LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
1. Pengertian
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan sebagai buang air
besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair (setengah padat) dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya berlangsung kurang dari 7 hari,
terjadi secara mendadak. (Soebagyo, 2008)
Dengan kata lain Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus yang
menyebabkan bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar ( BAB ) lebih dari 3
kali perhari yang dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan
atau kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
Secara klinis Gastro Enteritis dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a. Gastro Enteritis Desentriform.
Disebabkan oleh antara lain: Shigella, Entamoeba Hystolitica.
b. Gastro Enteritis Koleriform.
Disebabkan oleh antara lain: Vibrio, Klastrida, atau Intoksikasi makanan.
2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena sebabsebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
Gastroenteritis. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi Bakteri :
- Salmonella (Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A/B/C, Salmonella spp)
Infeksinya kebanyakan disebabkan oleh kontaminasi makanan dan minuman terutama terjadi
pada anak-anak, identifikasi salmonella dari feses penderita.
- Escherichia coli
Merupakan suatu kuman penghuni kolon yang tidak patogen tetapi dapat menjadi patogen
pada bagian tubuh yang lain, dapat menimbulkan radang pada vesika urinaria.
- Vibrio (Vibrio cholerae 01 dan 0139, Vibrio cholera non 01, Vibrio parachemolyticus)
Kebanyakan merupakan organisme non patogen, hanya beberapa jenis yang menimbulkan
penyakit pada manusia, seperti vibrio cholera dan vibrio eltor.
- Shigella (Shigella dysentriae, Shigella Flexneri)
Ditularkan secara oral melalui air dan makanan, lalat yang tercemar oleh sekresi / feses
penderita. Lokalisasi yang paling sering terkena adalah usus besar dengan bagian terbesar
adalah bagian sigmoid.
- Clostridium perfringens, Campylobacter jejuni, Staphlyllococcus spp, Streptococcus spp,
Yersinia intestinalis, Coccidosis.
b) Infeksi Virus :
- Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
- Adenovirus
- Rotavirus
- Norwalk virus
- Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi Parasit :
- Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
- Protozoa (Entamoeba Histtolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas Haminisis)
- Jamur (Candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Ortitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia (Radang Paru), Encephalitas
(Radang Otak) dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi Karbohidrat :
c. Faktor makanan :
- Makanan basi dan Makanan yang belum waktunya diberikan.
d. Keracunan
e. Alergi :
- Alergi Susu
- Alergi Makanan
- Cow's Milk Potein Sensitive Enteropathy (CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain :
- psikis
- lingkungan
- cuaca
3. Patofisiologis
Sebanyak sekitar 9 - 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar
(diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian
besar (75 - 85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya
sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90 % dari cairan tersebut di usus
besar akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150 - 250 ml cairan yang akan ikut membentuk
tinja.
Faktor-faktor faali yang menyebabkan Gastro Enteritis sangat erat hubungannya satu sama
lain, misalnya saja, cairan intra luminal yang meningkat menyebabkan terangsangnya usus
secara mekanisme meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat.
Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan
waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga waktu penyerapan elektrolit, air
dan zat-zat lain terganggu.
Mekanisme dasar yang menimbulkan Gastro Enteritis :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula
(Latief dkk, 2005 ).
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan. (Suriadi, 2006)
Gastro Enteritis juga dapat terjadi karena Kuman Patogen masuk ke dalam traktus gastro
intestinal melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi kuman tersebut,
kemudian merusak sel-sel mukosa usus, khususnya melibatkan ileum dan kolon, sehingga
akan terjadi peradangan.
Gastro Enteritis yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
a. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri masuk ke dalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh
asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos ke dalam
usus 12 jari (duodenum).
Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta
koloni atau lebih per-ml cairan usus. Dengan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil
mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. Sub unit B melekat di dalam membrane dari
sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta mengeluarkan cAMP (cyclic
Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus di bagian kripta
vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel
epitel tersebut.
Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan
dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan
kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke
baeah atau ke usus besar.
Dalam keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap
cairan yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah
tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
b. Bakteri Enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk
dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.
Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.
Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)
patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi
dengan jasad renik lain.
Pada Gastro Enteritis yang disebabkan oleh virus, lapisan mukosa usus menjadi merah dan
meradang, dan terjadi edema. Biasanya hanya terbatas pada lapisan mukosa usus, terjadi
pengrusakan terhadap sel-sel epithel yang matang dan kemudian digantikan oleh absorbsi,
yang tidak matang yang tidak dapat menyerap karbohidrat atau gizi lain dan air secara
efisien.
Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.
Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke
dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang
menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.
Gastro Enteritis Akut dapat terjadi disebabkan oleh infeksi langsung virus ataupun oleh efek
neurotoksik yang dihasilkan oleh bakteri. Akibatnya terjadi peningkatan frekuensi buang air
besar.
4. Patogenesis
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan Gastro Enteritis Akut atau diare akut
karena infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host).
- Faktor kausal
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya lekat dan penetrasi
yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi
sekresi cairan di usus halus. Kuman tersebut dapat membentuk koloni-koloni yang juga dapat
menginduksi diare.
