Anda di halaman 1dari 3

Dari Minyak Goreng sampai Properti

Oleh: Antony Lee


Kompas, Kamis, 18 Oktober 2012
http://cetak.kompas.com/read/2012/10/18/0411392/dari.minyak.goreng.sampai.properti
Elang Gumilang pernah berjualan donat, minyak goreng, lampu, hingga membuka kursus bahasa
Inggris. Saat memutuskan terjun di dunia properti, lalu membangun rumah sederhana
pertamanya sekitar lima tahun lalu, dia baru berumur 22 tahun. Kini Elang sudah membangun
ribuan rumah dan memberi lapangan kerja bagi ratusan orang.

Ia masih muda, bersemangat, dan cukup berhasil di bidang properti. Keuntungan usahanya
menembus angka miliaran rupiah per tahun. Setidaknya dalam lima tahun terakhir, Elang Group
mengembangkan sembilan perumahan di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.
Luas dan jumlah rumah yang dikembangkannya bervariasi, mulai kompleks perumahan seluas
1,5 hektar dengan jumlah sekitar 100 unit rumah, hingga kompleks seluas belasan hektar dengan
jumlah rumah lebih dari 500 unit.
Sebagian besar rumah yang ditawarkan Elang merupakan rumah sederhana sehat (RSH) dengan
harga relatif terjangkau. Rumah pertama yang dibangun Elang, bertipe 21 dengan luas tanah 60
meter persegi. Rumah tersebut ditawarkan dengan harga Rp 25 juta. Uang muka yang harus
dibayar konsumen masih Rp 1,25 juta, dengan cicilan per bulan Rp 89.000 selama 15 tahun.

Baru menginjak tahun 2012, ia mulai melirik pasar real estate. Elang sedang mengurus izin
perumahan seluas 5 hektar dengan harga di atas Rp 500 juta per unit di Bogor Barat, Kota Bogor.
Ia menganggap proyek ini sebagai salah satu upaya subsidi silang, guna mendanai proyek rumah
sederhana sehat lainnya.
Angka kebutuhan rumah di Indonesia mencapai 300.000 unit per tahun. Tetapi kalau mau
masuk ke dunia properti, saya menilai sulit jika kita harus langsung 'menghantam gajah',
berhadapan dengan real estate. Jadi, saya mulai dari yang kecil dulu, tutur Elang dalam
perbincangan beberapa waktu lalu.
Kami berbincang di sela-sela kesibukan Elang melihat dua proyek perumahan di Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor, yakni Griya Salak Endah dan Griya Ciampea PGRI Endah.
Sebagian besar perbincangan berlangsung di dalam mobil Toyota Rush silver, yang menjadi
rumah kedua Elang di tengah tingginya mobilitas pemuda itu.
Belum lulus
Bagi Elang, Griya Salak Endah sangat berkesan karena dari proyek itu, bisnisnya berkembang. Ia
terjun di bisnis properti tahun 2007, saat berusia 22 tahun. Waktu itu ia belum lulus kuliah.
Seorang teman mendorong Elang terjun ke bisnis perumahan.
Menurut temannya itu, notaris kenalan kakaknya menawarkan sebidang tanah yang sudah siap
dibangun, lengkap dengan siteplan dan perizinan seluas 5 hektar.
Sebuah instansi awalnya hendak membangun perumahan di lahan itu, tetapi bertahun-tahun
terbengkalai. Tanah itu dihargai Rp 1,6 miliar, dengan pembayaran dicicil selama setahun. Elang
tak punya uang sebanyak itu, tetapi ia mendekati orangtua beberapa teman kuliahnya, dan
terkumpul modal Rp 340 juta.
Ia mendekati pengembang yang bisa membangun rumah di lahan itu, tetapi dengan pembayaran
setelah akad kredit dengan bank. Alhasil 500 rumah terjual habis. Omzet perumahan itu
mencapai Rp 17 miliar, dengan keuntungan miliaran rupiah. Ia juga bisa membayar tanah tepat
waktu.
Namun usaha yang dirintisnya itu tak datang tiba-tiba. Elang meyakini bahwa yang akan menang
dalam sebuah kompetisi bukan orang yang pandai, tetapi orang yang bersungguh-sungguh.
Kepercayaan dari orangtua teman kuliahnya, dia dapatkan dari proses bertahun-tahun.
Kendati berasal dari keluarga menengah, dengan ayah kontraktor berskala menengah, Elang
sejak kecil berusaha mandiri. Saat menginjak sekolah menengah atas, ia berjualan donat dan roti
bersama beberapa teman sekolahnya.
Saat hendak kuliah tahun 2003, ia mengubah strategi menjadi pemburu perlombaan di bidang
ekonomi. Ia memenangkan lomba yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Selain mendapat hadiah uang, ia juga mendapat tawaran
beasiswa.

Karena mau serius usaha, jadi saya pilih kuliah di Bogor karena sudah tahu medan bisnis di
sini, tuturnya.
Mengantar pesanan
Begitu mulai kuliah, Elang berjualan minyak goreng. Modal awal Rp 4 juta didapat dari ibu
temannya yang terkena pemutusan hubungan kerja. Ia membeli minyak goreng dari agen, lalu
menjual kepada penjual gorengan dan beberapa toko kecil dengan harga saat itu Rp 4.800 per
liter. Dari setiap liter yang terjual, ia dapat untung Rp 500.
Kadang Elang mengantar pesanan dengan angkutan kota atau sepeda motor. Tidak jarang juga, ia
mengantar barang dengan berjalan kaki. Hujan sekalipun ia tetap mengantar pesanan demi
menjaga kepercayaan pelanggan.
Tangan luka dan lecet, saya sudah biasa. Tetapi akhirnya ketahuan orangtua. Kami buat
perjanjian, saya hanya boleh jualan kalau nilai indeks prestasi kumulatif saya di atas 2,75 dan
saya bisa, cerita Elang.
Selain itu, ia juga menyempatkan diri berjualan ikan yang dibeli dari beberapa daerah di pantai
utara Pulau Jawa. Ia juga sempat berjualan lampu di kampus. Elang pun membuat usaha kursus
bahasa Inggris. Rekam jejak itu yang membuat orang mempercayai dia.
Usaha yang dijalani Elang tak selalu mulus. Pada awal berusaha ia kesulitan meminjam uang
kepada bank. Ada salah satu bank dekat kampus saya yang bilang, 'Lebih baik meminjamkan
uang ke tukang gorengan dari pada buat mahasiswa. Anak muda enggak bisa dipercaya.' Tetapi
itu dulu, sekarang banyak yang menawarkan bantuan kepada anak muda yang mau berusaha,
tuturnya.
Beberapa kali Elang terpaksa harus menunggu lama saat hendak menemui beberapa relasi,
lantaran tidak dipercaya sebagai pengusaha properti karena masih terlalu muda.
Oleh karena itulah, biasanya langkah awal saya adalah mengirim delegasi orang yang lebih tua
dari saya ha-ha-ha, ceritanya.
Elang masih berharap bisa mengembangkan usahanya dengan konsentrasi utama membangun
rumah sederhana sehat. Ia mengaku terharu bisa membantu masyarakat berpenghasilan rendah
untuk memiliki rumah, sesuatu yang menjadi impian banyak orang.
Untuk mendukung keinginan itu, dia berharap bisa memiliki perusahaan pembiayaan agar lebih
mempermudah usahanya di bidang properti.

Anda mungkin juga menyukai