kerja
1. Campur 2 ml susu segar dengan 8 ml air suling, bagilah dalam 2 tabung
2. Panaskan tabung pertama sampai mendidih dan dinginkan. Tabung kedua tidak
dipanaskan.
3. Teteskan 5 10 tetes KmnO4 dalam tiap tabung.
4. Tambahkan 2 3 tetes H2O2 ke dalam tiap tabung
5. Perhatikan apa yang terlihat.
Pertanyaan
1. Apa perbedaan susu yang dipanaskan dan susu segar? Mengapa?
23
24
H. DARAH
KUALITATIF
Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cair, yang beredar dalam
system pembuluh darah. Jumlah darah didalam tubuh kira-kira 5 7 % dari berat badan
atau pada orang dewasa kira-kira 4,5 5 liter. Darah terdiri dari berbagai sel seperti
eritrosit atau sel darah merah (SDM) , sel darah putih (lekosit) dan trombosit. Eritrosit
adalah sel yang terbanyak didalam darah, jumlahnya mencapai 5 juta butir/ ml ,
trombosit jumlahnya 250.000 400.000 butir/ml dan lekosit 5.000 10.000 /ml.
Fungsi ketiga macam sel ini berbeda. Sel darah merah berfungsi mengikat dan
membawa oksigen dari paru paru ke seluruh tubuh, serta membawa dan melepaskan
CO2 dari seluruh tubuh ke paru. Untuk itu SDM dilengkapi dengan molekul khusus
yang melaksanakan fungsi tersebut dan sekaligus memberi warna merah pada darah,
yaitu hemoglobin (HB).
Hemoglobin adalah suatu protein dengan berat molekul 64.450 didalam
hemoglobin terdapat atom besi dalam keadaan tereduksi ( Fe 2+) . Dengan bantuan Fe2+
ini hemoglobin dpat mengikat oksigen. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut
hemoglobin teroksidasi atau oksihemoglobin (HBO2), sedang hemoglobin yang sudah
melepas oksigen disebut hemoglobin tereduksi atau deoksihemoglobin (deoksiHb )
Peristiwa tersebut dapat dituliskan dengan reaksi sebagai berikut:
Hb
O2
paru
< =============
jaringan
HbO2
Atom besi dalam hemoglobin dapat teroksidasi bila muatan positif atom besi
menjadi 3+ (Fe3+ ). Hemoglobin dengan besi teroksidasi (Fe3+) disebut hemoglobin
teroksidasi atau methemoglobin (metHb) atau Hb(Fe3+). Dalam keadaan ini
hemoglobin tidak dapat lagi mengikat oksigen. Hemoglobin yang teroksidasi menjadi
methemoglobin akan kehilangan fungsinya. Perubahan Hb menjadi metHb dapat terjadi
karena adanya senyawa pengoksidasi. Bila ini terjadi dalam tubuh maka dapat timbul
akibat yang fatal, misalnya karena pemberian obat-obatan tertentu terutama pada orang
yang berbakat untuk keadaan tersebut. Selain itu hemoglobin juga dapat berikatan
dengan suatu gas hasil pembakaran tidak sempurna dari dari suatu bahan bakar yaitu
CO (karbon monoksida ) sehingga terbentuk HbCO. Ikatan hemoglobin dan CO ini 200
kali lebih kuat dari pada ikatan Hb dengan O2 akibatnya hemoglobin tidak dapat lagi
mengikat, membawa dan mendistribusikan O2.
Hemoglobin juga mempunyai sifat seperti enzim peroksidase. Hal ini berarti
hemoglobin dapat mengatalisis reduksi H2O2 bila ada suatu reduktor. Berbeda dengan
enzim, pada hemoglobin sifat ini tidak hilang setelah pemanasan. Sifat ini dapat
digunakan untuk melacak adanya darah dalam suatu bahan uji. Sifat seperti peroksidase
ini disebabkan oleh adanya gugus hem dalam hemoglobin.
