Anda di halaman 1dari 45

RESPONSI

KERATITIS
Stepheny Puspa Wangi
09700240

Anatomi dan Fisiologi


Kornea adalah membran pelindung dan jendela
yang dilalui berkas cahaya menuju retina.
Kornea meliputi seperenam dari permukaan
anterior bola mata.
Kornea komponen utama sistem optik mata dimana
sebagian besar pembiasan terjadi di kornea
Sebagai media refraksi kornea merupakan bagian
yang jernih, karena kerjernihan ini maka sinar dari
cahaya dapat diteruskan atau dibiaskan ke dalam
bola mata menuju ke retina.

Jika terjadi perubahan pada permukaan kornea


walaupun kecil akan dapat mengakibatkan
gangguan pembiasan cahaya dan ketajaman
penglihatan bisa berkurang secara perlahanlahan.
Turunnya ketajaman penglihatan ini diakibatkan
oleh adanya edema kornea, infiltrasi sel radang
dalam kornea, terbentuknya vaskularisasi baru
dan jaringan parut pada kornea.

Lapisan Pada Kornea


1.Lapisan Epithelial
2.Lapisan Bowman
3.Lapisan Stroma
(paling tebal)
4.Lapisan Descement
(paling kuat)
5.Lapisan Endotel

Keratitis
Keratitis adalah Keradangan pada kornea.
Dengan tanda khas ialah terdapatnya sel-sel
infiltrat di lapisan kornea.
Sel-sel Infiltrat dapat ada di seluruh lapisan
kornea, dalam menetapkan diagnosis dan
pengobatan keratitis perlu mengetahui
keradangan pada kornea terdapat di dalam
lapisan mana.

Patofisiologi
Kornea avaskuler Keradangan pada kornea badan
kornea, wandering cell dan sel-sel(pada stoma
kornea) segera bekerja sebagai makrofag disusul
dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat
dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.
infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear (PMN) timbulnya
infiltrat ditandai dengan bercak berwarna kelabu,
keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan
tidak licin jika sampai terjadi kerusakan epitel
ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf lesi


pada kornea baik superfisial maupun profunda
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
Rasa sakit juga diperberat gesekan palpebra
(terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh.

Klasifikasi Keratitis
1. Menurut Bentuk Infiltratnya

Puntata
Filamentous
Numularis
Dendiritika
Disformik

: bentuk seperti bintik-bintik


kecil yang menyebar.
: bentuk seperti benang tipis.
: bentuk seperti bentukan uang
logam (coin lession).
: bentuk seperti cabang-cabang
pohon.
: bentuk seperti cakram di
dalam jaringan kornea

2. Menurut Lokasinya:

1. Keratitis Superfisial
a. Keratitis punctata superfisialis
bintik-bintik halus putih pada permukaan
kornea.

Etiologi
Belum ditemukan organisme penyebabnya,
namun dicurigai virus.
Manifestasi klinis
Pasien mengeluh sakit, silau, mata merah dan
rasa kelilipan.
Gambaran Klinis
Lesi punctata pada kornea dapat dimana saja,
tapi biasanya pada daerah sentral. Daerah lesi
biasanya meninggi dan berisi titik-titik halus
berwarna abu-abu jika di tes flouresin akan
memberikan hasil (+)

Terapi
Pasien dapat diberi:
Air mata buatan(artificial tears)
Antibiotik tetes mata
Midriatikum dan sikloplegik(mengurangi nyeri
atau rasa perih yang sangat)

b. Keratitis flikten
benjolan berwarna putih kekuningan berdiameter 2-3
mm pada limbus, dapat berjumlah 1 atau lebih.
Gambaran Klinik
Terdapat hifema konjungtiva
Memberi kesan kurangnya air mata (dry eyes syndrome).
Secara subyektif, terdapat benjolan putih kemerahan di
pinggiran mata yang hitam. Apabila jaringan kornea
terkena, maka mata berair, silau dan dapt disertai rasa
sakit dan penglihatan kabur.
Secara obyektif, terdapat benjolan putih kekuningan pada
daerah limbus yang dikelilingi daerah konjungtiva yang
hiperemik. Gambaran yang khas adalah terbentuknya
papula atau pustula pada kornea dan konjungtiva karena
penyakit ini biasanya disebut kerato-konjungtivitis
flikten.

Terapi
Terapi dapat dengan tetes mata steroid akan
memberikan hasil yang memuaskan.

c. Keratitis sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh
kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau sel goblet
yang berada di konjungtiva.

Etiologi
Defisiensi kelenjar air mata
Defisiensi komponen lemak dari air:blefaritis
menahun, pembedahan kelopak mata.
Defisiensi komponen musin : terjadi pada
defisiensi vitamin A, trauma kimia ,sindrom
steven johnson.
Penguapan air mata yang berlebihan :
lagoftalmus, hidup dilingkungan yang panas dan
kering.
Akibat parut pada kornea atau rusaknya
mikrovili kornea misalnya pasca trauma kimia

Gambaran klinik
Secara subyektif : bila belum ada kerusakan
kornea maka keluhan penderita adalah mata
ngeres, pedih, kering dan rasa seperti ada pasir
(nganjel), keluhan-keluhan yang lazim disebut
sindrom dry eye. Apabila terjadi kerusakan
kornea keluhan-keluhan ditambah dengan silau,
sakit, berair dan kabur.
Secara obyektif : pada tingkat dry-eye,
kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea
hilang, tes schirmer berkurang, sukar
menggerakkan kelopak mata.

Terapi
Apabila yang kurang adalah komponen air dari
air mata, diberikan air mata tiruan (artificial
tear), sedangkan bila komponen lemaknya yang
berkurang maka diberikan lensa kontak.

d. Keratitis lepra(Keratitis Neuroparalitik)


Keratitis yang disebabkan oleh Mycobakterium leprae
dengan perubahan yang menyebabkan pembesaran
dan membengkaknya syaraf kornea disertai bintilbintil dalam benang (bead on string).
Dapat Menyebabkan
Kerusakan syaraf pada kornea oleh mikobakterium lepra
Terjadinya ektropion dan lagoftalmus serta anestesi kornea
sehingga menyebabkan exposure keratitis.
Pada daerah yang endemik, sering disertai adanya penyakit
trakoma yang menyebabkan entropion dan trikiasis.
Apabila terjadi denervasi(hambatan) kelenjar lakrimal,
akan menyebabkan dry eyes sindrome .

Gambaran klinik
Secara subyektif : biasanya penderita datang bukan
karena keluhan keratitisnya melainkan oleh adanya
pembengkakan yang kemerahan pada palpebra serta
tanda-tanda lain pada bagian tubuh di luar mata.
Secara obyektif : terdapat keratitis avaskuler berupa
lesi pungtata berwarna putih seperti kapur yang
secara perlahan batasnya akan mengabur dan
sekelilingnya menjadi seperti berkabut.
Lesi ini akan menyatu dengan lesi di sebeblahnya
dan menyebabkan kekeruhan subepitelial seperti
nebula disertai destruksi membran bowman. Pada
fase lanjut terjadi neovaskularisasi superfisial yang
disebut pannus lepromatosa.

Diagnosis
Pembengkakan saraf kornea disertai bead on
string adalah khas untuk keratitis lepra.
Terapi
Terdapat mikobakterium lepra diberikan
dapsone dan rifampisin. Apabila terdapat
deformitas pelpebra yang akan mengakibatkan
kerusakan kornea dilakukan koreksi
pembedahan.

e.Keratitis nummularis
Keratitis nummularis adalah bentuk keratitis
yang ditandai dengan infiltrat bundar
(nummus=keping uang logam) berkelompok dan
tepinya berbatas tegas.
Keratitis ini berjalan lambat, sering kali
unilateral dan pada umumnya didapatkan pada
petani yang bekerja disawah(paparan sinar
matahari).
Nama lain dari keratitis nummularis adalah
Keratitis Sawahica atau Keratitis Punctata
Tropica.

Etiologi
Diduga virus
Gambaran Klinik
Secara subyektif : keluhan utama adalah silau
(fotofobia)
Secara obyektif : mata yang terserang tampak
merah karena injeksi siliar, disertai lakrimasi.
Infiltrat multipel dan bundar yang terdapat di
lapisan kornea bagian superfisial biasanya tidak
menyebabkan ulserasi.

Terapi
Pemberian kortikosteroid lokal memberikan
hasil yang baik yaitu hilangnya tanda-tanda
radang dan lakrimasi tetapi penyerapam infiltrat
terjadi dalam waktu yang lama, dapat 1 hingga 2
tahun.

2. Keratitis Profunda
a.Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis
kongenital

Suatu reaksi imunologik oleh Treponema


palidum karena kuman ini tidak dijumpai di
kornea pada fase akut.
Manifestasi lanjut (late manifestation) dari
sifilis kongenital.
Didapatkan pada anak berusia 5-15 tahun

b.Keratitis sklerotikans
Merupakan suatu keadaan peradangan sklera
dan kornea biasanya unilateral disertai dengan
infiltrasi sel radang menahun pada bagian sklera
dan kornea

3. Menurut Penyebabnya:
Bakteri : Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
epidermidis.
Virus : Herpes simplex, Varisella Zoster.
Jamur : Candida, Aspergilus, Nocardia.
Defisiensi Vitamin A
Peradangan Kronis (konjungtivitis kronis)
Reaksi Imnunologi atau Alergi
Keratitis karena Exposure : Lagosphatalmus(akibat
paralisis N.VII), Exophatalmus(tumor retrobulbar
atau Hipertiroid), Dry Eyes Syndrome, Trauma Fisik
atau Kimia

Gejala Dan Tanda


Kebanyakan gejala dan tanda pada keratitis antara
lain:
Mata merah dan palbebra bengkak
Gangguan penglihatan (visus menurun)
Hiperemi konjungtiva(PCVI)
Trias Kornea : Epifora(Mata berair),
Fotofobia(silau), Blefarospasme.
Merasa seperti kelilipan (nganjel)
Menimbulkan gangguan kornea(sensibilitas kornea
yang hipestesia) Keratitis Herpes Simpleks.

Diagnosis
Anamnesa :
Pasien datang dengan keluhan Epifora,
blefarospasme, dan fotofobia.
Kadang disertai dengan penuran visus
Pemeriksaan fisik (mata dilihat dari luar) :
Hiperemi perikorneal(PCVI)
Kornea keruh atau terdapat bercak-bercak
inflitrat dengan slit lamp.

Pemeriksaan penunjang
Tes Flouresin :

FL test positif : Keratitis Epithelial


FL test negatif : Keratitis Sub Epithelial
Tes Sensitibilitas

Positf
Negatif

: Hampir semua keratitis


: Keratitis Herpes Simpleks

Penatalaksaan
Penatalaksaan pada keratitis tergantung pada
penyebab keratitis itu sendiri.
Terapi Kausatif :
Antibiotik (tetes mata,salep, tablet)
Antivirus (salep, tablet)
Anti jamur
Terapi suportif :
Bebat mata yang berguna untuk mencegah infeksi
sekunder, mengurangi rasa sakit, mempercepat
penyembuhan
Terapi Simptomatik :
Kalau perlu Midriatikum untuk mengurangi spasme
silier sehingga rasa nyeri berkurang.

LAPORAN KASUS
Indentitas Pasien

Nama
: Nn.P
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Buruh Pabrik Mie Sedap
Alamat
: Jl.Sekar Putih, Gresik.
Tanggal Pemeriksaan: 25 Sepetember 2013;
jam : 9.30 WIB.

