Anda di halaman 1dari 21

BERANDA

Jofan Arya Pratama


MATERI DAN PATHWAY DEMAM TIFOID, THYPOID,
TIFOID FEVER Jofan Arya Pratama
DIPOSKAN OLEH JOE BLACKHOLE SENIN, 25 NOVEMBER 2013

Nama
NIM
Progdi
Semester
Makul

: Jofan Arya Pratama


: 2011011193
: Ilmu Keperawatan
: 5A
: Sistem Pencernaan

MATERI DAN PATHWAY DEMAM TIFOID


(TIFOID FEVER, THYPOID)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan berita Tempo Interaktif 03 Pebruari 2005 di Rumah sakit Roemani Semarang sejak Januari tercatat 95
(sembilan puluh lima) pasien anak rawat inap. Urutan kedua penyakit yang diderita di bangsal anak adalah typhus, yaitu hingga
tercatat 8 (delapan) pasien sedangkan bulan Januari lalu tercatat 38 (tiga puluh delapan) pasien.
Menurut Dewi Hidayati, Kepala Ruang Anak di Rumah Sakit Roemani, kebanyakan pasien anak rawat inap salah satunya
dipengaruhi oleh faktor kebersihan lingkungan yang kurang mendukung, antara lain melalui fekal-oral, makanan-minuman yang
terkontaminasi
kuman
salmonella
typhosa sehingga
mengakibatkan
terjangkitnya
penyakit
typhoid.
(http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk)
Gejala demam tifoid pada anak bervariasi, namun secara garis besar terdiri dari demam satu minggu atau lebih, terdapat
gangguan saluran pencernaan. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti
demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare/konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang
meningkat.
Pada minggu kedua tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,
perut kembung bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. (Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di
Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001).
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain
kuman yang tertelan. Setelah masa inkubasi penderita mulai menunjukkan gejala klinis. Onset penyakit berjalan secara perlahan
tetapi bisa juga timbul secara tiba-tiba. Demam makin lama makin tinggi tetapi bisa juga remiten atau menetap. Pada awalnya suhu
meningkat secara bertahap menyerupai anak tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari. Akan tetapi demam
bisa pula mendadak tinggi.
Setelah suhu mencapai sekitar 400C kemudian akan menetap selama minggu kedua, mulai menurun tajam pada minggu
ketiga dan mencapai normal kembali pada minggu keempat. (Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan
Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002).
B. TUJUAN
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan typhoid

Tujuan khusus:

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit typhoid

Mahasiswa mampu menanggulangi thermoregulasi pada pasien

Mahasiswa mampu mengaplikasikan rencana tindakan keperawatan pada pasien anak dengan typhoid

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif,
kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. PENYEBAB
Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro,
1997)
C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa
kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan
tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang
dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang
tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
PATHWAY

D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam
tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya
seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,
perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput
kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran anak tangga. Menjelang akhir minggu pertama,
pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal)
100%
- Kurang enak di perut
50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot
50%
- Berak-berak
50%
- Muntah
50%
Gejala:
- Demam
- Nyeri tekan perut
- Bronkitis
- Toksik
- Letargik
- Lidah tifus (kotor)

100%
75%
75%
60%
60%
40%

(Sjamsuhidayat,1998)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat
antibodi (aglutinin) yaitu:
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri

Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI
1.
2.
3.

Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas
panas
Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

4.
5.

Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama jam per-infus sekali sehari, selama 3-5
hari

6.

Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin
: dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik,
karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S,
2001)

G. KOMPLIKASI
Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan
2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi
selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut
jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain
selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis
septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan,
epistaksis, penurunan kesadaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
C. PERENCANAAN
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia

Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

Berri minum yang cukup

Berikan kompres air biasa

Lakukan tepid sponge (seka)

Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat

Pemberian obat antipireksia

Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

Menilai status nutrisi anak

Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat.
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama

Mempertahankan kebersihan mulut anak

Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit


Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3. Mencegah kurangnya volume cairan
Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan
mukosa kering, bibir pecah-pecah
Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama

Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan
tepid sponge

Memberikan antibiotik sesuai program

(Suriadi & Rita Y, 2001)

I. DISCHARGE PLANNING
1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan
3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
4. Penderita memerlukan istirahat
5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat
(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
(Suriadi & Rita Y, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

2.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

3.

Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta.
1992.

4.

Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

5.

Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta. 2001.

6.

Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

7.

Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

8.

Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

9.

Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

10.

Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

11.

http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

0 komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
BUAT SEBUAH LINK

Posting Lebih BaruPosting Lama

BLOG SUBSCRIPTION

Follow me
You can follow my updates on Twitter

Posts RSS
Read my full posts on your favorite feed reader

Facebook
Become a fan of our blog on Facebook

SEARCH THIS BLOG


Search

YANG SUDAH MAMPIR DISINI

87,704
ASSALAMUALAIKUM

J O E B L AC K H O L E
dikit dikit patewe, dikit dikit patewe, patewe ko dikit dikit ???
L I H AT P RO F I L L E N G K A P K U

LINKS

http://medicalnerd.tumblr.com/page/30

http://mahfudalqudsybersholawat.blogspot.com

http://pondokilmu24.blogspot.com

POPULAR POSTS


MATERI DAN PATHWAY DEMAM TIFOID, THYPOID, TIFOID FEVER Jofan Arya Pratama
Nama

: Jofan Arya Pratama NIM

: 2011011193 Progdi

: Ilmu Keperawatan Se...

Asuhan Keperawatan pada Presbiopi (Mata Tua) & Astigmatisma (Mata Silinder) + Pathway
BAB III PEMBAHASAN 3.1

Pengertian Presbiopia adalah kondisi di mana mata menunjukkan kemampuan yang makin lama mak...

MATERI DIABETES MELLITUS TIPE 1 & PATHWAY DIABETES TIPE 1


DIABETES MELLITUS TIPE 1

PENGERTIAN Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, diabetes yang ...

Kanker Tulang (Bone Cancer) atau Osteosarkoma


ARTIKEL BONE CANCER (KANKER TULANG) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal Nama

: Jofan Arya Prata...


ASKEP Leukemia dan Pathway
A.

Definisi Leukimia Leukimia atau biasa disebut dengan kanker darah adalah sebuah sindrom, dimana sel darah putih yang masih

imatu...

ASKEP SLE Sistemic Lupus Erithemathosus


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lupus dalam bahasa latin berarti Anjing Hutan. Istilah ini mulai dikenal se...

Roleplay Psikodrama
TUGAS KELOMPOK PRE-PLANING PSIKODRAMA TRANSKULTURAL NURSING

PSIK 1-A Nama Anggota ...

Pathway Stroke (CVA) Hemoragic dan Non Hemoragic - Jofan Arya Pratama
PATHWAY CVA (STROKE) Hemoragic dan Non Hemoragic Jofan Arya Pratama Nb.masih belum jelas dgn materinya? hubungi
https://www.facebo...


Apa itu Rhinitis (Radang pada Mukosa Hidung)?
Asuhan Keperawatan RINITIS (Radang pada Mukosa Hidung) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga hidung dilapis...
Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan

Nama

: Jofan Arya Pratama NIP

: 2011011193 ...

ARSIP BLOG SAYA

2013 (36)
November (17)

PATHWAY HIPERTIROID - Sistem Endokrin

Gangguan Kelenjar Tiroid - Sistem Endokrin

MATERI SISTEM ENDOKRIN - Mengenal Hormon

PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS) KSR PMI Unit STIKES...

PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS) KSR PMI Unit STIKES...

PENDIDIKAN REMAJA SEBAYA (PRS) KSR PMI Unit PT STI...

Pathway Hiperpituitari - Jofan Arya Pratama

Pathway Thalasemia - Jofan Arya Pratama

Pathway Sindrom Nefrotik - Jofan Arya Pratama

Pathway Glukoma - Jofan Arya Pratama

Pathway Spina Bifida (Sistem Neurobehaviour) - Jof...

Pathway Stroke (CVA) Hemoragic dan Non Hemoragic -...

Pathway Spinal Cord Injury (Cidera Tulang Belakang...

Pathway Rinitis-Jofan Arya Pratama

PATHWAY PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

MATERI DAN PATHWAY DEMAM TIFOID, THYPOID, TIFOID F...

DASAR DASAR METODOLOGI PENELITIAN KLINIS Jofan Ary...

Oktober (2)

Juni (5)

Mei (4)

Januari (8)

2012 (21)

TOP MENU

Beranda

WAKTU

Diberdayakan oleh Blogger.

BLOGGER NEWS
BLOGROLL
ABOUT
Jofan Arya Pratama 2012 | Designed by Online Games, in collaboration with Game Coupons, Combat Trousers and Online Dating

Anda mungkin juga menyukai