Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

PBL FARMAKOTERAPI

Oleh :
A.MIFTA HAERATI
IRA KARMILA
SULJAWAHIRAH
SYAMSUARN RASAB
SARTIKA DEWI SYAIFUL

SAMATA - GOWA
2015
JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

1. Hubungan waktu paruh dengan aturan pemakaian!


Pada umumnya efek obat tergantung pada kadarnya dalam sirkulasi sistemik, maka
bisa dimengerti bahwa efek obat akan menurun/hilang setelah selang beberapa waktu dari
saat pemberian obat. Selang waktu ini bervariasi, tergantung dari laju eliminasi obat dalam
tubuh, atau dengan kata lain tergantung pada waktu paruh eliminasi (T1/2)nya. Obat dengan
nilai T1/2 panjang mungkin cukup dengan pemberian 1 x sehari (misalnya fenobarbital).
Dengan demikian, dapat dipahami pula mengapa seringkali diperlukan pemberian dosis
berulang pada pengobatan untuk penyakit-penyakit tertentu.
Secara definitif, T1/2 adalah waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi
sistemik berkurang menjadi separuhnya. Nilai T1/2 ini banyak digunakan untuk
memperkirakan berbagai kondisi kinetik, misalnya kapan obat akan habis dari dalam tubuh,
kapan sebaiknya dilakukan pemberian ulang (interval pemberian), kapan kadar obat dalam
sirkulasi sistemik mencapai keadaan tunak (steady state) pada pemberian berulang.
2. Efek tramadol digolongkan opiat!
Tramadol adalah salah satu obat jenis obat pereda sakit yang kuat yang digunakan
untuk menangani rasa sakit tingkat sedang hingga berat, misalnya rasa nyeri setelah operasi.
Tramadol memengaruhi reaksi kimia di otak dan sistem saraf yang pada akhirnya mengurangi
sensasi rasa sakit. Anjuran untuk mengonsumsi tramadol adalah tiap 4-6 jam sekali, tapi tidak
boleh lebih dari 400 mg dalam satu hari.
Cara Kerja Obat: TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor
opiat.
TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL
menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap
rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
3. Apa itu Cefadroxil!
Cefadroxil adalah obat antibiotik dengan spektrum luas. Cefadroxil bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi beberapa jenis bakteri. Cefadroxil bisa digunakan untuk mengobati infeksi
saluran kemih, kulit, pernapasan, atau tenggorokan. Obat ini bisa dikonsumsi oleh orang
dewasa maupun anak-anak.
Indikasi:
Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis
media. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi saluran kemih dan kelamin. - Infeksi lain:
osteomielitis dan septisemia.

Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.


Komposisi:
Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan cefadroxil
500mg.
Cara Kerja:Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian
oral. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk
penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.
Dosis:Dewasa:Infeksi saluran kemih:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 2 g sehari dalam dosis tunggal atau
dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Infeksi saluran pernafasan: Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis dan
tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal
atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.
Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua
dosis terbagi. Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua
dosis terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan
diberikan minimal selama 10 hari.
Efek Samping: Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis
pseudomembran. Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.
Interaksi Obat: Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas
sefalosporin terhadap ginjal.Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga
memperpanjang
dan
meningkatkan
konsentrasi
obat
dalam
tubuh.
Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 72 jam setelah
pemberian sefalosporin.
4. Hubungan pemberian cairan dan hipertensi!
Pemberian cairan seperti infus RL pada pasien ditujukan untuk menggantikan kehilangan
akut cairan tubuh dan memudahkan dalan pemberian terapi obat-obat parenteral. Pemberian
cairan bukan hanya tertuju pada pasien hipertensi, tetapi pada semua pasien yang sedang

dalam keadaan gawat darurat. Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan
fungsi tubuh. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan
dalam sel, sisa metabolisme memelihara suhu tubuh, dan membantu pencernaan. Disamping
kebutuhan cairan, elektrolit (Natrium, kalium, kalsium, klorida, dan posfat) sangat penting
untuk menjaga keseimbangan asam basa.

Anda mungkin juga menyukai