Anamnesa

Keluhan Utama
Mata kanan terasa perih
Riwayat Penyakit Sekarang
Mata kanan merah, terasa perih dan sedikit
panas
Mata kanan sedikit kabur
Mata berair sejak 2 hari sebelum di bawa periksa
ke poli mata
Mata silau jika kena cahaya terang(matahari
atau lampu yang terang)

Riwayat Penyakit Dahulu


Sejak 1 minggu yang lalu sebelum d bawa berobat
kedua mata merah
Sebelumnya tidak pernah mengeluh seperti ini
Tidak ada riwayat kunjingtivitis(gatal pada mata)
dan trauma pada mata
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyatakan di keluarganya tidak ada
keluhan yang sama seperti yang pasien rasakan
sekarang pada matanya.
Keluarga tidak memiliki riwayat HT dan DM.
Riwayat Pengobatan
Belum pernah dibawa berobat.
Pernah menggunakan obat tetes mata untuk
mengurangi rasa perih.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis;GCS 4,5,6

Status Lokalis

Mata Kanan

Pemeriksaan

Mata Kiri

6/7,5

Visus

6/6

Koreksi

Tidak dilakukan

Tonometri(TIO)

Tidak dilakukan

Sentral, Normal

Kedudukan

Sentral, Normal

Ke segala arah

Pergerakan

Ke segala arah

Hiperemi (-)
Edema (-)

Hiperemi (-)
Palpebra superior

Edema (-)

Blefarospasme (+)

Blefarospasme (-)

Hiperemi (-)

Hiperemi (-)

Edema (-)

Palpebra Inferior

Edema (-)

Hiperemi (-)

Konjungtiva
Palpebra

Hiperemi (-)

Hiperemi (+)

Kunjungtiva

Hiperemi (-)

Sekret (-)

Bulbi

Sekret (-)

Hiperemi(-)
Putih

Kunjungtiva
Fornik
Sklera

Hiperemi(-)
Putih

Terdapat banyak sel


infiltrat benrbentuk

Kornea

jernih

Dalam, jernih

Bilik Mata Depan

Dalam, jernih

Reguler

Iris

Reguler

bintik-bintik halus
yang menyebar

Bulat, letak di pusat,


Refleks cahaya (+)

Pupil

Bulat, letak di pusat,


Refleks cahaya (+)

Tidak dilakukan

Lensa

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Funduskopi

Tidak dilakukan

(+)

Refleks Fundus

(+)

(+)

Tes Flouresin

(-)

Resume
Nn.P, 20 tahun datang ke poli mata RSUD Ibnu Sina
gresik tanggal 25 September 2013 dengan keluhan
mata kanan terasa perih sejak 2 hari yang lalu
sebelum di bawa ke dokter.
1 minggu yang lalu sebelum dibawa ke dokter, kedua
mata tiba-tiba merah terutama mata sebelah kanan,
dan semakin lama terasa pedih, silau jika terkena
sinar matahari atau cahaya terang, berair, pasien
merasakan seperti kelilipan.
Kemudian pasien memberi obat tetes mata untuk
mengurangi rasa perihnya. Sejak 3 hari sebelum ke
rumah sakit, obat sudah tidak digunakan, pasien
merasa pandangan mata kanan sedikit kabur dan
tetap merah.

Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata kanan:


Visus
: 6/7,5 (sedikit menurun)
Palpebra superior: Blefarospasme (+)
Kunjungtiva : PCVI (+)
Kornea
: Terdapat bintik-bintik infiltrat
dengan flouresin (+)

Diagnosis
OD Keratitis Punctata Superfisial

Planning
Terapi
Terapi Kausatif:
Antibiotik
Antiinflamasi
Terapi Supportif:
Bebat mata OD : untuk memcegah infeksi
sekunder dan mempercepat penyembuhan.
Terapi Simptomatik
Midriatikum : untuk mengurangi rasa nyeri
lokal(kalau perlu).

Monitoring
Kontrol kembali ke poli mata setelah 3 hari
pemberian obat.

Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
penyakitnya.
Menjelaskan kepada pasien terapi yang diberikan di
sesuaikan berdasarkan keluhan dan hasil pemeriksaan
yang ditemukan.
Pemakaian obat atau terapi harus sesuai ajuran dokter
agar penyakit bisa di obati dan tidak menjadi tambah
parah.
Untuk beberapa hari pasien diberikan ajuran untuk
tidak mengucek-ngecek mata kanannya dulu.
Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mata pasien.
Lakukan pengontrolan kembali sesuai jadwal kontrol
yang ditentukan dokter agar dapat mengetahui penyakit
pasien sudah membaik atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai