OLEH :
BAIQ FITRIA SURYANI
NIM: 1202115038
Patofisiologi asma merupakan proses yang sangat kompleks, dan melibatkan beberapa
komponen yaitu inflamasi saluran nafas, obstruksi aliran udara, dan hiperaktivitas bronkus
(Rani, 2006).
kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing
process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel yang mati atau rusak
dengan sel-sel yang baru. Proses penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang
rusak dengan jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan
jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan
perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway remodelling.
3
a. Faktor host
Genetik
Obesitas
Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan
Rangsangan alergen.
Rangsangan bahan-bahan di
tempat kerja.
Infeksi.
Merokok
Obat.
Penyebab lain atau faktor
lainnya (Mangunegoro, 2004).
KLASIFIKASI ASMA
menggangu
prediksi
APE 60-80% nilai terbaik
Variabilitas APE > 30%
setiap hari
IV. Persisten
Berat
Kontinyu
Gejala terus menerus
Sering kambuh
Aktivitas fisik terbatas
7.
Sering
APE 60%
VEP1 60% nilai prediksi
APE 60% nilai terbaik
Variabilitas APE > 30%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas, reversibiliti kelainan
faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiper-responsif jalan nafas.
Pemeriksaan faal paru yang standar adalah pemeriksaan spirometri dan peak expiratory flow
meter (arus puncak ekspirasi). Pemeriksaan lain yang berperan untuk diagnosis antara lain uji
provokasi bronkus dan pengukuran status alergi. Uji provokasi bronkus mempunyai sensitivitas
yang tinggi tetapi spesifisitas rendah. Komponen alergi pada asma dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum, namun cara ini tidak terlalu bernilai
dalam mendiagnosis asma, hanya membantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
8.
PENATALAKSANAAN ASMA
Menurut pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia yang dikeluarkan oleh
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2004, ada 7 komponen program penatalaksanaan
asma dimana 6 di antaranya menyerupai komponen pengobatan yang dianjurkan oleh GINA dan
ditambah satu komponen yaitu pola hidup sehat.1
EDUKASI
Edukasi yang diberikan antara lain adalah pemahaman mengenai asma itu sendiri, tujuan
pengobatan asma, bagaimana mengidentifikasi dan mengontrol faktor pencetus, obat-obat yang
digunakan berikut efek samping obat, dan juga penanganan serangan asma di rumah.
PENILAIAN DERAJAT BERATNYA ASMA
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak
dilakukan pada penatalaksanaan asma.
A. Pemantauan tanda gejala asma.
B. Pemeriksaan faal paru
Sedangkan untuk pengobatan darurat asma, pemberian epinefrin tetap merupakan langkah
pertama yang cocok, walaupun obat-obat inhalasi beta (misalnya, metaproterenol, albuterol)
seringsama efektifnya.
IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN FAKTOR PENCETUS
Sebagian penderita dengan mudah mengenali fakor pencetus, akan tetapi sebagian lagi tidak
dapat menegtahui faktor pencetus asmanya.
MERENCANAKAN DAN MEMBERIKAN PENGOBATAN JANGKA PANJANG
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan. Dalam menetapkan atau
merencanakan pengobatan jangka panjang untuk mencapai atau mempertahankan keadaan asma
yang terkontrol, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan:
1. Medikasi (obat-obatan)
2. Tahapan pengobatan
3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Pengobatan jangka panjang berdasarkan derajat berat asma, agar dapat tercapai tujuan
pengobatan dengan menggunakan medikasi seminimal mungkin. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI) menyarankan stepdown therapy.
KONTROL SECARA TERATUR
Dua hal penting yang harus diperhatikan dokter dalam penatalaksanaan asma jangka panjang
adalah melakukan tindak lanjut/follow up teratur dan merujuk ke ahli paru pada keadaankeadaan tertentu.
POLA HIDUP SEHAT
Pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain adalah meningkatkan kebugaran fisik melalui
olahraga,
penderita dianjurkan untuk berhenti atau tidak pernah merokok karena rokok
- Look : ada napas, takipnea, kulit tampak sianosis, Bernapas dengan menggunakan otototot tambahan
- Listen : terdengar suara napas tambahan whezzing
- Feel
A (Airways):
a. Meng kaji dan mempertahankan jalan napas
b. Melakukan head tilt dan chin lift.
c. gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu
d. pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan intubasi jika
tidak dapat mempertahankan jalan napas
B (Breathing):
C(Circulation)
a. Mengkaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
b. Mengkaji peningkatan JVP
c. Mengukur tekanan darah
d. Memasang infus D5% + teofilin 2 amp
e. Melakukan pemeriksaan darah lengkap
f. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan: Sinus tachikardi
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi
ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan
perawatan di ICU.
Exposure
a. selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan bronkitis
b. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik lainnya.
TTV
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi
: >100
Suhu
: 37
Respirasi
: >24
a.
Psikososial
b.
BIOPSIKOSOSIALSPIRITUAL
PEMERIKSAAN FISIK
Sistem pernafasan
c.
Sistem Kardiovaskuler
Takhikardia
Pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah > 10 mmHg pada waktu inspirasi)
Sianosis
Dehidrasi
Diaforesis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis Respiratorik.
