aorta dan terletak pada percabangan arteri karotis menjadi arteri karotis interna dan
eksterna pada leher. Badan aorta terletak pada arkus aorta. Informasi dari badan
karotis dibawa melalui nervus glossofaringeus dan informasi dari badan aorta dibawa
melalui nervus vagus ke pusat respirasi. Output dari badan karotis diperkirakan untuk
menyediakan informasi yang mengatur pernafasan oleh pusat pernafasan. Pada orang
normal, jika darah arteri yang mencapai badan karotis memiliki tekanan O2 parsial
10kPA (80mmHg) atau tekanan parsial karbondioksida lebih dari 5 kPa (40mmH).
E. Patofisiologi OSA
Obstructive sleep apneu merupakan gangguan yang terjadi hanya pada saat
tidur, inti dari mekanisme OSA adalah terjadinya penurunan atau penghentian aliran
udara yang disebabkan oleh kolapsnya jalan nafas atas yang progresif sehingga
menyebabkan penurunan saturasi oksihemoglobin (O2 saturation) serta terjadi
stimulasi kemoreseptor perifer carotid bodies. Stimulasi kemorefleks terjadi melalui
system saraf pusat sehingga meningkatkan sympathetic neural activity (SNA) yang
ditandai dengan lonjakan microneurogenic. Saat terbangun dari tidur, ventilasi akan
normal kembali dan saturasi oksihemoglobin akan kembali normal serta terjadi
hambatan pada SNA oleh aferen yang berasal dari mekanoreseptor toraks yang
bersinaps pada batang otak.
Berawal dari perubahan fisiologis pada saat tidur antara lain terjadi perubahan
pola pernafasan, penurunan ventilasi semenit, penurunan PO2. Perubahan tersebut
berbeda-beda sesuai dengan fase tidur. Tidur dibagi menjadi 2 tahap secara garis
besarnya yaitu:
1. Fase rapid eye movement (REM)
2. Fase nonrapid eye movement (NREM)
Pada waktu tidur terjadi penurunan dari sistem neuromotor saluran jalan nafas atas,
akibat dari penurunan ini, sistem respirasi mendapat tambahan beban mekanik yang
disebabkan oleh peningkatan tahanan saluran nafas atas. Peningkatan tahanan saluran
nafas atas berhubungan dengan penyempitan saluran nafas disekitar faring yang
terjadi akibat hipotoni dari otot faring (otot dilator faring seperti m. pterigoid medial,
m. tensor veli palatini, m. genioglosus, m. geniohiod, dan m. sternohioid) selama fase
NREM. Pada orang normal tahanan saluran nafas bisa meningkat 2-4x lipat, tetapi
bagi orang dengan Obstructive Sleep Apnea syndrome tahanan tersebut meningkat
10x lipat. Mekanisme hidung menjelaskan perbedaan kejadian tersebut (Bab III).
dengan penurunan resistensi jalan nafas atas, nafas spontan yang distimulasi oleh
penurunan kecil dalam volume paru-paru. Sehingga O2 berdifusi cepat dari kapiler
pulmonary kedalam vascular sehingga terjadi hipokapnia atau penurunan kadar
karbondioksida dalam darah akibat akumulasi O2 yang tinggi dari pernafasan cepat.
Hipokapnea sementara ini merangsang kemoreseptor dan terjadi central apneu yang
merupakan kompensasi dari system saraf pusat.
Perlu diketahui juga bahwa ambang batas apnea pada saat terjaga dan tidur
berbeda, pada saat terjaga PCO2 bisa mencapai kurang dari 28mmHg tanpa terjadi
gangguan irama pernafasan. Pada fase NREM, Penurunan PCO2 yang kecil akan
menghentikan irama pernafasan.Lamanya periode apnea tergantung pada besarnya
penurunan dari PCO2. Setelah beberapa waktu, ketiadaan aliran udara menunjukkan
bahwa obstruksi jalan nafas telah terjadi. Sistem saraf pusat kemudian memberikan
sinyal telah terjadi apnea obstructive dari hipoventilasi Ventilatory Undershoot.
Selama interval ini PCO2 akan naik dan tekanan parsial oksigen arteri (PO2) akan
turun (disebut Asphyxic Stimuli). Stimulasi Asphyxic yang terjadi meningkatkan
sympathetic neural activity (SNA) yang ditandai dengan lonjakan microneurogenic
dan pasien terbangun.