Sel darah merah seperti sel lainnya akan mengkerut dalam larutan dengan
tekanan osmotik yang lebih tinggi (hipertonik) dari tekanan osmotik plasma. Dalam
25
larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah (hipotonik) maka SDM akan
membengkak karena cairan dari luar sel akan masuk kedalam sel dan kemudian terjadi
lisis membran (hemolisis). Hemoglobin dari SDM yang mengalami lisis larut dalam
plasma sehingga memberi warna merah pada plasma. SDM normal akan mulai
mengalami lisis bila dimasukkan dalam NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33 %
terjadi lisis sempurna. SDM juga dapat mengalami lisis oleh obat-obatan. Struktur
membran SDM mengandung lipid bilayer, bila SDM dimasukkan dalam pelarut
organik misalnya eter, toluene, maka membran SDM akan mengalami lisis karena
larutnya lipid membran sehingga hemoglobin terlepas kedalam pelarutnya.
Hemoglobin dan derivat-derivatnya dapat dibedakan dengan menggunakan
spektroskop, yaitu berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari cahaya
putih. Bila suatu larutan berwarna diletakkan antara alat tersebut dan sumber cahaya,
akan terlihat daerah (pita) hitam pada spektrum dimana terjadi penyerapan warna
tersebut. Oksihemoglobin yang encer menunjukkan 3 pita absorpsi yaitu pita sempit
absorpsi cahaya pada panjang gelombang 578 nm, pita yang lebih lebar pada 542 nm
dan yang ketiga pada panjang gelombang 425 nm.
Hemoglobin tereduksi (deoksihemoglobin) sebaliknya hanya menunjukkan satu
pita absorbsi lebar pada 559 nm. Bila pada darah ditambahkan zat pengoksidasi akan
terbentuk methemoblobin. Dalam larutan asam, methemoglobin mempunyai satu pita
absorpsi dengan pusat pada panjang gelombang 634 nm. Hemoglobin karbon
monoksida menunjukkan dua pita absorpsi yang pertama pada 570 nm dan yang kedua
pada 542 nm.
Tujuan praktikum
1. Memperlihatkan sifat peroksidase Hb
2. Memperlihatkan Hb dapat mengikat dan melepas O2
3. Memperlihatkan Hb yang mengikat CO secara kuat tidak dapat mengikat O2
4. Memperlihatkan besi dalam Hb bila di oksidasi akan menjadi methemoglobin dan
tidak dapat mengikat oksigen lagi.
5. Memperlihatkan pengaruh larutan hiper/hipo tonik terhadap membran sel darah
merah
6. Memperlihatkan pengaruh pelarut organic terhadap fragilitas sel darah merah.
7. Memperlihatkan bahwa Hb dan derivatnya dapat menyerap sebagian gelombang
cahaya putih yang melewatinya.
1.
Tujuan
Membuktikan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa
ini dapat terurai kembali deoksi Hb dan O2
Dasar
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam Hb dapat mengikat dan melepaskan O 2. Dalam
lingkungan udara biasa, Hb segera mengikat O2 menjadi HbO2, sedangkan didalam
tabung reaksi HbO2 akan melepas O2 pada penambahan pereaksi Stokes (pereduksi).
26
Tujuan
Memperlihatkan bahwa membran sel darah merah dapat mengalami lisis dalam pelarut
organik
Dasar
Membran sel darah merah (SDM) antara lain mengandung lipid. Bila SDM dimasukkan
ke dalam larutan yang mengandung pelarut organik, maka membran lipid akan larut,
sehingga terjadi hemolisis danah memberi warna merah jernih.
Bahan dan Pereaksi
1. Suspensi darah
2. NaCl 0,9%
27
3.
4.
5.
6.
7.
Kloroform
Eter
Aseton
Toluen
Alkohol
Cara kerja
1. Kedalam 6 tabung reaksi masing-masing dimasukkan 10 ml NaCl 0,9%
2. Tabung pertama digunakan sebagai kontrol (1), dan pada ke 5 tabung lainnya
tambahkan masing-masing 2 tetes kloroform (2); eter (3); aseton (4); toluene (5)
dan alkohol (6) secara berurutan.
3. Segera tambahkan ke dalam tiap tabung 2 tetes suspensi darah, campur dengan
membaliknya perlahanlahan (hati-hati, jangan sampai lisis karena goncangan),
biarkan setengah jam (jangan dikocok). Perhatikan warna yang terbentuk pada
larutan bagian atas dan bandingkan dengan kontrol.
3.
Tujuan
Memperlihatkan pengaruh larutan hipertonik dan hipotonik terhadap membran sel
darah merah.
Dasar
SDM akan mengerut bila berada dalam larutan hipertonik terhadap tekanan osmotik
plasma. Dalam larutan yang hipotonik, cairan dari luar sel akan masuk ke dalam sel
sehingga SDM akan membengkak, dan akhirnya terjadi hemolisis. Hemoglobin dalam
SDM akan larut dalam larutan, sehingga memberi warna merah jernih pada larutan.
Bahan dan Pereaksi
1. Suspensi darah
2. NaCl 2%
Cara kerja
1. Kedalam 10 tabung reaksi isikan campuran sebagai berikut:
Tabung
1
2.
3.
4
5
6.
7
8
9
10
28
NaCl 2% (ml)
0
1
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
% NaCl
...
...
...
....
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan
1. Peristiwa faal apa yang ditiru pada percobaan uji oksiHB dan deoksiHb?
2. Apa yang terjadi bila orang keracunan gas CO?
3. Suspensi darah ditambah beberapa tetes K3Fe(CN)6 di kocok kuat dan berdasarkan
warna yang terbentuk apakah HbO2 dapat terbentuk kembali? Jelaskan!
4. Apakah yang dimaksud hemolisis?
5. Berapakah retensi osmotik minimum SDM?
29
I. DARAH
KUANTITATIF
Analisa kuantitatif darah berguna untuk mengetahui fungsi tubuh pada keadaan
sehat dan atau pada keadaan sakit, karena berbagai komposisi cairan tubuh termasuk
darah akan mengalami perubahan.
Faktor yang mempengaruhi komposisi kimia darah pada suatu penyakit secara
umum dibagi menjadi fisik dan metabolik. Faktor fisik antara lain retensi, dapat terjadi
akibat perubahan atau kerusakan membran permeabel seperti paru-paru, ginjal atau
hati. Contohnya akumulasi nitrogen akibat nefritis dan obstruksi saluran empedu oleh
batu empedu akan mengakibatkan hiperkolesterolemia. Pada gangguan metabolisme
terjadi juga perubahan kimia darah, misalnya peningkatan glukosa darah akibat
diabetes melitus. Dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kimia darah dilakukan bila ada
persangkaan gangguan pada proses pembentukan, pemanfaatan dan eliminasi. Faktor
fisik dan metabolik kadang-kadang tidak dapat dipisahkan, seperti terlihat pada
penyakit ginjal. Pada analisis kuantitatif darah, protein dapat dapat mengganggu
terutama pada analisis senyawa yang mengandung nitrogen amin atau amida serta
reaksi yang melibatkan reduksi atau oksidasi ion metal. Sebelum analisis dilakukan,
protein darah harus dipisahkan terlebih dahulu dengan pengendapan. Pengendapan
protein antara lain dengan asam tungstat, seng hidroksida dan asam triklor asetat,
tergantung keperluannya. Pemeriksaan faktor metabolik dapat dilakukan pada serum.
1.
Tujuan
Untuk menentukan kadar gula darah
Dasar
Glukosa dalam darah (serum) direaksikan dengan reagensia yang akan menghasilkan
zat yang berwarna dan dapat dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang
500 nm. Nilai serapan yang diperoleh dibandingkan dengan standar.
Bahan dan pereaksi
1. Serum darah pasien
2. Reagensia Glukosa
3. Larutan standar glukosa 1%
Cara kerja
1. Lakukan prosedur seperti pada tabel berikut!
1
Bahan/Pereaksi
Glukosa standar 1% (mL)
Serum
30
(Blangko)
(Standar)
(Uji 1)
(Uji 2)
0,1
-
0,1
0,1
Aquades (mL)
2
1,9
1,9
1,9
Reagensia Glukosa
0,25
0,25
0,25
0,25
Campur dengan baik, inkubasi 10 menit pada suhu 37C kemudian baca
absorbansinya pada 550 nm
Serapan pada 420 nm (A)
2.
2.
Tujuan
Untuk menetapkan kadar protein serum
Dasar
Protein tersusun atas asam amino-asam amino melalui ikatan peptida. Ikatan peptida
yang ada dapat dideteksi dengan uji biuret secara kuantitatif. Banyaknya ikatan peptida
yang dideteksi menunjukkan kadar protein dalam suatu larutan (serum).
Cara kerja
1. Lakukan prosedur seperti pada tabel berikut!
1
Bahan/Pereaksi
2
3
4
(Standar)
Protein standar 1% (mL)
2
Serum
2
1,5
Aquades (mL)
2
0,5
Sentrifugasi 5000 rpm 2 menit. Ambil supernatan(bagian atas)
Biuret I (tetes)
1
1
1
1
Biuret II (tetes)
1
1
1
1
Campur dengan baik, diamkan 3 menit untuk melarutkan Cu 2O ,
kemudian baca absorbansinya serapannya) pada 550 nm
Serapan pada 550 nm (A)
(Blangko)
3.
31
J. EMPEDU
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kandung empedu
sebelum dikeluarkan ke duodenum, diperkirakan hati menghasilkan 500 1000 ml
empedu per hari.
Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada udara
terbuka maka warnanya akan berubah menjadi hijau, biru dan coklat karena pigmen
empedu ter oksidasi. Empedu bereaksi alkalis (pH 7,8 8,6). Kandungan empe4du
yang penting antara lain adalah garam-garam empedu, pigmen-pigmen empedu, lesitin,
kolesterol dan garam-garam anorganik. Empedu tidak mengandung protein kecuali
musin, yang di sekresi oleh dinding kandung empedu, dan sejumlah kecil enzim seperti
fosfatase alkali.
Empedu merupakan campuran hasil sekresi dan ekskresi. Bahan-bahan yang
disekresi misalnya garam-garam empedu, sedangkan yang di ekskresi misalnya pigmen
empedu dan kolesterol.
Asam-asam empedu utama dalam empedu manusia adalah asam kolat dan
asam kanodeoksikolat. Asam empedu mengaktifkan lipase dan mempengaruhi
emulsifikasi lipid, yang diperlukan untuk hidrolisis dan absorpsi lipid, selain itu asam
empedu juga penting untuk penyerapan kolesterol dan pembentukan ester kolesterol.
Garam-garam empedu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta
vitamin-vitamin yang larut dalam lemak ( vitamin A D E K ), aktivitas ini melalui 2
cara :
a. Garam empedu menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan emulsifikasi
lemak sehingga mudah dicernakan oleh lipase.
b. Garam mepedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu komplek yang
lebih mudah larut dan diserap.
Pigmen-pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel-sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial dari hati, limpa dan sumsum tulang. Pigmen empedu yang utama
adalah biliverdin yang berwarna hijau, dan bilirubin yang berwarna jingga atau kuning
coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai reaksi akan menghasilkan suatu turunan
yang berwarna misalnya mesobiliverdin (berwarna hijau hingga biru), mesobilirubin
(berwarna kuning) dan mesobilisianin (berwarna biru hingga ungu).
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat dan susunan empedu.
32
Cara kerja
1. Masukkan sedikit empedu asli dalam gelas kimia.
2. Periksa warna empedu, bau, konsistensi, pH (dengan kertas indikator pH)
2.
UJI GMELIN
Tujuan
Membuktikan adanya pigmen empedu
Dasar
Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan menghasilkan senyawa hasil
oksidasi yang berwarna.
Bahan dan alat
1. Larutan empedu encer
2. Larutan asam nitrat pekat
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetrik
Cara kerja
1. Masukkan 2 ml asam nitrat pekat dalam tabung reaksi
2. Miringkan tabung reaksi, dengan pipet alirkan secara hati-hati 2 ml larutan empedu
encer melalui dinding tabung sehingga kedua larutan tidak bercampur
3. Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan kedua cairan
3.
UJI PETTENKOFER
Tujuan
Membuktikan adanya asam empedu
Dasar
Asam empedu, yang terdapat dalam empedu terutama sebagai garam empedu,
merupakan senyawa aromatik komplek. Asam empedu bereaksi dengan furfural (yang
terbentuk pada penambahan asam pekat dan karbohidrat) membentuk turunan yang
berwarna.
Bahan dan alat
1. Larutan asam empedu encer
2. Larutan sukrosa 5%
3. Asam sulfat pekat dalam buret
4. Tabung reaksi
5. Pipet volumetrik
6. Pipet tetes
33
Cara kerja
1. Masukkan 3 ml larutan empedu encer dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 tetes larutan sukrosa 5%
3. Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung sehingga membentuk 2 lapisan cairan, perhatikan cincin
yang terbentuk pada perbatasan antara 2 lapisan
34
K. CAIRAN TUBUH:
SALIVA
Saliva (Air liur) disekresikan oleh 3 pasang kelenjar besar yaitu parotis,
submaksilaris dan sublingualis. Air liur parotis merupakan cairan hipotonis yang sangat
encer dengan konsentrasi zat padat yang rendah. Sedang air liur submaksilaris dapat
kental maupun encer tergantung pada rangsang simpatis atau parasimpatis,dan air liur
sublingualis mengandung banyak musin.
Selain itu air liur juga di sekresi oleh beberapa kelenjar kecil dalam mukosa mulut
seperti labialis, lingualis, bukal dan palatal. Sekresi air liur dari kelenjar dalam mulut
dapat disebabkan oleh rangsangan lokal dalam mulut atau oleh perangsangan pusat
akibat rangsang psikis atau somatik.
Air liur dalam rongga mulut berfungsi sebagai pelicin dan untuk membasahi
makanan saat dikunyah sehingga mudah ditelan. Air liur juga merupakan tempat
ekskresi obat obatan tertentu seperti alkohol dan morfin.
Air liur mengandung air kira-kira 99,5%. Sekitar 2/3 dari bahan yang terlarut dalam air
liur merupakan bahan organik dan 1/3 nya merupakan bahan anorganik. Komponen
anorganik dalam air liur antara lain adalah Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium,
Fosfat dan Bikarbonat. Sedang kandungan senyawa organik dalam air liur terdiri atas
musin dan enzim amylase. Bahan organik lain yang juga terdapat dalam jumlah sedikit
adalah urea, kolesterol dan hormon-hormon tertentu. Saliva juga mengandung berbagai
macam sel seperti sel epitel mukosa mulut, leukosit dan bakteri.
pH air liur antara 5,6 7,6 biasanya pH mendekati 6,8. Pada saat makan pH
meningkat dan sesudah makan pH akan turun.
Air liur dari kelenjar parotis mengandung sejumlah besar enzim amilase,
lizozim, fosfatase asam, aldolase dan kolinesterase. Namun yang penting untuk proses
fisiologis tubuh adalah amilase dan lizozim.
Amilase air liur juga disebut ptyalin. Amilase bekerja mengatalisis pencernaan
pati menjadi dekstrin (amilodekstrin, eritrodekstrin dan akrodekstrin) dan maltosa
dengan dengan hidrolisis ikatan glukosidik alfa 1,4 pati.