Pemeriksaan darah : Kadar IgE meningkat dan Jumlah eosinofil meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
2. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan napas (bronkospasme),
peningkatan produksi mukus
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan
kelelahan akibat kerja pernafasan
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit.
d. Devisit volum cairan berhubungan dengan kehilangan volum cairan secara aktif
e. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi, kelelahan
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi terapi
DIAGNOSA
INTERVENSI
HASIL
Bersihan
tidak
obstruksi
jalan
napas NOC
efektif
b/d
jalan
napas
(bronkospasme)
Respiratory
status
Posisikan
ventilation
Respiratoty
NIC
Air way management
status air
aspiration control
untuk
memaksimalkan
way patency
Respiratory
paasien
status
ventilasi
Auskultasi
suara
napas,
catat
Setelah
dilakukan
tindakan
adanaya
menunjukkan
tambahan.
Monitor
suara
respirasi
dan status O2
Atur intake untuk
Mendemonstrasikan
cairan
Lakukan
fisiotherapi
bila perlu
mengeluarkan sputum,
dada
Keluarkan
secret
mudah.
suction
Menunjukkan
jalan
Kolaborasi
pemberian
bronkodilatasi
pengguanaan
Mampu
otot
tambahan, retraksi
mengidentifikasi
mencegah
dan
factor
penyebab.
otot intercostals
Monitor pola napas
Auskultasi
pola
napas
2
Devisit
volum
berhubungan
cairan NOC:
dengan
NIC:
cairan
secara aktif
Hidration:
normaltidak ada
Pertahankan intake
dan
output
yang
akurat
Monitor
status
status;
hidrasi(kelembaban
membran mukosa,
dalam
nadi
batas
batas
adekuat,
normal
tekanan
Kretiria hasil:
darah
orthostatik),
Mempertahankan urine
output sesuai dengan
masukan
makanan
/cairan
normal.
dan hitung
intake
kalori harian
Kolaborasi
normal
pemberian cairan iv
Moitor
dehidrasi,elastisitas
turgor
kulit
nutrisi
Berikan cairan iv
baik,membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa
status
masukan
oral
Kolaborasi
dengn
dokter
untuk
pemberian cairan.
3
Kurang
pengetahuan N0C:
pencegahan
dengan
keterbatasan kognitif
NIC:
Knowledge:
proses
Knowledge:
Healt
Berikan
penilaian
tentang
tingkat
peengetahuan
behavior
Kreteria hasil:
pasien
tentang
Klien
proses
penyakit
pehaman
menyatakan
tentang
penyakit,kondisi,
yang spesifik
Jelaskan
patofisiologidari
pengobatan
penyakit
Klien
mampu
melaksanakan prosedur
dan
dengan
benar
dan
Klien
menjelaskan
apa
yang
perawat
fisisologi,
mampu
kembali
tepat.
dijelaskan
dan
kesehatan lain.
anatomi
tim
Gambarkan proces
penyakit
dengan
dengan
keluarga
tentang
kondisidengan cara
yang tepat
Hindari
harapan
kosong
Sediakan
bagi
keLuarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien
gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasidimasa
atau
proses
pengontrolan
penyakit.
Diskusikan pilihan
terapi
atau
penanganan
Dukung
keluarga
untuk mendapatkan
second
opinion
atau
dukungan
dengan
dan gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan , dengan
4
Gangguan
pola
berhubungan
tidur NOC
dengan
Rest
hospitalisasi, kelelahan
Extent
and
Determinasi
Pattern
Sleep
Extent
and
dilakukan
efek
efek-
medikasi
Pattern
Setelah
tindakan
Jelaskan
pentingnya
yang adekuat
Fasilitasi
tidur,
tidur
dalam
batas
normal
Mampu
yang
nyaman
pemberian
hal-
Ciptakan
Kolaborasi
tidur/istrahat
mengidentifikasi
sebelum
tidur
lingkungan
untuk
mempertahankan
aktivitas
kualitas
tidur
tidur
obat
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mutaqim, (2008), Asuahan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medika
Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Guyton & Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo, (1997), Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1. Jakarta : EGC
Price Silvia A & Willson, L.M, (1995), Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto, E. et al. (2004),
Asma Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sundaru, H. Sukamto. (2006), Asma Bronkial, In: Sudowo, AW. Setiyohadi, B. Alwi, I.
Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Keempat, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, pp: 247-252.
Rani, AA. Soegondo, S. Nasir, UAZ. Wijaya, IP. Nafrialdi. Mansjoer, A. (2006), Panduan
Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, PB PAPDI, Jakarta.
D. PATHWAY
Sat anafilatis
bereaksi lambat
permeabilitas dan
sensivitas terhadap alergi
Bronkospasme
Hipersekresi mukus
Resiko infeksi
Reflek batuk
Wheezing
Bersihan jalan napas
tidak efektif
reseptor
adrenergik
Respon
adrenergik
CAMP
CAMP
Bronkodilata
si
Kontraksi otot
polos
Edema mukosa
Tahanan saluran
napas
Hospitalissasi
Tahanan saluran
napas
Gangguan pola
tidur
tekanan dalam
paru
kebutuhan O2
usaha napas
Diameter bronkus berkurang
selama ekspirasi daari pada
inspirasi
kecepatan ekspirasi
maksimum
sesak
Hiperventilasi
Retensi CO2
Gangguan pertukaran
gas
Kelemahan/keletihan
Intoleransi aktivitas
Napsu makan
Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh