Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM III

TES FUNGSI PENDENGARAN DENGAN GARPU TALA


Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mendemonstrasikan cara untuk melakukan tes pendengaran yang benar.
2. Memahami hasil interprestasi dari hasil percobaaan dari tes pendengaran yang didapat.
Alat-alat yang diperlukan: Garpu tala
Teori Dasar

a. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan
hantaran udara pada satu telinga pasien. Ada 2 macam tes rinne, yaitu :
Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar
bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes
Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien
tidak dapat mendengarnya.
Garputala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya secara tegak lurus
pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus.
Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus
lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif
jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne
negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras
dibelakang.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun
pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus, tangkai
garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa
karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.
Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala
kedepan meatus akustukus eksternus.
Test Weber
Tujuan melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga
pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya
kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga
maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar
atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar
diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum timpani missal: otitis

media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini
akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Test Swabach
Bertujuan untuk membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa
(normal) dengan probandus. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada
puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu makin lama makin
melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. Pada saat garputala tidak
mendengar suara garputala, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke puncak
kepala orang yang diketahui normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding
dua kemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
Tabel 1. Membedakan Tuli konduktif dan Tuli Sensorineural pada Tes Garputala
Rinne

Webber

Schwabach

Metode

Meletakkan garpu tala yang Meletakkan


garpu Konduksi
tulang
bergetar di prosesus mastoid tala yang bergetar pasien dibandingkan
hingga
subjek
tidak pada dahi
dengan
pemeriksa
mendengar
lalu
di
(normal).
dipindahkan
ke
depan
telinga

Normal

Mendengar vibrasi di udara Mendengar


sama Sama panjang antara
setelah konduksi tulang pada kedua telinga.
pemeriksa
dan
selesai.
pasien.

Tuli Konduktif

Vibrasi di udara tidak Suara terdengar pada


terdengar setelah konduksi telinga sakit karena
di tulang selesai.
tidak
adanya
masking effect pada
sisi yang sakit.

Tuli
Sensorineural

Vibrasi pada udara terdengar Suara terdengar pada Konduksi


tulang
setelah konduksi tulang telinga normal.
lebih
buruk
selesai,
sepanjang
tuli
dibandingkan normal.
sarafnya parsial.

Konduksi
tulang
lebih
baik
dibandingkan normal
(defek
konduksi
meniadakan masking
effect).

Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Fungsi Pendengaran dengan Garputala
Nama OP
Aulia Shabrina

Usia
20

Rinne
Positif

Hasil Pemeriksaan
Interpretasi
Weber
Schwabach
tidak
ada sama
dengan Normal

tahun

lateralisasi

pemeriksa

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan pada kedua o.p, maka didapatkan interpretasi hasil normal. Hal ini
menunjukan tidak adanya kelainan pendengaran pada kedua o.p.
PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
1. PENDENGARAN

Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:
1.
2.

Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometri


(pemeriksaan audiometri).
Membuat kesimpulan mengenai hearing loss dari hasil pemeriksaan audiometri sehingga
dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas normal atau tidak.

Alat-alat yang diperlukan :


1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.
2. Penala berfrekuensi 256:
3. Kapas untuk menyumbat telinga.
Teori Dasar
Pemeriksaan audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat ini
menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerophon. Pada
sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan pada sebuah
grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini menghasilkan
pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran mengenai rentang nada
yang paling terpengaruh.
a. Definisi
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk
mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk
menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan
pendengaran.
Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap suara,
audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan
adalah :
*Audiometri nada murni

Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang


dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500,
1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB).
Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang
ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk
menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantran
tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva
hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita
dapat mengtahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.
Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku
pendengaran untuk nada murni.
Tabel
berikut
pendengaran

memperlihatkan

Kehilangan
dalam
(decibel)

klasifikasi

Klasifikasi

0-15

Pendengaran normal

>15-25

Kehilangan pendengaran kecil

>25-40

Kehilangan pendengaran ringan

>40-55

Kehilangan pendengaran sedang

>55-70

Kehilangan pendenngaran sedang


berat

>70-90

Kehilangan pendengaran berat

>90

Kehilangan

pendengaran

berat

kehilangan

sekali

*Audiometri tutur
Audiometri tutur adalah sistem uji pendengaran yang menggunakan katakata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah
dikaliberasi, untuk mengukur beberapa aspek kemampuan pendengaran.
Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui
mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan
melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau katakata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian
baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita
diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila
kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin
dilemahkan, pendengar diminta untuk menebaknya. Pemeriksa mencatatat
presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap
intensitas.
Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan
pendengaran yaitu :
a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah katakata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang
lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan
de-sibel (dB).
b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap
satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan
dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT.
Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila
seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan
alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi,
dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes
pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara
minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan
intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu
penilaian.
b. Manfaat audiometri
Untuk kedokteran klinik (khususnya penyakit telinga), untuk kedokteran
klinik (kehakiman, tuntutan ganti rugi), untuk kedokteran klinik pencegahan,
deteksi ketulian pada anak-anak

gambar 1. Simbol Audiometer

gambar 2. Normal

gambar 4. SNHL

gambar 3. CHL

I. AUDIOMETER
Keterangan teknis mengenai audiometer.
P.VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya? Audiometer adalah sebuah alat
yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat
yang disebut dengan audiometer, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai.
Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau
seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.
Untuk mendapatkan tingkat pendengaran dengan cara merekam respon dari pasien setelah
memberikan pasien tersebut rangsangan auditory dengan berbagai intensitas level.
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala (lihat gambar) yang
berungsi sebagai berikut :
Tombol1 (T) : tombol utama (gunanya untuk menghidupkan atau mematikan ala1).
Tombol2 (T2) : tombol frekuensi nada
Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekuensi nada yang dapat dibangkitkan oleh ala1.
Frekuensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang dinyatakan dalam satuan hertz.
P-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekuensi hertz? hertz merupakan satuan frekuensi yang
menandakan banyakanya suatu gelombang dalam 1 detik.
Tombol 3 (T3) : tombol kekuatan nada.
Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat dibaca pada skala
(5) yang dinyatakan dalam decibel.
P-VI.3 Apa yang dimaksud dengan satuan decibel? Desibel (dB) adalah satuan untuk
mengukur intensitas suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB
ditulis dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu Bell.
Desibel juga merupakan sebuah unit logaritmis untuk mendeskripsikan suatu rasio. Rasio
tersebut dapat berupa daya (power), tekanan suara (sound pressure), tegangan atau voltasi
(voltage), intensitas (intencity), atau hal-hal lainnya. Terkadang. dB juga dapat dihubungkan
dengan Phon dan Sone (satuan yang berhubungan dengan kekerasan suara).
Tombol4 (T4) : tombol pemilih telepon telinga bila tombol ini menunjukan ke B, berarti nada
yang dihantarkan ketelepon berwarnahitam (black). Bila tombol menunjukan ke G yang
bekerja hanya telepon kalbu (Grey).
Tombol 5 (T5) : tombol penghubung nada. Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan
terdengar ditelepon bila tombol dilepas, nada tidak terdengar lagi.
P-VIA. Apa yang dimaksud pemutus nada pemeriksaan? maksud pemutusan nada pada
pemeriksaan adalah melepas tombol sehingga nada tidak terdengar lagi untuk menguji apakah
o.p benar-benar mendengar atau hanya pura-pura mendengar.

Tata Kerja
1. Pemeriksaan menyiapkan alat sebagai berikut:
a. putar tombol utama (T1) pada Off.
b. putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125.
c. putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp.
P-VIA. 5 Apa arti fisikologis intensitas 0 dp pada alat ? 0 db sama dengan tingkat tekanan yang
mengakibatkan gerakan molekul udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi
dengan menggunakan instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia.
Oleh karena itu, di dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 dB klinis
atau 0 audiometrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan grafik tingkat
ketunarunguan. Nol audiometrik adalah tingkat intensitas bunyi terendah yang dapat terdeteksi
oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi 1000 Hz.
2. Hubungan audiometer dengan sumbu listrik (125V) dan putar T1 ke ON, 51 dan 52 akan
menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisior.
3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon Black ditelinga kiri.
4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada saat
mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan tangannya
pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.
5. Tunggulah 2 menit lagi untuk memanaskan alat.
6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankanlah selama pemeriksaan.
7. Putarlah tombol kekuatan T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang
percobaan mengacungkan tangannya keatas.
8. Teruskanlah memutarkan tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan menurunkan
tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.
9. Ulangilah tindakan 7 dan 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai hearing loss
orang percobaan pada frequency 125 Hz.
10. Selama percobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan mengacungkan
tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar mendengar nada atau hanya purapura mendengar.
11. Ukurlah, hearing loss untuk telinga yang sama dengan cara yang sama pula pada requency
250,500,1000,2000,4000,8000,12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran pada formulir yang
telah disediakan.
12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.
13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data yang
diperoleh pada pengukuran

Hasil Percobaan dan Pembahasan


OP. Hendra Hermadin

Dari skema di atas dapat disimpulkan bahwa o.p memiliki kemampuan pendengaran telinga
kanan dalam batas normal yang tercatat dalam bentuk angka terkecil (ambang) suara yang masih
dapat didengar dalam setiap frekuensi suara yang berbeda. Karena hasil dari pengukuran
percobaan dengan alat audiometri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
faktor alat (kondisi dan kualitas baik atau tidak), faktor ruangan yang tidak kedap suara, faktor
kemampuan konsentrasi/memusatkan pikiran o.p (sebaiknya konsentrasi o.p tidak terganggu
dengan kondisi suara sekitar dan fokus pada pemeriksaan), dan faktor hantaran (udara dan
tulang).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan audiogram o.p dinyatakan normal. Semakin tinggi
frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

I. TUJUAN :
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perangsangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan bada setelah ekstriparsi labirin
2. Menyebutkan beberapa faktoer yang dapat mempengaruhi rekasi perubahan sikap diatas.
3. Mendemomstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan tes jatuh kesan (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

II. ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :


1. Katak
2. Papan fiksasi katak + ge;as beker
3. Ether + kapas + jarum pentul
4. Scalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus
5. Kursi putar Barany
6. Tongkat atau statif yang panjang
7. Bak berisi air

III. DASAR TEORI


Nuklei vestibular adalah untuk mengatur secara selektif sinyal-sinyal eksitatorik berbagai
otot antigravitasi untuk menjaga

keseimbangan,sebagi responnya terhadap sinyal dari

aparatus vestibular.
Hewan Deserebrasi mengalami kekakuan spastik bila batang otak seekor hewan d potong
dibawah garis tengah mesensefalon,tetapi pontin sistem retikular mendular juga sistem
vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut kekauan
deserebasi. Kekakuan inni tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi
yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.

Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan.


Alat ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam
bagian petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin
tulang. Di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin
membranosa yang merupakan bagian fungsional aparatus vestibular.
Labirin ini terdiri atas koklea (duktus koklearis), tiga kanalis semisirkularis dan dua
ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Koklea merupakan organ sensorik
utama pendengaran.dan hampir tidak berhub dg keseimbangan.kanalis semirikularis,utrikulus
dan sakulus ,semua ini merupakan bagian intragal dr mekanisme keseimbangan.
Makula organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala
sehubungan dengan gravitasi. Makula pada utrikulus terutama terletak pada bidang
horizontal permukaan inferior utrikulus dan berperan penting dalam menentukan orientasi
kepala ketika kepala dalam posisi tegak. Sebaliknya, makula pada sakulus terutama terletak
dalam bidang vertikal dan memberikan sinyal orientasi kepala saat seseorang berbaring.
Setiap makula d tutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak krista kalsium
karbonat kecil kecil yang di sebut statokonia.dalam makula juga didapati beribu-ribu sel
rambut, pangkal dan sisi sel-sel rambut bersinaps denganujung-ujung sensorik saraf
vestibular.
Dalam aparatus vestibular terdapat kanalis semisirkularis,dikenal sebagai kanil
semisrikularis anterior, posterior dan lateral tersusun tegak lurus satu sama lain sehingga
kanalis ini terdapat 3 bidang.
Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan,kanalis semirikularis lateral kira-kira
aada pd bidang horizontal sesuai dengan permukaan bumi, kemudian kanalis anterior ada pd
bidang vertikal yang arah ptoyeksinya ke depan dan 45 derajat ke luar, dankanalis posterior
ada pada bidang vertikal yang berproyeksi ke belakang dan 45 derajat keluar.
Pada setiap ujung kanalis semisirkualris terdapat pembesaran yang disebut ampula, dan
kanlis serta ampula ini terisi oleh cairan yang disebut endolimfe. Aliran cairan melalui
canalis dan ampulanya merangsang organ sensorik.

Pada puncak krista ini terdapat jaringan longgar massa gelatinosa,yang disebut kupula.
Bila seseorang mulai memutar ke suatu arah, inersia cairan didalam satu atau lebih kanalis
semisirkularis akan mempertahankan cairan agar tetap seimbang sementara kanalis
semisirkularis berputar searah dengan kepala. Hal iini menyebabkan cairan mengalir dari
kanalis menuju ampula,membelokkan kupula ke satu sisi. Putaran kepala dalam arah yang
berlawanan menyebabkan kupula berbelok ke sisi yang berlawanan.
Kedalam kupula terdapat ratusan penjuluran silia dari sel-sel rambut yang terletak pada
sepanjang krista ampularis. Kinosilia sel-sel rambut ini semuanya beorientasi ke arah sisi
yang sama dalam kupula,dan pembelokkannya ke arah yang berlawanan mengakibatkan
hiperpolarisasi sel rambut. Kemudian, dari sel-sel rambut sinyal-sinyal yang sesuai
dikirimkan melalui nervus vestibular untuk memberitahu sistem saraf pusat mengenai
perubahan perputaran kepala dan kecepatan perubahan pada setiap tiga bidang ruangan.
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis
menyebabkan, mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala.
Keadaan ini timbul akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan
fasikulus longitudinalis medial menuju nuklei okulomotor.

IV. Pelaksanaan Praktikum


I.

Percobaan pada katak

A. Cara Kerja
1. Meletakkan seekor katak dipapan fiksasi dan menutup dengan gelas beker
2. Memegang papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan
menggerakkan keatas, kebawah dan memutar kekanan dan ke kiri.
3. Memperhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstermitas
4. Membuka gelas beker dan memalingkan kepala katak kanan, memperhatikan sikapdan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
5. Memasukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan memperhatikan gerakankaki dan
arah berenangnya.
6. Membuang labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut :
a. Membius katak dengan cara memasukkan bersama-sama dengan kapas yang telah
dibasahi dengan eter ke dalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, meletakkan katak telentang dipapan fiksasi dan sematkan
jarum-jarum pentul pada kakinya.
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan membuka
mulut selebar-lebarnya.
d. Mengunting selaput lendir rahang atas di garis median dengan guting halus sesuai
dengan garis y pada gambar.
e. Membebaskan selaput lender itu dari jaringan dibawahnya dan mendorong kea rah
lateral. Mencegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Memperhatikan dasar tengkorak katak terutama os. Parabasalenya yang membayang
(= p pada gambar).

g. Merusak labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempatyang diberikan


tanda X secara hati-hatu sedalam 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor telah
menembus tulang yang keras)
h. Membersihkan daerah operasi dengan kapas dan mengembalikan

selaput

lender

ketempat semula dengan demikian alat keseimbangan kanantelah dibuang.


7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, mengulangi tindakan no. 1 s/d no.5
8. Membuang sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan demikian
kedua alat keseimbangan telah dibuang.
9. Menggulangi sekarang tindakan no. 1 s/d no. 5
10. Mencatat hasil pengamatan pada formulir yang tersedia.
B. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan Percobaan Katak

NO

Perubahan yang
diamati

Sebelum dibius
(Labirin masih utuh)
I

1.

Perubahan sikap

2.

Menunduk (ke arah


bawah)
b. Fleksi/ekstensi
Fleksi pada
ekstremitas
ekstremitas
Memalingkan kepala katak
a. Posisi kepala

a. Sikap

3.

Tidak merespon

b. Kedudukan
fleksi
kakinya
Katak dibiarkan berenang
a. Gerakan kaki
Fleksi lalu ekstensi
b. Kedudukan kaki

Seimbang

Labirin kanan
dibuang
II

Setelah labirin
kanan+kiri dibuang
III

Fleksi pada
ekstremitas

Menunduk (ke arah


bawah)
Fleksi pada
ekstremitas

Ada perlawanan
tubuh ke arah kiri

Ada perlawanan
tubuh ke arah kiri

fleksi

fleksi

Kearah kiri
Lebih condong
mendorong ke kiri

Fleksi lalu ekstensi

Condong ke arah kiri

Seimbang

C. Pembahasan
Aparatus vestibular merupakan organ sensoris untuk mendeteksi sensasi keseimbangan.
Alat ini terbungkus salam satu tabung tulang dan ruangan-ruangan yang terletak dalam
bagian petrosus (bagian seperti batu,bagian keras) dari tulang temporal, yang disebut labirin

tulang. Di dalam sistem ini terdapat tabung membran dan ruangan yang di sebut labirin
membranosa yang merupakan bagian fungsional aparatus vestibular
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi
pontin sistem retikular mendular juga sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut
mengalami keadaan yang disebut kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua
otot tubuh tetapi hanya otot antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor
tungkai.
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus,
serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi,
dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui
medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan
otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat
cepat sehigga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural

D. Menjawab Pertanyaan
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab:
Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan ke kanan
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
Jawab:

Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya kurang dan tidak begitu
aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan tidak terbius (normal), ditusuk dengan
jarum pentul tidak memberikan respons
E. Kesimpulan
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus,
serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine
Bila batang otak seekor hewan di potong dibawah garis tengah mesensefalon, tetapi
sistem vestibular dibiarkan tetap utuh, hewan tersebut mengalami keadaan yang disebut
kekakuan deserebasi. Kekakuan ini tidak timbul disemua otot tubuh tetapi hanya otot
antigravitasi yaitu otot leher dan batang tubuh serta ekstensor tungkai.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehigga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural
II.

Percobaan pada Manusia

A. Cara Kerja
Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:
1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan
sikap kepala dan badan yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia
mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
B. Hasil Pengamatan dan Analisa Data
O.P: Astari Ferlisa

Perlakuan

Hasil

Jalan lurus ke depan

jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup

jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
dengan kuat ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi deviasi ke kanan
dengan kuat ke kiri serta mata tertutup
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
dengan kuat ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi deviasi ke kiri
dengan kuat ke kanan serta mata tertutup
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan somatosensori. Dimana 50% yang
paling berpengaruh pada keseimbangan adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi
pengeliminasian dari isyarat visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat
ke satu bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi kearah berlawanan dimana OP memiringkan kepalanya agar tidak
jatuh.
C. Menjawab Pertanyaan:
Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?
Jawab:
Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi kepala,
maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala miring
dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya tidak jatuh,
D. Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

I.

DASAR TEORI
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika
di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut OSullivan, keseimbangan adalah

kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat
posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau
dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu
(base of support). Keseimbangan melibatkan

berbagai gerakan di setiap segmen tubuh

dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk
menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk
beraktivitas secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri
diatas

papan

keseimbangan);

keseimbangan

dinamis

adalah

kemampuan

untuk

mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.


Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem
sensorik

(vestibular,

visual,

dan

somatosensorik

termasuk

proprioceptor)

dan

muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol
motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap
perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia,
motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh
aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang
berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969)
menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan
membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan

sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga
merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak
sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar
yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada
di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis,
utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem
labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata,
terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus
tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan
korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi,
dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron
melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot
proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem
vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis.
Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang
menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat

indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks
menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat
gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
a. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di
tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini,
maka tubuh dalam keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai
dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah
tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan
bidang tumpu, serta berat badan.
b. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang
tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.
c. Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan
tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan
seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar
bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih
stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat
gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi.
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa
tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah
kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol
keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi
sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.

Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai
kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian
vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf
pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan
gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static
maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang
terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan
tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari
bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,
lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan
sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan
segera berganti posisi untuk mencegah kelelahan.

II.

TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

III.

ALAT YANG DIPERLUKAN :


Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang

IV.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Percobaan dengan kursi Barany 1

1. Tata Kerja
Nistagmus
a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya memegang
erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat kedepan.
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
O.P Hendra Hermadin
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka pada
mata o.p terjadi nistagmus
Setelah berputar ke kanan, terdapat nistagmus komponen cepat ke arah kiri dan komponen
lambat ke arah kanan. Hal ini disebabkan oleh adanya refleks vestibulo-okular (VOR) yang
merupakan refleks gerakan mata untuk menstabilkan gambar pada retina selama gerakan
kepala dengan memproduksi sebuah gerakan mata ke arah yang berlawanan dengan gerakan
kepala, sehingga mempertahankan gambar untuk berada pada pusat bidang visual.
3. Menjawab Pertanyaan
P.VIA.9. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
Jawab :
Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi
P.VIA.10. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory nystagmus ?
Jawab:
Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar aksisvisual.
Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada hewan
pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan
memilikiarah berlawanan.
4. Kesimpulan
Setiap kepala berputar tiba-tiba,sinyal yang berasal dari kanalis semisirkularis menyebabkan,
mata berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran kepala. Keadaan ini timbul
akibat adanya refleks yang dijalarkaan melalui nuklei vestibular dan fasikulus longitudinalis
medial menuju nuklei okulomotor.

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan ( Pas Pointing Test of Barany )


1. Tata Kerja
a. Suruh OP duduk tegak dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
b. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan ke arah OP
c. Suruhlah OP menunjulurkan lengan kanannya ke depan sehingga dpt menyentuh jari
tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya
d. Suruhlah OP mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4
merupakan persiapan untuk tes yang berikut :
e. Suruhlah sekarang OP dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi
f. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
2. Hasil Pengamatan dan Analisa
O.P Hendra Hermadin
Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.
Saat mata OP dalam keadaan tertutup, terdapat koordinasi yang salah dari OP karena sensasi
perputaran yang dialaminya. Namun, setelah mata dibuka, OP dapat menyentuh jari tangan
yang sebenarnya bisa dilakukan dengan tepat.
3. Kesimpulan
Deviasi dari tes dapat terjadi namun belum tentu karena kelainan, namun karena koordinasi
yang salah

C. Kesan sensasi
1. Tata Kerja
a. Gunakan o.p. yang lain
b. Suruh o.p duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan
c. Putarlah kursi barany ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur bertambah dan
kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur sampai berhenti.
d. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah
2) sewaktu kecepatan menetap
3) sewaktu kecepatan dikurangi
4) segera setelah kursi dihentikan
e. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan
o.p .

2. Hasil Pengamatan dan Analisa


O.P : Astari Ferlisa
1) sewaktu kecepatan putar masih bertambah : pusing meningkat,arah badan berlawanan
2)
3)
4)
5)

arah putar
sewaktu kecepatan menetap : melayang
sewaktu kecepatan dikurangi : pusing berkurang
segera setelah kursi dihentikan : pusing meningkat
mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p.:
perasaan berputar dikarenakan adanya gangguan keseimbangan pada organ tympani pada
telinga.
Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke
kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan OP akan merasa berputar ke kiri.
Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga OP akan
merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak
sehingga OP akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke
arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga OP akan merasa berputar ke kanan. Namun,
pada praktikum OP masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan
OP tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan
oleh persepsi keseimbangan OP yang bagus.

3. Kesimpulan
Dengan adanya sensasidari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri,
namun jika konstan tidak terasa berputar, dan jika dihentikan mengikuti arah putaran.

D. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis


1. Tata Kerja

a. Suruhlah o.p. dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o , berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebanyak 10 kali dalam 30
detik
b. Suruhlah o.p. berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka
c. Perhatikan apa yang terjadi
d. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah jarum
jam
P. VI.4. 11 a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke muka
setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan
b.Bagaimana keterangannya?
Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketika
terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.
2. Hasil Pengamatan dan Analisa
O.P Astari Ferlisa
O.P. berjalan tidak lurus dan miring hampir jatuh berlawanan dengan arah putaran, lebih
merasa pusing saat diputar ke arah jarum jam (yang pertama).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi tubuh dan bagianbagiannya dalam hubungannya dengan ruang internal. Keseimbangan tergantung pada
continous visual, labirintin, dan input somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam
batang otak dan serebelum. Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30 o, kalau
seseorang menunduk dengan sudut 30o maka posisi kanalis semisirkularis lateral dibidang
horizontal. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan endolimph dan
perilimph terganggu atau bergejolak.
3. Menjawab Pertanyaan
a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan luru ke muka setelah
berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
b. Bagaimana keterangannya?
Jawab:
a. OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan.
b. Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi ketikaterdapat
penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti perputarantersebut.
4. KESIMPULAN

Posisi berjalan dan keseimbangan dipengaruhi oleh posisi kanalis semisirkularis serta
pergerakan cairan endolimph-perilimph.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi
selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak
ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan
menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi
tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat
unutk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus
berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Anda mungkin juga menyukai