BIDANG KAJIAN
Akuntansi Manajemen dan Keperilakuan (AKMK)
imamabuhanifah@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of asymmetry information on
budgetary participation, and the influence of goal commitment and job satisfaction in
mediating the relationship budgetary participation and managerial performance. This study
uses agency theory to the relationship of asymmetry information with budgetary participation
and goal setting theory for relationship budgetary participation and managerial performance
with two intervening variables.
This study uses primary data in the form of a questionnaire for the mid-level
manager in a large-scale manufacturing enterprises. Data was collected through survey
method to 546 middle-level managers. Questionnaires were returned and may be used in the
analysis of as many as 178 with a response rate of 32.6%. Data were analyzed using path
analysis with the help of Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16 and AMOS 16.
The results are the first, the asymmetry information significant and positive effect on
budgetary participation. Second, budget participation significant and positive effect on
managerial performance through goal commitment, and the third, budget participation
significant and positive effect on managerial performance through job satisfaction.
Keywords: asymmetry information and budgetary participation.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Anggaran merupakan salah satu jenis perencanaan yang digunakan oleh organisasi
dan alat pengendalian manajemen. Anggaran merupakan komponen utama dari perencanaan
keuangan untuk masa depan, anggaran juga memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai
tujuan organisasi baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan tersebut
menjadi dasar bagi penyusunan anggaran. Anggaran dapat memberikan dasar bagi
penggunaan sumber daya perusahaan dan memotivasi karyawan, anggaran juga dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dan koordinasi. Anggaran secara formal
mengkomunikasikan rencana organisasi kepada setiap karyawan, dengan demikian seluruh
karyawan menyadari peran mereka dalam mencapai tujuan perusahaan, dan koordinasi
anggaran diperlukan agar aktifitas perusahaan yang beragam dapat saling mendukung dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Proses penyusunan anggaran dipandang sebagai suatu sistem akuntansi manajemen,
karena tujuan akuntansi manajemen adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui
pemanfaatan sumber daya yang terbatas secara efisien dan efektif (Sprinkle, 2003). Sistem
akuntansi manajemen (seperti proses penyusunan anggaran) memiliki potensi dan
seseorang terhadap pekerjaan dan ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut
mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari organisasi.
Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan tindakan
bawahan dalam mewujudkan tujuan yang diharapkannya. Tujuan bawahan akan menentukan
pilihan tindakan yang akan dilakukan. Tujuan individu akan menentukan besarnya usaha
yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen seorang individu dalam mencapai
tujuannya akan mendorong dirinya untuk melakukan suatu usaha yang semakin keras,
sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan yang dimiliki individu akan lebih banyak
mempengaruhi tindakan individu tersebut. (Locke dan Bryan, 1968; Locke dan Latham,
1990).
Komitmen tujuan adalah tekad untuk mencapai tujuan dan ketidakinginan untuk
meninggalkan atau lebih rendah dari standar (Hollenbeck dan Klein, 1987). Klein dkk. (2001)
berpendapat bahwa komitmen tujuan adalah aspek penting dari hubungan antara anggaran
dan kinerja karena anggaran dapat tidak memiliki efek motivasi jika karyawan tidak memiliki
komitmen tujuan pada pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Locke dan Latham (1990) berpendapat bahwa bawahan hanya akan
mempertimbangkan untuk mengerjakan tugas jika mereka melihat bahwa anggaran dapat
dicapai dan layak dicapai. Oleh karena itu, diharapkan untuk menyertakan bawahan dalam
proses penetapan anggaran karena akan memungkinkan mereka untuk bernegosiasi dan
akhirnya menyetujui anggaran. Memberikan bawahan untuk memiliki kontrol atas anggaran
juga akan membuat mereka melihat bahwa atasan mereka mempercayai mereka. Hal ini pada
gilirannya meningkatkan tingkat ego keterlibatan bawahan dalam tujuan perusahaan,
penerimaan tujuan, dan komitmen untuk mencapainya.
Locke (1968) berpendapat bahwa pengaruh langsung dari partisipasi adalah
komitmen bawahan terhadap keputusan yang telah ditetapkan. Locke dkk. (1988)
mengatakan bahwa teori penetapan tujuan menunjukkan bahwa partisipasi dapat mendorong
komitmen tujuan, dan komitmen pada tujuan merupakan variabel penting dalam
meningkatkan kinerja (Klein dkk., 1999). Locke dan Latham (1990) berpendapat bahwa
partisipasi akan mengarahkan bawahan untuk menerima tujuan sebagai tujuan pribadi.
Hofstede (1991) menyatakan bahwa partisipasi meningkatkan komitmen tujuan karena
bawahan menginternalisasi tujuan melalui proses berbagi informasi yang terjadi selama
proses penetapan tujuan perusahaan.
Dengan demikian dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap komitmen tujuan.
H3 : Komitmen tujuan berpengaruh positif terhadap Kinerja Manajerial.
2.3. Hubungan Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial
Teori penetapan tujuan didasarkan pada asumsi bahwa perilaku orang memiliki
maksud-maksud tertentu (Locke dan Latham, 1990) dan sasaran atau tujuan mengarahkan
dan mendukung kemampuan individual untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Partisipasi
dalam pengambilan keputusan penganggaran merupakan pendekatan yang ideal untuk tata
kelola. Para peneliti berpendapat bahwa partisipasi anggaran dapat meningkatkan kepuasan
kerja dan kinerja yang lebih baik bagi bawahan, karena bawahan merasa diperlakukan oleh
atasannya sebagai mitra berharga dalam proses pengambilan keputusan. yang pada gilirannya
menciptakan moral yang lebih tinggi, motivasi yang lebih besar, dan komitmen yang lebih
tinggi (Jermias, 2011).
e. Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial dilihat berdasarkan kemampuan manajer dalam melaksanakan tugastugas manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi,
pengaturan staf, negosiasi dan representasi (Mahoney dkk., 1963). Kinerja yang diukur
meliputi delapan dimensi yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervisi,
pengaturan staff, negosiasi, representasi serta pengukuran secara keseluruhan. Instrumen ini
terdiri dari 9 (sembilan) item pertanyaan. Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan
semakin tinggi kinerja yang dicapai dalam pelaksanaan tugas manajerial.
3. METODE PENELITIAN
Pada hakekatnya penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat eksplanatori
dengan menguji variabel penyebab dan variabel yang memediasi pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial. Melalui penelitian ini diharapkan akan diperoleh bukti
empiris untuk mengkonfirmasi temuan studi yang ada tentang hubungan variabel-variabel
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dengan mengirim kuesioner kepada
para manajer level menengah perusahaan manufaktur skala besar di Provinsi Banten.
Perusahaan manufaktur skala besar merupakan perusahaan yang memiliki modal
sangat besar, teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam jumlah
banyak dan terampil, pemasaran berskala nasional atau internasional. Perusahaan seperti ini
mempunyai rentang kendali yang sangat luas dan memungkinkan terjadinya informasi
asimetri. Perusahaan manufaktur skala besar memiliki jumlah dan frekuensi transasksi bisnis
yang tinggi serta berada pada lingkungan persaingan bisnis yang ketat, sehingga proses
penetapan anggaran juga menjadi lebih kompleks.
Pada penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan metode pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling). Pertimbangan atau kriteria penentuan sampel dalam
penelitian ini adalah (1) responden telah menduduki posisi jabatannya minimal selama satu
tahun, (2) Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
keterlibatan manajer level menengah dan akibat yang ditimbulkan baik yang bersifat positif
maupun negatif dari keikutsertaan manajer dalam proses penetapan anggaran.
3.1. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan melalui survei dengan mengirim
kuesioner kepada para manajer level menengah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
kombinasi dua cara berikut; (1) melalui jasa pos, dan (2) secara langsung oleh peneliti.
Kombinasi kedua metode tersebut dipilih dengan pertimbangan kemampuan peneliti dan
dalam usaha meningkatkan tingkat pengembalian kuesioner. Pengiriman kembali kuesioner
yang sudah diisi dilakukan oleh responden secara langsung kepada peneliti dengan
menggunakan sampul surat siap kirim yang disediakan peneliti. Apabila dalam waktu dua
minggu, jumlah kuesioner yang kembali belum mencukupi, maka dilakukan kontak via
telepon atau dihubungi langsung kepada calon responden. Sebelum digunakan dalam
penelitian sesungguhnya, kuesioner yang digunakan diujicobakan (pilot test) terlebih dahulu
dengan menggunakan sampel pada beberapa perusahaan manufaktur di Kota Serang.
3.2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dimulai dengan melakukan uji normalitas, evaluasi outlier, uji
reliabilitas, dan uji kesesuaian model. Uji Normalitas dilakukan untuk menguji apakah data
tersebut berdistribusi normal. Data normal jika membentuk suatu distribusi normal, jika
asumsi normalitas tidak dipenuhi dan penyimpangan normalitas besar maka seluruh hasil uji
statistik tidak valid. Outlier merupakan kondisi observasi dari suatu data yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabelvariabel kombinasi (Ghozali, 2008).
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang menjadi indikator
dari variabel. Kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu atau jawaban tidak boleh acak karena masingmasing pernyataan hendak mengukur hal yang sama (Ghozali, 2006). Pengujian goodness of
fit dilakukan sebelum pengujian hipotesis penelitian, dengan melihat beberapa indeks
goodness of fit, seperti absolute fit measure, incremental fit measure dan parsimonious fit
measure.
3.3. Metode Analisis
Pengujian model penelitian menggunakan pendekatan yang direkomendasikan oleh
Anderson dan Gerbing (1988) serta Chong dan Chong (2002) dengan menggunakan dua
tahapan. Tahap pertama, measurement model dievaluasi dengan confirmatory factor analysis
(CFA). Kedua, berdasarkan hasil CFA, item-item yang merefleksikan konstruk yang sama
kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan unidimensional composite yang akan digunakan
dalam pengujian model penelitian.
Penelitian ini menggunakan path analysis untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen sekaligus sehingga
memungkinkan pengujian terhadap variabel intervening (Ghozali, 2008). Path analysis
ditujukan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung dari seperangkat variabel
sebagai variabel penyebab, terhadap seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel
akibat.
Hair dkk. (1998) menyatakan bahwa terdapat empat langkah yang harus ditempuh
untuk menggunakan path analysis ini, yaitu: 1) mengembangkan model, yang harus
dilakukan berdasarkan teori; 2) mengembangkan diagram jalur untuk menunjukkan hubungan
kausalitas; 3) konversi diagram jalur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan
spesifikasi model pengukuran; dan 4) pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model
yang dibangun.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey melalui penyebaran kuesioner kepada
manajer level menengah perusahaan manufaktur skala besar di Kabupaten/Kota se Provinsi
Banten. Data diperoleh sebanyak 546 kuesioner yang dapat disebar kepada manajer level
menengah dengan tingkat pengembalian efektif sebesar 32,6%. Hal ini disebabkan karena ada
penolakan dari beberapa perusahaan manufaktur yang pada awalnya akan dijadikan target
populasi. Jumlah sampel sebanyak 178 responden dapat dikatakan cukup memadai karena
telah sesuai dengan jumlah sampel yang diperlukan dengan estimasi maximum likelihood
yaitu antara 100 sampai 200 (Ghozali, 2008). Tingkat pengembalian kuesioner sebesar 32,6%
dipertimbangkan juga cukup memadai berkaitan dengan sifat sensitif penelitian tentang
keperilakuan serta memperhatikan tingkat pengembalian untuk ukuran Indonesia yang ratarata hanya 10 20 persen.
Berdasarkan pengalaman di lapangan dapat disampaikan bahwa respon terhadap
petugas lapangan sebagian besar positif kecuali beberapa perusahaan asing di Tangerang.
Petugas penerima kuesioner di perusahaan tersebut menganggap bahwa kegiatan penyebaran
kuesioner mengganggu pekerjaan dan tidak memberikan nilai tambah langsung bagi
perusahaan. Beberapa calon responden juga merasa bahwa kegiatan ini dianggap ingin
menyelidiki keadaan perusahaan dengan tujuan membandingkan perusahaan satu dengan
lainnya. Pengumpulan data untuk daerah lain relatif tidak mengalami hambatan yang berarti,
bahkan membantu memberikan dan menunjukkan nama manajer yang menjadi target
responden penelitian.
Responden terdiri dari manajer laki-laki sebanyak 68,5% dengan masa kerja berkisar
antara 11 20 tahun sebanyak 41,6% yang umumnya berpendidikan strata 1 (S1) sebanyak
55,1% dengan usia berkisar antara 41 50 tahun sebanyak 51,2%. Responden sebagian besar
menduduki jabatan manajer bidang keuangan sebanyak 33,1%. Karakteristik responden ini
dirasakan cukup memadai untuk mengukur pengaruh variabel anteseden, intervening dan
konsekuensi dari partisipasi anggaran.
4.2. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai kritis sebesar
2,58 pada tingkat signifikan 0,01. Apabila nilai kritis dari hasil penelitian ini lebih besar
dari kriteria nilai kritis tersebut, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak
normal. Begitu sebaliknya, apabila nilai kritis lebih kecil dari kriteria tesebut, maka distribusi
data adalah normal.
Berdasarkan tabel 2 (lihat lampiran), dapat dilihat bahwa nilai critical ratio (c.r.)
skewness value semua variabel menunjukkan distribusi normal karena nilainya di bawah
2,58, kecuali variabel KM dengan nilai c.r. sebesar -3,005. Sedangkan uji normalitas
multivariate memberikan nilai critical ratio (c.r.) sebesar 2,545 berada dibawah 2,58. Jadi
secara multivariate berdistribusi normal. Dengan demikian, berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model penelitian ini memenuhi syarat dan layak digunakan untuk
menguji seluruh hipotesis penelitian.
4.3. Pengujian Outliers
Outlier adalah kondisi observasi dari suatu data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari obsevasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk
nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal ataupun variabel-variabel kombinasi (Hair
dkk., 1998). Evaluasi multivariate outliers dilakukan dengan menggunakan perhitungan jarak
mahalanobis (the mahalanobis distance) untuk tiap-tiap variabel. The mahalanobis distance
menunjukkan jarak sebuah variabel dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang
multidimensional (Norusis, 1994; Tabacnick dan Fidell, 1996, dalam Ferdinand, 2005).
Perhitungan jarak mahalanobis didasarkan pada nilai p2 > 0,000. Oleh karena itu, data yang
memiliki jarak mahalanobis p2 = 0,000 dianggap multivariate outliers. Kesimpulannya
adalah bahwa tidak terdapat jarak mahalanobis sama dengan 0,000, dengan demikian untuk
data penelitian ini tidak terdeteksi adanya outlier multivariate (lihat Tabel 3 lampiran).
Variabel komitmen tujuan (KT) diukur dengan 3 (tiga) indikator pernyataan yang
diadopsi dari penelitian Latham dan Steele (1983). Berdasarkan hasil analisis konfirmatori
(lihat Gambar 4), dapat disimpulkan bahwa indikator KT11 dan KT13 memiliki nilai loading
factor di atas 0,50 masing-masing sebesar 0,885 dan 0,963. Nilai loading tersebut
menandakan bahwa dua indikator tersebut merupakan indikator yang valid sebagai pengukur
konstruk komitmen tujuan. Indikator lainnya, yaitu KT12 memiliki nilai loading sangat kecil
yaitu 0,329 tidak dapat dijadikan indikator dari konstruk KT, sehingga indikator KT12 harus
dikeluarkan dari model, dengan tujuan untuk membentuk model yang lebih baik. Namun
demikian, walaupun indikator KT12 tidak digunakan, pernyataan tersebut dapat diwakili oleh
dua indikator lainnya.
D. Kepuasan Kerja
Konstruk kepuasan kerja (KK) diukur dengan 20 (dua puluh) indikator pernyataan
yang diadopsi dari penelitian Vocational Psychology Research, University of Minnesota
(1967). Berdasarkan hasil analisis konfirmatori (lihat Gambar 5), dapat dilihat bahwa
indikator yang memiliki nilai loading factor sangat kecil sebanyak 10 indikator yaitu
indikator KK17, KK18, KK19, KK23, KK25, KK26, KK27, KK31, KK32, dan KK34,
sehingga kesepuluh indikator tersebut harus dikeluarkan dari model. Indikator yang tersisa,
yaitu KK20, KK21, KK22, KK24, KK28, KK29, KK30, KK33, KK35 dan KK36 dilakukan
analisis konfirmatori ulang untuk mendapatkan nilai yang fit.
Setelah dilakukan analisis konfirmatori ulang dan mendapatkan nilai yang fit (lihat
Gambar 6), maka indikator yang tersisa dan valid untuk mengukur konstruk kepuasan kerja
adalah KK21, KK22, KK29, KK33 dan KK36. Kelima indikator tersebut harus dijadikan
indikator untuk pengujian model penelitian.
E. Kinerja Manajerial
Variabel terakhir yaitu kinerja manajerial (KM) diukur dengan 9 (sembilan) indikator
pernyataan yang diadopsi dari penelitian Mahoney, dkk. (1963). Berdasarkan hasil analisis
konfirmatori (lihat Gambar 7), indikator KM37, KM39, KM41 dan KM45 memiliki loading
factor di atas 0,50. Sedangkan kelima indikator lainnya, yaitu KM38, KM40, KM42, KM43
dan KM44 memiliki nilai loading jauh dibawah 0,50, sehingga kelima indikator ini harus
dikeluarkan dari model.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis konfirmatori untuk model yang
direvisi hingga didapat nilai yang fit. Hasil pengujian menyisakan indikator KM37, KM41
dan KM45 dengan nilai loading masing-masing indikator sebesar 0,512; 0,739 dan 0,653
(lihat Gambar 8). Nilai loadng ini di atas batas minimal yang ditetapkan, sehingga indikator
KM37, KM41 dan KM45 merupakan indikator yang valid sebagai pengukur konstruk kinerja
manajerial.
4.7. Analisis Pengujian Jalur (path)
Dalam perhitungan analisis dengan path diagram, untuk bobot masing-masing
variabel digunakan aggregate dari indikator yang valid untuk mengukur masing-masing
nariabel. Skor indikator yang valid dari tiap-tiap variabel dijumlahkan dan kemudian jumlah
masing-masing variabel tersebut diuji dengan menggunakan analisis jalur.
Model penelitian yang diusulkan terdiri dari 5 (lima) variabel, yaitu informasi
asimetri, partisipasi anggaran, komitmen tujuan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial.
Analisis jalur dilakukan dengan tujuan untuk menguji persamaan regresi dan mengukur
hubungan langsung maupun tidak langsung antar variabel dalam model. Berikut hasil
lengkap pengujian path diagram :
Gambar 1
Hasil Pengujian Model Penelitian
.54
e2
.21
.40
Komitmen
Tujuan
Kinerja
Manajerial
e4
.73
Informasi
Asimmetri
.48
.17
e3
.04
.23
e1
Partisipasi
Anggaran
.21
Kepuasan
Kerja
P = 5% df = 5
X2 = 11,07
Probabilitas
0,05
CFI
0,94
NFI
0,90
GFI
0,90
AGFI
0,90
TLI
0,95
RMSEA
0,08
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil Model
Keterangan
5,982
0,308
0,996
0,975
0,987
0,960
0,991
0,033
Fit
Fit
Fit
Fit
Fit
Fit
Fit
Fit
Chi-Square
Tabel 1 menunjukan bahwa semua indeks Goodness of Fit model yang dibangun
sudah fit. Ini terlihat dari nilai pada kolom hasil model, dimana nilainya sesuai dengan yang
disyaratkan pada kolom cut off value. Tingkat signifikansi (Probabilitas) sebesar 0,308
menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi gagal untuk
ditolak.
Penerimaan hipotesis nol menunjukkan bahwa model dapat diterima, hal ini juga
diperkuat dengan indeks-indeks goodness of fit lainnya seperti CFI (0,996), NFI (0,975), GFI
(0,987), AGFI (0,960), TLI (0,991) dan RMSEA (0,033) memberikan konfirmasi yang cukup
kuat untuk dapat diterimanya model.
4.8. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan perhitungan melalui analisis jalur yang mencakup variabel Informasi
Asimetri (IA), Partisipasi Anggaran (PA), Komitmen Tujuan (KT), Kepuasan Kerja (KK)
dan Kinerja Manajerial (KM). Tahap selanjutnya adalah menguji hipotesis yang diajukan,
hasil uji hipotesis dapat dilihat berdasarkan besarnya critical ratio (c.r), probability dan
standardized regression weight pada Tabel 6 (lihat Lampiran). Nilai C.R di atas 2,56 akan
menghasilkan nilai estimasi yang signifikan pada taraf () 1%, sedangkan nilai C.R. lebih
besar dari 1,96 signifikan pada taraf () 5%.
Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Partisipasi Anggaran
Berdasarkan Tabel 6 (lihat Lampiran) H 1 dapat diterima. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi informasi asimetri yang terjadi antara atasan
(superior) dan bawahan (subordinate), maka pimpinan perusahaan harus semakin sering
melibatkan manajer level menengah dalam proses penyusunan anggaran agar diperoleh
informasi dan pemahaman yang lebih jelas mengenai informasi pribadi yang dimiliki
bawahan.
Informasi lokal yang dimiliki responden sangat diperlukan untuk menilai peluang
bisnis dan resiko unit kerja dalam penyusunan anggaran yang lebih masuk akal. Informasi
yang mereka miliki akan mereka sampaikan dalam bentuk program kerja wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya dan dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk
menyusun anggaran. Kekurangan informasi akan menimbulkan masalah ketidakpastian bagi
pembuat keputusan. Manajer mungkin tidak tahu persis konsekuensi dari tindakan yang akan
diambil, karenanya informasi yang lebih baik dapat menurunkan ketidakpastian dan
mengarahkan pada keputusan yang lebih baik.
Informasi asimetri yang terjadi di perusahaan mendorong manajemen untuk
meningkatkan partisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Semua indikator yang
membentuk partisipasi anggaran memiliki nilai loading lebih besar dari 50%. Reponden
menyetujui adanya keterlibatan dalam penyusunan anggaran, memiliki otoritas dalam
memutuskan aktivitas, Opininya merupakan faktor penting dalam mengeksekusi anggaran,
dan memiliki otoritas serta tanggung jawab yang diberikan oleh manajer puncak untuk
mengeksekusi anggarannya.
Temuan ini mendukung teori keagenan bahwa informasi pribadi tentang kondisi
lokal yang dimiliki bawahan lebih banyak dan lebih lengkap dibandingkan atasannya.
Berdasarkan teori keagenan tersebut, maka perlu untuk membuka ruang partisipasi bawahan
dalam menyusun rencana kerja dan anggaran yang berhubungan dengan unit organisasi yang
menjadi tanggung jawabnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Shields dan Young (1993) yang
melaporkan bahwa informasi asimetri menciptakan kebutuhan untuk partisipasi anggaran.
Teori yang digunakan dalam penelitiannya adalah agency theory. Berdasarkan survei
kuesioner, Shields dan Young (1993) menemukan bahwa ada hubungan positif antara tingkat
informasi asimetri dan penggunaan partisipasi anggaran. Beberapa peneliti lain yang hasilnya
sejalan dengan penelitian ini adalah Murray (1990), Nouri dan Parker (1998), Shields dan
Shields (1998), dan Merchant dan Stede (2007).
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Tujuan Terhadap Kinerja Manajerial
Tabel 6 (lihat Lampiran) menunjukkan H 2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil ini mengindikasikan
bahwa semakin tinggi keterlibatan manajer level menengah dalam proses penyusunan
anggaran, akan meningkatkan komitmen manajer atas tujuan anggaran. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa secara langsung partisipasi anggaran mendorong manajer untuk
merasakan adanya komitmen pada tujuan anggaran yang akan dijadikan pedoman untuk
melaksanakan tugasnya.
Responden merasakan adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk
berpartisipasi dalam penyusunan anggaran. Keempat indikator partisipasi anggaran
mempunyai tingkat validitas yang cukup untuk mengukur tingkat partisipasi anggaran yang
ditunjukkan oleh nilai loading di atas 50%. Berbeda dengan komitmen tujuan, hanya dua
indikator yaitu penerimaan sebagai tujuan pribadi dan berjuang mencapai anggaran
mendapatkan nilai loading yang sangat besar (lebih dari 70%). Hal ini menandakan bahwa
dengan dilibatkannya manajer level menengah dalam proses penyusunan anggaran mampu
meningkatkan motivasi manajer pada pencapaian tujuan anggaran.
Temuan ini sejalan dengan teori goal setting dan hasil penelitian Locke dan Latham
(1990), Hofstede (1991), dan Klein dkk. (2001). Locke dan Latham (1990) berpendapat
bahwa bawahan hanya akan mempertimbangkan untuk mengerjakan tugas jika mereka
melihat bahwa anggaran dapat dicapai dan layak dicapai. Ika (2010) menyimpulkan bahwa
partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat meningkatkan komitmen tujuan anggaran.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di Propinsi Jawa Tengah. Penelitian
terdahulu yang dilakukan Ika (2010) mendukung penelitian yang dilakukan saat ini dengan
objek penelitian yang sama yaitu perusahaan manufaktur.
Fakta ini menunjukkan bahwa dengan dilibatkannya para manajer dalam proses
penyusunan anggaran di perusahaan, akan memungkinkan mereka memiliki otoritas dan
tanggung jawab untuk mengeksekusi anggaran. Hal yang mendasarinya adalah karena opini
manajer level menengah merupakan faktor penting dalam mengeksekusi anggaran, manajer
level menengah dilibatkan dalam penyusunan anggaran, dan memiliki otoritas dalam
memutuskan aktivitas yang diperlukan untuk mencapai anggaran yang ditetapkan.
Keterlibatan ini membuat para manajer menjadi terikat dan berusaha untuk mencapai tujuan
anggaran yang pada akhirnya semakin meningkatkan komitmen mereka agar secara bersamasama saling bersinergi dan berjuang untuk mencapai anggaran yang telah ditetapkan.
H3 seperti yang dinyatakan pada Tabel 6 (lihat Lampiran) juga menunjukkan hasil
yang positif signifikan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara langsung komitmen
tujuan akan mendorong manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Komitmen tujuan adalah
aspek penting dari hubungan antara anggaran dan kinerja karena anggaran dapat tidak
memiliki efek motivasi jika karyawan tidak memiliki komitmen tujuan pada pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab mereka.
Hampir semua manajer merasakan adanya peningkatan komitmen pada tujuan
anggaran. Kedua indikator komitmen tujuan (indikator kt11 dan kt13) mendapatkan jawaban
dengan nilai loading lebih besar dari 70%. Jawaban untuk pernyataan kinerja manajerial
menunjukkan kecenderungan yang hampir sama dengan komitmen tujuan. Indikator km41
memiliki nilai loading sebesar 0,739 yang berarti memiliki tingkat validitas yang sangat
tinggi. Kinerja manajerial yang diukur dengan sembilan indikator, ternyata hanya tiga
indikator yang memiliki nilai loading di atas 50%. Hal ini menandakan bahwa komitmen
pada tujuan anggaran mampu meningkatkan kinerja manajemennya.
Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini menjelaskan tindakan bawahan dalam
mewujudkan tujuan yang diharapkannya. Tujuan bawahan akan menentukan pilihan tindakan
yang akan dilakukannya. Setiap individu menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan
mereka baik jangka pendek maupun jangka panjang (Locke dan Latham, 1990). Dengan
demikian, sasaran yang ditetapkan secara partisipatif menghasilkan kinerja yang unggul,
artinya individu akan memiliki kinerja terbaik bila diberi tugas sasaran oleh atasan mereka.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Locke dkk. (1981),
Klein dkk. (2001), dan Yuen dan Cheung (2003).
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Manajerial
Tabel 6 (lihat Lampiran) menunjukkan H4 diterima. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa secara langsung partisipasi anggaran akan meningkatkan kepuasan kerja, sehingga
manajer dapat melakukan sesuatu dengan kemampuan yang dimilikinya. Hasil pengolahan
data menunjukkan probabilitas 0,005 (Tabel 5). Dengan kata lain partisipasi anggaran
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja pada tingkat signifikan 0,005.
Dengan demikian hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa partisipasi anggaran
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Hasil ini
mengindikasikan bahwa semakin tinggi keterlibatan manajer level menengah dalam proses
penyusunan anggaran, akan meningkatkan kepuasan kerja yang ditandai dengan diberikannya
kesempatan kepada para manajer level menengah untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Partisipasi anggaran dapat meningkatkan
kepuasan kerja bagi bawahan, karena bawahan merasa diperlakukan oleh atasannya sebagai
mitra berharga dalam proses pengambilan keputusan, yang pada gilirannya menciptakan
moral yang lebih tinggi, motivasi yang lebih besar, dan komitmen yang lebih tinggi.
Temuan empiris ini menunjukkan bahwa dengan adanya otoritas untuk memutuskan
aktivitas dan mengeksekusi anggaran di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, dapat
membuat para manajer merasa puas dengan kompetensi dan cara atasan menangani
pekerjaannya. Hal ini dapat meningkatkan rasa kepuasan berekspresi, jaminan pekerjaan
tetap, meningkatkan kepercayaan pada kebijakan perusahaan, dan dapat melakukan sejumlah
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara bebas.
Temuan ini juga konsisten dengan teori penetapan tujuan. Teori penetapan tujuan
didasarkan pada asumsi bahwa perilaku orang memiliki maksud-maksud tertentu (Locke dan
Latham, 1990) dan sasaran atau tujuan mengarahkan dan mendukung kemampuan individual
untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya seperti yang sudah dilakukan oleh Hofstede (1967), Chenhall dan Brownell
(1988), Frucot dan Shearon (1991), Doll dan Torkzadeh (1991), Denison dan Mishra (1995),
Lau dan Tan (2003), dan Jermias (2011).
H5 juga dapat diterima dan didukung secara empiris. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa secara langsung kepuasan kerja akan mendorong manajer untuk meningkatkan
kinerjanya. Hasil pengolahan data menunjukkan probabilitas 0,014 (Tabel 6). Hasil ini
mengindikasikan bahwa kepuasan kerja sangat dibutuhkan oleh manajer level menengah
untuk meningkatkan kinerjanya.
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap manajer memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang berlaku pada
dirinya. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja
merupakan bentuk respon terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja
sering ditentukan oleh hasil pekerjaan. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya
dan dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1998).
Ketiga aspek tersebut tercermin dari tingkat validitas dari lima indikator yaitu cara
atasan menangani pekerjanya (kk21), kompetensi supervisor (kk22), besaran gaji yang
diterima (kk29), kondisi kerja (kk33) dan prestasi yang didapat (kk36). Kelima indikator ini
mempunyai tingkat validitas yang tinggi terutama untuk indikator kk21, kk36 dan kk29
dengan nilai loading di atas 70%. Tingginya nilai rata-rata jawaban pertanyaan tentang
kepuasan kerja meyakini bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang luas untuk
melakukan pekerjaan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki karyawannya dan
menilai baik atas cara-cara pimpinan dalam menangani bawahannya. Kesempatan ini
membuat responden dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan berpeluang
untuk maju dalam pekerjaannya.
Temuan empiris ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Chong (2002), dan Leach-Lopez dkk. (2007, 2009). Penelitian Leach-Lopez dkk. (2007)
menemukan bukti yang kuat bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja.
5. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN KONTRIBUSI PRAKTIS
5.1. Simpulan
Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama yaitu (1) Menguji hubungan antara
informasi asimetri dengan partisipasi anggaran, dan (2) Menginvestigasi pengaruh partisipasi
anggaran terhadap kinerja manajerial melalui dua variabel intervening (yaitu komitmen
tujuan dan kepuasan kerja). Model yang dibangun dalam penelitian ini lebih merujuk pada
teori keagenan dan teori penetapan tujuan. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian
hipotesis, penelitian ini menghasilkan temuan yaitu: bahwa informasi lokal yang dimiliki
bawahan lebih banyak dibandingkan atasannya sehingga atasan membuka ruang untuk
mengikutsertakan bawahan dalam penyusunan anggaran yang menimbulkan konsekuensi
positif bagi kinerja manajerial. Informasi asimetri biasanya terjadi dalam perusahaan skala
besar, dimana atasan (superior) relatif tidak tahu banyak tentang kondisi lokal dibandingkan
bawahan (subordinate). Dengan demikian atasan menggunakan partisipasi anggaran untuk
belajar tentang lingkungan setempat serta memberikan motivasi pada bawahannya.
Teori penetapan tujuan digunakan untuk mendukung model hubungan partisipasi
anggaran dan variabel interveningnya terhadap kinerja manajerial. Teori ini digunakan untuk
menjelaskan tindakan manajer level menengah dalam mewujudkan tujuan yang
diharapkannya. Tujuan manajer level menengah akan menentukan pilihan tindakan yang akan
dilakukan. Setiap individu menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan mereka baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Tujuan manajer level menengah akan menentukan besarnya
usaha yang dilakukannya, semakin tinggi komitmen manajer dalam mencapai tujuannya akan
mendorong manajer tersebut untuk melakukan usaha-usaha yang keras dengan melakukan
segala upaya dan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan yang ditetapkan dengan kebersamaan
(partisipatif) menghasilkan kinerja yang unggul.
Akhirnya, temuan empiris ini menunjukkan bahwa dengan adanya otoritas untuk
memutuskan aktivitas dan mengeksekusi anggaran, dapat membuat para manajer level
menengah lebih dapat mengembangkan ide-ide dan rencana kerja sesuai dengan kondisi
Hair, J. F., R.E. Anderson, R.L. Tathan, dan W.C. Black. (1998). Multivariate Data Analysis
with Reading. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Hofstede, G.H. (1967). The Game of Budget Control. Assen. The Netherlands: Van Gorcum.
Hofstede, G. H. (1991). Cultures and Organizations: Software of the Mind. London:
McGraw-Hill.
Hollenbeck, J. R. dan H. J. Klein. (1987). Goal commitment and the goal-setting process:
Problems, prospects, and proposals for future research. Journal of Applied
Psychology. 72. 212-220.
Ika, A. (2010). Pengaruh Determinan Komitmen Tujuan, Kejelasan dan Umpan Balik
Anggaran Terhadap Job Relevant Information dan Kinerja Manajerial Pada
Perusahaan Manufaktur di Jawa Tengah. Disertasi Tidak Dipublikasikan. Program
Doktor Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana, Univesitas Diponegoro.
Jermias, J. (2011). Budgetary Participation: The Effects of Information Asymmetry, Goal
Commitment, and Role Ambiguity on Job Satisfaction and Performance. Social
Science Research Network (SSRN). CAAA Annual Conference 2011.
Kilfoyle, E, dan A. J. Richardson. (2011). Agency and structure in budgeting: Thesis,
antithesis and synthesis. Critical Perspective on Accounting. 22. 183 199.
Kirby, A., S. Reicheistein, P. Sen, dan T. Paik. (1991). "Participation, Slack, and BudgetBased Performance Evaluation. Journal of Accounting Research. 109-128.
Klein, H. J., M. J. Wesson, J.R. Hollenbeck, P.M. Wright, dan R.P. DeShon. (2001). The
assessment of goal commitment : A measurement model meta-analysis.
Organizational Behavior and Human Decision Processes. 85. 3255.
Kreitner, R., dan A. Kinicki. (2000). Organization Behavior. 5th edition. USA : Mc GrawHill.
Lau, C. M., dan S.L.C. Tan. (2003). The Effects of Participation and Job-Relevant
Information on the Relationship Between Evaluative Style and Job Satisfaction.
Review of Quantitative Finance and Accounting. 21 (1). 17-34.
Leach-Lopez, M. A., W. W. Stammerjohan, dan F. M. McNair. (2007). Differences in the
Role of Job-Relevant Information in the Budget Participation-Performance
Relationship among U.S. and Mexican Managers: A Question of Culture or
Communication. Journal of Management Accounting Research. 19. 105 136.
Leach-Lopez, M. A., W. W. Stammerjohan, dan K. S. Lee. (2009). Budget participation and
job performance of South Korean managers mediated by job satisfaction and job
relevant information. Management Research News. 32 (3). 220 238.
LAMPIRAN
Tabel 2
Assessment of normality
Variable
Min
Max
IA
6,000 10,000
PA
14,000 20,000
KK
15,000 25,000
KT
6,000 10,000
KM
10,000 15,000
Multivariate
Sumber : Hasil output AMOS 16
Skew
0,348
0,265
0,121
-0,274
-0,552
c.r.
1,896
1,444
0,659
-1,492
-3,005
Kurtosis
2,219
-0,858
1,216
0,635
-0,134
5,648
c.r.
6,043
-2,335
3,312
1,730
-0,364
2,545
Tabel 3
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance)
Observation
number
172
Mahalanobis
d-squared
18.354
p1
p2
.005
.619
Observation
number
56
Mahalanobis
d-squared
8.447
p1
p2
.207
.007
161
59
174
152
28
164
141
168
33
47
44
38
51
11
71
57
155
27
37
25
4
169
74
110
97
41
170
156
126
60
40
24
58
26
53
122
159
66
79
22
85
123
35
138
6
5
36
30
73
18.295
17.060
15.836
15.260
14.333
14.232
14.047
13.906
13.204
13.138
13.115
13.115
12.727
12.679
12.419
12.363
12.323
12.320
12.320
11.211
11.196
10.967
10.954
10.716
10.592
10.542
10.279
10.277
10.131
10.126
10.124
10.060
9.938
9.705
9.534
9.459
9.404
9.384
9.382
9.327
9.292
9.249
9.242
9.238
9.211
9.048
9.046
8.477
8.477
.006
.009
.015
.018
.026
.027
.029
.031
.040
.041
.041
.041
.048
.048
.053
.054
.055
.055
.055
.082
.083
.089
.090
.098
.102
.104
.113
.113
.119
.119
.120
.122
.127
.138
.146
.149
.152
.153
.153
.156
.158
.160
.160
.161
.162
.171
.171
.205
.205
.259
.220
.266
.229
.322
.211
.150
.099
.176
.115
.066
.034
.046
.027
.029
.018
.010
.005
.002
.059
.037
.047
.030
.041
.039
.028
.047
.029
.032
.020
.012
.010
.010
.018
.025
.022
.018
.012
.007
.006
.004
.003
.002
.001
.001
.001
.001
.015
.010
29
147
107
143
43
20
151
163
177
42
88
46
21
176
178
70
39
17
19
150
173
62
82
68
81
104
31
167
10
98
140
96
2
91
69
14
32
67
75
146
34
23
64
3
149
145
165
116
12
8.371
8.361
8.316
8.153
7.997
7.938
7.860
7.670
7.553
7.353
7.347
7.106
7.086
7.037
7.037
6.987
6.981
6.972
6.968
6.950
6.818
6.626
6.534
6.470
6.441
6.310
5.912
5.872
5.699
5.671
5.445
5.270
5.194
5.114
5.114
5.105
5.076
4.904
4.851
4.776
4.752
4.683
4.641
4.554
4.506
4.450
4.450
4.437
4.201
.212
.213
.216
.227
.238
.243
.249
.263
.273
.289
.290
.311
.313
.317
.317
.322
.323
.323
.324
.326
.338
.357
.366
.373
.376
.389
.433
.438
.458
.461
.488
.510
.519
.529
.529
.530
.534
.556
.563
.573
.576
.585
.591
.602
.608
.616
.616
.618
.649
.007
.005
.004
.007
.012
.012
.012
.026
.035
.070
.053
.125
.105
.100
.075
.072
.055
.041
.030
.024
.038
.081
.098
.103
.091
.134
.474
.463
.616
.593
.790
.891
.909
.928
.905
.882
.872
.943
.947
.958
.952
.961
.961
.973
.975
.978
.969
.961
.994
Tabel 4
Sample Covariances
IA
PA
KK
KT
KM
IA
.700
PA
.656 2.656
KK .227
.610 3.273
KT
.252 1.044
.311 .765
KM .229
.773
.504 .428 1.283
Condition number = 15.102
Eigenvalues
4.344 2.609 .922 .514 .288
Determinant of sample covariance matrix = 1.547
Tabel 5
Hasil Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Cronbach Alpha
1
Informasi Asimetri
2
Partisipasi Anggaran
3
Komitmen Tujuan
4
Kepuasan Kerja
5
Kinerja Manajerial
Sumber : Hasil analisis untuk penelitian ini
Keterangan
0,635
0,671
0,608
0,829
0,712
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Tabel 6
Hasil Pengujian Pengaruh Informasi Asimetri, Pertisipasi Anggaran, Komitmen
Tujuan, Kepuasan Kerja dalam Meningkatkan Kinerja Manajerial
Hipotesis
H1
H2
H3
H4
Jalur
PA
KT
KM
KK
<--<--<--<---
Estimate
IA
PA
KT
PA
0,938
0,393
0,517
0,230
S.E.
C.R.
0,128 7,309
0,027 14,312
0,088 5,875
0,082 2,813
Standardized
Regression
weights
0,481
0,732
0,401
0,207
P
***
***
***
0,005
Hipotesis
Jalur
Estimate
H5
KM <--- KK
Sumber : Output AMOS 16
0,105
e2
e1
.76
Chi-Square=18.763
df=9
Probabilitas=.027
CFI=.970
NFI=.944
GFI=.969
AGFI=.928
TLI=.949
RMSEA=.078
ia1
Standardized
Regression
weights
2,462
0,168
S.E.
C.R.
0,043
e3
.14
ia2
.87
.11
ia3
.37
e5
e4
.13
ia4
.33
.36
0,014
e6
.11
ia5
.33
.96
ia6
.98
Info
Assym
Gambar 2
CFA Informasi Asimetri
.25
e7
pa7
.50
.32
e8
.57
pa8
.33 .58
e9
pa9
.48
e10
.69
Partisipasi
Anggaran
pa10
Gambar 3
CFA Partisipasi Anggaran
chi-square=3.226
probabilitas=.199
degree of freedom=2
GFI=.991
AGFI=.956
CFI=.987
CMIN/DF=1.613
RMSEA=.059
TLI=.962
NFI=.968
e13
e12
e11
.78
.11
kt13
chi-square=.000
probabilitas=\p
degree of freedom=0
GFI=1.000
AGFI=\agfi
CFI=\cfi
CMIN/DF=\cmindf
RMSEA=\rmsea
TLI=\tli
NFI=\nfi
.93
kt12
kt11
.33
.88
.96
Kom. Tujuan
Gambar 4
CFA Komitmen Tujuan
e17
.00
kk17
e18
e19
.02
kk18
.02
kk19
e20
.38
kk20
e21
.75
kk21
e22
.50
kk22
e23
kk23
.04
e24
.50
kk24
e25
.13
kk25
e26
kk26
e27
.00
.19
kk27
e28
.55
kk28
e29
kk29
.75
e30
.43
kk30
e31
.19
kk31
e32
.04
kk32
e33
kk33
.40
e34
.01
kk34
e35
.43
kk35
e36
.71
kk36
.06 .74 .87 .65 .44 .20 .64 .09 .65 .84
.05 .15 .14 .62 .87 .71 .20 .70 .36 .43
KK
chi-square=735.432
probabilitas=.000
degree of freedom=170
GFI=.705
AGFI=.635
CFI=.657
CMIN/DF=4.326
RMSEA=.137
TLI=.617
NFI=.600
Gambar 5
CFA Kepuasan Kerja
e21
.96
kk21
e22
e29
.37
kk22
kk29
.79
.98 .61
chi-square=19.338
probabilitas=.002
degree of freedom=5
GFI=.962
AGFI=.886
CFI=.980
CMIN/DF=3.868
RMSEA=.127
TLI=.959
NFI=.973
e33
.63
.38
kk33
.61
.96
KK
Gambar 6
e36
.91
kk36
e37
e38
e39
.29
km37
e40
.14
e41
.35
km38
km39
.54
.21
km40
.37
chi-square=110.925
probabilitas=.000
degree of freedom=27
GFI=.875
AGFI=.791
CFI=.689
CMIN/DF=4.108
RMSEA=.133
TLI=.585
NFI=.637
e43
.59
e44
.14
km41
.46
.59
e42
.35
.06
km42
.37
km43
.25
.43
km44
.62
Kinerja
Manajerial
Gambar 7
CFA Kinerja Manajerial
.26
km37
e37
.51
.55
Kinerja
Manajerial
.74
km41
e41
.65
.43
km45
e45
Gambar 8
CFA Kinerja Manajerial - Revisi
e45
.19
chi-square=.000
probabilitas=\p
degree of freedom=0
GFI=1.000
AGFI=\agfi
CFI=\cfi
CMIN/DF=\cmindf
RMSEA=\rmsea
TLI=\tli
NFI=\nfi
.38
km45
.54
.40
Komitmen
Tujuan
e2
.21
Kinerja
Manajerial
e4
chi-square=5.982
probabilitas=.308
degree of freedom=5
GFI=.987
AGFI=.960
CFI=.996
RMSEA=.033
TLI=.991
NFI=.975
.73
Informasi
Asimmetri
.48
.17
e3
.04
.23
e1
Partisipasi
Anggaran
.21
Gambar 9
Hasil Uji Analisis Jalur
Kepuasan
Kerja