Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

Disusun oleh :
Lyanlie Winarto
260112140611

Pharmacoeconomy
Pharmacoeconomics mengidentifikasi, mengukur, dan membandingkan biaya dan
konsekuensi dari terapi obat untuk sistem kesehatan dan masyarakat.Perspektif
dari evaluasi pharmacoeconomic sangat penting karena hasil penelitian akan
sangat tergantung pada perspektif yang dipilih. Biaya kesehatan dapat
dikategorikan sebagai direct medical, direct nonmedical, indirect nonmedical,
intangible, opportunity, dan biaya tambahan. Ekonomi, humanistik, dan clinical
outcome harus dipertimbangkan dan dinilai dengan menggunakan metode
pharmacoeconomic, untuk menginformasikan pengambilan keputusan lokal yang
mungkin dilakukan.Untuk membandingkan berbagai pilihan kesehatan, valuasi
metode ekonomi yang digunakan, termasuk cost-minimization, cost-benefit,costeffectiveness, and cost-utility analyses.
Sekarang dalam mengatur kesehatan, metode pharmacoeconomic dapat diterapkan
untuk manajemen formularium yang efektif, individual patient treatment,
penentuan kebijakan obat, dan sumber daya alokasi. Ketika mengevaluasi studi
pharmacoeconomic, Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan: study objective,
study perspective, pharmacoeconomic method, study design, choice of
interventions, costs and consequences, discounting, study results, sensitivity
analysis, study conclusions, and sponsorship. Penggunaan model ekonomi dan
meningkatkan pharmacoeconomic analisis pada tingkat lokal, keduanya dapat
berguna dan sumber yang relevan pada data pharmacoeconomic.

HEALTH OUTCOMES AND QUALITY OF LIFE


Pengkajian hasil kesehatan dan kualitas hidup terus dilakukan untuk
mengevaluasi hasil dari perawatan medis. Kualitas hidup pasien ini dapat menjadi
acuan keberhasilan dari suatu tindakan dari intervensi medis.

Hasil dari

perawatan medis dapat disebut dengan Five Ds yaitu death, disease, disability,
discomfort dan dissatisfaction atau dengan kata lain kematian, penyakit,
kecacatan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan. Informasi dari kualitas hidup
dapat dijadikan data tambahan untuk membuat keputusan mengenai penggunaan
obat-obatan. Pada Patient-Reported Outcomes (PROs) terdapat data kesehatan
penting seperti, gejala yang pernah dialami, kepuasan dan fungsi pengobatan.
PROs sering digunakan untuk melengkapi data keamanan, tingkat kelangsungan
hidup, dan indikator klinis dalam uji intervensi terapeutik.

EVIDENCE BASE MEDICINE


Evidence base medicine adalah pengintegrasian antara bukti ilmiah berupa
hasil penelitian yang terbaik dengan kemampuan klinis seorang dokter serta
preverensi pasien dalam proses pegambilan keputusan klinik. Terdapat 4 langkah
dalam proses penerapan EBM yaitu merumuskan pertanyaan yang jelas dari
masalah klinis pasien, mengidentifikasi informasi yang relevan, kritis dalam
menilai bukti yang ada, dan menerapkan penemuan dalam praktek klinis.
EBM merupakan suatu proses yang panjang dan berkelanjutan, melakukan
pembelajaran/analisis berdasarkan masalah yang timbul dari pasien dan karenanya

bisa menemukan informasi yang penting dalam aspek diagnosis, terapi, prognosis
atau aspek lainnya dari pelayanan kesehatan, antara lain pedoman pengobatan dan
sebagainya
Farmakokinetika Klinik dan Farmakodinamika
Farmakokinetik adalah reaksi atau respon tubuh terhadap obat. Dalam arti sempit
farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari
obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu.
Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses

absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi, dan ekskresi bentuk


utuh atau bentuk aktif, merupakan proses eliminasi obat.
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Laju
dan jumlah absorpsi obat dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan
saluran cerna dan aliran darah ke tempat absorpsi. Laju absorpsi obat ini dapat
digambarkan secara matematik sebagai suatu proses order kesatu atau order nol.
Dalam model farmakokinetik ini sebagian besar menganggap bahwa absorpsi
obat mengikuti order kesatu, kecuali apabila anggapan absorbsi order nol
memperbaiki model secara bermakna atau telah teruji dengan percobaan.
2. Distribusi

Obat yang telah melalui hati bersamaan dengan metabolitnya disebarkan secara
merata ke seluruh jaringan tubuh, khusunya melalui peredaran darah. Lewat
kapiler dan cairan ekstra sel (yang mengelilingi jaringan) obat diangkut ke tempat
kerjanya di dalam sel (cairan intra sel), yaitu organ atau otot yang sakit. Tempat
kerja ini hendaknya memiliki penyaluran darah yang baik, karena obat hanya
dapat melakukan aktivitasnya bila konsentrasi setempatnya cukup tinggi selama
waktu yang cukup lama.
3. Metabolisme
Metabolisme obat terutama terjadi di hati. Tempat metabolisme yang lain adalah
dinding usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora
usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar menjadi
polar agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini
obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih
aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik. Reaksi metabolisme terjadi dari rekasi
fase I dan rekasi fase II. Reaksi fase I berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik
menjadi molekul yang lebih polar. Metabolisme fase I bisa meningkatkan,
mengurangi, atau tidak mengubah aktivitas farmakologik obat. Sedangkan, pada
rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi). Disini molekul obat
bergabung dengan suatu molkeul yang terdapat didalam tubuh sambil
mengeluarkan air, misalnya dengan zat-zat alamiah seperti asetilasi, sulfatasi,
glukuronidasi, dan metilasi
4. Ekskresi

Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat di ekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal
dan reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus.
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari
model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainnya. Fungsi dari penetapan parameter
farmakokinetik suatu obat adalah untuk mengkaji kinetika absorbsi, distribusi dan
eliminasi didalam tubuh. Secara umum parameter farmakokinetika digolongkan
menjadi parameter primer, sekunder dan turunan. Parameter primer adalah
parameter farmakokinetika yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh
variabel biologis. Contoh dari parameter primer adalah volume distribusi (Vd),
klirens (Cl), dan kecepatan absorpsi (Ka). Volume distribusi adalah volume
hipotetik dalam tubuh tempat obat terlarut. Vd adalah salah satu faktor yang harus
diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat dalam tubuh. Vd merupakan
suatu parameter yang berguna untuk menilai jumlah relatif obat di luar
kompartemen sentral atau dalam jaringan.
Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi
obat yang merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang
dibersihkan dari kompartemen tubuh setiap waktu tertentu. Eliminasi tersebut
tidak dipermasalahkan bagaimanakah prosesnya. Secara umum eliminasi obat
terjadi pada ginjal dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang
merupakan jumlah dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik).

Parameter sekunder adalah parameter farmakokinetika yang harganya bergantung


pada parameter primer. Contoh dari parameter sekunder adalah waktu paruh
eliminasi (t1/2 eliminasi) dan Kecepatan eliminasi (Kel). Waktu paruh eliminasi
adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk tereliminasi menjadi separuh dari harga
awal. Besar kecilnya waktu paruh eliminasi sangat menentukan lama kerja obat
dan menjadi acuan untuk menentukan dosis pada pemakaian berulang dalam
terapi jangka panjang.
Sedangkan contoh dari parameter turunan adalah waktu mencapai kadar puncak
(tmaks), kadar puncak (cpmaks) dan area under curve (AUC). Kadar puncak
adalah kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. AUC
adalah permukaan dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya
kadar plasma sebagai fungsi waktu. AUC dapat digunakan untuk membandingkan
kadar masing-masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak
mengalami perubahan.
Di dalam bidang farmasi klinis, farmakokinetika memiliki beberapa kegunaan
yang cukup penting, yaitu:
a. Untuk memilih rute pemberian obat yang paling tepat. Apakah harus secara
injeksi intravena, atau bisa dengan rute lain seperti secara oral, rektal dan lainlain. Ini dapat dilakukan dengan menilai ketersediaan biologis obat setelah
pemberian dalam berbagai rute pemberian, dan dengan mempertimbangkan profil
kinetika obat yang dihasilkan oleh berbagai rute pemberian tersebut.

b. Dengan cara pertimbangan farmakokinetika dapat dihitung aturan dosis yang


tepat untuk setiap individu (dosage regimen individualisation). Sampai saat ini
prinsip

farmakokinetika

termasuk

cara

yang

paling

tepat

untuk

pengindividualisasian dosis, khususnya untuk obat-obat dengan daerah kerja


terapeutik sempit seperti teofilin, dan lainlain.
c. Data farmakokinetika suatu obat diperlukan dalam penyusunan aturan dosis
yang rasional.
d. Dapat membantu menerangkan mekanisme interaksi obat, baik antara obat
dengan obat maupun antara obat dengan makanan.
Farmakodinamika adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap sel
hidup, organ atau makhluk.
Farmakogenetik
Perbedaan resepon antar pasien terhadap obat dapat disebabkan oleh perbedaan
genetic individu yang berpengaruh dalam metabolism, distribusi dan target protein
obat. Hal ini berakibat perbedaan konsentrasi obat dalam plasma, hal ini menjadi
sangat penting untunk obat-obat dengan indeks terapi sempit seperti warfarin,
phenytoin, dan merkaptopurin.
Farmakogenetik merupakan sutau ilmu yang mempelajari tentang pengaruh
faktor genetik terhadap respon suatu obat dalam tubuh dapat diartikan pula
sebagai ilmu yang mengidentifikasi interaksi antara obat dan gen individual. Hal
ini didasarkan atas terjadinya perbedaan respon tiap individu bila mengkonsumsi

