Anda di halaman 1dari 12

PELAKSANAAN PANCASILA PRA KEMERDEKAAN SAMPAI

ORDE LAMA
Makalah Pancasila

Disusun oleh
Rezika Alyza
11/312812/BI/08588

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, berkah dan hidayahNya sehingga penyusun dapat melaksanakan
studi literatur dan menyusun makalah yang berjudul Pelaksanaan Pancasila Pra
Kemerdekaan Sampai Orde Lama.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila tingkat
sarjana di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Makalah ini dapat
terselesaikan atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun
ingin mengucapkan terimakasih kepada Bp. Ngurah Weda Sahadewa, dosen
matakuliah Pancasila dan seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih sejahtera.

Yogyakarta, September 2014


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
i
KATA PENGANTAR............................................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................
iii
I. PENDAHULUAN..............................................................................................
1
A. Latar belakang...............................................................................................
1
B. Permasalahan................................................................................................
1
II. Pelaksanaan Pancasila Pra Kemerdekaan Sampai Orde Lama.........................
2
A. Masa Pra-Kemerdekaan..............................................................................
.....................................................................................................................2
B. Masa Kemerdekaan (Orde Lama)...............................................................
.....................................................................................................................6
III. KESIMPULAN...............................................................................................
8
A. Kesimpulan ...............................................................................................
...................................................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................
...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber hukum di Indonesia adalah pancasila yang
merupakan hasil kesepakatan politik para founding fathers menjelang
kemerdekaan Indonesia. Dalam kajian pancasila terdapat kandungan dan
keterkaitan antar sila yang saling menjiwai satu dengan yang lainnya serta ciri
khas dari semua perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari masa prakemerdekaan hingga sekarang.
Pancasila mengandung nilai-nilai ideologis seperti nilai ketuhanan,
kesederajatan, kebersamaan, kebijaksanaan, musyawarah mufakat dan nilai
kesetiakawanan sosial serta nilai kekeluargaan. Akan tetapi pada saat ini nilai
nilai ideologis pancasila tersebut mulai luntur yang disebabkan banyak
warga Indonesia yang belum mengetahui perjalanan sejarah pelaksanaan
pancasila di negaranya sendiri sehingga tidak dapat mengoptimalkan
pengalaman nilai nilai pancasila tersebut. Padahal untuk menjadi bangsa
yang besar haruslah mengetahui perjalanan sejarah bangsanya sendiri. Ini
tentu menjadi sebuah tanggung jawab yang besar sebagai anak bangsa untuk
mempelajari,

mendalami,

dan

menyebarkan

pengetahuan

mengenai

pelaksanaan pancasila di Indonesia. Pengetahuan ini diharapakan dapat


menjadi pedoman, acuan, dan faktor pendorong tercapainya pengamalan
pancasila hingga menciptakan kemandirian bangsa. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai pelaksanaan pancasila pra-kemerdekaan
sampai orde lama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang terebut, dapat dirumuskan permasalahan
yang mendasari penyusunan makalah ini. Permasalahan tersebut adalah
bagaimana pelaksanaan pancasila dari pra-kemerdekaan sampai masa orde
lama?.

BAB II

PELAKSANAAN PANCASILA PRA KEMERDEKAAN SAMPAI


ORDE LAMA
A. Masa Pra-Kemerdekaan
Sebelum pancasila disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI. Nilai adat istiadat, kemanusian, persatuan, kebudayaan, religious,
kerakyatan, keadilan telah dimiliki sudah tertanam pada masa zaman batu dan
berkembang pesat sebagai dasar kebangsaan Indonesia pada abad ke VII. Pada
abad ini, muncullah kerajaan Sriwijaya yang dipimpin Wangsa Syailendra.
Dalam system pemerintahan kerajaan Sriijaya tidak dapat dilepaskan dari nilai
ketuhanan, terbukti dengan mendirikan suatu lembaga pendidikan agama dan
kebudayaan Budha.
Di Jawa Tengah muncul kerjaan Kalingga. Pada saat kerjaan dipimpin
Airlangga, system kerajaan ini sudah menerapkan nilai nilai sila IV dan sila
ke V. saati itu raja Airlangga mendirikan bangunan keagamaan dan asrama
sebagai sikap toleransi dalam beragama dan membuat hubungan kerjasama
perdagangan dengan cara bermusyawarah dengan seluruh lapisan masyarakat
demi kesejahteraan pertanian rakyat.
Pada tahun 1293, berdirilah kerajaan Majapahit dengan zaman
keemasannya dipimpin oleh Raja Hayamwuruk. Pada masa ini, semua agama
(budha, hindu, islam) hidup berdampingan dalam satu kerajaan. Toleransi
positif ini memberikan sebuah pengharapan untuk mewujudkan sebuah
kerjaan menjadi sebuah Negara. Akan tetapi pergolakan politik dalam kerajaan
membuat sinar kejayaan ini mengalami keruntukan pada permulaan abad XVI.
Pada abad XVI, belanda mulai menguasai daerah daerah di
Indonesia. Terjadi penjajahan yang tidak manusiawi membuat ledakkan
perlawanan rakyat pada belanda. Penjajahan dan perlawanan rakyat pada
belanda berlangsung hingga abad XX. Pada abad ini, mulai terjadi
kebangkitan kesadaran untuk berbangsa sendiri. Kebangkitan nasiolnal ini
dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan mendirikan organisasi Budi
Utomo pada 20 Mei 1908. Organisasi membuat semangat pada Indonesia

untuk menjadi sebuah Negara yang bebas dari penjajahan dan merupakan
inisiasi bagi organisasi lainnya.
Kekalahan tentara Belanda pada tahun 1942 kepada Jepang di Kalijati
merupakan awal berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia. Kemenangan
Jepang tersebut awalnya disambut gembira oleh rakyat Indonesia karena
bangasa Indonesia berharap jepang dapat memberi kemerdekaan kepada
bangsa Indonesia.
Strategi Jepang untuk mengambil hati rakyat Indonesia sangatlah
bagus antaralain rakyat Indonesia diperbolehkan mengibarkan bendera merah
putih, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selain itu, Jepang nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia baik untuk kepentingan Jepang maupun untuk
kepentingan Indonesia merdeka yang dicita-citakan. Bahkan setelah kegagalan
Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon Pemimpin
Asia) maka didirikanlah Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang diketuai oleh
empat serangkai, Sukarno, Hatta, Ki Hadjar Dewantara dan Mas Mansur, yang
mendapat sambutan hangat dari rakyat. Setelah itu dibentuklah berbagai
organisasi massa seperti Seinendan (Barisan Pemuda), Keibodan (Barisan
Pembantu Polisi), Heiho (PETA) merupakan strategi Jepang untuk
melunakkan hati rakyat Indonesia agar mau membantu Jepang melawan
Sekutu.
Lambat laun Jepang menunjukan sifat penjajahan nya bahkan
penyiksaan dibawah kekuasan Jepang melebihi penjajah Belanda. Penjajahan
Jepang berakhir di Indonesia setelah kekalahan beruntun dalam perang dunia
II. Dengan kekalahan yang dialami Jepang memberikan peluang bagi rakyat
Indonesia untuk merdeka. Pada tanggal 7 September 1944, perdana menteri
Koiso mengumumkan ke seluruh dunia di muka sidang ke-85 Parlemen
Jepang bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan dalam waktu dekat.
Pemberian kemerdekaan dan bayangan kekalahan Jepang tersebut
akhirnya memaksa mereka untuk mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Zyumbi Tyoosakai yang disebut kemudian sebagai Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), pada tanggal 1 Maret 1945.
BPUPKI diketuai oleh dr. KRT. Rajiman Wedyodiningrat. Sidang pleno

BPUPKI pertama diadakan dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni
1945. Tanggal 28 Mei 1945 sidang dibuka dengan sambutan Saiko Syikikan,
Gunseikan, meminta BPUPKI agar mengadakan penelitian yang cermat
terhadap dasar-dasar yang akan digunakan sebagai landasan negara Indonesia
merdeka sebagai suatu mata rantai dalam lingkungan kemakmuran bersama di
Asia Timur Raya. Dalam pidato pembukaannya, dr. Rajiman antara lain
mengajukan pertanyaan kepada anggota sidang: Apa Pertanyaan ini menjadi
persoalan yang paling dominan sepanjang 29 Mei s.d 1 Juni1945. Pada
tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan pidatonya yang memberikan
jawaban yang berisikan uraian tentang lima sila. Pidato kemudian diterbitkan
dengan nama Lahirnya Pancasila. Menurut Mohamad Hatta, pidato
Soekarno itu dikatakan sebagai yang bersifat kompromois, dapat meneduhkan
pertentangan yang mulai tajam antara pendapat yang mempertahankan Negara
Islam dan mereka yang menghendaki dasar negara sekuler, bebas dari corak
agama.
Pada masa sidang itu ada beberapa usulan mengenai konsep dasar
negara, diantaranya:
A. Usulan Muh.Yamin secara lisan tanggal 29 Mei 1945 :
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan social ( Keadilan sosial )
B. Usulan Muh Yamin secara tertulis tanggal 29 Mei 1945
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Rasa persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
C. Usulan Bung Karno ( 1 Juni 1945 ) :
1. Kebangsaan

kebijaksanaan

dalam

2. Internasionalisme atau perikemanusiaan


3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada tanggal 22 Juni 1945 BPUPKI menyetujui naskah rancangan
pembukaan UUD 1945 yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Didalam rancangan pembukaan ini memuat rancangan dasar negara Pancasila
yang isinya :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat

kebijaksaan

dalam

permusyawarat/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Setelah BPUPKI selesai menyelesaikan tugasnya, maka dibentuk
panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebelum sidang PPKI
pertama tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan rapat kecil yang
mengubah rumusan Pancasila dalam Piagam Jakarta. Rumusan Pancasila yang
disetujui adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Ketuhanan Yang Maha Esa


Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Adapun kelima sila dalam Pancasila merupakan serangkaian unsur-

unsur tidak boleh terputus satu dengan yang lainnya. Namun demikian
terkadang ada pengaruh dari luar yang menyebabkan diskontinuitas antara hasil
keputusan tindakan konkret dengan nilai budaya.

B. Masa Kemerdekaan (Orde Lama)


Orde lama adalah masa pencarian implementasi pancasila dalam
sistem kenegaraan. Pada masa ini, pancasila berkembang dengan konflik

ideologi yaitu kondisi politik dan keamanan negeri yang diselimuti kekacauan
kondisi sosial-budaya yang berada pada masa transisi terjajah menjadi
merdeka. Implementasi pancasila pada masa orde lama terbagi kedalam 3
periode antara lain periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode 19591960.
Diawali periode 1945-1950, implementasi pancasila bukan saja
menjadi masalah besar, akan tetapi terdapat upaya menggeser pancasila
sebagai dasar negara dengan paham komunis oleh PKI melalui pemberontakan
Madiun 1948. Selain itu di pihak lain, terdapat DI/TII yang ingin mengdirikan
negara dengan dasar islam. Walaupun konstitusi pancasila dan UUD 1945
mengesahkan sistem demokrasi yang dianut adalah presidensiil namun dalam
prakteknya kenegaraan sistem presidensiil tidak dapat diwujudkan sehingga
menyebabkan sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan.
Pada periode 1950-1959, sistem pemerintahan cenderung liberal
sehingga sila ketiga mulai terguncah dengan adanya pemberontakan RMA,
PRRI, dan Permesta yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Tahun 1955
terlaksana pemilu yang dianggap paling demokratis dan diharapkan dapat
menyusun UUD seperti yang diharapkan. Namun kenyataannya anggota
kostituante tidak dapat mewujudkan nya sehingga menimbulkan krisis politik,
ekonomi, dan keamanan. Untuk mengatasi hal ini, presiden secara sepihak
mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang berisi pembubaran konstituante,
ketidakberlakuan UUD 1950, dan kembali pada UUD 1945. Dengan
dikeluarkan nya Dekrit Presiden 1950 dan kembali nya UUD 1945 dapat
disimpulkan pancasila yang cenderung diarahkan pada ideologi liberal tidak
menjamin stabilitas pemerintahan.
Pada periode ketiga yang terjadi pada tahun 1956-1965 adalah
periode demokrasi terpimpin. Demokrasi yang dimaksud dalam periode ini
adalah demokrasi yang berada pada kekuasaan pribadi presiden soekarno yang
menimbulkan penyimpangan penafsiran pancasila dalam konstitusi yang
mengakibatkan antaralain soekarno diangkatnya soekarno menjadi presiden
seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama,
dan Komunis yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Pada periode terjadi

kemerosotan moral yang tajam di masyarakat yang tidak lagi berdiri pada
sendi nilai pancasila. Kemudian kondisi ini dimanfaatkan oleh PKI hingga
terjadi peristiwa gerakan G30S/PKI yang menandai pergantian orde.
Selain itu terdapat penyimpangan pancasila pada masa orde lama
antara lain pembubaran DPR hasil pemilu 1955 dikarenakan DPR menolak
RPBN yang diajukan pemerintah kemudian pemerintah membentuk DPR
gotong royong dan menteri Negara bertugas sebagai pembantu presiden, serta
kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan UUD 1945 yaitu
dengan mengeluarkan keputusan presiden tanpa persetujuan DPR meliputi
Penetapan Presiden nomor 7 tahun 1959 tentang penyederhanaan paratai
politik, Pembentukan Front Nasional dalam Penetapan Presiden nomor 13
tahun 1959, dan Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota MPRS,
DPA dan MA oleh presiden, serta hak budget DPR tidak berjalan karena
pemerintah tidak mengajukan rancangan undang-udang APBN untuk
mendapatkan persetujuan DPR.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari proses sejarah yang panjang itulah bangsa Indonesia menemukan
pancasila sebagai jati diri bangsa. Nilai nilai yang terkandung dalam
pancasila bahkan sudah ada sejak Indonesia merdeka dan perumusan pancasila
merupakan manifestasi kesadaran bangsa Indonesia untuk merdeka dan
membentuk Negara yang bebas dari intervensi Negara lain. Sejak proklamasi
kemerdekaan, bangsa Indonesia masuk dalam babak kehidupan baru yang
alam perjalanan akan mengalami perubahan asas, paham, ideology, dan
doktrin dalam berbangsa dan bernegara melalui berbagai hambatan
disintegrasi dan instabilisasi nasional sejak periode ored lama yang berpuncak
pada pemberontakan G30S/PKI.
B. Saran
Dengan pengetahuan proses sejarah bangsa Indonesia ini dapat
dijadikan pembelajaran dan pertimbangan politik di masa depan dalam
menyusun system pemerintahan yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
Maful, M.A. 2010. Partai Politik Pada masa Orde baru dan Orde Lama. UNM Press.
Makassar
Muchson, A.R. 2009. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Kehidupan Bangsa dan Negara
Republik Indonesia. UNY Press. Yogyakarta
Pandji Setijo. 2005. Pendidikan Pancasila. Gramedia Widiasarana Indonesia. Yogyakarta
Sumarsono,S.S. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai