Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT
Oktober 2012

KONTRASEPSI HORMONAL

OLEH :

Donny Pakaya
110 202 0072

PEMBIMBING :

dr. Endang Ruslianty

SUPERVISOR :

dr. H. Nur Rahmah, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.

PENDAHULUAN ...........................................................................
PEMBAGIAN KONTRASEPSI .....................................................
FISIOLOGI HAID ..........................................................................
HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON ..........................
CARA KERJA KONTRASEPSI HORMONAL.............................
JENIS KONTRASEPSI HORMONAL ..........................................
EFEK SAMPING KONTRASEPSI HORMONAL ........................

1
2
4
7
9
10
13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

19

KONTRASEPSI HORMONAL
I.

PENDAHULUAN
Program Keluarga Berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis,

komprehensif dan fundamental dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera yang
tidak terpisahkan dengan program pendidikan dan kesehatan.1
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor
52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
menyebutkan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.1
Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar
mendukung program kontrasepsi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk
(population control) dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga melalui penggunaan
alat-alat kontrasepsi. Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
melawan atau mencegah (against), sedangkan konsepsi adalah fertilisasi yaitu hasil
pertemuan antara sel ovum yang matang dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah alat, teknik atau metode untuk menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel ovum yang matang dengan
sel sperma.1,2
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan
reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Awal perkembangan kontrasepsi hormonal
dimulai pada awal abad ke-20 dimana diketahui bahwa korpus luteum dapat menghambat
ovulasi. Pada tahun 1921, Haberlandt melakukan transplantasi ovarium binatang percobaan
yang sedang hamil kepada binatang lain dari spesies yang sama. Ia menemukan kemandulan
sementara bagi binatang yang menerima transplantasi. Pada tahun 1930, Allen melakukan
isolasi progesteron, dan pada tahun-tahun berikutnya Bickenbach dan Von Massenbach
menemukan bahwa progesteron, testosterone dan estrogen dapat menghambat proses ovulasi.
Semenjak itu, perkembangan kontrasepsi hormonal berlansung terus. Pada tahun 1960 yaitu
pada era kontrasepsi moden, pil kombinasi estrogen-progesteron mulai digunakan oleh
masyarakat.2,3

II.

PEMBAGIAN KONTRASEPSI

A)

Pembagian cara kontrasepsi, yaitu :

1. Cara kontrasepsi sederhana dapat dilakukan sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan
medis terlebih dahulu. Kontrasepsi ini digolongkan menjadi dua yaitu tanpa alat dan
menggunakan alat. Contoh kontrasepsi sederhana tanpa alat yaitu: senggama terputus
(coitus interruptus), pantang bersetubuh (periodic abstinence), pantang berkala (sistem
kalender) dan Lactational Amenorrhea Method (LMA). Sedangkan kontrasepsi
sederhana menggunakan alat yaitu male dan female condom, diafragma, servikal cap,
vaginal sponge dan spermatisida (cream, jelly, tablet vaginal atau cairan berbusa). 4,5
2. Cara kontrasepsi modern (effective methods). Cara kontrasepsi ini dibedakan atas
kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak permanen
dapat dilakukan dengan pil hormonal, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
suntikan, dan kontrasepsi implan. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat
dilakukan dengan metoda mantap atau sterilisasi, yaitu dengan operasi tubektomi
(sterilisasi pada wanita), dan vasektomi (sterilisasi pada pria). 4,5
B)

Berdasarkan mekanisme kerjanya kontrasepsi dapat dibagi menjadi

1. Kontrasepsi Non Hormonal


Kontrasepsi non hormonal merupakan berbagai macam metode dan teknik untuk
mencegah kehamilan yang dibagi menjadi 3 yaitu kontrasepsi teknik, kontrasepsi
mekanik dan metode sterilisasi. 5,6

Kontrasepsi Teknik seperti periodic abstinence dengan menggunakan calendar


methods, temperature method, cervical mucus method atau sympatothermal
method, metode pemberian ASI (metode LAMLactational Amenorrhoe Method),
dan senggama terputus (coitus interruptus). 5, 6

Kontrasepsi Mekanik (Barrier Methods) seperti penggunaan kondom laki-laki


dan wanita, diafragma, servikal cap, vaginal sponge dan AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim). 5, 6

Kontrasepsi Mantap atau Metode Sterilisasi yaitu pencegahan kehamilan dengan


mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria
(vasektomi). 5, 6

2. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal berisi 2 hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon
4

sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo MPA), yang
jenis hormonnya adalah progesteron alamiah.3
Kontrasepsi hormonal dapat berupa kombinasi estrogen dan progesteron atau
progesteron saja. Pada kontrasepsi hormonal digunakan estrogen dan progesteron sintetik.
Estrogen sintetik adalah etinil estradiol, mestranol dan progesteron sintetik adalah progestin,
norethindron, noretinodrel, etinodiol, norgestrel. Alasan utama untuk menggunakan estrogen
dan progesteron sintetik adalah bahwa hormon alami hampir seluruhnya akan dirusak oleh
hati dalam waktu singkat setelah diabsorbsi dari saluran cerna ke dalam sirkulasi porta. 3,5,7

Kontrasepsi Hormonal Kombinasi (Combined Hormonal Contraception)


Kontrasepsi hormonal kombinasi dapat diberikan secara oral (pil KB kombinasi),

secara sistemik (suntikan), transdermal patch dan melalui combined contraceptive vaginal
ring (CCVR). 7

Kontrasepsi Hormonal Hanya Progesteron (Progesteron-Only Contraception)


Kontrasepsi hormonal dengan progestogen menghindari efek samping estrogen. Ini

tersedia dalam berbagai metode pemberian seperti oral, suntikan, implan dan sistem
intrauterin (IUS). Implan dan yang terakhir IUS masing-masing efektif selama 3 tahun dan 5
tahun. 7

Gambar 1. Jenis-jenis kontrasepsi


(dikutip dari http://media.tanyadokteranda.com)
5

III. FISIOLOGI HAID


Menstruasi atau haid adalah proses pelepasan atau deskuamasi lapisan fungsional
endometrium secara siklik dan periodik yang diikuti dengan terjadinya pendarahan per
vaginam akibat penurunan hormon progesteron karena endometrium tidak menerima hasil
fertilisasi atau tidak terjadinya kehamilan. Siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari
namun panjang siklus haid yang normal dapat bervariasi antara 21-35 hari. Lamanya haid
normal antara 3-7 hari dan jumlah darah menstruasi yang keluar adalah antara 10 ml-80 ml
dengan rata-rata 35 ml per hari.8
Kurang lebih 50% darah menstruasi dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan
menstruasi terdiri dari autolisis fungsional, cairan serous, eksudat inflamasi, jaringan
endometrium, sel darah merah, dan enzim proteolitik. Haid merupakan ciri khas kedewasaan
seorang wanita dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai
persiapan untuk kehamilan. Proses perubahan ini merupakan suatu kompleks saling
mempengaruhi dan merupakan kerjasama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium serta pengaruh dari glandula tiroidea, korteks adrenal dan kelenjarkelenjar endokrin lainnya.8
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium mengalami
perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Siklus menstrual dapat
dibedakan menjadi 4 stadium endometrium yaitu 8:

1. Stadium haid (Menstrual Phase)


Pada masa ini, jaringan endometrium yang nekrotik yaitu stratum fungsional dilepaskan
dari dinding uterus disertai dengan perdarahan pervaginam. Hanya lapisan tipis yang tinggal
yang disebut stratum basale, stadium ini berlangsung 1-5 hari. Haid yang keluar berupa
jaringan endometrium yang terlepas, darah dari arteri spiralis, lendir serviks dan cairan
serous. Darah haid tidak membeku karena terjadinya fibrinolisis akibat adanya fermen yang
mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan endometrium.8
2. Stadium proliferatif (Proliferative Phase)
Bermula dari berhenti darah menstruasi dari hari ke-6 sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulai fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan uterus bagi implanasi ovum yang telah difertilisasi. Pada
6

fase ini sel-sel endometrium dibawah pengaruh hormon estrogen mulai mengalami mitosis
dan proliferasi disertai dengan angiogenesis dari arteri spiralis. Estrogen juga berperan
menstimulasi endometrium untuk menghasilkan estrogen receptor dan progesteron receptor.
Pada fase ini, endometrium mencapai ketebalan 3.5 mm. Antara hari ke-12 dan ke-14,
dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.8
3. Stadium sekresi (Secretory Phase)
Pada stadium ini endometrium mengalami penebalan selanjutnya dan kelenjar
endometrial menjadi panjang dan berliku serta mengeluarkan lendir. Dalam endometrium,
terjadi akumulasi cairan yang terdiri dari glikogen yang kelak diperlukan sebagai suplai
nutrisi untuk zigot. Jadi perubahan ini merupakan persiapan endometrium untuk menerima
hasil konsepsi yang bakal berimplantasi. Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan
atas yang padat (stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari
kelenjar-kelenjar, lapisan mampung (stratum spongiosum) yang banyak lubangnya karena
disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum basale.
Stadium berlangsung dari hari ke hari 15-26 dengan ketebalan maksimal endometrium 5-6
mm.8
4. Stadium pra-haid (Pre-menstrual Phase)
Akibat tidak terjadinya kehamilan, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan
produksi hormon progesteron akan menurun. Penurunan hormon progesteron akan
mengakibatkan arteri spiralis mengalami spasme dan kontraksi dan akhirnya menyebabkan
lapisan endometrium mengalami iskemik karena kekurangan aliran darah. Endometrium yang
iskemik dan nekrotik akan dilepaskan sebagai darah haid dalam siklus menstruasi seterusnya.
Stadium ini berlangsung antara hari ke 27-28.8

Gambar 2.
Perubahan hormon pada siklus menstruasi
(dikutip dari kepustakaan 8)
Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium, glandula

tiroidea, glandula supra renalis dan kelenjar

kelenjar endokrin lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah
hubungan antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi fase follikuler dan fase luteal.8
1.

Fase follikular, hari 1-13 (Follicular Phase)


Setelah menstruasi terjadi, pada fase follikuler dini, beberapa follikel berkembang oleh

pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus
luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya follikel di bawah
pengaruh FSH, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder dan akhirnya folikel de
graaf.

Sel granulosa dari folikel yang matang akan memproduksi hormon estrogen.

Perkembangan follikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Pada
awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur, kemudian dengan cepat mencapai
puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak
terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan
terjadinya ovulasi pada hari ke-14 siklus menstruasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira
8

24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen
menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen
mungkin disebabkan perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan
balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Pecahnya folikel terjadi antara 16
24 jam setelah LH-surge.8
2. Fase Luteal, hari 15-28 (Luteal Phase)
Pada fase luteal, setelah ovulasi sel-sel granulosa membesar membentuk vakuola dan
bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam
lapisan granulose juga bertambah dan mencapai puncaknya pada hari 8 9 setelah ovulasi .
Luteinized granulose cells dalam korpus luteum menghasilkan progesteron yang banyak, dan
luteinized theca cells pula menghasilkan estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu
meningkat pada fase luteal. Hormon estrogen dan progesteron yang tinggi menekan produksi
FSH dan LH sehingga tidak terjadi pematangan folikel yang baru. Mulai 10 12 hari setelah
ovulasi, sekiranya tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur
disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan mengalami involusi menjadi korpus
albikan. Ini diikuti dengan menurunnya sekresi hormon progesteron dan estrogen sehingga
memberi umpan balik terhadap peningkatan produksi FSH dan LH oleh kelenjar pituitari
untuk memulai siklus menstruasi selanjutnya. Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum
diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang
dibuat oleh sinsitiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus
luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal.
HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 10 minggu kehamilan.
Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.8
IV.

HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON

1)

Estrogen
Estrogen adalah hormon steroid dengan 18 atom C dan dibentuk terutama dari 17-

ketosteroid androstendion. Estrogen dibagi menjadi 3 jenis, yaitu estrogen alamiah dan
sintetik. Jenis estrogen alamiah terpenting adalah estradiol (E2) estriol (E3) dan estron (E4).
Untuk penghantaran dalam darah estrogen diikat oleh protein yang khas yaitu Sex Hormone
Binding Globulin (SHBG). Estrogen baru akan bekerja aktif setelah terlebih dahulu diubah
menjadi estradiol.3,9

Sumber utama estradiol pada wanita adalah sel-sel teka dan granulosa ovarium dan
turunan luteinisasi dari sel-sel ini. Berdasarkan teori sintesis estrogen kedua sel ini, sel-sel
teka mensekresikan androgen yang menyebar ke sel-sel granulosa teraromarisasi menjadi
estrogen. Kedua bentuk sel ini mungkin mampu untuk membentuk androgen dan estrogen.
Estron dan estriol utamanya dibentuk di hati dari estradiol.9
Sejak menars sampai menopause, estrogen utama yang berperan adalah 17-estradiol
dengan kadar tertinggi pada saat sebelum ovulasi dalam siklus menstrual. Walau
bagaimanapun, peran estradiol diambil alih oleh estriol selama kehamilan dan pada wanita
post menopause estrone menjadi bentuk estrogen utama dalam tubuh. Di dalam tubuh, ketiga
jenis estrogen tersebut dibuat dari androgen terutama testosteron dan androstenedion yang
berasal dari kolesterol. Konversi testosteron menjadi estradiol dan androstenedion menjadi
estron dikatalisasi dengan bantuan enzim aromatase. 9

Gambar 3. Efek-efek estrogen pada wanita


Dikutip dari kepustakaan 9

2)

Progesteron

10

Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan oleh plasenta saat kehamilan.
Progesteron baru akan bekerja pada organ sasaran bila terbentuk terlebih dahulu reseptornya
oleh estrogen artinya estrogen menyediakan reseptor dalam jumlah yang cukup bagi
progesteron untuk dapat bekerja.3
Fungsi hormon progesteron adalah sebagai berikut 3,8:

Menyiapkan endometrium untuk implanasi blastokista


Endometrium yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesteron berubah
menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin bertambah yang sangat penting
sebagai bahan makanan dan menunjang ovum.

Mencegah kontraksi otot otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas uterus

secara spontan karena pengaruh oksitosin.


Serviks uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir yang kental,
sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit sehingga sukar dilalui

spermatozoa.
Mempengaruhi tuba fallopi yaitu glikogen dan vitamin C tertimbun banyak didalam

mukosa tuba sehingga menyebabkan pergerakan dan peristaltic tuba terhambat.


Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal.
Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mamma pada fase luteal, sedang

estrogen mempengaruhi epitel saluran.


Merangsang natriuresis dan sebaliknya menambah produksi aldosteron.
Merangsang pusat pernafasan sehingga respirasi bertambah.

Mungkin menambah sekresi LH.

V.

CARA KERJA KONTRASEPSI HORMONAL

1)

Mekanisme Kerja Estrogen


Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi,

perjalanan ovum atau implanasi. Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah estradiol,
estron, dan estriol. Ovulasi dihambat melalui pengaruh negative feedback estrogen terhadap
hipothalamus dan selanjutnya menghambat sekresi FSH dan LH. Estrogen menghambat
sekresi FSH (follicle stimulating hormon) oleh kelenjar pituitari dan menekan proses
pematangan folikel di ovarium. Dengan tidak terjadinya ovulasi, maka tidak tersedia ovum
untuk dibuahi sperma pada saat coitus. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang
mengandung estrogen 50 g, walaupun dengan dosis tinggi efek menghambat ovulasi sekitar
95%-98%. Hal ini dipengaruhi efek dari progesteron disamping estrogen.2
2)

Mekanisme Kerja Progesteron


11

Progesteron adalah suatu steroid yang disekresikan oleh korpus luteum, plasenta (dalam
jumlah kecil) dan folikel. Progesteron secara alamiah adalah 17a-hidroksiprogesteron.
Merupakan hormon yang secara alami terutama diproduksi oleh corpus luteum dan plasenta
yang berperan dalam reproduksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implanasi telur
dan membantu perkembangan serta berfungsinya kelenjar mamma. Di samping efek
progestationalnya, progestin sintetik tertentu memiliki efek anabolik, androgenik atau
estrogenik (biasanya lemah). Progesteron merupakan progestin alami yang paling banyak
yang selain efeknya sebagai hormon juga berfungsi sebagai prazat untuk produksi berbagai
androgen, kortikosteroid dan estrogen secara endogen. 2,4
Progesteron juga sebagai kontrasepsi dimana progesteron memberi efek sebagai
berikut : 2,4
1.

2.

3.

4.

Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih kental sehingga penetrasi dan
transportasi sperma selanjutnya lebih sulit.
Kapasitasi sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitasi diperlukan oleh sperma untuk
membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.
Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi maka perjalanan ovum dalam tuba akan
dihambat akibat berkurangnya motilitas silia-silia tuba.
Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun ovulasi
dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang, sehingga
terjadinya atrofi lapisan endometrium dan implanasi blastokista tidak memungkinkan.

5.

Penghambatan ovulasi melalui fungsi hypothalamus-hipofisis-ovarium axis.

VI.

JENIS KONTRASEPSI HORMONAL

1)

Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung

hormon estrogen dan progestron sintetik yang digunakan untuk mencegah hamil. Kontrasepsi
oral terdiri atas :
a)

Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progesteron sintetik yang diminum
setiap hari selama 3 minggu yang terdiri dari regimen 21-22 pil yang setiap pilnya
berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, yaitu 15-50 mcg untuk penggunaan
satu siklus. Pil pertama mulai diminum pada hari kelima siklus haid selanjutnya setiap
hari 1 pil selama 21-22 hari diikuti dengan 7 hari pill free interval (PFI) yang biasanya
diberikan tablet placebo berupa ferro fumarat atau laktulosa. Umumnya 2-3 hari
12

sesudah pil terakhir diminum akan timbul perdarahan haid yang merupakan perdarahan
putus obat (withdrawal bleeding ). Penggunaan pada siklus selanjutnya sama seperti
siklus sebelumnya yaitu pil pertama ditelan pada hari kelima siklus siklus haid. Preparat
hormon estrogen yang sering dipakai dalam pil kombinasi adalah mestranol dan
ethinylestradiol. Manakala preparat hormon progesteron terdiri dari tiga generasi yaitu
first dan second generation (norethindrone, norethindrone acetate, ethynodiol
diacetate, norgestrel, levonorgestrel) dan third generation (gestodene, desogestrel,
norgestimate) 2, 4, 5, 6, 7
b)

Pil sekuensial, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan urutan hormon
yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,
estrogen hanya diberikan selama 14 16 hari pertama di ikuti oleh kombinasi
progestrone dan estrogen selama 5 7 hari terakhir. Efek utama pil ini adalah
menghambat ovulasi. Dosis estrogen pada pil sekuensial lebih tinggi daripada dosis
estrogen pada pil kombinasi. 2

c)

Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progesteron dalam dosis kecil
( 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat haid. Pil mini tidak
menghambat ovulasi tetapi mengakibatkan perubahan pada mukus servikal, motilitas
tuba, pengaruh terhadap korpus luteum dan endometrium. Pil mini bukan menjadi
pengganti dari pil oral kombinasi, tetapi hanya sebagai suplemen/tambahan, untuk
wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi sedang menyusui atau untuk
wanita yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.2, 4, 8, 6, 7

d)

Morning after pil (kontrasepsi darurat, pil pasca senggama). Konsep metoda
kontrasepsi sesudah hubungan intim bukanlah hal yang baru dan cukup menarik. Dosis
tinggi estrogen tunggal (misalnya 25 mg dietilstilbestrol sehari selama 5 hari) atau
kombinasi dengan progestogen (100 g etinilestradiol dan 1 mg levonorgestrel 2 kali
sehari dengan selang waktu 12 jam) dapat mengurangi risiko kehamilan setelah
hubungan intim yang tidak dijaga dengan efek samping mual dan gangguan siklus
menstruasi. Kenyataan bahwa obat harus digunakan dalam waktu 72 jam setelah
senggama, di samping penyalahgunaannya untuk menggugurkan kandungan, kurang
mendukung penggunaannya. 2, 4, 8, 6, 7

13

2)

Kontrasepsi Injeksi/ Suntikan


Kontrasepsi suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang popular.

Kontrasepsi suntikan yang umum digunakan adalah :


a)

DMPA (Depo Medroxy Progesteron Acetat), atau nama dagangnya Depo-Provera


mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

b)

intramuscular.
Cyclofem yang mengandung 50 mg medroksiprogesteron asetat dan 10 mg estradiol
sipionat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali

c)

Norethisterone enanthate (Noresterat) dengan dosis 200 mg, diberikan setiap 2 bulan
dengan cara disuntik intramuscular.

3)

Implan
Kontrasepsi implan mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi, membuat lendir

serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Implan adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam bawah kulit, yang memiliki
keefektivitas yang cukup tinggi, dan merupakan kontrasepsi jangka panjang 5 tahun serta
efek perdarahan lebih ringan dan idak menaikan tekanan darah. Sangat efektif bagi ibu yang
tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen.2
Salah satu kontrasepsi implan yang beredar di pasaran adalah Norplant. Norplant terdiri
dari 6 kapsul , masing-masing mengandungi 36mg levonorgestrel dengan diameter 2,4 mm
dan panjang 3,4 cm. Setelah disusukkan keenam kapsul di bawah kulit, akan mengeluarkan
80 mcg levonorgestrel per hari selama 8- 18 bulan pertama. Norplant generasi kedua terdiri
atas 2 kapsul dengan diameter 2,4mm dan panjang 4,4cm. Norplant mempunyai daya guna
paling tinggi antara kontrasepsi lainnya dengan angka kegagalan sebanyak 0.3 per 100 wanita
per tahun. Selain itu, Implanon dibuat dengan hanya satu implan yang mengandung 68 mg 3keto-desogestrel. Implanon efektif sebagai kontrasepsi selama 3 tahun. Implanon di bawah
kulit akan mengeluarkan 60-70 mcg per hari pada awal pemakaian dan akan berkurang
menjadi 25-30 mcg setelah 3 tahun. 2,4
4)

AKDR Hormonal
AKDR hormonal atau Intrauterine System (IUS) yang beredar saat ini mengandung

sekitar 25% dari kadar hormon progestin yang digunakan pada kontrasepsi hormonal yaitu
sekitar 46-60 mg dengan pelepasan 20 cg per hari. AKDR levonorgestrel (Mirena) efektif
digunakan selama 5 tahun. Bentuknya menyerupai AKDR copper Nova-T, namun tanpa
mengandung copper. Komponen vertikalnya mengandung 52 mg hormon levonorgestrel
sintesis.

IUS

dengan

progestogen/levonorgestrel

(Mirena)

menghambat

ovulasi,
14

menyebabkan penebalan mukus serviks hingga menghambat penetrasi sperma, juga


menyebabkan endometrium menjadi tipis sehingga sulit terjadi implanasi janin di
endometrium, dan progesteron juga mengakibatkan endometrium menjadi atrofi. Selain itu,
sama seperti IUD dengan tembaga, Mirena (yang dianggap sebagai benda asing di uterus)
juga menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi yang bersifat spermisidal dan ovisidal. 2,4
VII. EFEK SAMPING KONTRASEPSI HORMONAL
a) Kontrasepsi Oral
1. Pil Kombinasi
Pil kombinasi berisi derivat estrogen dan progestin seperti microgynon yang
mengandung etnylestradiol 0,05 mg, levonogestrel 0,15 mg. Adapun efek samping dari
pil kombinasi yaitu :
a. Hipertensi
Pil Kombinasi yang digunakan dapat berefek samping terhadap tekanan darah.
Pada penggunaan dengan dosis yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah
140/90 atau lebih. Peningkatan ini diduga karena estrogen dapat menginduksi
terjadinya peningkatan pada substrat renin. 2, 4, 7,
b. Peningkatan risiko trombosis vena, serangan jantung, stroke
Secara umum, penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dapat meningkatkan
trigliserida dan kolesterol total. Efek kerja estrogen menurunkan konsentrasi
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan kolesterol HDL
(High Density Lipoprotein). Sementara efek kerja progestin menyebabkan
terbalik. Preparat estrogen menghambat proliferasi sel otot polos vaskuler
sehingga penggunaan pada pasien dengan resiko penyakit jantung dan stroke
perlu diperhatikan. 2, 4, 5, 7
c. Kenaikan berat badan
Lebih lanjut, penggunaan dosis kontrasepsi oral yang tinggi, menurunkan
toleransi glukosa, terutama yang dimediasi oleh komponen progestin, sehingga
menjadi perhatian klinis. Pengaruh kontrasepsi hormonal pada metabolisme
karbohidrat sebenarnya sangat kompleks. Pada pemberian pil oral kombinasi,
dapat terjadi gangguan penggunaan glukosa yang akan dikompensasi oleh
meningkatnya sekresi insulin. Pada beberapa akseptor, terutama pada mereka
yang mempunyai predisposisi genetik atau yang dalam riwayat keluarganya ada
pasien diabetes melitus, pil ini dapat menurunkan toleransi karbohidrat, meskipun
hal ini bersifat reversibel. Gangguan ini antara lain disebabkan oleh

15

meningkatnya hormon pertumbuhan yang sering terjadi pada tahun pertama


penggunaan obat, hormon pertumbuhan ini bersifat anti-insulin. 2, 4, 5, 7, 10
Estrogen dan progestin, kedua-duanya dapat mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, tetapi tampaknya progestinlah yang mempunyai efek lebih besar.
Disamping mempengaruhi metabolisme karbohidrat, preparat progesteron
menghambat aldosteron untuk mereabsorbsi natrium sehingga pasien terkadang
mengalami retensi natrium sehingga apabila terjadi retensi natrium maka
meningkatkan penarikan air sehingga pasien tampak berat badan semakin
meningkat. 2, 4, 5, 7, 10
d. Nyeri payudara
Stimulasi terhadap kelenjar payudara terjadi sebagian besar pada akseptor yang
menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen. Beberapa akseptor pil
kombinasi

mengalami

pembesaran

kelenjar

payudara.

Kadang-kadang

pembesaran kelenjar ini disertai rasa nyeri tekan, dan hal ini sering berhubungan
dengan besarnya dosis obat. Penyebab keadaan di atas belum diketahui dengan
jelas. Penggunaan preparat kombinasi estrogen dapat menghambat laktasi.
Besarnya hambatan laktasi ini berkaitan dengan dosis estrogen atau progestin
yang digunakan. Umumnya estrogen dapat menghambat laktasi sedangkan
derivat progesteron hampir tidak mempengaruhi laktasi. 2, 4, 5, 7, 10
e. Perdarahan bercak atau spotting (terjadi pada 3 bulan pertama) dan Amenorea
Penggunaan hormon kelamin eksogen terus menerus dapat menyebabkan fungsi
ovarium relatif menurun, pertumbuhan folikel dan korpus luteum terganggu dan
sekresi hormon endogen menurun. Perubahan ini biasanya akan menghilang bila
penggunaan obat dihentikan, tetapi pada penggunaan kontrasepsi hormonal
jangka panjang, kembalinya fungsi ovarium ini membutuhkan waktu yang cukup
lama. 2, 4, 5
Penggunaan kontrasepsi dosis besar atau jangka panjang, dapat menyebabkan
perubahan gambaran histologi endometrium dan miometrium. Umumnya terjadi
hipertrofi miometrium, dilatasi sinusoid dan edema. Pemberian progestin jangka
panjang

dapat

menyebabkan

atrofi

endometrium,

sedangkan

estrogen

menyebabkan otot uterus menjadi lunak dan mengalami hipertrofi. Perubahan


tersebut pada umumnya bersifat reversibel. Perubahan morfologi ini disebabkan
oleh adanya perubahan biokimiawi dan enzimatik yang cukup kompleks, dengan
akibat terjadi perubahan metabolisme endometrium. 2, 4,5
f. Kloasma