suatu obat. Perbedaan tersebut dapat kita tinjau dari efek yang ditimbulkannya
apakah meningkatkan efek, menurun. Efek atau justru cenderung meningkatkan
toksisitas obat. Dasar pengetahuan tentang farmakogenetik dapat digunkana untuk
memodifikasi dalam penemuan obat maupun nasib obat dalam tubuh.
Tujuan utama dari farmakogenetik adalah optimalisasi terapi dan pembatasan
toksisitas obat berdasarkan masing-masing profil genetic pasien. Meski masih
asing, tapi farmakogenetik bukanlah merupakan hal yang baru, farmakogenetik
telah dikembangkan sejak tahun 1955 oleh FredrichVogel dan 1957 oleh Arno
Motulsky.
Polimorfisme genetik adalah adanya variasi genetik yang menyebabkan perbedaan
aktivitas dan kapasitas suatu enzim dalam menjalankan fungsinya. Adanya
perbedaan ekspresi genetik antara tiap individu akan dapat memberikan respon
yang berbeda terhadap nasib obat dalam tubuh. Hal ini dapat kita tinjau terutama
dari aspek metabolisme tubuh. Proses metabolisme terjadi oleh adanya bantuan
enzim. Enzim merupakan suatu protein yang keberadaanya merupakan hasil dari
ekspresi genetik (sintesis protein). Kapasitas enzim yang dihasilkan tiap individu
berbeda-beda. Hal inilah yang salah satunya yang memacu terhadap perbedaan
respon yang tubuh terhadap pemakaian obat yang sama.
Pengaruh terjadinya perbedaan variasi genetik diketahui bahwa terjadinya
perbedaan ekspresi genetik, maupun keberadaan varian genetik secara langsung
dapat mempengaruhi respon yang berbeda-beda terhadap pemakaian obat.

Pediatrik
Anak-anak memiliki perkembangan fungsi organ yang berbeda dari orang dewasa
bahkan dengan anak-anak lainnya berdasarkan variasi umur mereka dalam hal
sistem distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat.
Permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak tidak tersedianya obat dengan
dosis yang disesuaikan untuk pasien anak-anak. Oleh karena itu, diperlukan
metode administrasi obat khusus untuk pasien anak-anak maupun bayi.
Bahkan FDA (Food and Drug Administration) pun hanya mengizinkan
seperempat dari seluruh obat yang memiliki indikasi spesifik untuk digunakan
pada pasien anak-anak karena langkanya data farmakokinetik, farmakodinamik,
khasiat dan keamanan obat untuk pasien bayi dan anak-anak.
Faktor yang berpengaruh dalam proses farmakokinetik pada pasien anak-anak
yaitu:
1. Ketersediaan yang sensitif dan metode analitik spesifik untuk mengukur
obat serta metabolismenya di dalam volume kecil cairan biologis.
2. Kesadaran akan pentingnya farmakokinetik klinik dalam optimalisasi
terapi obat.
Proses farmakokinetika pada pasien anak-anak:
a. Absorpsi = Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan obat di saluran
pencernaan yaitu tergantung pada pH difusi pasif dan waktu pengosongan
lambung. Pada bayi prematur, pengosongan lambung berlangsung lambat
sehingga penyerapan obat sangat terbatas. Sedangkan pada situs

intramuskular adanya perbedaan massa otot relatif sehingga penyerapan


obat dapat diubah. Pada kulit, proses penyerapan mungkin lebih mudah
pada bayi yang baru lahir karena epidermal barrier masih dalam proses
pengembangan.
b. Distribusi = Ikatan antara obat dengan protein plasma pada bayi baru lahir
cenderung rendah disebabkan rendahnya konsentrasi protein pada plasma.
Namun, dengan rendahnya ikatan antara protein plasma dengan obat dapat
meningkatkan volume distribusi
c. Metabolisme = Proses metabolisme obat secara substansial lebih lambat
pada bayi dibandingkan anak yang lebih tua dan orang dewasa.
d. Eliminasi = Proses filtrasi glomerular sekresi tubular dan reabsorpsi
tubular menentukan efisiensi eksresi ginjal. Proses ini mungkin tidak
berkembang sepenuhnya selama beberapa minggu sampai 1 tahun setelah
bayi lahir.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi serta studi yang mampu mendorong
farmakoterapi untuk anak-anak. Seringkali adanya kesulitan saat penyebaran obat
untuk anak-anak diluar batas dan indikasi yang sudah ditetapkan oleh FDA.
Meskipun banyak yang perlu dipelajari untuk mengoptimalisasikan terapi untuk
pasien anak-anak, perlu juga dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup serta bertahan dalam bidang
farmakoterapi untuk pasien anak-anak.
Geriatrik
Populasi manusia berusia lanjut (berusia 60 tahun ke atas) semakin meningkat
dengan beberapa masalah kesehatan (multipatologi) akibat gangguan fungsi
jasmani dan rohani, dan atau kondisi social yang bermasalah. Ciri Pasien Geriatri

adalah memiliki beberapa penyakit kronis, gejala penyakit tidak khas, fungsi
organ menurun, tingkat kemandirian berkurang, sering disertai masalah nutrisi.
Proses farmakokinetika pada pasien lanjut usia:
a. Absorpsi = karena berkurangnya fungsi organ, maka obat yang di
konsumsi akan diserap secara difusi pasif dan perubahan fungsi organ
tersebut juga akan mempengaruhi bioavailabilitasnya.
b. Distribusi = Distribusi obat dalam tubuh dipengaruhi oleh aliran darah,
ikatan protein plasma, dan komposisi tubuh dimana semua akan menurun
sistemnya ketika manusia mulai tua atau lanjut usia.
c. Metabolisme = Penurunan metabolisme obat di hati dapat terlihat secara
signifikan.
d. Eliminasi = Eksresi renal merupakan jalur eliminasi utama dimana pada
manusia lanjut usia total body clearance tidak lagi optimal.
Dalam pengobatan pasien lanjut usia terkadang adanya ketidakpatuhan seperti
tidak mau mengambil resep, berhenti konsumsi obat sebelum batas habis
konsumsi, maupun mengambil berlebih atau kurang dari yang tertera di label.
Untuk itu, diperlukan penanganan khusus untuk pasien lanjut usia terkait dengan
kondisinya serta masalah terkait obat merupakan perhatian utama bagi kelompok
pasien ini.
Pharmacoepidemiologi
Praktek di bidang farmakoterapi banyak tantangannya untuk tenaga medis karena
bidang ini menerapkan pengetahuan tentang manfaat dan risiko obat-obatan untuk
individu dan population-based patient care. Banyak pemahaman masyarakat
tentang khasiat dan keamanan obat muncul dari studi yang terkontrol dengan baik
yang dilakukan selama pengembangan obat dan proses persetujuan obat. Risiko

dan manfaat obat biasanya diidentifikasi hanya setelah obat digunakan secara luas
oleh masyarakat umum. Desain penelitian observasional sangat penting untuk
studi risiko dan manfaat yang terkait dengan obat dipasarkan.
Clinical Toxicology
Keracunan bisa terjadi akibat paparan dosis yang berlebihan dari senyawa kimia,
obat-obatan bertanggung jawab atas sebagian besar keracunan anak dan dewasa
Jumlah dan tingkat keracunan telah meningkat, tetapi langkah-langkah
pencegahan keracunan juga telah mengurangi angka kematian pada anak-anak.
Pertolongan pertama dengan cepat dapat mengurangi perkembangan keracunan
serius, dan konsultasi dengan poison control center mungkin dapat mengindikasi
terapi yang akan dibutuhkan selanjutnya.Penggunaan sirup ipeka, gastric lavage,
dan cathartics tidak disukai sebagai terapi rutin, sedangkan karbon aktif dan
whole-bowel irrigation usus masih digunakan untuk dekontaminasi lambung
pasien.
Antidote dapat mencegah atau mengurangi toksisitas racun tertentu, tetapi
simtomatik dan suportif care sangat penting untuk semua pasien. Keracunan
acetaminophen akut menghasilkan luka hati yang parah dan kadang-kadang gagal
ginjal. Sebuah penentuan konsentrasi serum acetaminophen dapat menunjukkan
apakah ada risiko hepatotoksisitas dan kebutuhan untuk terapi asetilsistein.
Insektisida antikolinesterase dapat menghasilkan pernapasan yang mengancam
jiwa marabahaya dan kelumpuhan oleh semua rute paparan dan dapat ditangani
dengan benar gejala, atropin, dan pralidoksim. Overdosis calcium channel

antagonis akan menghasilkan hipotensi dan bradikardi dan dapat diobati dengan
perawatan yang mendukung, kalsium, glukagon, dan insulin dengan suplemen
dekstrosa. Keracunan dengan obat yang mengandung besi menghasilkan muntah,
perdarahan gastrointestinal, syok, asidosis metabolik, dan koma dan dapat diobati
dengan perawatan yang mendukung dan deferoxamine. Overdosis antidepresan
trisiklik dapat menyebabkan aritmia, seperti interval QRS berkepanjangan dan
ventrikel disritmia, koma, depresi pernafasan, dan kejang dan dilakukan treatmen
sipmtomatik care dan injeksi intravena natrium bikarbonat

Anda mungkin juga menyukai