BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seiring dengan bergulirnya arus reformasi dalam berbagai bidang
membuat
pemanfaatan
ruang
semakin
dituntut
perannya
dalam
fisik lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi. dalam prosesnya, penataan ruang
ini diharuskan melibatkan seluruh stakeholder, termasuk masyarakat.
Ditinjau dari apa yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut,
agaknya penataan ruang dapat dikatakan sebagai senjata pamungkas, karena
baik definisinya, proses penyelenggaraannya, serta aspek yang dijadikan
landasan dalam penyusunan rencananya, sudah mencakup semua unsur. Bahkan
hampir dapat dikatakan tidak ada aspek, ataupun institusi yang tidak terlibat
dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Penataan ruang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan nasional
terutama sebagai landasan keterpaduan pembangunan. Undang-undang No. 24
tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UUPR) merupakan landasan hukum yang
mengatur secara umum bagi kegiatan penataan ruang. Adapun sifat UUPR yang
umum tersebut senantiasa memerlukan penjabaran yang lebih detail dan teknis
untuk menjadikan Kaidah-kaidah pengaturan di dalamnya tersebut lebih
operasional.
Belum disusunnya beberapa peraturan pelaksanaan sebagaimana di
amanatkan dalam UUPR menyebabkan ketidaklengkapan kaidah pengaturan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan penataan ruang, sehingga penataan
ruang belum efektif.
Untuk itu amanat UUPR perlu segera ditindaklajuti dengan segera
dilakukan penyusunan peraturan pelaksanaan bidang penataan ruang. Ada
banyak peraturan pelaksanaan bidang penataan ruang yang diamanatkan untuk
disusun, karena itu perlu ada suatu prioritas dalam pelaksanaannya, dalam hal
ini diperlukan suatu rencana induk pengembangan pelaksanaan peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang yang dapat dijadikan sebagai
guidelines bagi pengembangan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang.
1.2.
dari
kegiatan
penyusunan
rencana
induk
pengembangan
Sasaran
Sasaran
dari
kegiatan
penyusunan
rencana
induk
pengembangan
dari
kegiatan
penyusunan
rencana
induk
pengembangan
1.6.
Sistimatika Pembahasan.
Secara garis besar uraian pembahasan Laporan Pendahuluan untuk
PENDAHULUAN.
Berisi penjelasan mengenai latar belakang diperlukannya rencana
induk pengembangan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang, dan diuraikan juga mengenai maksud dan
tujuan, sasaran dan produk yang dihasilkan dari kegiatan ini, serta
sistimatika penulisan Laporan Pendahuluan.
Bab II
INVENTARISASI
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG
PENATAAN RUANG
Berisikan hasil inventarisasi perundang-undangan yang berbentuk
undang-undang, peraturan pemerintah dan rancangan undangundang.
Bab III :
KAJIAN
TERHADAP
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
YANG
Bab V
peraturan
perundang-undangan,
dan
daftar
skala
prioritas.
Bab VI :
Bab VII :
BAB II
Undang-Undang
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen
Indonesia.
c. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United
Nations Convention on The Law of The Sea ( Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut ).
f. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati.
g. Undang-Undanmg Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
h. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
1992
tentang
Perkembangan
Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban serta Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahiun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1997 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang berdiri sendiri.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2002 tentang Hak dan
Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam melaksanakan Hak
Lintas Alur Laut Kepulauan melalui Alur Laut Kepulauan yang
ditetapkan.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah.
2.3.
Rancangan Undang-Undang
a. Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam.
b. Rancangan Undang-Undang tentang Sumber Daya Agraria.
c. Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Hasil Revisi Tanggal 12-102005).
BAB III
KAJIAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN YANG TERKAIT DENGAN
BIDANG PENATAAN RUANG
3.1.
Undang-undang.
Dari hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan yang berupa
Undang-Undang,
Peraturan
Pemerintah
dan
Rancangan
Undang-Undang,
kepada
daerah-daerah
Swatantra
dan
masyarakat-
Pasal 4
(1) Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam
pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang orang
lain serta badan-badan hukum.
(2) Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian
pula tubuh bumi dan air serta ruang
keperluan
pusat-pusat
kehidupan
masyarakat,
sosial,
keperluan
memperkembangkan
produksi
pertanian,
10
11
(2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini
dilakukan dengan peraturan perundangan didalam waktu yang
singkat.
(3) Tanah-tanah
yang
merupakan
kelebihan
dari
batas
maksimum
termaksud dalam ayat (2) Pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan
ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang
membutuhkan
menurut
ketentuan-ketentuan
dalam
Peraturan
Pemerintah.
(4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang
akan ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara
berangsurangsur.
Pasal 18.
Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama, dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut,
dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur
dengan Undang-undang.
Pasal 19.
(1) Untuk
menjamin
kepastian
hukum
oleh
Pemerintah
diadakan
Pemerintah
ditetapkan
badan-badan
hukum
yang
dapat
12
seseorang
disamping
kewarga-negaraan
Indonesianya
acuan
dalam
penyusunan
peraturan
perundang-undangan
yang
konsep dasar hukum tata ruang Indonesia mencakup konsep tiga dimensi,
yaitu bumi, air, dan ruang udara yang pada hakikatnya berfungsi sosial.
2). Undang-Undang
Nomor
Tahun
1973
tentang
Landas
Kontinen
13
penetapan garis batas landas kontinen dengan negara lain dapat dilakukan
dengan cara mengadakan perundingan untuk mencapai suatu persetujuan.
Pasal 6
(2) Untuk melindungi instalasi-instalasi, kapal-kapal dan/atau alat-alat
lainnya tersebut pada ayat (1) pasal ini terhadap gangguan pihak
ketiga, Pemerintah dapat menetapkan suatu daerah terlarang yang
lebarnya tidak melebihi 500 meter, dihitung dari setiap titik terluar
pada
instalasi-instalasi,
kapal-kapal
dan/atau
alat-alat
lainnya
14
tidak
terdapat
keadaan-keadaan
khusus
yang
perlu
15
16
perundang-undangan
Landas
Kontinen
Indonesia,
persetujuan-persetujuan antara Republik Indonesia dengan negaranegara tetangga dan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang
berlaku.
Penjelasannya
Ayat ini menentukan, bahwa sepanjang menyangkut sumber daya alam
hayati dan non hayati di dasar laut dan tanah di bawahnya terletak di
dalam batas-batas zona ekonomi eksklusif Indonesia hak berdaulat
Indonesia dilaksanakan dan diatur berdasarkan peraturan perundangundangan Indonesia yang berlaku di bidang landas kontinen serta
persetujuan-persetujuan
internasional
tentang
landas
kontinen
yang
tetangga
yang
pantainya
saling
berhadapan
atau
saling
17
yang
dikembangkan
dengan
berpangkal
tolak
pada
18
Hasil Kajian :
diatur secara
19
berdaulat
untuk
keperluan
eksplorasi
dan
eksploitasi,
20
mewujudkan
tujuan
sebagaimana
dimaksud
dalam
pasal
7,
pemerintah menetapkan:
a. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan;
b. Pola
dasar
pembinaan
wilayah
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan;
21
Pemanfatan areal atau wilayah tersebut tetap pada subyek yang diberi hak,
tetapi pemanfaatan itu harus mematuhi ketentuan yang ditetapkan
pemerintah.
22
7).
Undang-Undang
Nomor
Tahun
1992
tentang
Perumahan
dan
23
Penjelasan huruf c.
Jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungnan terdiri atas jaringan
jalan untuk memperlancar hubungan antar lingkungan, saluran pembuangan
air hujan untuk melakukan pematusan (drainase), dan saluran pembuangan
air limbah untuk kesehatan linkungan, dalam kawasan siap bangun.
Pasal 31.
Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan
rencana tata ruang wilayah perkotaan dan rencana tata ruang wilayah
bukan perkotaan yang menyeluruh dan terpadu yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait
serta rencana, program, dan prioritas pembangunan perumahan dan
permukiman.
Hasil Kajian:
8). Undang-Undang
No.
10
Tahun
1992
Tentang
Perkembangan
perkembangan
kualitas
penduduk
serta
pengarahan
24
kependudukan
bertujuan
untuk
mewujudkan
lingkungan
menyangkut
kemampuan
penduduk
dalam
25
Pasal 6
Hak penduduk yang dikaitkan dengan matra penduduk meliputi:
a. Hak penduduk sebagai diri pribadi yang meliputi hak untuk membentuk
keluarga, hak mengembangan kulaitas diri dan kualitas hidupnya, serta
hak untuk
kekayaan
budaya,
hak
untuk
mengembangkan
minat
yang
ditekuni
sesuai
dengan
kemampuannya,
untuk
26
pembangunan,
maka
penduduk
semula
diutamakan
dalam
27
keperluan
hidupnya
secara
layak
oleh
ruang,
prasarana,
sarana,
Undang-Undang
kesejahteraan
tentang
perkembangan
penduduk,
harus
kependudukan
memperhatikan
dan
hak-hak
28
Pasal 45.
Perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahan peruntukan
budidaya tanaman guna keperluan lain dilakukan dengan memperhatikan
rencana produksi budidaya tanaman secara nasional.
Penjelasannya.
Yang dimaksud dengan keperluan lain yaitu penggunaan lahan yang semula
untuk budidaya tanaman menjadi non budidaya tanaman sehingga tidak
sesuai dengan tata ruang yang ada.
Hasil Kajian :
29
menyeluruh tetap berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia.
Pasal 5.
Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara atas wilayah udara
Republik Indonesia, Pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung
jawab pengaturan ruang udara untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan negara, dan ekonomi nasional.
Penjelasannya.
Wilayah udara yang berupa ruang udara di atas wilayah daratan dan
perairan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional sehingga harus
dimanfaatkan bagi sebesar-besar kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
Pasal 6.
(1). Untuk
kepentingan
pertahanan
dan
keamanan
negara
serta
30
Hasil Kajian:
perundang-undangan
nasional
yang
berlaku
dan
hukum
internasional.
Catatan : yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di sini, antara lain : UULH, UU tentang konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Hasil Kajian:
31
Republik
Indonesia
yang
ber
Wawasan
Nusantara
dalam
32
Pasal 19.
(1). Dalam menerbitkan izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib
diperhatikan :
a. Rencana tata ruang.
b. Pendapat masyarakat,
c. Pertimbangan dan rekomendasi pejabat yang berwenang yang
berkaitan dengan usaha dan atau kegiatan tersebut.
(2). Keputusan izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib diumumkan.
Penjelasannya
Pengumuman
izin
melakukan
usaha
dan
atau
kegiatan
merupakan
yang
belum
menggunakan
kesempatan
dalam
prosedur
Pengaruh
ilmu
lingkungan
termasuk
pengaturannya,
peraturan perundang-
33
khusus
adalah
bagian
wilayah
dalam
Provinsi
dan
atau
yaitu
bagian-bagian
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangannya Pemerintah.
(2). Dalam
menyelenggarakan
kepentingan
nasional,
kesejahteraan
masyarakat,
34
administrasi
penanaman
modal
termasuk
lintas
kabupaten/kota;
o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat
dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.
35
Pasal 14.
(1). Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
kabupaten/kota, merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikan;
g. Penanggulangan masalah sosial;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanhan;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.
(2). Urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi
urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Penjelasannya.
Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan yang secara nyata ada dalam
ketentuan ini sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi yang dimiliki
antara lain pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan
dan pariwisata.
36
Pasal 21.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak :
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan.
Pasal 22.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban :
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan
nasional, serta keutuhan NKRI;
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak;
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. menyuusn perencanaan dan tata ruang daerah;
j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. melestarikan lingkungan hidup;
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya, dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
37
Pasal 189.
Proses penetapan rancangan Perda yang berkaitan dengan pajak daerah,
retribusi daerah, dan tata ruang daerah menjadi Perda, berlaku Pasal 185
dan Pasal 186, dengan ketentuan untuk pajak daerah dan retribusi daerah
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan, dan untuk tata
ruang daerah dikoordinasikan dengan Menteri yang membidangi urusan
tata ruang.
Pasal 196.
(1). Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas
daerah dikelola bersama oleh daerah nterkait.
(2). Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik
secara
bersama
dengan
daerah
sekitarnya
untuk
kepentingan
masyarakat.
(3). Untuk pengelolaan kerja sama sebagimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) daerah membentuk badan kerja sama.
(4). Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut
dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.
Penjelasannya.
Yang dimaksud dengan dapat dilaksanakan oleh Pemerintah, dalam
ketentuan ini didahului dengan upaya fasilitasi oleh Pemerintah.
Pasal 199.
(1). Kawasan perkotaan dapat berbentuk :
a. Kota sebagai daerah otonom;
b. Bagian daerah kabupaten yang memiliki cirri perkotaan;
c. Bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan
memiliki cirri perkotaan.
(2). Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikelola oleh pemerintah kota.
38
sebagai
tempat
permukiman
perdesaan,
pelayanan
jasa
perkotaan,
pemerintah
daerah
mengikut
sertakan
39
hasil nabati beserta turunannya seperti kayu, bambu, rotan, rumputrumputan, jamur-jamur, tanaman obat, getah-getahan, dan lain-lain,
serta bagian dari tumbuh-tumbuhan atau yang dihasilkan oleh tumbuhtumbuhan di dalam hutan;
b.
c.
d.
jasa yang diperoleh dari hutan antara lain berupa jasa wisata, jasa
keindahan dan keunikan, jasa perburuan, dan lain-lain;
e.
hasil produksi yang langsung diperoleh dari hasil pengolahan bahanbahan mentah yang berasal dari hutan, yang merupakan produksi
40
primer antara lain berupa kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, dan
pulp.
Benda-benda tambang yang berada di hutan juga dikuasai oleh negara,
tetapi tidak diatur dalam undang-undang ini, namun pemanfaatannya
mengikuti peraturan yang berlaku dengan tetap memperhatikan undangundang ini.
Pengertian dikuasai bukan berarti dimiliki, melainkan suatu pengertian
yang mengandung kewajiban-kewajiban dan wewenang-wewenang dalam
bidang hukum publik sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (2) undangundang ini.
Pasal 4.
(2). Penguasaan hutan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberi wewenang kepada pemerintah untuk:
a. mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan;
b. menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau
kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan; dan
c. mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orng
dengan
hutan,
serta
mengatur
perbuatan-perbuatan
hukum
mengenai kehutanan.
Penjelasannya.
Pelaksanaan kewenangan pemerintah yang menyangkut hal-hal yang
bersifat
sangat
penting,
strategis,
serta
berdampak
nasional
dan
41
Penjelasannya
Yang dimaksud dengan fungsi pokok hutan adalah fungsi utama yang
diemban oleh suatu hutan.
Pasal 9.
(1). Untuk kepentingan pengaturan iklim mikro, estetika, dan resapan air,
di setiap kota ditetapkan kawasan tertentu sebagai hutan kota.
Penjelasannya
Hutan kota dapat berada pada tanah negara maupun tanah hak di wilayah
perkotaan dengan luasan yang cukup dalam suatu hamparan lahan.
Wilayah perkotaan merupakan kumpulan pusat-pusat permukiman yang
berperan di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional
sebagai simpul jasa atau suatu bentuk ciri kehidupan kota. Dengan demikian
wilayah perkotaan tidak selalu sama dengan wilayah administratif
pemerintahan kota.
Pasal 15.
(1). Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14
dilakukan melalui proses sebagai berikut:
a. penunjukan kawasan hutan;
b. penataan batas kawasan hutan;
c. pemetaan kawasan hutan; dan
d. penetapan kawasan hutan.
Penjelasannya
Penunjukan kawasan hutan adalah kegiatan persiapan pengukuhan kawasan
hutan, antara lain berupa:
a. pembuatan peta penunjukan yang bersifat arahan tentang batas luar;
b. pemancangan batas sementara yang dilengkapi dengan lorong-lorong
batas;
c. pembuatan parit batas pada lokasi rawan; dan
42
d. pengumuman tentang rencana batas kawasan hutan, terutama di lokasilokasi yang berbatasan dengan tanah hak.
(2). Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah.
Pasal 66.
(1). Dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan
sebagian lewenangan kepada pemerintah daerah.
Hasil Kajian:
termasuk
didalamnya
diatur
mengenai
perencanaan,
15).
43
Pasal 20.
(1). Pembinaan
kemampuan
pertahanan
negara
ditujukan
untuk
44
Penjelasannya
Yang dimaksud dengan prinsip berkelanjutan adalah pendayagunaan sumber
daya alam dan buatan yang diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
dan dapat dimanfaatkan sebagai penunjang kebutuhan jangka panjang.
Yang dimaksud dengan prinsip keragaman adalah pendayagunaan sumber
daya alam dan buatan melalui penganekaragaman untuk menghindari
ketergantungan.
Yang dimaksud dengan prinsip produktifitas adalah pendayagunaan sumber
daya alam dan buatan dengan pemanfaatan secara optimal.
Pasal 22.
(1). Wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan
pertahanan dengan memperhatikan hak masyarakat dan peraturan
perundang-undangan.
(2). Wilayah yang digunakan sebagai instalasi militer dan latihan militer
yang
strategis
dan
permanen
ditetapkan
dengan
peraturan
pemerintah.
Hasil Kajian :
16). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, antara
lain menetapkan :
Pasal 1.
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :
Pengelolaan
sumber
melaksanakan,
konservasi
daya
memantau
air
dan
adalah
upaya
mengevaluasi
merencanakan,
penyelenggaraan
45
Pasal 26.
(1). Pendayagunaan
penatagunaan,
sumber
daya
penyediaan,
air
dilakukan
penggunaan,
melalui
kegiatan
pengembangan
dan
46
peran
masyarakat
sekitar
dan
pihak
lain
yang
berkepentingan;
f. memperhatikan fungsi kawasan.
Pasal 34.
(1) Pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
ayat
(1)
pada
wilayah
sungai
ditujukan
untuk
peningkatan
ketenagaan,
perhubungan
dan
untuk
berbagai
keperluan lainnya.
47
Penjelasannya
Yang dimaksud dengan pengembangan termasuk kegiatan pelaksanaan
konstruksi
(3) Pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air dan
rencana
tata
ruang
wilayah
yang
telah
ditetapkan
denagn
mempertimbangkan:
a. daya dukung sumber daya air;
b. kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat;
Penjelasannya
Kekhasan daerah adalah sifat khusus tertentu yang hanya ditemukan di suatu
daerah, bersifat positif dan produktif serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
Contoh:
menjadi
masukan
rencana
tata
ruang
wilayah
48
kabupaten/kota
menjadi
masukan
rencana
tata
ruang
wilayah
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
dan
Rencana
Pengelolaan
49
3.2.
Peraturan Pemerintah.
(2)
50
Pasal 4
(1). Pelaksanaan
hak
masyarakat
dalam
menikmati
manfaat
ruang
rencana
tata
ruang
diselenggarakan
dengan
cara
(2)
Pasal 6
Dalam kegitan penataan ruang masyarakat wajib untuk:
a.
b.
Pasal 7
Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan
51
berbagai
potensi
dan
masalah
pembangunan,
peemikiran
atau
pertimbangan
berkenaan
dengan
52
berbagai
potensi
dan
masalah
pembangunan,
53
dan
kawasan
yang
meliputi
lebih
dari
satu
wilayah
termasuk
pemberian
informasi
atau
laporan
pelaksanaan
54
Pasal 15
Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II dapat berbentuk:
a. pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah
yang akan dicapai;
b. pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk
bantuan untuk memperjelas
strategi
pelaksanaan
pemanfaatan
ruang
wilayah
serta
masyarakat
dalam
pemanfaatan
ruang
wilayah
55
terhadap
pemanfaatan
ruang
wilayah
56
terhadap
pemanfaatan
ruang
kawasan
di
wilayah
(2)
57
Pasal 22
(1)
termasuk
kawasan
tertentu
dilakukan
sesuai
dengan
Pasal 23
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Nasional termasuk kawasan tertentu disampaikan secara lisan atau tertulis
kepada Menteri.
Pasal 24
(1) Tata Cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata
ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan,
pendapat, tanggapan, keberatan, masukan terhadap informasi tentang
arah pengembangan, potensi dan masalah, serta rancangan Rencana
Tata Ruang wilayah Propinsi Daerah Tingkat I.
(2) Penyampaian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan
atau masukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
lisan atau tertulis kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta masyarakat
dalam proses perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur oleh Menteri Dalam Negeri.
Pasal 25
(1)
Daerah
Tingkat
dilakukan
sesuai
dengan
peraturan
58
Pasal 26
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I disampaikan secara lisan atau tertulis kepada
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan pejabat yang berwenang.
Pasal 27
(1)
(2)
(3)
Pasal 28
(1)
(2)
59
(3)
Pasal 29
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten/Kotamadya
Daerah
Tingkat
II
dan
kawasan
di
dari
mulai
tingkat
desa
ke
kecamatan
kepada
(2)
(3)
sebagaimana
menyelenggarakan
mengembangkan
dimaksud
pembinaan
kesadaran,
dalam
untuk
ayat
(2),
Pemerintah
menumbuhkan
memberdayakan
dan
serta
meningkatkan
dan
menyelenggarakan
penyuluhan,
bimbingan,
60
Masyarakat harus sudah mulai dilibatkan dalam penataan ruang mulai dari
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
61
Pasal 14.
(1). Kerangka acuan sebagai dasar pembuatan analisis dampak lingkungan
hidup disusun oleh pemrakarsa.
Penjelasannya
Kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan hidup
merupakan pegangan yang diperlukan dalam penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup. Berdasarkan hasil pelingkupan yaitu proses
pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan dengan dampak besar
dan penting, kerangka acuan terutama memuat komponen-komponen aspek
usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap
lingkungan
hidup,
serta
komponen-komponen
parameter
dimaksud
pada
ayat
(2)
apabila
rencana
lokasi
62
63
Penjelasannya
Penggunaan, penguasaan, dan pemilikan tanah perkotaan perlu dibakukan
melalui
penerapan
pemanfaatan
lingkungan
persyaratan
ruang,
dan
untuk
untuk
pembakuan
menghemat
mencegah
dan
dalam
penggunaan
penetapan
investasi
di
bawah
pola
prasarana
standar
ataumelampaui standar.
Angka 13.
Konsolidasi tanah permukiman adalah upaya penataan kembali penguasaan,
penggunaan dan pemilikan tanah oleh masyarakat pemilik melalui usaha
bersama untuk membangun Lisiba dan penyediaan kaveling tanah matang
sesuai dengan rencana tata ruang yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Penjelasannya
Pembangunan Lisiba yang dilakukan sendiri oleh masyarakat pemilik tanah
melalui konsolidasi tanah dapat dilaksanakan dengan dana yang lebih kecil
dari yang dilakukan oleh badan usaha dibidang pembangunan perumahan
dan permukiman.
Penyelenggaraannya dilakukan oleh usaha bersama masyarakat secara
swadaya dengan bimbingan dan bantuan pemerintah daerah serta dapat
melibatkan kelompok profesi dan kelompok minat di dalam masyarakat
dibidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Pasal 2
(1). Pengelolaan Kasiba bertujuan agar tersedia 1 (satu) atau lebih Lisiba
yang telah dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungnan, serta memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan
prasarana, saran lingkungan dan utilitas umum untuk pembangunan
perumahan dan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.
(2). Pengelolaan Lisiba bagian dari Kasiba atau Lisiba yang berdiri sendiri
bertujuan agar tersedia kaveling tanah matang beserta rumah dengan
64
65
rangka
konsolidasi
tanah
dilakukan
penataan
kembali
66
Penjelasannya.
Penysusunan rencana teknik ruang dilakukan oleh penyelenggara.
Pasal 32.
(2). Penyelenggara Lisiba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
wajib menyusun rencana teknik ruang, tahapan pembangunan fisik dan
jadwal kerja serta diajukan kepada Badan Pengelola.
Penjelasannya.
Rencana teknik ruang utamanya berisikan rumusan tata letak bangunan
termasuk rencana hubungan antar bangunan dalam blok peruntukan, yang
disajikan dalam peta berskala sekurang-kurangnya 1 : 2.000.
(3). Rencana-rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipergunakan
sebagai acuan untuk kegiatan pematangan tanah serta pembangunan
perumahan dan permukiman yang meliputi prasarana lingkungan,
sarana lingkungan, utilitas umum dan rumah yang berkualitas dalam
rangka memenuhi persyaratan teknik, ekologis dan administrasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 44.
(2). Penyelenggara wajib menyusun dan bertanggung jawab atas rencana
teknik ruang dan tahapan perolehan tanah, tahapan pembangunan fisik
dan jadwal kerja serta diajukan kepada Kepala Daerah.
(3). Rencana-rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
sebagai acuan untuk kegiatan pematangan tanah serta pembangunan
perumahan dan permukiman yang meliputi prasarana lingkungan,
sarana lingkungan, utilitas umum dan rumah yang berkualitas dalam
rangka memenuhi persyaratan teknis, ekologis, dan administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
67
Hasil Kajian :
Pemberian ijin lokasi untuk Kawasan siap bangun dan Lingkungan siap
bangun diberikan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah provinsi,
kabupaten/kota.
4). Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah
Pasal 3 :
Penatagunaan tanah bertujuan untuk :
a. Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi
berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah;
b. Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan
memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum
dengan tanah sesuai dengan RTRW yang telah ditetapkan.
Pasal 4 :
(1) Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah
yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah.
(2) Penatagunaan
tanah
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
pada
ayat
(1)
tanah
sebagaimana
dimaksud
dimaksud
standar
dan
pada
ayat
kriteria
(1)
teknis
ditentukan
yang
berdasarkan
ditetapkan
oleh
Pemerintah.
68
(4). Penggunaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak
sesuai dengan RTRW, tidak dapat diperluas atau dikembangkan
penggunaannya.
(5). Pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak
sesuai dengan RTRW tidak dapat ditingkatkan pemanfaatannya.
Pasal 8 :
Pemegang atas tanah wajib menggunakan dan dapat memanfaatkan sesuai
RTRW, serta memelihara tanah dan mencegah kerusakan tanah.
Pasal 10 :
(2). Terhadap tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 setelah
penetapan RTRW, penyelesaian administrasi pertanahan dilaksanakan
apabila pemegang hak atas tanah atau kuasanya memenuhi syaratsyarat menggunakan dan memanfaatkan tanahnya sesuai dengan
RTRW.
Pasal 13 :
(1). Penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung dan kawasan
budidaya harus sesuai dengan fungsi kawasan dalam RTRW.
Pasal 16 :
Apabila terjadi perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah, maka penggunaan
dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 mengikuti
Rencana Tata Ruang Wilayah yang terakhir.
Pasal 20 :
Penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
disesuaikan
melalui
penyelenggaraan
penatagunaan tanah.
69
Hasil Kajian:
3.3.
Rancangan Undang-Undang
70
8). menggunakan
sebagai
dasar
dalam
penyusunan
perencanaan
pembangunan
9). memberikan insentif;
a. mendorong investasi
b. meningkatkan pendapatan (income net negara)
Sedangkan manfaat untuk pelaku bisnis sumber daya alam dengan
pendekatan bioregion ini adalah :
1). kepastian usaha
2). menghindari biaya tinggi (pungutan yang tidak jelas/ganda, konflik
sosial)
3). kejelasan ruang lingkup hak dan tanggung jawabnya
4). cadangan sumber daya alam untuk pemanfaatan/pemanenan di masa
yang akan datang.
Pasal 16.
(3). Setiap hak atas sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dibatasi oleh fungsi publik, rencana tata ruang, rencana
pengelolaan
71
72
keterpaduan
dan
koordinasi
antar
sektor
agraria.
c).
Pasal 5:
(1) Negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia diberi hak
untuk menguasai Sumber Daya Agraria dalam rangka mencapai
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(2) Hak menguasai Negara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
memberikan kewenangan untuk:
73
a). mengatur
dan
menyelenggarakan
pemanfaatan, persediaan
peruntukan
penggunaan
Agraria.
(3) Kewenangan yang bersumber dari Hak Menguasai Negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
(5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh instansi Pemerintah yang bertanggung jawab pada
masing-masing bidang
Rancangan
74
BAB IV
FAMILY TREE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG PENATAAN RUANG
Dalam rangka menyusun skala prioritas Peraturan Perundang-undangan Bidang
Penataan Ruang, perlu disusun terlebih dahulu family tree dari masing-masing
peraturan di Bidang Penataan Ruang, yaitu sebagai berikut :
75
4.1. Family Tree Undang-undang Nomor. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang
UndangUndang
Rancangan
Peraturan
Pemerintah
RPP tentang Tata Guna
Udara
( pasal 16 )
Raperpres
Rapermen tentang
Penetapan NSPM
1.
Diluar kewenangan
Dep. P.U
4
5
6
7
8
Keterangan
76
Usulan TA 2005
Petunjuk
Pelaksanaan
Kawasan Kota Tepi air
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
1
RPP tentang Kriteria dan
Tatacara
Peninjauan
Kembali Rencana Tata
Ruang
(pasal 13)
2
3
4
77
Penataan
Usulan TA 2005
Undang-Undang
Nomor 24 Tahun
1992
1
2
3
4
Pedoman
Penyusunan
Penataan
Ruang Lautan
(pasal 1 ayat 5)
Standar
Pemanfaatan
dan
Perlindungan Air Pada Kawasan
Lindung
(pasal 18)
Standar
Pemanfaatan
dan
Perlindungan Air Pada Kawasan
Budidaya (pasal 18)
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
Kepmen No.327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002
78
Draft TA 2002
Draft TA 2002
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
79
Draft TA 2001
Usulan TA 203
Draft TA 2002
Draft TA 2001
Draft TA 2001
Draft TA 2001
18
19
20
1
PP Nomor 69 Tahun
1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk
dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang
( pasal 12 )
PP Nomor 10 Tahun
2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang
( pasal 19 )
3
4
Pedoman
Pengembangan
dan
Pemanfaatan
Database
Penataan
Ruang untuk Keterpaduan Program
Kimpraswil ( pasal 30 ayat 1 )
Petunjuk Teknis Menggunakan PP 10/
2000
Usulan TA 2003
Usulan TA 2004
Draft TA 2002
Draft TA 2002
Draft TA 2002
Draft TA 2002
Draft TA 2002
80
81
BAB V
PENYUSUNAN KRITERIA DAN DAFTAR SKALA
PRIORITAS PERATURAN PELAKSANAAN
BIDANG PENATAAN RUANG
5.1. Fungsi Hukum Dalam Pembangunan
Untuk membantu memahami pengaruh undang-undang terhadap lembagapola
perilaku
berulang
yang
mempengaruhi
atau
membentuk
proses
pembangunan- bagian ini akan menganalisa (a) sifat menyeluruh dari undangundang sebagai gambaran kebijakan, dan (b) undang-undang sebagai penyebab
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh negara.
a.
kebijakan
itu
menjadi
peraturan-peraturan
hanya
akan
memiliki
satu
pilihan,
yang
harus
melaksanakan
82
Terkadang para
yang
serta
diharapkan
berbagai
mampu
kepentingan
menjawab
yang
bukan
berbagai
saja
perilaku
berlaku
bagi
undang-undang
pemerintahan.
pemerintah
tidak
dapat
menjalankan
roda
(Sebaliknya,
relatif kecil- yang terdiri dari parlemen, kabinet, junta militer- yang
memutuskan apa, siapa dan perilaku bagaimanakah yang harus dirubah atau
diatur.
Hal ini
83
seharusnya dilakukan.
Untuk mengubah pola yang berulang, pemerintah hanya dapat menetapkan
sasaran utama dari perilaku yang diinginkan hukum. Pada saat yang bersamaan,
pemerintah menggambarkan bahwa perilaku pejabat diharapkan akan menjadi
semacam tolak ukur dari perilaku tersebut. Dalam menilai proses pembangunan,
sejumlah kecil pejabat dalam suatu pemerintahan modern tidak punya pilihan
lain kecuali mencoba menggunakan peraturan peraturan dalam upaya mengubah
perilaku sekian banyak rakyat khususnya perilaku para pejabat itu sendiri.
Dengan demikian sistem hukum berfungsi sebagai penghubung
antara
dalam bentuk undang-undang, maka baik pihak yang diperintah maupun para
84
Pernyataan
undangnan yang sah dari pejabat dan warga negara, maka diharapkan akan
mampu mempengaruhi para pelaku untuk mengubah perilaku bertentangan yang
dapat menghambat jalannya proses pembangunan.
b. Hukum sebagai langkah penting bagi negara dalam upaya perubahan
perilaku.
Sudah terbukti bahwa suatu undang-undang atau bentuk peraturan lain
tidak dengan sendirinya merupakan unsur satu-satunya bagi perubahan yang
independen dan efektif untuk perilaku.
85
merupakan sesuatu
membayar
pajak
semata-mata
karena
suatu
undang-undang
mewajibkan mereka untuk membayarnya; oleh sebab itu bila tidak ada undangundang pajak pendapatan maka tentu saja tidak akan ada yang membayar pajak
tersebut.
Sebagaimana halnya dibidang lain dalam pembangunan, undang-undang
berfungsi untuk : mengatur hak dan kewajiban; mengatur penyelesaian
perselisihan; menetapkan nilai-nilai yang dianggap baik oleh pemerintah atau
masyarakat; secara simbolis, mengatur tentang apa dan siapa yang berwenang
dalam masyarakat.
prioritas
mempertimbangkan
akibat
serta
manfaat
ekonomi
dan
sosial
akan tetapi sumber daya fisik dan manusia juga, yang akan menjadi komitmen
pemerintah dalam pelaksanaannya. Usulan proyek perundang- undangan yang
bersaing untuk diprioritaskan harus dilengkapi dengan keempat jenis keterangan
berikut ini 1 :
(1)
Ann Seidman, et.al. Penyusunan Rancangan Undang-Undang Dalam Perubahan Masyarakat Yang
Demokratis: Sebuah Panduan Untuk Pembuat Rancangan Undang-Undang, ELIPS II, 2001, hal. 72.
86
(2)
(3)
(4)
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang perlu dikaji sebelum melakukan
suatu keputusan mengenai prioritasi undang-undang yang akan dibentuk.
1.
Di negara-
Alokasi
sumber daya yang tidak berfungsi umumnya mencerminkan cara lembagalembaga yang ada dalam hal pendistribusian barang dan jasa. Sistem hukum
akan mampu mengurangi kemiskinan dan ketidakberdayaan hanya dengan
mengubah pola perilaku lembaga-lembaga yang ada.
Bagaimana seharusnya penyusun undang-undang menilai keseluruhan
rangkaian dari lembaga-lembaga yang ada, hasil produksi nasional, pendapatan
nasional serta pendistribusiannya? Untuk maksud tersebut, para penyusun
undang-undang dan para pembuat rancangan yang akan membantu mereka
harus mengetahui paling tidak pengetahuan dasar ekonomi.
2
Bagian (a)
Ibid, hal.73.
87
Dan (b)
Pada pendekatan lain, para analis yang lebih skeptis mengusulkan agar
memprioritaskan undang-undang yang lebih memungkinkan para investor asing
membawa manfaat-manfaat tertentu.
Para pejabat kementrian biasanya menyerahkan usulan rancangan undangundang baru dengan melampirkan beberapa keterangan tentang kebijakan
kementrian tersebut untuk memperbaiki masalah utama. Bahkan, pada tahap
awal ini, para pejabat harus memberikan kepada para penentu prioritas
sebanyak mungkin informasi tentang pengaruh sosial dari usulan rancangan
3
88
undang-undang
mereka.
Sekurang-kurangnya,
informasi
tersebut
harus
menyatakan siapa yang kemungkinan akan mendapatkan manfaat dan siapa yang
akan mengalami kerugian karena rancangan undang-undang yang disulkan
tersebut, biaya yang harus ditanggung oleh pemerintah, dan konsekuensinya bagi
pemerintahan yang baik. Beberapa yang perlu diingat adalah (a) mustahil
menemukan program undang-undang yang cocok untuk menjawab semua
masalah,
dan
diprioritaskan.
(b)
klaim
bahwa
undang-undang
dunia
usaha
harus
Ibid., hal.86
89
5.3.
Ruang ini didasarkan atas beberapa pertimbangan atau alasan sebagai berikut :
a. Alasan Yuridis
1. Suatu Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari UndangUndang menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan
ditetapkan
Peraturan
paling
lambat
Perundang-Undangan,
2
tahun
setelah
harus
sudah
Undang-Undang
diundangkan.
2. Beberapa Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari UndangUndang Nomor 24 Tahun 1992, yaitu RPP tentang Penataan
Kawasan Perkotaan, RPP tentang Penataan Kawasan Perdesaan,
RPP tentang Penataan Kawasan Tertentu dan RPP tentang Kriteria
dan Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang, sampai
saat ini belum ditetapkan.
b. Alasan Sosiologis
1. Suatu peraturan perundang-undangan ditetapkan dengan tujuan
untuk mengatur kehidupan sosial masyarakat yang kondusif.
2. Melalui Peraturan Penataan Ruang diharapkan tercipta persebaran
kawasan-kawasan ekonomi prospektif dan menciptakan iklim usaha
yang kondusif.
3. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan menjamin adanya
kepastian hukum, keadilan dan kedamaian dalam kehidupan
masyarakat.
4. Peraturan
perundang-undangan
yang
ditetapkan
dapat
90
Berdasarkan hasil analisis yang meliputi (1) alasan yuridis, (2) alasan sosiologis,
(3) alasan sumber daya yang tersedia dan (4) alasan berdasarkan aspek penataan
ruang, maka penyusunan prioritas peraturan perundang-undangan sebagai
berikut:
1. Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang Lautan di Luar
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota, dan Rancangan Undang-Undang
tentang Penataan Ruang Udara di Luar Wilayah Provinsi, Kabupaten dan
Kota.
2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Kawasan
Perdesaan dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang
Kawasan Perkotaan.
3. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Kawasan
Tertentu.
4. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kriteria dan Tata Cara
91
Peraturan
Presiden
tentang
Penataan
Ruang
Kawasan
Tertentu.
6. Rancangan Peraturan Menteri tentang Pemberlakuan NSPM
92
Tabel 5.1
RENCANA TINDAK PENYUSUNAN NSPM BIDANG PENATAAN RUANG
TAHUN 2006 -2010
NO
T AHUN
KEG IAT AN
2006
PERENCANAAN T AT A RUANG
Nasional
-
Propinsi
-
Kabupaten
-
Kota
1.
Pedom an Pengem bangan Sistem Inform asi Kawasan Perkotaan (UDM IS)
Pedom an Penyusunan Program Terpadu Pengem bangan Perm ukim an dan Prasarana W ilayah
Pedom an Penataan W ilayah Daerah Tangkapan Air Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
93
2007
2008
2009
2010
NO
KEGIATAN
TAHUN
2006
2007
2008
2009
PEMANFAATAN RUANG
Nasional
-
Propinsi
-
Kabupaten
-
Kota
1.
2.
3.
Perdesaan/Kawasan/Lintas Wilayah/Sektor
1
94
2010
NO
TAHUN
KEGIATAN
2006
Perdesaan/Kawasan/Lintas Wilayah/Sektor
1.
95
2007
2008
2009
2010
BAB VI
POKOK-POKOK MATERI MUATAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN BERDASARKAN PRIORITAS
6.1.
Rancangan Undang-Undang:
96
97
6.3.
98
BAB VII
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
99
7.1.
Kesimpulan
1). Undang-Undang
Penataan
Ruang
belum
dapat
dilaksanakan
Pemanfaatan
Ruang
belum
dapat
dilaksanakan
( Penegakan
Hukum ).
3). Prioritas peraturan perundang-undangan yang harus disusun adalah :
Rancangan Undang-Undang tentang Penataan Ruang Lautan di Luar
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota, dan Rancangan UndangUndang tentang Penataan Ruang Udara di Luar Wilayah Provinsi,
Kabupaten dan Kota, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Penataan Ruang Kawasan Perdesaan dan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Penataan Ruang Kawasan Perkotaan, Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Penataan Ruang Kawasan Tertentu,
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kriteria dan Tata Cara
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang, Rancangan Peraturan
Presiden tentang Penataan Ruang Kawasan Tertentu dan Rancangan
Peraturan Menteri tentang Pemberlakuan NSPM
7.2.
Rekomendasi
1). Pengembangan pelaksanaan perundang-undangan bidang penataan
ruang semestinya berpegang kepada rencana induk yang telah
tersusun.
100
101