Dampak Penting
Dampak Penting
Bab-
Pada uraian Bab V Prakiraan Dampak Penting, telah dijelaskan dampak-dampak yang
mungkin terjadi akibat adanya pengembangan lapangan PPGM, baik bagian hulu maupun
bagian hilir di wilayah Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Masing-masing dampak
dimungkinkan terjadi pada ke-4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu tahap prakonstruksi, tahap
konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi terhadap komponen lingkungan geofisikkimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat.
VI-1
PT PERTAMINA EP -PPGM
Di dalam KA-ANDAL telah disampaikan cara pengambilan keputusan suatu dampak lingkungan
mana yang dikelola dan yang tidak dikelola melalui evaluasi dampak penting. Penetapan
pengambilan keputusan tersebut menggunakan parameter besaran dampak dan tingkat
kepentingan dampak hasil prakiraan dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 79 Tahun 1999. Adapun kriteria pengambilan keputusan untuk menetapkan suatu dampak
harus dikelola atau tidak dikelola disajikan berikut ini.
Keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang
termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) atau tidak dikelola (TPK) ditetapkan
berdasarkan tiga kriteria sederhana berikut:
a) Pada parameter lingkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat
kepentingan dampaknya (P) 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan
menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi
baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting
yang dikelola (PK).
b) Pada parameter lingkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: apabila (P) 3
dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk
kategori dampak penting yang dikelola (PK).
c) Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak
dikelola (TPK).
Berdasarkan pada kriteria tersebut, Tabel 6.1 menyajikan rekapitulasi besaran dampak dan
tingkat kepentingan dampak, serta keputusan dampak-dampak apa saja yang dikelola dan yang
tidak dikelola. Dampak-dampak lingkungan yang dikelola ditandai dengan singkatan PK
(Penting dan Dikelola), sedangkan yang tidak dikelola dibri kode TPK (Dampak Tidak
Penting dan Tidak Dikelola). Berikut ini disajikan dampak penting dari berbagai kegiatan
baik yang ada di bagian hulu maupun di bagian hilir.
6.1.
Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek
Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan
pada Tabel 6.1.
VI-2
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.1. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Sifat Kepentingan Dampak
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok Bagian Hulu
di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
Tahap
Kegiatan
PRA
SOSIAL
KONSTRUKSI
Perubahan pola kepemilikan
lahan
Gangguan proses sosial
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Jumlah P
% Bobot
66,67
PK
1.
2.
1.
2.
2
1
2
1
4
2
4
2
66,67
33,33
66,67
33,33
PK
TPK
PK
TPK
50,00
PK
1
2
1
1
1
1
1
2
3
2
2
2
16,67
33,33
50,00
33,33
33,33
33,33
TPK
PK
TPK
TPK
TPK
TPK
1
2
1
1
1
2
2
1
4
3
1
2
4
3
16,67
66,67
50,00
16,67
33,33
66,67
50,00
TPK
PK
TPK
TPK
TPK
PK
PK
Sumber Dampak
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
Penurunan kualitas udara ambien
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1)
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2)
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
2. Pembukaan dan pematangan lahan
3. Kegiatan konstruksi fasilitas produksi BS dan GPF
Terjadi kebisingan
4. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-1)
5. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-2)
6. Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas (alt-3)
Terjadi erosi tanah
Pembukaan dan pematangan lahan
Gangguan sistem irigasi dan
Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas
drainase
VI-3
PT PERTAMINA EP -PPGM
Jumlah P
% Bobot
50,00
PK
1
2
2
2
3
2
33,33
50,00
33,33
TPK
PK
PK
66,67
PK
3
2
3
6
50,00
100,00
PK
PK
50,00
PK
2
1
2
2
3
1
1
1
4
2
3
3
5
3
3
4
66,67
33,33
50,00
50,00
83,33
50,00
50,00
66,67
PK
TPK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
Sumber Dampak
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
VI-4
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PT PERTAMINA EP -PPGM
KONSTRUKSI SOSIAL
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Sumber Dampak
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
(alt -1)
(alt -2)
(alt -3)
(alt-1)
(alt-2)
(alt-3)
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Jumlah P
% Bobot
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
+1
1
1
0
1
1
2
2
2
3
3
16,67
33,33
16,67
16,67
16,67
33,33
33,33
33,33
50,00
50,00
TPK
TPK
TKP
TKP
TKP
TPK
TPK
TPK
TPK
TPK
2
2
2
2
2
4
4
4
4
3
66,67
66,67
66,67
66,67
50,00
PK
PK
PK
PK
PK
2
1
1
1
4
0
0
0
2
66,67
00,00
00,00
00,00
33,33
PK
TPK
TPK
TPK
TPK
2
2
1
3
3
0
50,00
50,00
00,00
PK
PK
TPK
VI-5
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan 1. Pemboran sumur pengembangan
kelimpahan biota air tawar
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi (BS dan GPF)
SOSIAL
Perubahan kependudukan
Penerimaan tenaga kerja
PeningkatanpPendapatan
1. Penerimaan tenaga kerja
masyarakat
2. Pemboran sumur pengembangan
3. Operasi produksi gas di GPF
Adanya kesempatan berusaha
1. Pemboran sumur pengembangan
2. Kegiatan operasi fasilitas produksi gas (GPF)
Gangguan proses sosial
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF
Munculnya pelapisan sosial
Operasi produksi di GPF
Perubahan sikap dan persepsi
1. Penerimaan tenaga kerja
masyarakat
2. Kegiatan operasi produksi gas di GPF
3. Penyaluran gas melalui pipa
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Jumlah P
% Bobot
2
2
1
2
2
1
1
2
1
3
1
3
4
1
1
4
16,67
50,00
16,67
50,00
66,67
16,67
16,67
66,67
TKP
PK
TPK
PK
PK
TPK
TPK
PK
100,00
PK
1
1
4
4
66,67
66,67
PK
PK
1
+1
+1
+1
+2
+2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
5
5
4
4
4
4
4
2
16,67
33,33
33,33
33,33
83,33
83,33
66,67
66,67
66,67
66,67
66,67
33,33
TPK
TPK
TPK
TPK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
TPK
VI-6
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PT PERTAMINA EP -PPGM
Jumlah P
% Bobot
16,67
TPK
66,67
PK
66,67
PK
+1
16,67
TPK
+2
+1
+2
2
2
3
33,33
33,33
50,00
TPK
TPK
PK
83,33
PK
Revegetasi
2
2
+2
66,67
PK
Revegetasi
+2
66,67
PK
33,33
TPK
1
1
2
1
1
3
16,67
16,67
50,00
TPK
TPK
PK
Tingkat Kepentingan
Dampak
Besaran
Dampak
(+/)
Sumber Dampak
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