Enzim ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah sehingga pencernaan air liur
segera terhenti setelah makanan berada dalam suasana asam lambung.
Tujuan
Untuk mempelajari sifat dan susunan air liur
Pengumpulan air liur
Untuk percobaan air liur ini tiap mahasiswa mengumpulkan air liurnya sendiri kira-kira
20 ml dalam sebuah gelas kimia. Sebelum menampung air liur, berkumur-kumurlah
terlebih dahulu. Untuk merangsang sekresi air liur kunyahlah sepotong paraffin (lilin)
yang telah disediakan. Kemudian saringlah sebagian air liur tersebut.
35
2. UJI BIURET
Tujuan
Membuktikan adanya senyawa dengan ikatan peptida (protein) dalam air liur secara
kualitatif
Dasar
Biuret adalah senyawa yang terbentuk dengan 2 ikatan peptida yang terbentuk pada
pemanasan urea. Reaksi biuret adalah reaksi terhadap adanya paling sedikit 2 ikatan
peptida. Reaksi biuret (larutan CuSO4 alkalis) terdiri atas larutan NaOH dan larutan
CuSO4. Cu pada larutan alkalis bereaksi dengan protein membentuk suatu komplek
koordinasi antara ion Cu2+ dengan gugus C=O dan N-H pada ikatan peptida. Komplek
tersebut memberi warna lembayung.
Semua zat dengan 2 atau lebih ikatan peptida memberi reaksi positif. Zat zat lain yang
mengandung gugus karbamil (-CONH) seperti CSBH2 , -C(NH)NH2 atau CH2NH2
juga memberi rekasi yang sama.
Bahan dan alat
1.
Air liur yang tidak di saring
2.
Larutan NaOH 10%
3.
Larutan CuSO4
4.
Tabung reaksi
5.
Pipet volumetrik
6.
Pipet tetes
Cara kerja
1.
Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi
2.
Tambahkan 2 ml NaOH 10 % campur dengan baik
36
3.
Tambahkan 1 tetes larutan CuSO4. Campur dengan baik, bila belum terbentuk
warna lembayung tambahkan lagi 1 tetes CuSO4 hingga maksimum 10 tetes.
3. UJI MILLON
Tujuan
Mengidentifikasi asam amino tirosin secara kualitatif
Dasar
Tirosin yang merupakan asam amino yang mengandung gugus hidroksi fenil (fenol)
akan mengalami nitrasi dengan pereaksi Millon yang mengandung ion-ion
merkuri/merkuro dalam asam nitrat/nitrit membentuk warna merah .
Bahan dan alat
1. Air liur yang tidak di saring
2. Pereaksi Millon terdiri atas 100 g merkuri dalam 140 ml asam nitrat pekat, dan
diencerkan dengan air sampai volumenya 3X
3. Tabung reaksi
4. Pipet volumetrik
5. Pipet tetes
6. Penangas air
7. Gelas kimia
Cara kerja
1. Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 3 tetes pereaksi Millon, campur dengan baik
3. Panaskan hingga terbentuk warna merah
4. UJI MOLISCH
Tujuan
Membuktikan adanya karbohidrat dalam air liur secara kualitatif
Dasar
Reaksi ini disebabkan oleh daya dehidrasi asam anorganik pekat terhadap karbohidrat,
membentuk furfural atau turunannya seperti hidroksi metil furfural. Pereaksi Molisch
yang terdiri atas alfa naftol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa ungu.
Bahan dan alat
1. Air liur yang tidak di saring
2. Pereaksi Molisch yang terdiri dari 25 g alfa naftol dalam alcohol 95% sampai 500
ml dan dibuat baru setiap kali praktikum
3. Asam sulfat pekat dalam buret
37
4.
5.
6.
Tabung reaksi
Pipet volumetrik
Pipet tetes
Cara kerja
1. Masukkan 2 ml air liur yang tidak di saring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 2 tetes pereaksi Molisch, campur dengan baik
3. Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati-hati 2ml asam sulfat pekat dari
buret melalui dinding tabung hingga tidak bercampur.
