com
Referensi
Ilmu Pasti
Fisika
energi alam yang besar ini juga dapat mengurangi efek rumah kaca. Pada tahun 2004, energi
angin juga menjadi sumber penghasil energi baru yang laing murah.
Tenaga angin sangat membantu kehidupan manusia dalam skala nasional, hingga mampu
menjangkau daerah-daerah yang terisolir. Lalu, sebenaranya bagaimana angin itu terbentuk dan
seperti apakah pemanfaatannya sebagai tenaga listrik di berbagai negara? Selain itu, penerapan
fisika mekanika seperti apakah yang sudah dilakukan? Ini dia informasinya untuk Anda.
Kincir Angin
Berbicara tentang kincir angin, pikiran Anda mungkin langsung mengarah pada negara Belanda
yang dijuluki sebagai negara kincir angin. Nah, rupanya kincir angin inilah yang mampu
mengolah energi angin menjadi energi yang bermanfaat untuk kehidupan manusia.
Kincir angin rupanya sudah dikenal sejak sebelum abad ke-9 Masehi. Negara pertama yang
menggunakannya adalah Iran dan Afganistan. Setelah itu Cina memanfaatkannya sebagai mesin
untuk menguapkan air laut menjadi garam. Baru pada abad ke-19, kincir angin ini digunakan
sebagai pembangkit listrik.
Tokoh yang memanfaatkan kincir angin sebagai pembangkit tenaga listrik untuk pertama kalinya
adalah seseorang berkebangsaan Denmark bernama P. La Cour. Pada masa berikutnya yaitu pada
tahun 1940, kembali dilakukan eksperimen kincir angin di Amerika Serikat. Hingga sampai saat
ini, Amerika dan Eropa merupakan daerah yang menggunakan kincir angin terbanyak.
Lalu, bagaimana kincir angin itu bisa bergerak? Gerakan angin merupakan salah satu bentuk
energi yaitu energi kinetik. Energi kinetik dari angin tersebut diubah menjadi energi mekanik.
Perubahan tersebut terjadi dengan akibat angin memutar kincir. Selanjutnya kincir dipakai untuk
menggerakkan mesin sederhana berupa penggiling atau semacam pompa. Tanpa menggunakan
listrik, mesin-mesin tersebut dapat bekerja sepanjang hari selama angin terus bertiup.
Berdasarkan bentuk baling-balingnya, kincir angin dapat dibagi menjadi kincir angin vertikal dan
kincir angin horizontal. Sampai sekarang, kedua bentuk kincir angin tersebut masih dapat kita
temukan di negara-negara Eropa dan Timur Tengah.
Kincir angin vertikal memiliki beban menara yang lebih ringan karena generator dan gearbox
diletakkan di bagian bawah. Selain itu, porosnyapun berputar secara vertikal. Sedangkan kincir
angin horizontal memiliki generator listrik di bagian atas menara.
Di Indonesia, belum banyak kincir angin yang dibangun. Hanya saja, sejak dulu kala kerajaankerajaan kuno yang pernah ada di Indonesia telah memanfaatkan tenaga angin untuk berlayar
mengarungi laut dan samudera. Sebenarnya, Indonesia memiliki beberapa daerah yang
berpotensi bisa menjadi lokasi pemanfaatan energi angin.
Daerah-daerah yang berpotensi menjadi lokasi pemanfaatan energi angin memiliki kecepatan
angin yang konstan. Selain itu, arahnyapun tidak berubah-ubah dan dan stabil. Lokasi yang
berpotensi untuk pemanfaatan kincir angin adalah di daerah berbukit, laut, atau garis pantai.
Pemilihan lokasi juga mempengaruhi jenis dan jarak pemasangan.
Berbagai penelitian terus dikembangkan untuk memanfaatkan fisika mekanika angin lebih lanjut.
Salah satu negara yang mengembangkan tenaga angin tersebut adalah Amerika Serikat. Sejak
1930-an setidaknya telah berdiri 600.000 kincir angin di Amerika Serikat. Kincir Angin tersebut
memenuhi kebutuhan listrik dan air di daerah pedalaman dan pedesaan Amerika. Selain untuk
daerah pedesaan, listrik-listrik tersebut juga dilairkan ke kota-kota kecil di sekitar kincir angin
berada.
Sayangnya, pemanfaatan fisika mekanika angin untuk menghasilkan listrik tersebut terhenti
setelah berkembangnya mesin-mesin berbahan bakar minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya.
Ketika krisis minyak bumi terjadi pada 1970-an, seruan untuk kembali memanfaatkan tenaga
angin untuk memenuhi kebutuhan listrik didengungkan lagi oleh berbagai pihak. Pada
pertengahan 1980-an, kincir angin telah mampu menghasilkan listrik sebesar 150 kW. Pada
2006, kincir angin yang dijual secara bebas mampu menghasilkan listrik lebih dari 1 MW,
bahkan mencapai 4 MW.
Salah satu negara yang memanfaatkan ladang kincir angin untuk mencukupi kebutuhan energi
masyarakatnya adalah Cina. Hingga saat ini, Cina memiliki 80 ladang kincir angin yang mampu
menghasilkan energi hingga 45 Giga Watt. Pada beberapa tahun mendatang, Cina masih
berencana akan meningkatkan jumlah ladang dan jumlah energi yang dihasilkan. Hal ini
dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan energi masyarakat Cina dan juga lokasi yang
memang berpotensi.
Selain Cina, India juga menjadi salah satu negara yang memanfaatkan energi angin terbesar
adalah India. Berbeda dengan Cina, India justru tidak banyak memiliki lokasi yang berpotensi
besar untuk pemanfaatan kincir angin. Kincir angin banyak terletak di daerah pertanian dan
pegunungan.
Spanyol juga termasuk negara yang banyak memanfaatkan energi angin sebagai energi listrik
untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Ada juga Jerman yang mendirikan lebih dari 20 ribu
kincir angin yang mampu mencukupi 9% kebutuhan listrik rakyatnya. Bahkan, di Jerman juga
terdapat kincir angin terbesar yang mampu menghasilkan energi hingga 7 MW.