Anda di halaman 1dari 69

KELARUTAN

DAN
PROSES DISTRIBUSI

KONSEP LARUTAN DAN


KELARUTAN
Kelarutan diartikan dalam bentuk
kuantitatif adalah konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperature
tertentu dan dari segi kualitatif bisa
diartikan sebagai interaksi spontan dari
dua atau lebih zat untuk membentuk
disperse molecular yang homogen

TINGKAT FASA
Kelarutan dapat digambarkan

dengan cara biasa dengan aturan


Gibbs, yang digambarkan pada :
F=CP+2

EKPRESI KELARUTAN
Kelarutan juga secara kuantitaif
menggambarkan bentuk dari molalitas,
molaritas, dan persentase.

INTERAKSI PELARUT DAN ZAT


TERLARUT

air merupakan pelarut yang baik


untuk garam, gula, dan senyawa
yang lainnya, walaupun minyak
mineral dan benzen adalah pelarut
untuk zat yang sukar larut dalam air.
Penemuan empiris ini menyimpulkan
pernyataan like dissolves like.

PELARUT POLAR

Kelarutan dari obat harus memadai dalam kepolaran


pelarut, oleh karena itu, disebut momen dipole.
Hildeldebrand menunjukkan, bagaimanapun, bahwa
pertimbangan dari momen dipol saja tidak
memuaskan untuk menjelaskan kelarutan dari
senyawa polar dalam air. Kemampuan zat terlarut
untuk membentuk ikatan hidrogen adalah faktor
yang jauh lebih signifikan dibandingkan kepolaran
yang ditunjukkan dalam momen dipol yang besar.

Air melarutkan fenol, alkohol,


aldehid, keton, amin, dan
senyawa yang mengandung
oksigen dan nitrogen yang
membentuk ikatan hidrogen
dengan air.

Pelarut polar mengikuti mekanisme


sebagai berikut :
a.
b.

c.

Pelarut polar mengurangi gaya interaksi


antara ion yang berlawanan dalam kristal.
Pelarut polar memecahkan ikatan kovalen
dari elektrolit kuat dengan reaksi asam-basa
karena pelarut ini amphiprotic.
Akhirnya, pelarut polar bisa melarutkan
molekul dan ion melalui interaksi gaya dipol,
secara parsial pada formasi ikatan hidrogen,
yang mempengaruhi kelarutan dari senyawa.

PELARUT NON-POLAR

Pelarut non-polar tidak bisa mengurangi


interaksi antara ion dari elektrolit kuat
dan lemah karena pelarut kurang akan
dielectric, juga tidak bisa memecah
ikatan kovalen dan ion lemah dari
elektrolit, karena pelarut ini tergabung
ke dalam pelarut aprotic, dan tidak bisa
ergabung membentuk jembatan
hidrogen dengan molekul non elektrolit.

PELARUT SEMIPOLAR

Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol,


bisa mengurangi level kepolaran pada molekul
pelarut non-polar, seperti benzen, yang telah
terpolarisasi dan menjadi larut dalam alkohol.
Faktanya, pelarut non-polar dapat bisa
berfungsi sebagai pelarut intermediet, yang
bisa meningkatkan ketercampuran cairan polar
dan non-polar.

KELARUTAN GAS
DIDALAM CAIRAN
Larutan didalam sediaan
kefarmasian adalah HCL, NH4OH, dan
preparat effervesen yang
mengandung CO2 yang terlarut dan
dibawah tekanan positif.
Kelarutan gas didalam cairan adalah
konsentrasi dari gas yang terlarut
ketika mencapai kesetimbangan
dengan gas murni yang berada
diatas larutan

Kelarutan gas dalam cairan


bergantung terutama pada :
a.
b.
c.
d.

Tekanan,
Temperatur,
Adanya garam,
Reaksi Kimia.

EFEK TEKANAN

Efek dari tekanan digambarkan


dengan hukum Henry, yang mana
berbunyi :
setiap larutan encer pada
temperatur konstan, konsentrasi gas
yang terlarut setara dengan tekanan
parsial yang berada diatas larutan
ketika mencapai kesetimbangan
C2 = p

Di dalam dunia kefarmasian hukum Henry


dipergunakan pada sediaan Effervesen.