GEOFISIK KIMIA
Peningkatan kualitas udara
ambien
Penurunan tingkat kebisingan
Peningkatan kualitas air laut
Gangguan keselamatan
berlalulintas
Kerusakan jalan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman
dan kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman
dan kemelimpahan satwa
SOSIAL
Penurunan pendapatan
masyarakat
Hilangnya kesempatan usaha
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
VI-7
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-8
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-9
PT PERTAMINA EP -PPGM
alternatif-1 melewati SM Bakiriang yang kondisi faktual saat ini telah digarap masyarakat untuk
kebun campuran dan kelapa sawit, dan sebagian kecil lainnya merupakan hutan sekunder yang
ditumbuhi sisa-sisa pohon alam. Lahan hutan SM Bakiriang ini dipertahankan sebagai habitat
burung Maleo, namun kondisinya makin memprihatinkan karena jenis pepohonan alam yang
menjadi sumber makanan burung Maleo semakin berkurang karena oleh masyarakat digantikan
dengan jenis pepohonan budidaya untuk perkebunan seperti karet, kakao dan bahkan untuk
perkebunan sawit oleh perusahaan swasta. Jadi kegiatan pemasangan pipa jalur alternatif-1
dan alternatif-2 secara emperik tidak akan mengurangi komunitas vegetasi alam secara
signifikan dan pemasangan pipa dalam tanah juga tidak akan mempengaruhi jalur migrasi
burung Maleo ke pantai untuk bertelur, karena migrasinya dilakukan dengan terbang dari dalam
kawasan hutan di bagian utara menuju pantai yang berada di bagian selatan. Walaupun
demikian beberapa jenis hewan dilindungi di SM Bakiriang yang masih dijumpai antara lain babi
rusa dan burung rangkong, maka keberadaannya di sekitar lokasi proyek perlu mendapat
perhatian. Beberapa jenis satwa sensitif dan bersifat shy, sehingga menjauhi keramaian
misalnya lalulalang kendaraan untuk konstruksi, sedangkan jenis-jenis toleran akan bertahan di
sekitar proyek. Jalan inspeksi untuk pemeriksaan sarana pipa sering digunakan oleh masyarakat
(walaupun ilegal) untuk jalan dan lebih-lebih di lokasi pengembangan lapangan dan konstruksi
BS Sukamaju yang berbatasan langsung dengan SM Bakiriang akan memicu kegiatan penduduk
di sekitar hutan atau bahkan masuk dalam hutan dan pemburu juga menggunakan jalan itu
untuk memasuki hutan yang dapat mempercepat pengurangan satwa di SM Bakiriang.
Sementara itu pemasangan pipa jalur alternatif 3 yang dilakukan melalui pantai akan
mempengaruhi keberadaan dan kelestarian burung Maleo. Jenis burung yang dilindungi ini
melakukan migrasi dari SM Bakiriang ke pantai untuk bertelur, sehingga kegiatan ini dapat
mengganggu kehidupan burung Maleo. Pemasangan jalur pipa alternatif-3 ini juga akan
menyebabkan kerusakan terumbu karang di perairan tersebut.
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material sebagian besar bebannya dirasakan bagi lingkungan
di sekitar lokasi pengembangan. Kegiatan mobilisasi material dan pekerja dari pelabuhan atau
lokasi tempat hunian sementara pekerja ke lokasi kerja sebagian besar akan menggunakan ruas
jalan Provinsi dan di pola konsentrasi pemukiman di Kabupaten Banggai memanjang di kanan
kiri jalan raya itu, akan menganggu lalulintas warga dan juga menyebabkan penurunan kualitas
udara akibat meningkatnya konsentrasi debu. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya persepsi
negatif masyarakat terhadap PPGM, karena kenyamanan mereka terganggu.
VI-10
PT PERTAMINA EP -PPGM
Di sisi lain, kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan memberikan manfaat bagi
masyarakat karena terbukanya kesempatan kerja/berusaha, sehingga akan terjadi peningkatan
pendapatan bagi masyarakat yang dapat secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam
kegiatan tersebut. Namun demikian, tingkat pengangguran yang tinggi dan latar pendidikan
yang kurang sesuai menyebabkan tidak semua angkatan kerja dapat tertampung dalam
kegiatan tahap konstruksi sehingga menimbulkan kekecewaan bagi mereka yang berharap
dapat terlibat namun tidak tertampung. Kekecewaan ini akan menimbulkan sikap dan persepsi
negatif terhadap PPGM.
Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini akan mempengaruhi semua aspek lingkungan.
Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu seperti kadar debu di
lokasi-lokasi pemasangan pipa dan sarana produksi. Bila kegiatan ini berlangsung pada musim
hujan tentu hasil itu tidak akan terjadi, namun sebaliknya tingkat erosinya dan sedimentasi
meningkat. Sementara ini kegiatan land clearing, khususnya untuk BS di Sukamaju dan
pemasangan pipa jalur alternatif-1 dan alternatif-2 terjadi pada lahan yang terbatas, namun bila
tidak ditangani dengan baik dampaknya justru terjadi pada tahap selanjutnya karena akan
memicu kegiatan masyarakat untuk berusaha atau memanfaatkannya sehingga burung Maleo
akan menjadi terganggu dan akan menempati habitat lebih masuk ke dalam hutan. Pemasangan
pipa jalur alternatif-3 yaitu mengikuti jalur pantai SM Bakiriang menuju laut justru akan
menganggu ekosistem terumbu karang yang ada, dan pada kegiatan konstruksi disamping
mengakibatkan turunnya kualitas air laut, juga akan mengganggu lingkungan pantai yang
menjadi habitat bertelur burung Maleo. Apabila dibandingkan dengan jalur alternatif lain, jalur
pipa melalui pantai justru berdampak pada lingkungan biotik relatif lebih besar.
Tahap konstruksi ini tidak akan berpengaruh secara signifikan pada penurunan fungsi ekologis
lingkungan, karena area dampak yang terjadi relatif kecil dan lokasi kegiatan yang terpencarpencar. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang berharap terlalu
tinggi akan terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan tahap konstruksi
namun tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif terhadap keberadaan
PPGM, apabila dampak tidak ditangani dengan baik dampaknya akan berlanjut dan
mempengaruhi tahapan selanjutnya yaitu kegiatan-kegiatan pada tahap operasi.
VI-11
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-12
PT PERTAMINA EP -PPGM
mendapat kesempatan untuk bekerja/ atau mendapatkan kesempatan untuk berusaha. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan pada tahap operasi lebih dari 430 karyawan dan masa operasi
yang panjang yaitu lebih dari 20 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat
yang dapat terserap langsung (menjadi karyawan) atau melalui beberapa kontraktor yang
menjadi rekanan kerja atau mereka yang menangkap peluang usaha akibat keberadaan PPGM.