4. Reaksi positif ditandai dengan pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antar
kedua lapisan
5.
UJI PRESIPITASI
Tujuan
Membuktikan adanya musin dalam air liur
Dasar
Protein dapat dipresipitasi oleh asam asetat
Bahan dan alat
1.
Air liur yang di saring
2.
Asam asetat encer
3.
Tabung reaksi
4.
Pipet volumetrik
5.
Pipet tetes
Cara kerja
1.
Masukkan 2 ml air liur yang disaring ke dalam tabung reaksi
2.
Tambahkan 1 tetes asam asetat encer. Campur dengan baik
3.
Perhatikan apakah presipitasi amorf terbentuk
6.
UJI SULFAT
Tujuan
Membuktikan adanya sulfat dalam air liur
Dasar
Ion sulfat dalam suasana asam dapat di endapkan oleh Barium
Bahan dan alat
1. Air liur yang di saring
2. Asam klorida encer
38
3.
4.
5.
6.
Larutan BaCl2 2%
Tabung reaksi
Pipet volumetrik
Pipet tetes
Cara kerja
1. Masukkan 1 ml air liur yang disaring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 5 tetes HCl
3. Tambahkan 5 10 tetes BaCl2 2% campur dengan baik
4. Perhatikan dan catat apa ada endapan putih dari barium sulfat.
7.
UJI FOSFAT
Tujuan
Membuktikan adanya fosfat dalam air liur
Dasar
Fosfat bereaksi dengan asam molibdate membentuk asam fosfomolibdate, dengan
penambahan bahan pereduksi yang sesuai, asam fosfomolibdate di reduksi sehingga
memberikan warna biru tua (biru molybdenum)
Bahan dan alat
1. Air liur yang disaring
2. Larutan urea 10 %
3. Pereaksi molibdate spesial
4. Larutan FeSO4 spesial
5. Tabung reaksi
6. Pipet volumetric
7. Pipet tetes
Cara kerja
1. Masukkan 1 ml air liur yang di saring dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml larutan urea 10% dan 10 ml larutan molibdate spesial, campur
dengan baik
3. Tambahkan 1 ml Larutan FeSO4 spesial, campur dengan baik
4. Warna biru bertambah nyata setelah dibiarkan, nyatakan adanya orthofosfat
Pertanyaan
1. Tulis reaksi kimia Biuret
2. Tulis reaksi pembentukan: furfural dan 5 hidroksimetil furfural
39
Lampiran 1
Laporan Praktikum Sementara
1. Setiap kelompok membuat satu laporan praktikum sementara
2. Laporan praktikum sementara ditulis tangan pada Kertas HVS Quarto
3. Format laporan:
a. Judul praktikum (Contoh: URIN)
b. Judul percobaan (Contoh: Penetapan pH, Penetapan BJ)
c. Hasil percobaan (Gambar dengan pensil warna)
d. Kesimpulan
Contoh:
URIN
b. Kesimpulan
2. Peneatapan pH urin
a. Hasil
b. Kesimpulan
40
Lampiran 2
Laporan Praktikum Tetap
1. Setiap mahasiswa membuat satu laporan praktikum tetap. Laporan dikumpul
per kelompok.
2. Laporan praktikum tetap ditulis tangan pada KERTAS DOUBLE FOLIO
BERGARIS. Laporan praktikum tetap TIDAK DIJILID.
3. Format laporan:
a. Judul praktikum (Contoh: URIN)
b. Judul percobaan (Contoh: Penetapan pH, Penetapan BJ)
c. Tujuan
d. Dasar
e. Alat dan bahan
f. Cara kerja
g. Hasil Praktikum (Gambar dengan pensil warna dan beri keterangan)
h. Kesimpulan
i. Jawaban Pertanyaan (Jika ada)
j. Lampiran laporan praktikum sementara
URIN
41