16

Kloasma terjadi karena estrogen merangsang perkembangan pigmentasi pada


kulit. Kebanyakan pigmentasi terjadi pada pasien yang berkulit warna gelap dan
selalu terpapar sinar ultraviolet. 2, 4, 5
2. Pil Mini 2, 4, 5, 7
Pil mini dalam kemasan dengan isi 28 pil mengandung 75 mikro gram
desogestrel. Sedangkan pil mini dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300
mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram noretindron. Metode ini cocok untuk
ibu menyusui yang ingin memakai Pil KB. Sangat efektif pada masa laktasi dan tidak
menurunkan produksi ASI. Tidak memberikan efek samping estrogen. Beberapa contoh
pil mini yang beredar di Indonesia :
1. Micrinor, NOR-QD, noriday, norod mengandung 0,35 mg noretindron.
2. Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
3. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
4. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
5. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan pil progestin atau mini pil
antara lain: 2, 4, 5, 7, 10
1. Gangguan haid (perdarahan bercak, spotting, amenorea dan haid tidak teratur)
Gangguan haid yang dialami pada pasien dengan menggunakan pil mini hamper
sama yang terjadi jika menggunakan pil kombinasi. Ditambah lagi jika terdapat
tidar teraturnya pasien dalam mengkonsumsi pil tersebut.
2. Peningkatan berat badan
Biasanya disebabkan hormon progesteron yang menyebabkan nafsu makan
bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, selain itu dengan mudah terjadi
perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit
akan bertambah.
3. Payudara tegang
Efek progesteron dapat merangsang proliferasi asini payudara sehingga beberapa
pasien mengeluhkan payudara menjadi tegang.

b) Kontrasepsi Suntikan
17

Pemakaian kontrasepsi suntik memiliki beberapa efek samping, berikut ini merupakan
beberapa efek samping yang dihasilkan dari pemakaian KB suntik DMPA (Depo-Provera)
yaitu :
1. Gangguan Haid : 2, 4, 5
a) Amenore yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi.
Ini karena dosis tinggi progestin menginhibisi ovulasi di ovarium yang
menganggu siklus menstruasi.
b) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan

kontrasepsi

suntikan.

Dosis

tinggi

progestin

menganggu

perkembangan follikel dan ovulasi di ovarium. Ovulasi yang inkonsisten dan


produksi hormon estrogen endogen yang berfluktuasi menyebabkan terjadinya
pendarahan irregular.

Selain itu, ini dikarenakan efek langsung progesteron

terhadap vaskular endometrium hingga menyebabkan atrofi endometrium.


c) Metroragia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
Pemberian kontrasepsi hormonal sering menyebabkan gangguan siklus haid.
Beberapa akseptor kontrasepsi oral dengan dosis estrogen yang rendah dapat
menjadi amenore, atau hanya spotting. Beberapa akseptor kontrasepsi suntikan
sering mengalami perdarahan sedikit-sedikit (spotting), yang kadang-kadang
berkepanjangan. Pada penghentian penggunaan golongan obat ini, sebagian
akseptor akan mengalami ovulasi kembali segera setelah obat dihentikan, pada
sebagian lain ovulasi baru terjadi beberapa bulan sesudahnya, bahkan ada pula
yang terjadi beberapa tahun setelah kontrasepsi dihentikan. Sebab terjadinya
diduga hal ini berhubungan dengan ketidakseimbangan hormon sehingga
endometrium mengalami perubahan histology dan adanya waktu yang dibutuhkan
ovarium untuk kembali ke keadaan fungsi yang normal. Keadaan amenore
disebabkan atrofi endometrium dimana sebelumnya tidak terjadi ovulasi di
ovarium sehingga tidak akan terjadi fase sekresi di endometrium dimana pada
2.

fase sekresi ini terjadi penebalan dinding ovarium.


Perubahan Berat Badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan
kontrasepsi suntikan. Biasanya disebabkan hormon progesteron yang menyebabkan
nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, selain itu dengan mudah terjadi
perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak sehingga lemak di bawah kulit akan
bertambah. Kontrasepsi suntik seperti DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu
makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
2, 4, 5, 10

18

3. Pusing dan sakit kepala.Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi,
kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini biasanya bersifat sementara. 2, 4
4. Keputihan
Penyebabnya yaitu efek progesteron merubah flora dan pH vagina, sehingga jamur
mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan. 2, 4
5. Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit. 2, 4
c) Kontrasepsi Implan
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implan tidak berbahaya. Yang paling
sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap pemakaian,
seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian yang tidak haid
sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 6 bulan pertama sesudah beberapa bulan
kemudian. Efek samping kontrasepsi implan adalah nyeri, gatal atau infeksi pada tempat
pemasangan Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah sakit kepala, mual,
mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan.
2, 4, 5

Jerawat dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit
yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik
levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan
dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormone binding globulin),
menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas baik levonogestrel maupun testosterone. 2, 4, 5
Pemasangan dan pengangkatan implan pula memerlukan prosedur pembedahan minor
yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan metode
tersebut tanpa bantuan klinisi. Resiko infeksi dan pendarahan jarang terjadi pada prosedur
pemasangan implan. 2, 4, 5
d) AKDR Hormonal
1. Ekspulsi biasanya terjadi pada 3-6 bulan pertama, yang dapat sebagian atau seluruh
AKDR. Ekspulsi dapat diketahui oleh pasien pada waktu memperhatikan darah
haidnya. Pasien dapat pula diberi petunjuk cara meraba filamen sendiri sebelum
senggama dan sesudah haid selesai.
2. Nyeri pada waktu pemasangan. Kalau nyeri dapat dilakukan anestesi

paraservikal.

3. Kejang-rahim, terutama pada bulan-bulan pertama. Hal ini dapat diatasi dengan
memberikan spasmolitikum atau pemakaian AKDR yang lebih kecil ukurannya.
19

4. Perforasi uterus. Dalam hal ini AKDR harus dikeluarkan melalui laparoskopi, atau
laparatomi. Hal ini lebih-lebih harus dilakukan kalau terjadi perforasi pada AKDR
tembaga, karena dapat menimbulkan perlekatan-perlekatan dengan usus.
5.

Infeksi pelvik. Infeksi yang ringan umumnya dapat diobati dengan antibiotik. Jika
infeksinya berat, hendaknya dibuat biakan dan uji sensitivitas dari daerah endoserviks.
AKDR harus dkeluarkan dan berikan antibiotik yang sesuai.

20

DAFTAR PUSTAKA

1.

Witjaksono, Julianto. Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi


Tahun 2012-2014.[Online] 2012. [Cited on 2012 september 28]; available at URL:
http://www.bkkbn.go.id

2.

Albar, Erdjan. Kontrasepsi dalam Wiknjosastro,hanifa ed Ilmu Kebidanan edisi kedua.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2008. p. 534-75

3.

Baziad, Ali. Kontrasepsi


Prawirohardjo; 2008

4.

Glasier A. Contraception. In: Edmonds K, editor. Dewhursts Textbook of Obstetrics


& Gynaecology. 7th ed. Australia: Blackwell Publishing Asia; 2007. p. 299-317.

5.

DeCherney AH. Contraception and Family Planning. In: DeCherney N, Goodwin M,


Laufer N, editors. Current Diagnostic of Obstetrics & Gynaecology. United States of
America: The McGraw-Hill Companies; 2006. p. 343-9.

6.

Pernoll M. Contraception. In: Martin l. Pernoll, editor. Benson & Pernolls Handbook
of Obstetrics & Gynaecology. 10th ed. United States of America: The MCGraw-hill
Companies; 2004. p. 727-32

7.

Pitkin J. Oestrogen-Dependent Hormonal Contraception. In: Pitkin J PA, Magowan B,


editors. Obstetrics & Gynaecology, An Illustrated Colour. 1 th ed. United States of
America: Churchill Livingstone; 2003. p. 106-109.

8.

Perubahan Endometrium Dalam Siklus Menstruasi. [Online]. 2009. [Cited on 2012


September
28];
Available
from:
URL:
http://digilib.unsri.ac.id/download/PERUBAHAN%20ENDOMERIUM%20DALAM
%20SIKLUS%20MENSTRUASI.pdf

9.

Sintesis Estrogen. [Online]. 2009. [Cited on 2012 September 28]; Available from:
URL: http://digilib.unsri.ac.id/download/Sintesis%20Estrogen.pdf

10.

Cunningham G. Contraception. In: Cunningham G HJ, Leveno KJ, Gilstrap L, Bloom


SL, Wenstrom KD, editors. Williams Obstetrics & Gynaecology. 22 nd ed. United
States of America: The MCGraw-hill Companies; 2005. p. 1-48.

Hormonal.

Jakarta:

PT

Bina

Pustaka

Sarwono

21

Anda mungkin juga menyukai