Dampak langsung akan dirasakan penduduk sekitar proyek yang mempunyai akses sebagai
buruh atau tenaga kerja tidak terampil pada setiap kegiatan proyek, sedangkan secara tidak
langsung adalah terciptanya sektor-sektor informal untuk penyediaan kebutuhan karyawan
perusahaan. Bila pendapatan karyawan mencukupi maka timbullah kegiatan ekonomi dan
pembangunan lain seperti untuk perumahan sehingga diperlukan berbagai material seperti pasir,
batukali, semen, tanah dan lainnya, disamping itu juga akan tumbuh kesempatan kerja bagi
sebagian masyarakat lainnya. Keterlibatan penduduk lokal dalam peluang usaha diduga mampu
meningkatkan
pendapatan
rumah
tangga
penduduk
lokal,
serta
dapat
memberikan
kesejahteraan pendapatan bagi penduduk. Namun pertumbuhan ekonomi lokal tidak akan
mungkin merata karena warga yang mempunyai lahan luas, pendidikan yang baik dan modal
besar akan lebih mampu menangkap peluang yang ada. Kenyataan ini akan dapat menyebabkan
terjadinya gesekan sosial dan munculnya stratifikasi atau kelas-kelas sosial yang baru dalam
masyarakat, yang pada akhirnya akan memunculkan sikap dan persepsi negatgif masyarakat.
Kegiatan-kegiatan pada tahap operasi ini akan mempengaruhi semua aspek lingkungan.
Beberapa parameter lingkungan berpotensi akan melebihi baku mutu bila tidak ditangani atau
dikelola dengan baik, seperti beberapa parameter kimia udara dan kimia air di lokasi-lokasi
operasi produksi di Donggi, Sukamaju, Matindok. Kegiatan operasional ini berlangsung relatif
lama sekitar 20 tahun. Limbah cair ini perlu dikelola dengan baik karena akan menyebabkan
dampak turunan berupa penurunan komunitas biota air tawar dan biota air laut. Selain itu
komponen lain yang akan terkena dampak adalah masyarakat, apabila badan air digunakan
untuk aktivitas
masyarakat
penurunan
kesehatan masyarakat
penggunanya. Sementara itu kemungkinan adanya sebagian kecil masyarakat yang berharap
terlalu tinggi akan dapat terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan
tahap operasi namun ternyata tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif
terhadap keberadaan PPGM, sehingga dampak terhadap komponen fisik (udara dan air) perlu
ditangani dengan baik agar persepsi negatif masyarakat yang mungkin akan berkembang dapat
dicegah.
VI-13
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-14
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 6.1.
VI-15
PT PERTAMINA EP -PPGM
KONSTRUKSI
Sumber Dampak
Keputusan/
Kesimpulan Hasil
Evaluasi (PK/TPK)
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan lahan
Gangguan proses sosial
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
GEOFISIK-KIMIA
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
VI-16
PT PERTAMINA EP -PPGM
OPERASI
GEOFISIK KIMIA
Kualitas udara ambien
(debu dan gas)
Penurunan kualitas air permukaan
Gangguan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
Sumber Dampak
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
material dan tenaga kerja
1. Konstruksi fasilitas produksi gas BS
dan GPF
2. Pemasangan pipa penyalur gas (alt-1
dan 2)
Keputusan/
Kesimpulan Hasil
Evaluasi (PK/TPK)
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
BIOLOGI
Gangguan biota air tawar
SOSIAL
Adanya kesempatan berusaha
Gangguan proses sosial
Adanya pelapisan sosial
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat
PASCA OPERASI GEOFISIK KIMIA
Gangguan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman dan
kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan
kemelimpahan satwa
SOS EKONOMI BUDAYA
Perubahan sikap dan persepsi
masyarakat
PK
PK
PK
PK
Revegetasi
PK
Revegetasi
PK
PK
VI-17
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-18
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.3. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM Bagian Hulu
Tahap
Kegiatan
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Pola kepemilikan lahan
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat
KONSTRUKSI Mobilisasi dan demobilisasi
peralatan, material dan tenaga
kerja
Konstruksi fasilitas produksi
Kualitas udara
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air permukaan
Kegiatan mobilisasi peralatan
Kelancaran lalulintas
VI-19
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
Keselamatan berlalulintas
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah.
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Erosi tanah
cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
permukaan yang terjadi akibat bangunan tersebut tidak mengalir keluar lokasi BS, GPF
Pada lokasi sumur gas, dibuatkan saluran drainase sederhana untuk menampung air prmukaan
Vegetasi
Satwa
Pemasangan pipa penyalur gas
penyalur gas
Satwa
Biota air laut
VI-20
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Proses sosial
TAHAP
OPERASI
Pemboran sumur
pengembangan
Operasi produksi di GPF
Kegiatan pengangkutan
kondensat lewat transportasi
darat
Mengelola air buangan dari kegiatan operasi dengan waste water treatment atau effluent
treatment sebelum dibuang ke lingkungan
Keselamatan berlalulintas
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Tata cara pengangkutan kondensat mengikuti Kep. Dirjen Hub Darat No SK
725/AJ.302/DRJD/2004
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan segera mungkin dengan cara diberi tanah urug/sirtu
kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan jembatan
Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke badan air
pengembangan
Kegiatan operasi produksi di GPF
VI-21
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Pemboran sumur
pengembangan
Operasi produksi di GPF
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Pelapisan sosial
pengembangan
Kegiatan operasi fasilitas
produksi gas (GPF)
Melakukan proses lelang untuk subkontraktor lokal agar dapat terlibat dalam berbagai kegiatan
Memberikan kemudahan dan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan berpartisipasi
Pemboran sumur
Tingkat kesehatan
masyarakat
dalam peluang usaha yang ada, misalnya dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui
Koperasi Pertamina
Memberikan informasi tentang peluang kerja secara transparan kepada warga masyarakat di
sekitarnya, baik tentang jumlah tenaga kerja, kualifikasi (pendidikan dan ketrampilan) yang
dibutuhkan dan proses seleksinya.
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja khususnya unskill dari penduduk lokal sesuai
kebutuhan
Tenaga kerja skill diseleksi sesuai kualifikasi skill yang dibutuhkan
Proses seleksi tenaga unskill dilakukan dengan melibatkan lembaga setempat yang berbadan
hukum (misalnya KUD) dan untuk tenaga kerja skill dengan melibatkan institusi rekrutmen
ketenagakerjaan berskala regional dan nasional.
Beberapa fasilitas untuk karyawan dapat diakses oleh penduduk lokal
Memfasilitasi berbagai kegiatan bersama, seperti social, keagamaan, olah raga dan sebagainya
dengan penduduk lokal
a. Dampak positif
Meningkatkan peran aktif pengusaha atau penduduk lokal dalam berbagai kegiatan
operasional pengembangan gas Matindok, antara lain dengan menginformasikan berbagai
kegiatan proyek secara rutin kepada masyarakat
Memberikan kemudahan atau bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka atau
mengembangkan usaha, antara lain dengan memberikan bantuan modal bergulir melalui
Koperasi Pertamina
b. Dampak negatif
Memfasilitasi adanya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan
Melakukan sosialisasi setiap rencana kegiatan kepada masyaraka
Mengelola sumber dampak adanya debu, emisi gas, bising dan atau mengolah air limbah
sebelum dibuang ke lingkungan
Sosialisasi/penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi karyawan dan
masyarakat di sekitarnya
VI-22
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Komponen Lingkungan
Kegiatan Penyebab
Arahan Pengelolaan Lingkungan
yang Terkena Dampak
Dampak
Kegiatan demobilisasi peralatan Keselamatan berlalulintas
Pengaturan jadwal pengangkutan yang tidak bersamaan dengan jam sibuk pagi dan siang
menggunakan alat berat
Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute pengangkutan yang menggunakan truk
berukuran besar/trailer.
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu maksimum 40 km/jam
Kerusakan jalan dan
Perbaikan ringan bila terjadi kerusakan jalan dengan cara diberi tanah urug/sirtu kemudian
jembatan
dipadatkan serta
diberi lapis penutup latasir
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Kegiatan revegetasi
Vegetasi
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Satwa
Restorasi atau pemulihan ke kondisi semula
Melakukan revegetasi dengan tanaman lokal sesuai dengan luas lahan yang digunakan
Kegiatan penglepasan tenaga
Sikap dan persepsi
Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
kerja
masyarakat
kerja
Membantu masyarakat meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan kewirausahaan atau
ketrampilan
VI-23
PT PERTAMINA EP -PPGM
6.2.
Rekapitulasi besaran dan tingkat kepentingan dampak kegiatan Proyek Pengembangan Gas
Matindok Bagian Hilir di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 6.4.
VI-24
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.4. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak Bagian Hilir
Tahap
Kegiatan
PRA
KONSTRUKSI
Besaran
Dampak
(+/)
Sumber Dampak
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan
lahan
Gangguan proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
66,67
PK
1.
2.
1.
2.
2
2
2
2
4
3
4
3
66,67
50,00
66,67
50,00
PK
PK
PK
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
66,67
PK
Pelabuhan
50,00
PK
Pelabuhan
50,00
PK
KONSTRUKSI GEOFISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara ambien
Peningkatan kebisingan
Penurunan kualitas air
permukaan
VI-25
PT PERTAMINA EP -PPGM
Sumber Dampak
Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Padang dan Uso
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Padang dan Uso
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan
tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan Pembukaan dan pematangan lahan
kerapatan vegetasi
Gangguan satwa
Pembukaan dan pematangan lahan
Penurunan keanekaragaman dan 1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
kelimpahan biota air laut
Khusus di Padang
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus di Uso
SOSIAL
Peningkatan pendapatan
1. Pembukaan dan pematangan lahan
masyarakat
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Penurunan pendapatan
Penglepasan tenaga kerja
masyarakat
Terbukanya kesempatan
1. Pembukaan dan pematangan lahan
berusaha
2. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Gangguan proses sosial
Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
Khusus
Sikap dan persepsi negatif
1. Konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan
masyarakat
Khusus
2. Penglepasan tenaga kerja
Besaran
Dampak
(+/)
2
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
4
66,67
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PK
66,67
PK
50,00
PK
100,00
PK
50,00
PK
2
1
3
3
50,00
50,00
PK
PK
50,00
PK
+1
+2
1
4
16,67
66,67
TPK
PK
33,33
TPK
+1
+2
2
5
33,33
83,33
TPK
PK
66,67
PK
66,67
PK
33,33
TPK
VI-26
PT PERTAMINA EP -PPGM
Besaran
Dampak
(+/)
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
OPERASI
Sumber Dampak
GEO-FISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Penurunan kualitas air laut
Transportasi laut (gangguan
keselamatan pelayaran)
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan
kelimpahan biota air laut
SOSIAL
Kependudukan: peningkatan
kepadatan penduduk
Peningkatan kesempatan
berusaha
Peningkatan pendapatan
masyarakat
Gangguan proses sosial
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
50,00
PK
66,67
PK
16,67
TPK
+2
83,33
PK
+2
83,33
PK
2
2
4
3
66,67
50,00
PK
PK
66,67
PK
VI-27
PT PERTAMINA EP -PPGM
PASCA
OPERASI
Sumber Dampak
1. Penerimaan tenaga kerja
2. Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
Besaran
Dampak
(+/)
2
2
Tingkat Kepentingan
Dampak
Jumlah P
% Bobot
4
66,67
4
66,67
Keputusan/Kesimpulan
Hasil Evaluasi (PK/TPK)
PK
PK
66,67
PK
+1
+1
+1
2
2
2
33,33
33,33
33,33
TPK
TPK
TPK
+2
2
2
3
33,33
50,00
TPK
PK
83,33
PK
Revegetasi
+1
50,00
PK
Revegetasi
+2
66,67
PK
1
1
1
2
16,67
33,33
TPK
TPK
1
2
1
3
16,67
50,00
TPK
PK
50,00
PK
VI-28
PT PERTAMINA EP -PPGM
Seperti halnya pada Bagian Hulu, berbagai jenis kegiatan baik pada tahap prakonstruksi,
konstruksi, operasi maupun pasca operasi akan menimbulkan dampak terhadap komponen
lingkungan, baik bersifat negatif maupun positif. Rencana kegiatan yang merupakan sumber
dampak dan banyak menimbulkan dampak penting terhadap komponen lingkungan yaitu:
1. Tahap Prakonstruksi adalah pembebasan lahan dan tanam tumbuh serta penerimaan
tenaga kerja.
2. Tahap Konstruksi adalah mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja,
pembukaan dan pematangan lahan, konstruksi kompleks kilang LNG dan Pelabuhan Khusus;
3. Tahap Operasi adalah penerimaan tenaga kerja, operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus
dan fasilitas pendukungnya.
4. Tahap Pasca Operasi adalah pembongkaran dan demobilisasi peralatan (kilang dan
Pelabuhan Khusus), revegetasi dan penglepasan tenaga kerja.
Komponen lingkungan yang terkena dampak penting yaitu:
1. Komponen Geo-Fisik-Kimia adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air permukaan,
kualitas air laut, transportasi darat yang meliputi gangguan kelancaran lalulintas, gangguan
keselamatan berlalulintas dan kerusakan jalan dan jembatan, transportasi laut;
2. Komponen Biologi adalah vegetasi, satwa dan biota air laut;
3. Komponen Sosial yaitu: pola kepemilikan lahan, pendapatan masyarakat, kesempatan
berusaha, proses sosial, pelapisan sosial, sikap dan persepsi masyarakat;
4. Komponen Kesehatan Masyarakat
masyarakat.
Adapun telaahan dampak positif maupun negatif dari berbagai kegiatan di bagian hilir adalah
sebagai berikut.
6.2.1. Telahaan Dampak Penting
6.2.1.1. Tahap Prakonstruksi
Pembebasan lahan dan tanam tumbuh untuk lokasi pembangunan kilang LNG, Pelabuhan
Khusus dan fasilitas pendukungnya akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola
kepemilikan lahan yang semula dimiliki masyarakat menjadi milik pemrakarsa. Dalam hal ini
berarti pula nantinya akan terjadi perubahan fungsi dan pemanfaatan lahan. Kegiatan
penerimaan tenaga kerja disamping berdampak positif terhadap kesempatan kerja/berusaha
dan pendapatan masyarakat, diprakirakan juga akan menyebabkan terjadinya gangguan proses
VI-29
PT PERTAMINA EP -PPGM
sosial dalam masyarakat. Hal ini antara lain dipicu dengan adanya tenaga kerja dari luar daerah
yang cukup banyak direkrut di sini. Tenaga kerja luar daerah yang umumnya merupakan tenaga
kerja dengan keahlian khusus (skill) dan mempunyai tingkat penghasilan lebih tinggi serta
pola/gaya hidup berbeda akan menyebabkan terjadinya kecemburuan penduduk lokal sehingga
proses hubungan sosial menjadi terganggu dan pada akhirnya memunculkan sikap dan persepsi
negatif masyarakat.
Kegiatan-kegiatan pada tahap prakonstruksi ini akan sangat berpengaruh pada komponen
lingkungan sosial-ekonomi dan budaya, khususnya pada aspek ekonomi-sosial. Walapun
kegiatan ini berlangsung relatif singkat namun apabila dampak tidak ditangani dengan baik
dampaknya akan berlanjut dan mempengaruhi tahapan selanjutnya yaitu kegiatan-kegiatan
pada tahap konstruksi dan operasi.
6.2.1.2. Tahap Konstruksi
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja yang diantaranya
menggunakan jalur darat akan menggunakan kendaraan dengan tonase besar dan intensitas
kegiatannya cukup tinggi. Hal ini akan berdampak terhadap terjadinya gangguan keselamatan
berlalulintas dan kerusakan jalan dan jembatan. Pada kegiatan pembangunan kompleks kilang
LNG dan Pelabuhan Khusus yang skala kegiatannya cukup besar akan menyebabkan penurunan
kualitas udara, peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas
air laut dan rawan terhadap terjadinya gangguan kelancaran dan keselamatan berlalulintas
akibat tingginya frekuensi kendaraan mobilisasi yang keluar-masuk area tapak proyek. Kondisi
lingkungan yang buruk akibat adanya tumpukan material, peralatan dan pola pengelolaan
limbah para pekerja konstruksi, akan berdampak terhadap turunnya sanitasi lingkungan di tapak
proyek dan sekitarnya.
Parameter komponen biologi yang terpengaruh adanya kegiatan pembukaan dan pematangan
lahan adalah vegetasi karena pada kegiatan ini akan dilakukan penebangan terhadap pohonpohon di lokasi rencana pembangunan berbagai kilang LNG dan Pelabuhan Khusus.
Berkurangnya populasi pepohonan akan menyebabkan terganggunya satwa yang menjadikan
lokasi tersebut sebagai habitat hidupnya. Konstruksi kompleks kilang dan Pelabuhan Khusus
yang berlokasi di tepi pantai (alternatif 1 dan 2) potensial menyebabkan penurunan kualitas air
laut yang pada gilirannya akan menyebabkan turunnya keanekaragaman dan kelimpahan biota
air laut.
VI-30
PT PERTAMINA EP -PPGM
Selain dampak-dampak tersebut, juga terdapat dampak terhadap komponen lingkungan sosial
yakni adanya gesekan sosial khususnya antara tenaga kerja lokal yang terekrut proyek dengan
penduduk lokal yang tidak terekrut proyek dan antara tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja
luar daerah. Hal ini terjadi akibat adanya rasa iri dan cemburu para pencari kerja serta adanya
ketidakpuasan dalam proses penerimaan tenaga kerja, sementara kecemburuan terhadap
tenaga kerja luar daerah lebih disebabkan karena adanya perbedaan tingkat pendidikan dan
ketrampilan serta penghasilan yang jauh berbeda dengan penduduk lokal. Namun pada sisi lain,
kegiatan konstruksi yang melibatkan cukup banyak tenaga kerja yakni sekitar 3000 orang
memberikan peluang kepada penduduk lokal untuk dapat membuka atau mengembangkan
usaha guna memenuhi keperluan barang dan jasa baik proyek maupun para tenaga kerja.
Peluang ini akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar tapak kegiatan.
6.2.1.3. Tahap Operasi
Operasional kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya yang direncanakan akan
berlangsung minimal hingga 20 tahun akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas air laut yang selanjutnya akan berdampak
terhadap turunnya keanekaragaman dan kelimpahan biota laut. Perairan Banggai relatif cukup
ramai dengan adanya lalulintas barang dan manusia antar pulau di sekitarnya, sehingga dengan
beroperasinya Pelabuhan Khusus khusus untuk mengangkut LNG ini dikhawatirkan akan dapat
mempengaruhi keselamatan pelayaran di perairan tersebut.
Kegiatan operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus ini sangat didambakan oleh sebagian
besar masyarakat di kecamatan-kecamatan wilayah studi atau bahkan Kabupatan Banggai
secara
umum
karena
mereka
berharap
mendapat
kesempatan
untuk
bekerja/
atau
mendapatkan kesempatan untuk berusaha. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan pada masa
operasi cukup besar yakni sekitar 600-an karyawan dan masa operasi yang panjang yaitu lebih
dari 20 tahun akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat terserap
langsung (menjadi karyawan) atau melalui beberapa kontraktor yang menjadi rekanan kerja
atau mereka yang menangkap peluang usaha akibat keberadaan PPGM.
Dampak langsung akan dirasakan penduduk sekitar proyek
buruh atau tenaga kerja tidak terampil pada setiap kegiatan proyek, sedangkan secara tidak
langsung adalah terciptanya sektor-sektor informal untuk penyediaan kebutuhan karyawan
perusahaan. Bila pendapatan karyawan mencukupi maka timbullah kegiatan ekonomi dan
VI-31
PT PERTAMINA EP -PPGM
pembangunan lain seperti untuk perumahan sehingga diperlukan berbagai material seperti pasir,
batukali, semen, tanah dan lainnya, disamping itu juga akan tumbuh kesempatan kerja bagi
sebagian masyarakat lainnya. Keterlibatan penduduk lokal dalam peluang usaha diduga mampu
meningkatkan
pendapatan
rumah
tangga
penduduk
lokal,
serta
dapat
memberikan
kesejahteraan pendapatan bagi penduduk. Namun pertumbuhan ekonomi lokal tidak akan
mungkin merata karena warga yang mempunyai lahan luas, pendidikan yang baik dan modal
besar akan mampu menangkap peluang lebih baik.
Sementara itu kemungkinan adanya sebagian warga masyarakat yang berharap terlalu tinggi
akan terlibat dan mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan-kegiatan tahap operasi namun
tidak terealisasi akan kecewa dan persepsinya menjadi negatif terhadap keberadaan PPGM.
Dampak negatif lain yang muncul adalah terdapatnya struktur atau kelas-kelas sosial yang baru
dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena penduduk lokal yang umumnya petani dengan
tingkat penghasilan relatif rendah rata-rata mempunyai kelas sosial yang sama sehingga dengan
masuknya para pendatang yang mempunyai tingkat pendidikan, ketrampilan dan penghasilan
serta gaya hidup yang jauh berbeda dengan penduduk lokal, telah menempatkan para
pendatang ke dalam struktur/kelas sosial yang lebih tinggi. Dampak-dampak sosial ini perlu
ditangani dengan baik agar persepsi negatif masyarakat yang mungkin akan berkembang dapat
dicegah.
VI-32
PT PERTAMINA EP -PPGM
Berhentinya operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus akan menyebabkan terjadinya
penglepasan tenaga kerja sehingga muncul dampak negatif terhadap kesempatan kerja dan
berusaha yang akan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Meskipun para tenaga
kerja yang terlibat dalam kegiatan pengembangan gas ini sejak awal telah diikat dengan kontrak
kerja dan mengetahui akan adanya penghentian kontrak kerja, namun belum tentu semua
orang siap untuk menghadapinya atau menyesuaikan diri pola pengeluaran rumah tangganya
dengan mudah. Sehingga kegiatan-kegiatan pada tahap ini, khususnya kegiatan penglepasan
tenaga kerja akan memunculkan sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Untuk dapat melihat secara holistik keterkaitan semua kegiatan dengan dampak-dampak
penting yang akan dikelola baik berupa dampak primer, sekunder, tersier maupun kuarter,
selengkapnya hal tersebut dituangkan secara skematis seperti pada Gambar 6.2.
Berdasarkan telaahan tersebut diperoleh jenis-jenis dampak penting yang perlu mendapatkan
prioritas untuk dikelola, seperti disajikan pada Tabel 6.5.
VI-33
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 6.2.
VI-34
PT PERTAMINA EP -PPGM
KONSTRUKSI
Sumber Dampak
Keputusan/
Kesimpulan Hasil
Evaluasi
SOSIAL
Perubahan pola kepemilikan lahan Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
Gangguan proses sosial
2. Penerimaan tenaga kerja
Perubahan sikap dan persepsi
1. Pembebasan lahan dan tanam tumbuh
masyarakat
2. Penerimaan tenaga kerja
GEOFISIK-KIMIA
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Penurunan kualitas udara
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang
dan Uso
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Peningkatan kebisingan
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang
dan Uso
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Penurunan kualitas air permukaan Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang
dan Uso
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Penurunan kualitas air laut
Khusus dan fasilitas pendukungnya
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Transportasi darat (gangguan
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang
kelancaran lalulintas)
dan Uso
Transportasi darat (gangguan
1. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
keselamatan berlalulintas)
material dan tenaga kerja
2. Konstruksi kompleks kilang LNG,
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya di Padang dan Uso
Mobilisasi dan demobilisasi peralatan,
Kerusakan jalan dan jembatan
material dan tenaga kerja
BIOLOGI
Penurunan keanekaragaman dan
Pembukaan dan pematangan lahan
kerapatan vegetasi
Gangguan satwa
Pembukaan dan pematangan lahan
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Penurunan keanekaragaman dan
Khusus dan fasilitas pendukungnya di Padang
kelimpahan biota air laut
atau Uso
SOSIAL
Peningkatan pendapatan
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
masyarakat
Khusus dan fasilitas pendukungnya
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Terbukanya kesempatan berusaha
Khusus dan fasilitas pendukungnya
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
Gangguan proses sosial
Khusus dan fasilitas pendukungnya
Sikap dan persepsi negatif
Konstruksi kompleks kilang LNG, Pelabuhan
masyarakat
Khusus dan fasilitas pendukungnya
KESEHATAN MASYARAKAT
Konstruksi kompleks kilang LNG dan
Penurunan sanitasi lingkungan
Pelabuhan Khusus di Padang atau Uso
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
VI-35
PT PERTAMINA EP -PPGM
Keputusan/
Kesimpulan Hasil
Evaluasi
Sumber Dampak
GEO-FISIK-KIMIA
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
OPERASI
PASCA
OPERASI
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan tingkat kesehatan
masyarakat
GEO-FISIK-KIMIA
Gangguan keselamatan berlalulintas
Kerusakan jalan dan jembatan
BIOLOGI
Peningkatan keanekaragaman dan
kerapatan vegetasi
Peningkatan keanekaragaman dan
kelimpahan satwa
SOSIAL
Sikap dan persepsi negatif
masyarakat
KESEHATAN MASYARAKAT
Penurunan sanitasi lingkungan
Khusus
Khusus
Khusus
Khusus
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
PK
Revegetasi
PK
Revegetasi
PK
PK
PK
VI-36
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-37
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.6. Ringkasan Arahan Pengelolan Lingkungan Kegiatan Proyek PPGM di Bagian Hilir
Tahap
Kegiatan
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Pola kepemilikan lahan
Proses sosial
Sikap dan persepsi
masyarakat
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
VI-38
PT PERTAMINA EP -PPGM
VI-39
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Kesempatan berusaha
Pendapatan masyarakat
Proses sosial
Sanitasi lingkungan
VI-40
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Operasional kilang LNG,
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Kualitas udara
Kebisingan
Kualitas air laut
operasional
Keselamatan pelayaran
Kelancaran lalulintas
Biota air laut
Kesempatan berusaha
kebutuhan
Memberikan kemudahan/bantuan fasilitas bagi penduduk lokal yang akan membuka/mengem-
bangkan usaha
VI-41
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Penerimaan tenaga kerja
Operasional kilang LNG,
Pelabuhan Khusus dan fasilitas
pendukungnya
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Proses sosial
Pelapisan sosial
kerja
Kegiatan operasional Kilang
LNG, Pelabuhan Khusus dan
fasilitas pendukungnya
VI-42
PT PERTAMINA EP -PPGM
Komponen
Kegiatan Penyebab
Dampak
Pembongkaran dan demobilisasi
peralatan
Komponen Lingkungan
yang Terkena Dampak
Keselamatan berlalulintas
mengemudikan angkutan di jalan raya, khususnya bila melintasi daerah pemukiman dan kawasan
perkotaan (Kintom, Batui).
Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas
kendaraan proyek dengan menggunakan truk berukuran besar/trailer
Pembatasan kecepatan maksimum kendaraan angkutan, yaitu 40 km/jam
Pemasangan rambu-rambu peringatan/tanda hati-hati yang dipasang sebelum masuk kawasan
proyek pada setiap jarak 150 m dan 50 meter untuk dua arah
Besar huruf pada rambu dapat terbaca jelas pada jarak 25 meter.
Memberi perlindungan kepada pekerja dengan lalulintas kendaraan bermotor (diberi traffic cone
atau kerucut lalulintas sebagai pembatas yang diberi tali)
Pemasangan lampu penerangan untuk menerangi jalan di dalam kawasan
Perbaikan ringan selama masih digunakan untuk lalulintas kendaraan angkutan material dengan
cara diberi tanah urug/sirtu kemudian dipadatkan serta diberi lapis penutup latasir.
Pembuatan penyangga jembatan untuk menambah kekuatan konstruksi
Pengangkutan lewat jalur laut bila jembatan tidak memungkinkan untuk dilalui
Perbaikan jalan/jembatan harus berkoordinasi dengan Kimpraswil Kabupaten Banggai
Penguatan jaringan komunikasi sosial melalui sosialisasi sebelum kegiatan penglepasan tenaga
kerja
Pembersihan bekas bongkaran
Perataan kembali lubang-lubang pada lahan bekas bangunan
VI-43
PT PERTAMINA EP -PPGM
6.3.
berusaha, peningkatan persentase penutupan lahan oleh flora darat dan peningkatan komunitas
fauna darat. Dengan terbukanya kesempatan kerja dan berusaha sekecil apapun akan
memberikan harapan bagi penduduk sekitar lokasi untuk dapat meningkatkan pendapatan
sehingga sikap dan persepsi masyakat menjadi positif.
Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :
a. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas
terjadinya erosi
tanah, gangguan sistem irigasi dan drainasse, penurunan kualitas air permukaan dan
gangguan transportasi darat.
b. Komponen biologi: penurunan penutupan lahan oleh flora darat, penurunan komunitas
fauna darat dan gangguan terhadap biota air.
c.
Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, gangguan proses sosial, timbulnya
pelapisan sosial dalam masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat.
VI-44
PT PERTAMINA EP -PPGM
Dampak positif penting diprakirakan akan muncul pada tahap kontruksi, operasi dan pasca
operasi. Dampak positif penting yang muncul tersebut adalah: peningkatan kesempatan
berusaha, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan persentase penutupan lahan oleh
vegetasi dan peningkatan komunitas satwa. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha
meskipun kecil akan memberikan harapan bagi penduduk sekitar lokasi kegiatan untuk dapat
meningkatkan pendapatan sehingga sikap dan persepsi masyakat menjadi positif.
Sementara itu dampak negatif penting yang diprakirakan muncul adalah :
1. Komponen geo-fisik-kimia: kualitas udara (debu dan gas), kebisingan,
penurunan kualitas
air permukaan dan air laut, tranportasi darat dan transportasi laut.
2. Komponen biologi: vegetasi, satwa, biota air laut.
3. Komponen sosial: perubahan pola kepemilikan lahan, munculnya pelapisan sosial, gangguan
proses sosial, sikap dan persepsi negatif masyarakat.
4. Komponen kesehatan masyarakat: penurunan sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan
masyarakat.
VI-45
PT PERTAMINA EP -PPGM
Namun beberapa dampak negatif penting yang diprakirakan muncul tersebut pada dasarnya
dapat dikelola melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan yang diusulkan. Dengan
adanya pengelolaan lingkungan diharapkan dampak negatif tersebut dapat diminimalisasi,
ditanggulangi dan bahkan dicegah. Untuk dampak positif semaksimal mungkin dapat
dikembangkan lagi, sehingga dengan demikian kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok
yang tujuan utamanya untuk mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat dapat terus
berlangsung tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidup.
Mendasarkan pada hal tersebut maka rencana kegiatan PPGM masih dinyatakan layak
lingkungan dengan daya dukung kawasan di sekitarnya masih memadai, walaupun tetap harus
melakukan beberapa upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
6.3.2. Kelayakan Lingkungan Berdasarkan Hasil Kajian Alternatif
6.3.2.1. Alternatif pemasangan pipa penyalur gas
Pemasangan pipa gas yang melalui SM Bakiriang direncanakan menggunakan 3 alternatif yaitu:
a) Rencana jalur alternatif-1 sejajar jalan kabupaten dengan pemasangan secara normal
drilling.
b) Rencana jalur alternatif-2 sejajar jalan kabupaten dengan pemasangan secara Horizontal
Directional Drilling (HDD) atau pemboran horisontal di bawah tanah.
c) Rencana jalur alternatif-3 melalui dasar laut dangkal Pantai Bakiriang.
Kondisi faktual SM Bakiriang saat ini terutama yang berdekatan dengan jalan raya menuju Batui,
sebagian besar telah digarap masyarakat untuk kebun campuran dan kelapa sawit, dan
sebagian kecil lainnya merupakan hutan sekunder yang ditumbuhi sisa-sisa pohon alam. Lahan
hutan SM Bakiriang ini dipertahankan sebagai habitat burung Maleo, namun kondisinya makin
memprihatinkan karena jenis pepohonan alam yang menjadi sumber makanan burung Maleo
semakin berkurang karena oleh masyarakat digantikan dengan jenis pepohonan budidaya untuk
perkebunan seperti: karet, cokelat/kakao dan bahkan untuk perkebunan sawit oleh perusahaan
swasta.
Beberapa jenis hewan dilindungi yang ada SM Bakiriang yang masih dijumpai antara lain babi
rusa dan burung rangkong, maka keberadaannya di sekitar lokasi proyek perlu mendapat
VI-46
PT PERTAMINA EP -PPGM
perhatian. Beberapa jenis satwa ada yang sensitif dan bersifat shy, sehingga menjauhi
keramaian akibat suara dari lalulalang kendaraan untuk konstruksi, sedangkan jenis-jenis hewan
yang toleran akan bertahan di sekitar proyek.
Jalan provinsi sudah ada sebelum ditetapkannya SM Bakiriang (1998), jalan tersebut merupakan
jalur perekonomian yang strategis dan tidak mungkin dilakukan pemindahan jalur ke lokasi lain
karena akan mematikan aktivitas perekonomian masyarakat. Dalam hal ini mestinya aspek
hukum tentang SM Bakiriang sebagai kawasan konservasi tidak dapat diterapkan terhadap
keberadaan jalan tersebut. Namun dalam usaha PT Pertamina EP untuk memanfaatkan row
jalan tersebut terbentur pada permasalahan hukum yang dikenakan oleh Departemen
Kehutanan Republik Indonesia, karena kawasan SM Bakiriang yang berada di kedua sisi jalan
tersebut. Jalur pemasangan pipa alternatif 1 dan 2 akan mengikuti jalan provinsi tersebut dan
tidak akan membuka jalur di lokasi lain dengan harapan kerusakan terhadap lingkungan dapat
diminimalisir. Kajian lingkungan terhadap ketiga alternatif jalur pipa penyalur gas pada masingmasing parameter lingkungan terkena dampak disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6.7. Kajian Kelayakan Lingkungan terhadap Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
No.
Parameter Lingkungan
yang Terkena Dampak
1. Kualitas udara
2. Kebisingan
3. Kualitas air laut
(1)
(1)
(1)
(1)
4. Vegetasi
5. Satwa liar
(3)
(2)
(2)
(3)
(+1)
(+1)
(1)
(+1)
8. Kesempatan berusaha
9. Proses sosial
(+1)
(2)
(+1)
(2)
(+1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
VI-47
PT PERTAMINA EP -PPGM
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dampak tersebut bersifat sementara yakni
pada saat tahap pemasangan pipa penyalur gas. Memang pada alternatif-3 (laut) terjadi
penurunan kualitas air laut dan biota air luat. Tetapi sifat dampak adalah bersifat sementara,
apabila selesai pemasangan pipa penyalur gas dilaksanakan, maka kualitas air laut dan biota air
laut akan pulih kembali seperti pada rona awalnya dikarenakan terjadinya purifikasi yang
dipercepat oleh adanya gelombang dan arus laut yang selalu dinamis.
Kerusakan terumbu karang akan terjadi sepanjang jalur pemasangan pipa yang dipasang di laut,
kerusakan ini hanya bersifat sementara. Teknis pemasangan pipa mengacu pada Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi No 300.K/38/M.PE/1997 tertanggal 28 April 1997 tentang
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi. Pada saat konstruksi pemasangan pipa
yang melintas di laut, tidak menggunakan Pantai Bakiriang sebagai lokasi pemasangan, namun
menggunakan akses pantai di luar area SM Bakiriang, termasuk akses mobilisasi dan
demobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja.
Berdasarkan kajian lingkungan, ternyata dampak lingkungan yang akan terjadi pada jalur
alternatif-3 paling besar. Resiko dampak pada komponen geo-fisik-kimia dan sosial-ekonomibudaya relatif sama untuk ketiga jalur alternatif. Sementara itu, dampak lingkungan pada
komponen botik sangat bervariasi. Dampak pada parameter vegetasi hanya terjadi pada jalur
alternatif 1, sementara jalur alternatif-2 dengan horizontal drilling pembukaan lahan relatif kecil
dan tidak terjadi pembukaan lahan pada jalur alternatif-3. Sebaliknya, dampak pada satwa liar
yang paling beresiko adalah jalur alternatif-3, karena pada waktu pemasangan di lepas pantai
tentu akan mengganggu pantai yang menjadi tempat bertelur burung Maleo, burung yang
dilindungi dan menjadi alasan mengapa kawasan Bakiriang ditetapkan sebagai suaka
margasatwa. Jalur alternatif-3 juga akan berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting
pada biota ar laut, terutama terumbu karang. Sebaliknya, pada aspek kesehatan masyarakat,
jalur alternatif-3 tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap sanitasi lingkungan
karena relatif jauh dari pemukiman penduduk. Berdasarkan hal tersebut di atas jelaslah bahwa
ditinjau dari kajian kelayakan lingkungan maka jalur alternatif-3 akan berpontensi menimbulkan
dampak relatif terbesar bila dibandingkan dengan kedua jalur alternatif lain.
Dalam pengambilan keputusan jalur alternatif, pemrakarsa tidak hanya mempertimbangkan
kelayakan lingkungan, namun juga kajian kelayakan yang lain yaitu kelayakan ekonomi, teknis
dan hukum. Di bawah ini adalah ringkasan hasil kelayakan secara umum.
VI-48
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 6.8. Ringkasan Kajian Kelayakan Alternatif Jalur Pipa Penyalur Gas
No.
Kajian Kelayakan/
Kendala
1.
Kendala lingkungan
2.
Kendala ekonomi
rendah
tinggi
sangat tinggi
3.
Kendala teknis
rendah
tinggi
sedang
4.
Kendala peraturan
tinggi
tinggi
tidak ada
5.
Kondisi eksisting
jalan provinsi
jalan provinsi
pantai/laut
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa dari segi lingkungan, ekonomi dan teknis maka
alternatif-1 adalah yang paling rendah kendalanya di antara kedua alternatif lainnya. Alternatif-2
adalah pada aspek teknis dan ekonomi yang menggambarkan tingkat kesulitan pelaksanaan dan
biaya. Tetapi alternatif-3 adalah alternatif yang paling tinggi kendalanya di antara kedua
alternatif lainnya dalam aspek lingkungan, ekonomi dan teknis. Akan tetapi meskipun dalam
kajian kelayakan proyek yang dipertimbangkan adalah kelayakan lingkungan, ekonomi dan
teknis, ada satu aspek di luar ketiga aspek tersebut adalah aspek hukum/legal.
Kawasan SM Bakiriang di sebelah tenggara memotong jalan provinsi sampai mencapai pantai
dan dalam mengimplementasikan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 398/KPTS-II/1998
tanggal 12 April 1998 tentang Penetapan Bakiriang sebagai Suaka Margasatwa, termasuk
sempadan jalan di kiri kanan jalan propinsi tersebut. Dengan demikian hal tersebut menjadi
kendala hukum yang tinggi terhadap pemanfaatan sempadan jalan propinsi tersebut dalam hal
ini bagi alternatif-1 dan alternatif-2 pemasangan pipa penyalur gas. Bagi alternatif-3 karena
sudah diluar kawasan SM Bakiriang dan kepatuhan PT Pertamina EP terhadap SK MenHut
tersebut di atas, maka pelaksanaan proyek pengembangan gas ini khususnya untuk
pemasangan pipa penyalur gas ditetapkan alternatif-3 karena tidak ada lagi kendala
hukum.
Akan tetapi, apabila di kemudian hari terjadi
VI-49
PT PERTAMINA EP -PPGM
No.
Parameter Lingkungan
Terkena Dampak
1.
Kualitas udara
2.
Kebisingan
(2)
(2)
3.
(2)
(2)
4.
Transportasi laut
(2)
(2)
5.
Vegetasi
(3)
(3)
6.
Satwa liar
(2)
(2)
7.
(1)
(1)
8.
Kesempatan berusaha
(+2)
(+2)
9.
Pendapatan masyarakat
(+2)
(+2)
10.
Proses sosial
(2)
(2)
11.
Pelapisan social
(2)
(2)
12.
(2)
(2)
13.
Sanitasi lingkungan
(2)
(2)
14
(2)
(2)
VI-50
PT PERTAMINA EP -PPGM
Dari hasil kajian secara holistik terhadap berbagai dampak penting yang ditimbulkan dari
berbagai kegiatan pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi maupun pasca operasi
menunjukkan bahwa dari 2 alternatif calon lokasi tersebut tidak menunjukkan adanya beda
nyata dari dampak yang muncul, baik besaran dampak maupun sifat penting dampak. Oleh
karena itu penetapan calon lokasi kilang LNG dan Pelabuhan Khusus di kedua lokasi mempunyai
kelayakan lingkungan yang relatif sama. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi dan teknologi
juga mempunyai kelayakan yang sama sehingga penetapan calon lokasi kilang LNG pada
akhirnya lebih didasarkan pada aspek kestrategisan dan aksesibilitas calon lokasi yang dikaitkan
dengan berbagai kemudahan dalam proses konstruksi maupun operasional kilang LNG dan
Pelabuhan Khusus.
VI-51