- Faktor penjamu
Faktor penjamu adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme
yang dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan
intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga
mencakup lingkungan mikroflora usus, sekresi mukosa, dan enzim pencernaan. Penurunan
keasaman lambung pada infeksi shigella terbukti dapat menyebabkan serangan infeksi yang
lebih berat dan menyebabkan kepekaan lebih tinggi terhadap infeksi oleh V. cholera.
Hipomotilitas usus pada infeksi usus memperlama waktu diare dan gejala penyakit, serta
mengurangi absorbsi elektrolit, tambahan lagi akan mengurangi kecepatan eliminasi sumber
infeksi.
5. Manifestasi klinis
Secara umum, tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubunubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Demam
d. Nafsu makan berkurang
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Nyeri abdomen
j. Perih di ulu hati
k. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
l. Menurun atau tidak adanya pengeluaran urine.
1) Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative
Demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai mucus dan pus. Penyakit dapat
sembuh sendiri , pengobatan dengan antibiotic.
b. Salmonella
Suhu tubuh meningkat, konsistensi tinja encer, berbau tidak enak, kadang bercampur sedikit
lendir dan berdarah, stadium predromal 2 4 hari dengan gejala sakit kepala, nyeri, perut
kembung.
c. Escherrichia Coli
Pada bayi malas menetek, lemah, berat badan sukar naik. Insiden banyak pada musim panas,
dengan hanya pengobatan simptomatis. Gejala berkurang dalam 3-7 hari.
d. Vibrio
Konsistensi tinja encer dan buang air besar didahului oleh mules, dalam waktu singkat tinja
berubah menjadi cairan putih keruh, tidak berbau amis, diendapkan mengeluarkan gumpalangumpalan putih , kejang otot betis, bisep, trisep dan dinding perut: suara serak, kelopak mata
cekung, tulang pipi menonjol, menonjol, bibir kering, turgor kulit kering, perut kembung.
e. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7 hari)
Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat penyembuhan
.
2) Agen Viral :
- Rotavirus
Awitan tiba-tiba, nyeri perut, demam, mual, muntah, diare dapat menetap lebih dari satu
minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim dingin, biasanya ringan dan sembuh sendiri.
3) Agen Protozoa :
- Entamoeba Hystolitica.
Tinja biasanya berlendir dan berdarah, gejala menyolok adalah tenesmusnya.
(perasaan konstan untuk mengosongkan usus yang disertai rasa sakit, kram dan spontan)
4) Keracunan makanan :
TANDA
Ringan
Sedang
Berat
Kehilangan Cairan
<5%
5-9 %
> 10 %
Warna Kulit
Pucat
Abu Abu
Bercak-bercak
Turgor Kulit
Menurun
Tidak elastic
Sangat tidak elastic
Membran Mukosa
Kering
Sangat Kering
Pecah pecah
Tekanan Darah
Normal
Semakin rendah
Rendah
Denyut Nadi
Normal/meningkat
Meningkat
Cepat dan panjang
Keluaran Urine
Menurun
Oliguria
Oliguria nyata
6. Pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan penderita Gastroenteritis adalah pemberian cairan, 4 hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian :
a) Jenis cairan.
Cairan rehidrasi oral dan cairan rehidrasi parenteral.
b) Jalan pemberian.
Cairan rehidrasi oral diberikan untuk penderita dehidrasi atau belum, tetapi kesadarannya
menurun, tidak terdapat muntah-muntah hebat.
c) Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang harus diberikan adalah:
- Dehidrasi ringan, penggantinya 50 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi sedang, penggantinya 60 90 cc/kg berat badan perhari.
- Dehidrasi berat, penggantinya 100 cc/hari berat badan perhari.
d) Jadwal pemberian.
RL (Ringer Laktat)
3@ (1bagian NaCl 0,9 % + 1bagian glukosa 5% + 1bagian Na Laktat 1/6 mol/l)
DG 1 : 2(1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)
RLg 1 : 3(1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4 : 1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1 % atau 4bagian glukosa 5-10%
1bagian NaCl, 9%)
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah = 1
* BP sistolik 60-90 mmHg = 1
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15
3. Pengobatan Dietetik
Makanan dan minuman diberikan khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan
menjaga kesehatan.
Adapun hal yang perlu diperhatikan : Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,
protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
Mempuasakan penderita diare tidak dianjurkan, yang menjadi pegangan dalam pengobatan
dietetik adalah O B E S E , sebagai singkatan Oralit, Breast Feeding, Early Feeding,
Simultaneously, Education.
lumen usus dan terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi.
Obat-obat ini perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat (Noerasid dkk.,
1988).
b. Adsorbens:
Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, Tabonal) dan sebagainya, telah
dibuktikan tidak ada manfaatnya.
c. Stimulans:
Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak akan memperbaiki
dehidrasi (hipovolemic shock) sehingga pengobatan yang paling tepat pemberian cairan
secepatnya (Noerasid dkk., 1988).
d. Antiemetic:
Obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai efek sedative. Obat
antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain mencegah muntah juga mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan
1mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat
ini. Penderita menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
e. Antipiretika :
Obat antipiretika seperti preparat silisilat (asetosal,aspirin) dalam dosis rendah
(25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi
atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
f. Zat Hidrofilik :
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia),
Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus
dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi
kehilangan cairan dan elektrolit.
Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk
kapsul atau tablet.
g. Probiotik :
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang
positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
Beranda
PENGERTIAN
Gastroentritis atau diare akut adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih dari 3 kali perhari
dengan tinja berbentuk cair /setengah padat dan banyaknya lebih dari 200 250
gram.
ETIOLOGI
1. Faktor infeksi : Bakteri
2.
2.
3.
4.
Muntah
5.
6.
Nyeri abdomen
7.
8.
9.
10.
Lemah
KOMPLIKASI :
1. Akut:
a.
Dehidrasi:
Derajat dehidrasi
BB
Ringan
Sedang
4-5
6-9
( % kehilangan )
Keadaan Umum
Haus, sadar
Mengantu
berkering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Turgor jaringan
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Membran mukosa
Basah
Kering
Sangat ke
Tekanan darah
Normal
Normal / rendah
< 90mm
tidak dap
BAK
Normal
Menurun / keruh
Oliguria
Nadi
Normal
Cepat
Cepat, lem
tidak tera
Mata
Normal
Cekung
Sangat ce
Fontanela anterior
Normal
Cekung
Sangat ce
40-50
60-90
>
b.
Intoleran laktosa
Laktosa adalah karbohidrat terpenting dalam ASI dan susu formula. Hampir
semua laktosa yang masuk usus halus dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa
oleh enzim laktase yang terdapat pada mikrovili sel epitel usus halus. Hasil
hidrolisis akan diabsorpsi dan masuk ke dalam aliran darah sebagai nutrisi. Pada
diare (terutama akibat rotavirus) terjadi kerusakan mikrofili sehingga terjadi
defisiensi laktase sekunder. Intoleransi laktosa adalah gejala klinis akibat tidak
terhidrolisisnya laktosa secara optimal di dalam usus halus akibat defisiensi
laktase, yaitu diare profus, kembung, nyeri perut, muntah, sering flatus, merah di
sekitar anus, dan tinja berbau asam.
c.
Kejang
Hipovolemik
2. Kronik:
Malnutrisi
Hipoglikemi
PATOFISIOLOGI
a. Gangguan absorbsi
Yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan,KKP,atau bayi berat badan lahir
rendah dan bayi baru lahir selain itu toxin dari rotavirus menghancurkan vili
sehingga fungsi absorbsinya terganggu dan terdapatnya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap ke duanya menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus.Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (mis: toxin akibat infeksi rotavirus,kuman pathogen
dan apatogen) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan
elektrolit kedalam rongga usus dan timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
b.
c.
Derajat
Kebutuhan
dehidrasi
cairan
Berat (10%)
+30ml/kg/jam
Sedang (69%)
Ringan (5%)
Jenis cairan
Cara/lama
pemberian
RL
IV / 1 jam
RL
IV / 3 jam
Darrow
IG / 3 jam (oralit)
Darrow
IV / 3 jam
Oralit
IG / oralit
+70ml/kg/jam
+50ml/kg/jam
Tanpa
10-20 ml/kg
Oralit / cairan
dehidrasi
setiap diare
rumah tangga
Oral
seperti RL,D 5%, NaCl 0,9%. Jumlah cairan yang diberikan adalah dalam jumlah
banyak dan untuk waktu yang cepat ( grojok )
Precetion set factor tetesan 60 tts. Biasanya digunakan untuk obat-obatan atau
kemoterapi seperti manitol dan pada bayi digunakan untuk pembatasan cairan.
Penggunaannya untuk jumlah cairan yang sedikit dan dibutuhkan dalam waktu
yang singkat.
Pediatric set factor tetesan 60 tts. Digunakan pada bayi/anak.
Blood set factor tetesan 15 tts. Digunakan untuk tranfusi darah
BB
(kg)
jam (ml)
3,0
250-300
3,2
400-500
3 bln
5,4
750-850
6 bln
7,3
950-1100
9 bln
8,6
1100-1250
1 thn
9,5
1150-1300
2 thn
11,8
1350-1500
4 thn
16,2
1600-1800
6 thn
20,0
1800-2000
3
hari
10
hari
10
28,7
2000-2500
45,0
2000-2700
54,0
2200-2700
thn
14
thn
18
thn
sampai 10 kg
11 20 kg
100ml/kgBB
1000ml+50ml/kgBB
> 20 kg
1500ml+20ml/kgBB
2. Dietetik
ASI dilanjutkan
Diberikan oralit, selang seling dengan susu formula. Jika bayi telah mendapat
makanan tambahan (umur > 4 bln) untuk sementara dihentikan, diberikan
sedikit demi sedikit mulai hari ke 3.
*Dengan gizi jelek (BB < 7 kg), realimentasi sama dengan bayi
*Dengan gizi baik, realimentasi diberikan sbb:
Hari 1 : oralit dan bubur tanpa sayur serta pisang
1. Kolera
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2 hari )
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari )
2. Shigella
: Trimetoprim 5-10mg/kg/hari
6. Giardiasis :
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare adalah penyebab utama morbiditas dan kematian anak di
negara berkembang, dan penyebab penting kekurangan gizi. Pada tahun 2003
diperkirakan 1.87 juta anak-anak di bawah 5 tahun meninggal karena diare.
Delapan dari 10 kematian ini terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan. Ratarata, anak-anak di bawah usia 3 tahun pada negara-negara berkembang
mengalami tiga episode diare setiap tahun. Diare yang terjadi pada banyak
negara, termasuk kolera, juga merupakan penyebab penting morbiditas di antara
anak-anak dan orang dewasa.
(1)
(1)
(1)
Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari
biasanya, 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul
secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. (2)
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak
tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada
jumlah. Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi
yang diberi ASI sering buang air besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan
diare.(1).
2.1.1 Jenis-Jenis Diare
Diare terdiri dari beberapa jenis yang dibagi secara klinis, yaitu :
(1)
a. Diare cair akut (termasuk kolera), berlangsung selama beberapa jam atau hari.
mempunyai bahaya utama yaitu dehidrasi dan penurunan berat badan juga
dapat terjadi jika makan tidak dilanjutkan.
b. Diare akut berdarah, yang juga disebut disentri, mempunyai bahaya utama yaitu
kerusakan mukosa usus,sepsis dan gizi buruk, mempunyai komplikasi seperti
dehidrasi.
c. Diare persisten, yang berlangsung selama 14 hari atau lebih, bahaya utamanya
adalah malnutrisi dan infeksi non-usus serius dan dehidrasi.
d. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) mempunyai bahaya
utama adalah infeksi sistemik yang parah, dehidrasi, gagal jantung dan
kekurangan vitamin dan mineral.
2.1.2 Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan
(misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan
gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. (3)
Volume cairan yang hilang melalui tinja dalam 24 jam dapat bervariasi
dari 5 ml / kg (dekat normal) sampai 200 ml/kg, atau lebih. Konsentrasi dan
jumlah elektrolit yang hilang juga bervariasi. Total defisit natrium tubuh pada
anak-anakdengan dehidrasi berat akibat diare biasanya sekitar 70-110 milimol
per liter air defisit. Hilangnya kalium dan klorida berada dalam kisaran yang
sama. Defisit sebesar ini dapat terjadi pada diare akut dengan etiologi apapun.
Penyebab dehidrasi paling umum adalah rotavirus, enterotoxigenic Escherichia
coli (ETEC) dan, selama epidemi, Vibrio cholerae. (1)
2.1.3 Malnutrisi
Anak-anak yang meninggal saat diare, biasanya dapat disebabkan juga
kekurangan gizi dan sering berat, meskipun telah dilakukan manajemen yang
baik pada dehidrasinya.
Selama
penyerapan
diare
gizi,
(1)
terjadi
dan
berkurangnya
peningkatan
asupan
kebutuhan
makanan,
gizi
sering
penurunan
bergabung
(1)
Terus untuk memberikan makanan yang kaya gizi selama dan setelah diare
Memberikan makanan bergizi, cocok untuk usia anak, ketika anak baik.
2.1.4 Suplemen Zinc
Kekurangan Zinc banyak terjadi pada anak-anak di negara berkembang
dan muncul di sebagian besar Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan Asia
Selatan. Zinc diketahui mempunyai peran penting pada enzim metalloproteinase,
poliribosom, dan membran sel, dan fungsi seluler,yang jga dipercaya memainkan
peran sentral dalam pertumbuhan seluler dan fungsi sistem imun. Walaupun
teori dasar tentang potensi zinc dipostulasikan untuk beberapa waktu,dan
meyakinkan bukti pada kesehatan anak yang hanya meyakinkan bukti tentang
arti penting zinc pada kesehatan anak yang diteliti baru-baru ini, dari percobaanpercobaan kontrol acak suplementasi zinc.Banyak studi telah menunjukkan
suplementasi zinc (10-20 mg/hari sampai diare berhenti)mengurangi keparahan
dan durasi dari anak diare dibawah usia 5(lima) tahun secara signifikan. Studi
tambahan menunjukkan dengan pemberian zinc jangka pendek (10-20 mg/hari
untuk 10-14 hari) mengurangi kejadian diare untuk 2-3 bulan ke depan.
Berdasarkan studi ini, saat ini dianjurkan pemberian suplemen zinc diberikan 1020mg/hari selama 10-14 hari.
(1)
2.2 DIAGNOSIS
2.2.1 Anamnesis
Bertanya kepada ibu atau pengasuh anaknya tentang:
Adanya darah dalam tinja
Durasi diare
Jumlah kotoran berair per hari
Jumlah episode muntah
Adanya demam, batuk, atau masalah-masalah penting lainnya (misalnya kejangkejang, baru-baru ini campak)
Jenis dan jumlah cairan (termasuk ASI) dan makanan yang diberikan selama sakit
Obat atau solusi lainnya yang diambil
Riwayat imunisasi
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
Pertama, periksa tanda-tanda dan gejala dehidrasi.
Cari tanda-tanda berikut:
Kondisi Umum: adalah anak waspada; gelisah atau pemarah; lesu atau tidak
sadar?
Mata Apakah normal atau cekung?
Ketika air atau larutan oralit ditawarkan untuk minum, apakah diambil atau
dinolak, diambil dengan penuh semangat, atau anak tidak bisa minum karena
kelesuan atau koma?
Rasakan anak untuk menilai:
o Turgor kulit. Ketika kulit di atas perut dicubit dan dilepaskan, segera merata,
perlahan-lahan, atau sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
Kemudian, periksalah tanda-tanda masalah penting lainnya.
Cari
pengurangan otot, artinya anak menderita gizi buruk. Jika memungkinkan, nilai
berat badan anak-untuk-umur, dengan menggunakan grafik pertumbuhan, atau
berat badan-untuk-panjang. Atau, mengukur lingkar lengan pertengahan.
Apakah anak batuk? Jika demikian, hitung jumlah pernapasan untuk menentukan
apakah pernafasannya cepat dan mencari tidak simetris.
Periksa suhu anak:
o Demam dapat disebabkan oleh dehidrasi parah, atau oleh infeksi non usus seperti
malaria atau pneumonia.
(1)
1. Lihat :
Baik, sadar
* Gelisah
Keadaan Umum
Normal
Cekung
Mata
Minum biasa
Rasa Haus
tidak haus
2. Periksa turgor
Kembali cepat
* Kembali lambat
Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi berat
dehidrasi
ringan/sedang
banyak
kulit
3. Derajat
dehidrasi
ditambah 1 atau
tanda lain
Rencana
terapi A
Rencana terapi B
Rencana terapi C
dehidrasi
dinilai
(1)
sesuai
dengan
tanda
dan
gejala
yang
(1)
Berat Badan
<5%
<50>
Diare Sedang
5-10%
50-100 ml/kg
Diare Berat
>10%
>100 ml/kg
Tidak
Dehidrasi
Tabel 2.2 Hubungan Derajat Dehidrasi Dengan Perkiraan Jumlah Cairan yang
Hilang(1)
2.2.4 Diagnosis Masalah Penting Lainnya
Mendiagnosis disentri: jika tinja mengandung darah merah atau ibu
mengatakan dia melihat darah.
(1)
Mendiagnosis diare persisten: jika diare mulai setidaknya 14 hari yang lalu
(dan setiap periode tanpa diare telah tidak melebihi dua hari).
(1)
menunjukkan kekurangan gizi sedang atau berat, atau ada edema dengan
membuang-buang otot atau anak telah jelas marasmus.
(1)
Mendiagnosis serius usus non-infeksi: berbasis, misalnya, pada tandatanda pneumonia atau sepsis; di daerah dengan falciparum malaria, demam
atau riwayat demam baru-baru ini cukup untuk menjadikan pasien tersangka dan
diobati malaria. Jika dicurigai sepsis atau meningitis, anak harus dirujuk ke
rumah sakit.
(1)
(1)
(1)
(1)
(1)
(1)
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur
(1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif
namun tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis,
jus buah-buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare
osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat
diuretik.
(1)
Umur (tahun)
<>
50-100 ml cairan
2-10
100-200 ml
> 10
Tabel 2.3 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut WHO 2005
Ada sedikit perbedaan dalam jumlah cairan yang harus diberikan dengan
pedoman yang lama yaitu:
Tabel 2.4 Jumlah Cairan yang Harus Diberi Sesuai Umur Menurut Depkes RI
1999
(2)
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari
selama 10 -14 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya
tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare,
durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang.
Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare
diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai
3 bulan ke depan dapat berkurang.
(1)
pertumbuhan
dan
pertambahan
berat
badan.
Makan
juga
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah
sama dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
(1)
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui
sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya
dan ini harus didukung.
(1)
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
(1)
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus
diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya
pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan.
(1)
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia
harus diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6
bulan dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama
episode diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus
diberikan, jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa
hijau dan jus buah segar akan bermanfaat.
(1)
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari).
Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih
jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi
yang sama dan membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap
hari selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan
tambahan harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untukheight.
(1)
Muntah berulang-ulang
Sangat haus
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja Berdarah
Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
2.3.2 Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan
dehidrasi ringan-sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat
badan (Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka
penentuan jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat
pada tabel 2.5.
Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama
Usiaa
Berat
<>
<>
4 11
12 23
24
5 14
> 15
bulan
bulan
tahun
tahun
tahun
57.9 kg
8-10.9
11-
16-
> 30 kg
kg
15.9kg
29.9kg
600-800
800-
1200-
2200-
1200
2200
4000
Badan
Jumlah
200-400
400-600
(ml)
a
Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan
Dehidrasi Sedang(1)
Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.
Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit
WHO yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100200ml air bersih selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit
osmolaritas rendah yang baru mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak
perlu menambah air bersih.
(1)
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini
terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan
makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian
oralit atau cairan rumah sesuai dengan Rencana Terapi A.
(1)
(1)
(1)
(1)
tersebut
harus
(1)
diberikan
larutan
oralit
dengan
selang
nasogastric (NG) atau larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam),
biasanya dilakukan di rumah sakit.
(1)
(1)
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam
pertama periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi
B lebih dari empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang
dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6 bulan
harus diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk menekankan
kepada para ibu pentingnya terus makan selama diare.
(1)
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI
1999 ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan
adanya perbedaan untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan
berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai Depkes RI 1999 ialah :
Tabel 2.6 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan
Dehidrasi Sedang berdasarkan Depkes RI 1999(2)
2.3.3 Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi
intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat
di rumah sakit. Panduan untuk rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7.
(1)
tanpa kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5
ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk
pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang
mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit
sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan
normal salin bila ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.7 Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi
berat(1)
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai
pencepat tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
penderita mengunakan Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang
sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
(1)
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis
teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam
untuk memastikan bahwa hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus
diberikan lebih cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang
diuraikan dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari
dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam,
sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
(1)
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka
waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV
segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan
tunjukkan kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama
perjalanan.
(1)
(1)
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum,
larutan oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam
selama 6 (enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak
dapat muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit
secara lebih lambat sampai muntah mereda. (1)
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling
sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam,
anak harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
(1)
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang
setelah enam jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti
yang dijelaskan di atas untuk terapi IV yang diberikan.
(1)
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
(1)
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan
pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.
2.3.4 Gangguan Elektrolit
2.3.4.1 Hipernatremia
Beberapa anak diare terjadi dehidrasi hipernatraemia, terutama ketika
diberi minuman yang hipertonik karena mengandung gula yang berlebihan
(misalnya minuman ringan) atau garam. Ini menarik air dari jaringan dan darah
anak ke dalam usus, menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraselular meningkat. Jika zat terlarut dalam minuman ini tidak sepenuhnya
terserap, air tetap berada dalam usus, dan menyebabkan diare osmotik.
(1)
2.3.4.2 Hiponatremia
Anak-anak diare yang kebanyakan minum air, atau air minum yang
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremia (Na serum <130>(1)
2.3.4.3 Hipokalemia
Penggantian yang inadekuat dari kehilangan kalium selama diare dapat
menyebabkan berkurangnya kalium dan hipokalemia (serum K + <3>(1)
2.4 PENATALAKSANAAN PASIEN TERSANGKA KOLERA
Kolera dibedakan dengan diare akut penyebab lain dalam tiga cara:
Terjadi dalam wabah besar yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa
Diare cair yang banyak, dengan cepat mengarah ke dehidrasi berat dengan
syok hipovolemik
Untuk kasus-kasus dehidrasi berat antibiotik yang tepat dapat mempersingkat
durasi penyakit.
(1)
(1)
(1)
intravena
menggunakan
larutan
Ringer
laktat
dengan
(1)
Setelah rehidrasi, pasien harus dinilai ulang untuk mengetahui tandatanda dehidrasi sekurang-kurangnya setiap 1-2 jam, dan dilakukan lebih sering
jika diare terjadi terus-menerus dan banyak. Jika tanda-tanda dehidrasi muncul
kembali, larutan oralit harus diberikan lebih cepat. Jika pasien menjadi lelah,
sering muntah atau distensi perut, larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi
harus diberikan secara IV menggunakan larutan Ringer laktat (50 ml/kg dalam
tiga jam), dengan menambahkan kalium klorida.
(1)
(1)
(1)
Antibiotik Pilihan
Alternatif
Doxycycline
Erythromycin
atau
Tetracycline
Dewasa : 250 mg
Dewasa: 500 mg
4 kali per hari x 3 hari
Disentri Shigella
Ciprofloxacin
Pivmecillinam
Anak: 15 mg/kg
Anak-anak: 20 mg/kg
Dewasa: 500 mg
Dewasa: 400 mg
Amobiasis
Metronidazole
Anak-anak: 10 mg/kg
3 kali per hari x 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Dewasa: 750 mg
3 kali per hari x 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giardiasis
Metronidazole
Anak-anak: 5 mg/kg
3 kali per hari x 5 hari
Dewasa: 250 mg
3 kali per hari x 5 hari
Diare Berdarah pada Anak
Malnutrisi berat ?
Bagan 2.1 Pengelolaan rawat jalan diare berdarah pada anak-anak di bawah
usia 5 tahuna(1)
a
Pengobatan juga harus mencakup (i) terapi rehidrasi oral untuk mengobati atau
(1)
(1)
(1)
(1)
Setiap anak dengan diare persisten harus diperiksa adanya infeksi non
usus, seperti pneumonia, sepsis, Infeksi Saluran Kemih, dan otitis media.
Pengobatan penyakit-penyakit tersebut harus sesuai dengan pedoman standar.
(1)
(1)
Jika susu hewan harus diberikan maka gantilah dengan yoghurt yang diberikan
dengan menggunakan sendok, dengan kadar laktosa yang rendah atau tidak
ada.
Bayi yang lebih besar atau anak-anak
Gunakan standar diet menggunakan bahan-bahan lokal. Ada dua contoh diet.
Diet yang pertama mengandung laktosa yang rendah. Kedua, untuk anak-anak
yang tidak membaik dengan diet yang pertama, tidak mengandung laktosa dan
rendah tepung.(1)
Diet pertama: rendah laktosa
Diet ini harus dimulai secepatnya setelah anak dapat makan dan diberikan
6 (enam) kali per hari. Beberapa anak membutuhkan NGT pada awalnya. Diet ini
menyediakan 83 Kkal/100g, 3,7 g laktosa/KgBB/hari dan 11% kalori seperti
protein :
(1)
(1)
(1)
(1)
(1)
Asam folat 50 ug
Zinc 10 mg
Vitamin A 400 ug
Tembaga 1 mg
Magnesium 80 mg
2.6.3 Evaluasi Respon Terhadap Pengobatan
Anak-anak yang Diobati di Rumah Sendiri
Anak harus dievaluasi setelah 7 hari, atau saat diare memburuk atau saat
timbulnya masalah lain. Pada penderita yang berat badannya naik dan diare
kurang dari 3 (tiga) kali perhari, dianjurkan mendapat diet secara normal
kembali. Mereka yang berat badannya tidak meningkat atau pada pasien diare
yang tidak membaik harus dirujuk kerumah sakit.
(1)
(1)
(1)
(1)
Sebagaian besar tujuan dari terapi diare persisten adalah sama, namun
pada pedoman WHO tahun 2005 lebih detil menjelaskan tentang tujuan dari
masing-masing
terapi,
seperti
terapi
gizi.
Terapi
gizi
pada
pedoman
penatalaksanaan diare WHO tahun 2005 dijelaskan secara terpisah antara terapi
di rumah sendiri dan di rumah sakit, dan juga dijelaskan mengenai diet rendah
laktosa pertama dan diet bebas laktos kedua.
2.7 Penatalaksanaan Diare Dengan Malnutrisi Berat
Status hidrasi sulit dinilai disebabkan sering tampak dalam keadaan yang
normal. Turgor kulit muncul pada anak-anak dengan marasmus yang tidak
memiliki lemak subkutan, mata tampak cekung. hilangnya turgor kulit dapat
ditutupi oleh edema pada anak kwashiorkor. Sehingga tanda-tanda yang dapat
dinilai ialah : kemauan untuk minum, lesu, kedinginan, dan kelembaban
ekstrimitas, kelemahan dari a. radialis, dan urin output yang sedikit (tanda
dehidrasi berat). Pada anak dengan malnutrisi berat sering tidak mungkin untuk
membedakan antar dehidrasi sedang dan berat.
(1)
Sulit juga untuk membedakan dehidrasi berat dengan syok septik, karena
kondisi keduanya tampak hipovolemi dan terjadi penurunan tekanan darah.
Salah satu tanda yang penting untuk membedakan dengan dehidrasi berat ialah
adanya diare cair. Anak dengan malnutrisi berat dengan tanda dehidrasi berat
namun tanpa riwayat diare cair harus diobati sebagai pasien dengan syok septik.
(1)
(1)
diberikan
untuk
menjaga
hidrasi
setelah
dehidrasi
dikoreksi,
dan
harus
(1)
Larutan oralit lengkap tidak boleh diberikan peroral atau melalui NGT
karena terlalu banyak mengandung natrium dan sedikit kalium. Sehingga harus
diberikan dengan cara lain, yaitu ketika menggunakan larutan oralit baru yang
mengandung 75 mEq/l natrium :
(1)
Bagi satu paket larutan oralit ke dalam 2 (dua) liter air bersih
Tambahkan 45 ml larutan kalium klorida (dari larutan berisi 100 g KCl/L)
Tambahkan dan bagi 50g sukrosa.
Larutan ini menyediakan natrium yang lebih sedikit (37.5 mmol/l), lebih
banyak kalium (40 mmol/L) dan tambahan gula (25g/l), dimana efektif pada anak
diare dengan malnutrisi berat.
(1)
(1)
Diet awal diberikan sejak awal sampai nafsu makan anak kembali normal.
Beberapa anak makan dengan baik sejak awal terapi namun banyak penderita
mendapatkan nafsu makannya kembali setelah 3-4 hari, setelah infeksi diobati.
Diet mengandung 75 Kkal/100ml dan meliputi :
(1)
(1)
infeksi
dengan
antibiotik
yang
sesuai
serta
antipiretik
(misalnya
(1)
(1)
Pada daerah seperti ini, anak-anak diare harus diperiksa secara rutin
adanya kekeruhan kornea dan lesi conjunctiva (Bitot's spot). Jika terdapat salah
satu, vitamin A per oral harus diberikan sekaligus dan pada hari berikutnya: 200
000 unit/dosis untuk usia 12 bulan sampai 5 tahun, 100 000 unit untuk usia 6
bulan sampai 12 bulan, dan 50 000 unit untuk usia kurang dari 6 bulan. Anakanak dengan malnutrisi tanpa adanya lesi pada mata dan adanya riwayat
campak dalam sebulan terakhir harus diberikan terapi yang sama. Ibu juga harus
diajarkan secara rutin untuk memberikan anak-anak mereka makanan yang kaya
karoten, ini termasuk buah-buahan berwarna kuning atau oranye dan sayuran
berdaun hijau gelap. Jika mungkin, telur, hati, atau lemak susu juga harus
diberikan.
(1)
jangan
diberikan
secara
rutin.
Karena
sulit
untuk
membedakan antara episode yang secara klinis berespon, seperti diare yang
disebabkan enterotoxic E. coli, dengan penyebab lain yang tidak berespon
terhadap antimikroba, seperti rotavirus atau Cryptosporum. Bahkan untuk infeksi
yang
berespon
secara
potensial,
memilih
antimikroba
yang
selektif
(1)
Antibiotik
diketahui
hanya
berguna
bagi
diare
berdarah
(mungkin
shigelosis), suspek kolera dengan dehidrasi berat, dan infeksi non intestinal
serius
seperti
diindikasikan.
pnemunia.
Sedangkan
obat
antiprotozoa
jarang
sekali
(1)
(misalnya
kaolin,
attapulgite,
smectite,
arang
aktif,
antimotilitas
(misalnya
loperamide
(1)
hidroklorida,
(1)
(1)
Sehingga obat-obat seperti ini tidak diperbolehkan untuk diare pada anak-anak.
(1)
(1)
Stimulan jantung. Syok yang terjadi pada diare akut disebabkan oleh
dehidrasi dan hipovolemia. Terapi yang benar yaitu IV yang cepat diimbangi
dengan infus larutan elektrolit yang seimbang. Penggunaan stimulan jantung
vasoactif dan obat-obatan (misalnya adrenalin, nikotinamida) tidak pernah
diindikasikan.
(1)
Darah atau plasma. Darah, plasma atau plasma sintetik ekspander tidak
pernah diindikasikan untuk anak-anak dengan dehidrasi karena diare. Anak-anak
ini memerlukan penggantian kehilangan air dan elektrolit. Namun, perawatan ini
digunakan, untuk pasien dengan hipovolemia karena syok septik.
(1)
(1)
Obat pencahar. Obat ini dapat membuat diare dan dehidrasi semakin
parah, obat-obat ini tidak boleh digunakan.
(1)
informasi
yang
didapatkan
ibu,
yang
terbaik
adalah
dengan
menekankan hanya satu atau dua saja dari poin-poin berikut, memilih yang
paling sesuai untuk ibu dan anaknya.
(1)
menerima makanan atau cairan lainnya, seperti air, teh, jus, sereal minuman,
susu
hewan
atau
formula.
Bayi
dengan
ASI
eksklusif
sangat
kecil
(1)
menggunakan
praktek-praktek
yang
higienis
ketika
mempersiapkan
makanan. Pilihan makanan pelengkap akan tergantung pola diet lokal dan
pertanian, serta pada kepercayaan dan praktek-praktek yang ada. Selain ASI
(atau susu hewan), makanan lunak (seperti sereal) harus diberikan. Bila
mungkin, telur, daging, ikan dan buah-buahan harus diberikan juga. Makanan
lain, seperti kacang-kacangan matang dan sayuran harus diberikan, terutama
yang ditambahkan beberapa minyak nabati (5-10 ml / porsi).
(1)
(1)
Keluarga harus:
Kumpulkan air dari sumber terbersih yang tersedia.
Tidak mandi, mencuci, atau buang air besar di dekat sumbernya. WC harus
ditempatkan lebih jauh 10 meter dan menuruni bukit.
Jauhkan binatang jauh dari sumber air.
Mengumpulkan dan menyimpan air ke dalam wadah yang bersih; kosong dan
bilas keluar wadah setiap hari, menjaga penyimpanan dengan wadah tertutup
dan tidak membiarkan anak-anak atau hewan untuk minum dari tempat
tersebut, mengambil air menggunakan gagang yang panjang dengan tujuan agar
tangan tidak menyentuh air.
Masak air yang digunakan untuk membuat makanan atau minuman untuk anakanak.
(1)
(1)
(1)
o Jangan makan makanan mentah, kecuali rusak buah-buahan dan sayuran yang
dikupas dan dimakan langsung.
o Cuci tangan dengan bersih dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum
menyiapkan makanan atau makan.
o Masak makanan sampai panas.
o Makanlah makanan saat itu masih panas, atau panaskan secara menyeluruh
sebelum makan.
o Cuci dan keringkan semua peralatan memasak setelah digunakan.
o Jauhkan makanan yang dimasak dan peralatan bersih secara terpisah dari
makanan mentah dan alat-alat yang berpotensi terkontaminasi.
o Lindungi makanan dari lalat terbang.
2.10.6 Penggunaan Jamban dan Pembuangan Kotoran yang Aman
Sebuah lingkungan yang tidak sehat memberikan kontribusi terhadap
penyebaran
penyebab
diare.
Karena
patogen
yang
menyebabkan
diare
yang
tepat
dapat
memotong
penyebaran
infeksi.
Feses
dapat
mencemari air tempat anak-anak bermain, ibu mencuci pakaian, dan tempat
sumber air untuk pemakaian keperluan rumah tangga. Setiap keluarga harus
mempunyai jamban yang bersih dan berfungsi dengan baik. Jika tidak tersedia,
keluarga harus buang air besar di tempat yang ditunjuk dan menguburkan
kotoran segera. Kotoran anak-anak cenderung mengandung patogen diare,
kotoran tersebut harus dikumpulkan segera setelah buang air besar dan dibuang
di jamban atau dikubur.
(1)
(1)
BAB IV
KESIMPULAN
Terdapat beberapa perbedaan antara pedoman penatalaksanaan diare
antara pedoman dari Depkes RI yang sekarang dipakai di Indonesia dengan
pedoman yang direvisi WHO tahun 2005. Perbedaan itu antara lain dibuatnya
komposisi oralit yang baru, pemberian zinc dalam pengobatan diare, dan adanya
perbedaan rencana terapi B untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang
ditentukan
berdasarkan
usia,
perubahan
antibiotik
alternatif
pada
(2)