EFEK SUHU

Semakin meningkatnya suhu maka


kelarutan gas akan menurun, yang
menyebabkan besarnya
kecenderungan gas untuk menyebar.

SALTING OUT
Gas

terkdang dibebaskan dari larutan


yang terlarut pada sebuah elektrolit.
Penomena ini bisa dijelaskan dengan
menambahkan sejumlah garam kedalam
larutan berkarbonasi

EFEK REAKSI KIMIA

Peneraan hukum Henry, secara tegas


mengatakan bahwa gas yang sukar larut
dalam larutan dan tidak bereaksi dengan
berbagai cara di dalam pelarut.

PERHITUNGAN
KELARUTAN
Rumus :
Vgas STP = p
V soln
Dimana : = Konstanta Henry
= Koefisen bunsen

KELARUTAN CAIRAN DALAM


CAIRAN

Merupakan campuran dua atau lebih cairan


secara bersama didalam preparasi dalam
larutan di bidang kefarmasian.

LARUTAN IDEAL
Mengikuti hukum Raoults, pi = pi cXi
Disebut larutan ideal ketika kedua
campuran menunjukkan
penyimpangan yang negatif.
Sistem cair cair bisa dipecah
menjadi dua kategori :
a. Kelarutan sempurna
b. Kelarutan parsial

KELARUTAN SEMPURNA
Biasanya kelarutan sempurna diperoleh
pada pelarut polar dan semipolar.
Kelarutan sempurna tidak memberikan
masalah bagi seorang farmasis di dalam
preparasi.

KELARUTAN PARSIAL

Disini cukup mengulang point point


sebagai berikut :
a. Kelarutan parsial yang saling
menguntungkan dipengaruhi oleh suhu.
b. Pengetahuan tentang diagram fasa

PENGARUH ZAT ASING


Penambahan

pada sistem cairan dua


fasa, yang menyebabkan mempunyai
tiga komponen.
Ketika penambahan zat ketiga
kelarutan meningkat, hal ini dikenal
dengan micellar solubilization

SISTEM TIGA KOMPONEN


Prinsipnya

adalah bahwa didalam


sistem terdiri dari satu, dua, atau
tiga kelarutan parsial yang saling
berpasangan.

KONSTANTA DIELEKTRIK DAN


KELARUTAN
Paruta

dan rekan mempelajari tentang obat


dengan rentang kelarutan yang memiliki
bermacam konstanta dielektrik.
Gorman dan Hall memperoleh hubungan
garis lurus antara ketika mereka memplot
fraksi mol dari metil salisilat dengan kontanta
dielektrik dari campuran isopropanol dan air.

Hubungan MolekuL
Kier dan Hall dengan mengamati kelarutan
hidrokarbon cair,alkohol,eter, dan ester di dalam
air..Mereka menggunakan suatu indeks topologic
(struktur) X (chi) yang mempunyai nilai yang
bergantung pada gambaran struktur dan gugus
fungsi dari molekul tertentu. Teknik ini disebut
Hubungan Molekuler
0X dan 1X digunakan untuk mendeskripsikan molekul
Contohnya,untuk meneliti propane

CH2
H3C
CH3
Dengan mengabaikan Hidrogen, carbon
1 dihubungkan melalui satu ikatan ke
karbon pusat yang terikat dengan
karbon-karbon lain oleh dua ikatan..
Kebalikan akar kuadrat valensi oleh
karena itu adalah (1.2)-1/2 = 0,707 untuk
ikatan kiri dan ikatan kanan
kebalikannya. Semua ini dijumlahkan
menghasilkan :
1X = 0,707 + 0,707 = 1,414

Luas Permukaan Molekuler dan


Kelarutan
Untuk Menentukan Kelarutan digunakan metode
yang terdiri dari analisis regresi dimana In
kelarutan dari zat terlarut sebanding dengan
luas permukaan total. Kecuali olefin, persamaan
yang memberikan korelasi terbaik dengan
senyawa 158 adalahdengan persamaan :
log (kelarutan) = 0.0168 ( TSA) + 4.44
keterangan : TSA = total surface area
In (Kelarutan) = -0.0430 ( HYSA)
- 0,0586 (FGSA) + 8.003 I + 4.420

Kelarutan Zat Padat Dalam


Cairan
Larutan Ideal
Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat
dalam larutan ideal bergantung pada temperatur,
titik leleh zat padat, panas peleburan molar Hf,
yaitu panas yang diabsorpsi apabila zat padat
meleleh
Persamaan yang diturunkan dari pertimbangan
termodinamik untuk larutan ideal zat padat
dalam cairan adalah :
- log X2i = Hf
(To T)
2,303R (T.To)

Dimana X2i adalah kelarutan ideal zat


terlarut yang dinyatakan dalam fraksi
mol, To adalah titik leleh zat terlarut
padat dalam derajat mutlak, dan T
adalah temperatur mutlak larutan

Larutan non IdeaL / Larutan


Nyata
Larutan tidak ideal atau larutan nyata adalah
Larutan yang menyebabkan terjadinya
perubahan sifat kompennya pada saat dilakukan
Pencampuran. Bisa terjadi kerena Pelepasan
Panas atau adanya zat yang diabsorpsi.

Ada 3 Tahap dalam Proses ini, yaitu :


1.Tahap pertama menyangkut
pemindahan satu molekul dari fase
terlarut pada temperatut tertentu. Kerja
pemecahan ikatan antara 2 molekul
yang berdekatan adalah 2 w22,dimana
notasi 22 adalah interaksi antara
molekul zat terlarut.

2. Tahap kedua menyangkut pembentukan lubang


dalam pelarut yang cukup besar untuk
menerima molekul zat terlarut. Kerja yang
dibutuhkan untuk tahap ini adalah w11 daimana
angka itu adalah energi interaksi antara
molekul-molekul pelarut.
3. Molekul Zat terlarut akhirnya ditempatkan
dalam lubang dalam pelarut dan pertambahan
kerja atau penurunan energi petensial dalah
langkah ini adalah w12. Angka 12 adalah
energi interaksi zat terlarut dengan pelarut.

Pendekatan Kelarutan Hildebrand yang Diperluas


Metode ini memungkinkan seseorang menghitung
kelarutan zat terlarut polar dan nonpolar dalam
pelarut yang berkisar dari hidrokarbon nonpolar
sampai pelarut yang sangat polar seperti alkohol,
glikol dan air.
Persamaan kelarutan yang digunakan dalam
pendekatan EHS adalah
- log X2 = -log X2i + A ( w11 + w22 2 W)
Dimana bentuk terakhir berhubungan dengan
persamaan untuk log 2, dari Hildebrand dan
Scatchard

Solvasi dan asosiasi dalam larutan


senyawa polar
Campuran antara pelarut dan zat terlarut
disebut solvation.
Apabila terjadi interaksi antara antara molekul
sejenis dari salah satu komponen dalam larutan,
gejala ini disebut asosiasi.
Tipe interaksi ini ditunjukan oleh dimerisasi
asam benzoat dalam beberapa pelarut nonpolar
atau saling berhubungannya molekul air dengan
ikatan hidrogen.
Hal ini menyebabkan harga panas pelarutan
positif dan penyimpangan positif dari hukum

Pengaruh interaksi khusus yang dikenal


sebagai solvasi dan asosiasi , tidak
dapat dihitung dengan cara yang
memuaskan dengan rumus scatchardhildebrand, tetapi membutuhkan
penanganan yang lebih sempurna.

Kelarutan dan panas


pelarutan

Keunggulan temperatur terhadap kelarutan


dari nonelektrolit, elektrolit lemah, dan
elektrolit kuat sangat tinggi dalam larutan
non ideal dapat digunakan istilah panas
pelarutan Hf
Untuk nonelektrolit dan elektrolit lemah,
menggunakan persamaan :
Ln c = Hf (T T)
c
R (TT)

Untuk elektrolit kuat: R digantikan


dengan vR, dimana v adalah jumlah ion
Istilah c dan c adalah konsentrasi
seperti molar, molal, fraksi mol,
gram/liter, dan persen.
Hf adalah panas pelarutan cal/mol
R = 1,9872 cal/mole deg

Kelarutan dari elektrolit kuat


Proses endotermik adalah kenaikan temperatur
menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorbsi
panas apabila dilarutkan, Pengaruh ini sesuai
dengan asas Le Chatelier, bahwa sistem
cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara
sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu
tantangan misalnya kenaikan temperatur.
Proses eksotermik adalah jika panas dilepaskan ,
temperatur larutan naik dan wadah terasa hangat
bila disentuh, kelarutan dalam hal ini akan turun
dengan naiknya temperatur, juga mengikuti asas
Le Chatelier.

Zat padat umumnya termasuk dalam


kelompok senyawa yang menyerap panas
apabila dilarutkan.
Sebagai contoh; natrium sulfat, dalam
bentuk hidrat , Na2SO4.10H2O, dengan
temperatur 32C, proses pelarutan
(disolusi) endotermik, dan kelarutan naik
dengan naiknya temperatur. Diatas titik ini,
senyawa dalam bentuk anhidrat, Na 2SO4,
proses pelarutan (disolusi) eksotermik, dan
kelarutan turun dengan naiknya temperatur.

Natrium klorida tidak menyerap atau


melepaskan panas, apabila dilarutkan
dalam air; maka kelarutannya tidak
banyak berubah dengan berubahnya
temperatur, dan panas pelarutannya
kira-kira 0.
Gejala ini dapat diterangkan dalam
bentuk panas pelarutan, H. Besaran
ini dikenal sebagai panas pelarutan
parsial atau panas pelarutan diferensial.

Panas pelarutan zat yang berbentuk kristal adalah


perbedaan antara panas sublimasi zat padat,
seperti diberikan oleh energi kisi kristal dan panas
hidrasi ion dalam larutan; H (larutan) = Hsubl +
Hhyd
Energi kisi adalah energi yang dibutuhkan untuk
memisahkan 1 mol dari kristal ke dalam ion-ionnya
dalam wujud gas atau energi untuk menguapkan
zat padat; NaClpadat Na+ gas + Cl- gas
panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan
ketika ion-ion gas terhidrasi, hal ini dipengaruh
oleh jari-jari sebuah ion.

Proses hydration dapat di tuliskan :


Na+gas + Cl- Na+aq + Cl-aq
Dalam larutan ideal, tidak akan terjadi hidrasi
(solvasi), dan panas yang diabsorpsi hanyalah
panas yang dibutuhkan untuk mengubah kristal
ke cairan.
nilai positif dari H menunjukan menyerap panas;
negatif menandakan bahwa melepaskan panas.
Fase gibb, larutan padat dalam cairan, karena
tekanan biasanya tetap pada 1 atm jadi tidak
perlu ditentukan, aturan fase menjadi :
F=CP+1

Kelarutan elektrolit yang sukar


larut
Apabila elektrolit yang sukar larut dilarutkan untuk
membentuk larutan jenuh, kelarutan digambarkan
oleh tetapan khusus, yaitu : Ksp dari senyawa.
Contoh : perak klorida contoh garam yang sukar
larut, karena konsentrasi fase padat biasanya
konstan maka : AgClpadat Ag+ + Cl- apabila
ditambahkan kedalam larutan perak klorida,
kesetimbangan akan berubah. Penambahan ion
sejenis adalah mengurangi kelarutan elektrolit
yang sukar larut.

Garam-garam yang tidak mempunyai ion


yang sejenis dengan elektrolit yang sukar
larut, pengaruhnya berlawanan; pada
konsentrasi sedang, garam ini menaikkan
dan bukan menurunkan kelarutan karena
adanya penurunan koefisien keaktifan.
Didapat kesimpulan bahwa ; jika seorang
ahli farmasi ingin mencegah
pengendapan garam yang sukar larut
dalam air, dia dapat menambahkan
sejumlah zat yang dapat

mengikat dan mengurangi konsentrasi


salah satu ion sehingga garam lebih
banyak dapat berubah dari keadaan tidak
terlarut menjadi keadaan terlarut sampai
tetapan hasil kali kelarutan tercapai dan
kesetimbangan terjadi.
Contoh : Fe(OH)3 dapat digabungkan oleh
pembentukan kompleks dengan natrium
sitrat, lebih banyak Fe3+ masuk dalam
larutan akan menjaga Ksp supaya
konstan.

Kelarutan elektrolit lemah


Elektrolit lemah ini umumnya tidak sangat larut
dalam air tetapi larut dalam larutan asam encer,
seperti senyawa atropin sulfat dan tetrakain
hidroklorida dibetuk dengan mereaksikan
senyawa asam dengan basa.
Penambahan basa kedalam larutan garam
senyawa ini mengendapkan basa bebas dari
larutan apabila kelarutan basa dalam air rendah.

Menghitung kelarutan
elektrolit lemah apabila
dipengaruhi pH
Kelarutan elektrolit lemah sangat dipengaruhi
oleh pH larutan.
Untuk menjamin larutan homogen yang jernih
dan keefektifan terapi yang maksimum,
pembuatan harus disesuaikan pada pH
optimum.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh dari
elektrolit lemah yang sukar larut adalah
Hp padat Hp larutan

Karena konsentrasi bentuk tidak terionisasi


dalam larutan Hplarutan biasanya konstan,
tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan
larutan, persamaan, adalah :
So =
(HP)larut
Tetapan untuk kesetimbanagn asam-basa,
persamaannya: Ka = (H3O+)(P-)
(HP)

Persamaan kelarutan dapat ditulis dengan


bentuk logaritma:
pHp = pKa + log S So

So
Dimana dibawah pHp ini obat akan terpisah dari
larutan sebagai asam tidak terdisosiasi.
Suatu penurunan yang analog dapat dilakukan
untuk mendapatkan persamaan kelarutan basa
lemah sebagai fungsi pH larutan,
persamaannya adalah :
pHp = pKw pKb + log S So
So

Pengaruh pelarut pada kelarutan


obat
Elektrolit lemah dapat bersifat seperti elektrolit kuat
dan seperti nonelektrolit dalam larutan.
Apabila larutan pada pH dimana obat seluruhnya
berbentuk ion, maka larutan tersebut bersifat larutan
elektrolit kuat dan kelarutan tidak dipengaruhi.
Apabila pH disesuaikan dengan harga pH dimana
molekul tidak terdisosiasi diproduksi dalam
konsentrasi yang cukup untuk mencapai kelarutan
dalam bentuk ini terjadilah pengendapan.

Zat terlarut lebih larut dalam campuran


pelarut daripada satu pelarut saja yang
disebut consolvency.
Pelarut yang dalam kombinasi
menaikkan kelarutan zat terlarut disebut
consolvent

Pengaruh gabungan pH
dan pelarut
Pelarut mempengaruhi kelarutan elektrolit lemah
dalam larutan yang didapar, dengan 2 cara :
1. Penambahan alkohol kedalam larutan yang didapar
dari elektrolit lemah dalam air menaikkan
kelarutan zat yang tidak terionisasi dengan
mengatur polaritas pelarut pada harga yang lebih
diinginkan.
2. Karena kurang polar dibandingkan air, alkohol
menurunkan disosiasi elektrolit lemah, dan kelarutan
obat turun apabila tetapan disosiasi turun (pKa naik).

Pengaruh Surfaktan
Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah
dapat dilarutkan dengan bantuan kerja penglarutan
dari zat aktif penglarutan dari zat aktif permukaan.
Gliserin dan etanol merupakan contoh dari pengaruh
zat aktif permukaan pada kelarutan obat dalam
bentuk kuantitatif bersama-sama dengan pengaruh
pelarutan dari pelarut.

Pengaruh kompleksasi dalam


Sistem Multikomponen
Sediaan farmasetik umumnya terdiri lebih dari
satu obat tunggal dalam larutan. Fritz telah
memperlihatkan bahwa apabila beberapa obat
bersama-sama dengan zat tambahan farmasetik
berinteraksi dalam larutan membentuk kompleks
yang tidak larut, profil kelarutan sederhana dari
masing-masing obat tidak dapat digunakan untuk
memperkirakan kelarutan dalam campuran dari
masing-masing isi.

Pengaruh faktor lain pada


kelarutan zat padat
Ukuran dan bentuk partikel kecil juga
mempengaruhi kelarutan. Konfigurasi molekul dan
macam penyusunan dalam kristal juga mempunyai
beberapa pengaruh pada kelarutan, dan partikel
simetris dapat kurang larut daripada partikel tidak
simetris. Ini disebabkan pada kenyataan bahwa
kelarutan bergantung sebagian pada kerja yang
dibutuhkan untuk memisahkan partikel zat terlarut
berbentuk kristal.

DISTRIBUSI ZAT TERLARUT DI ANTARA


PELARUT YANG TIDAK BERCAMPUR

Jika kelebihan cairan atu zat padat


ditambahkan ke dalam campuran dari dua
cairan tidak bercampur, zat itu akan
mendistribusi diri di antara ke dua fase,
sehingga masing-masing menjadi jenuh.
Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut
tidak tercampur dalam jumlah yang tidak
cukup untuk menjenuhkan larutan, maka
zat tersebut tetap berdistribusi diantara ke
dua
lapisan
dengan
perbandingan
konsentrasi tertentu.

Jika C1 dan C2
adalah konsentrasi
kesetimbangan zat dalam pelarut1 dan pelarut2,
persamaan kesetimbangan menjadi :

C1

= K

C2
Tetapan kesetimbangan K dikenal sebagai
perbandingan distribusi, koefisien distribusi atau
koefisien partisi. Persamaan diatas dikenal dengan
hukum distribusi.

Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli


farmasi, karena prinsip ini melibatkan beberapa
ilmu farmasetik. Termasuk disini sistem
pengawetan minyak-air, kerja obat pada tempat
yang tidak spesifik, absorpsi dan distribusi obat
ke seluruh tubuh.

Pengaruh disosiasi ionik dan


asosiasi molekuler pada
partisi.
Zat terlarut dapat berada sebagian atau
keseluruhan sebagai molekul terasosiasi dalam
salah satu fase atau dapat terdisosiasi dalam ionion pada salah satu dari fase tersbut. Hukum
distribusi digunakan hanya untuk konsentrasi zat
yang umum pada ke dua fase, yaitu monomer
atau molekul sederhana dari zat terlarut.

Ekstraksi
Untuk menentukan efisiensi pelarut terhadap
pelarut yang dapat mengekstraksi dari pelarut
kedua suatu pengerjaan yang secara umum
dapat digunakan dalam kimia analitik dan kimia
organik.
Adanya zat terlarut lain seperti garam, dapat juga
berakibat terbentuknya komplek dengan zat terlarut
atau dengan pengusiran garam dari satu fase.

Kerja pengawetan dari asam


lemah dalam sistem air

Larutan makanan, obat dan kosmetik merupakan


sasaran kerusakan oleh enzim mikroorganisme, yang
bekerja sebagai katalis dalam reaksi penguraian.
Enzim-enzim ini dihasilkan oleh ragi, kapang dan
bakteri, dan organisme seperti ini harus dimatikan
atau pertumbuhannya di hambat untuk pencegahan
pengrusakan.
Sterilisasi dan penambahan zat kimia pengawet
adalah metode umum yang digunakan dalam bidang
farmasi untuk mengawetkan larutan obat terhadap
serangan dari berbagai mikroorganisme.

Rahn dan Conn memperlihatkan bahwa kerja


pengawet atau bakteristatis dari asam-asam
benzoat dan asam-asam sejenis, disebabkan
hampir seluruhnya oleh asam yang tidak
terdisosiasi dan tidak dalam bentuk ionik.
Bakteri dalam sistem minyak-air umumnya
terdapat pada fase air dan pada antar muka
minyak-air. Oleh karena itu, keunggalan asam
lemah seperti asam benzoat sebagai pengawet
dalam sistem ini merupakan akibat dari
konsentrasi asam tidak terdisosiasi dalam fase air.

Kerja obat dan Koefisien


partisi
Pada abad peralihan, Mayer dan Overton
mengajukan hipotesis bahwa kerja narkotik dari
obat nonspesifik adalah fungsi koefisien distribusi
suatu senyawa antara medium lipoid dan air.
Belakangan disimpulkan bahwa norkosis hanya
merupakan fungsi dari konsentrasi obat dalam
lemak dari sel. Jadi, berbagai variasi obat dengan
tipe kimia yang berbeda akan menghasilkan kerja
narkotik yang sama pada konsentrasi sama dalam
sel lemak dari suatu bahan.

Koefisien partisi minyak-air adalah suatu


petunjuk sifat hipofilik atau hidrofobik dari molekul
obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan
interaksi dengan makromolekul pada reseptor
kadang-kadang berhubungan baik dengan koefisien
partisi oktanol / air dari obat.

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai