Anda di halaman 1dari 90

BAB I

LANDASAN TEORI
1.1. Sistem Kerja
Sistem kerja adalah serangkaian elemen-elemen kerja yang dikombinasikan dengan dengan
faktor lingkungan, manusia, mesin, dll yang menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan benda atau
jasa. Pencetus sistem tata cara kerja adalah F.W. Taylor (1911) dan Frank B. Gilbreth (1917). F.W.
Taylor terkenal akan bukunya yang berjudul scientific management , dan Frank B. Gilbreth pencetus
teori applied motion study, analisa perancangan sistem kerja dikembangkan menurut kedua knowledge
yang dikembangkan oleh kedua tokoh ini. Sistem kerja tidak terbatas hanya pada elemen-elemen yang
ada dalam sistem kerja tersebut (manusia, mesin, tata letak, dll), namun juga bagaimana
mengimprovisasikan dan pengukuran waktu kerja dari suatu sistem kerja yang dikembangkan.
Jadi perancangan sistem kerja yang tepat dan ergonomis adalah merancang secara keseluruhan
yang berarti merancang unsur-unsur manusia, alat, bahan lingkungan dsb sebagai suatu kesatuan
sistem kerja tentunya dengan pendekatan human centered design (HCD). Sasaran perancangan ini
adalah mendapatkan rancangan sistem kerja yang cocok (fit) bagi pekerja secara fisik maupun psikososiologik. Seperti yang telah disebutkan, perancangan ini melibatkan semua unsur dalam sistem kerja
meliputi peopleware, hardware, software, technoware, enviroware, organiware, dan policyware yang
semuanya harus terancang dengan baik yakni terancang secara ergonomis. Sasaran perancanagn sistem
kerja secara ergonomis adalah menghasilkan kerja yang Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien
disingkat menjadi EASNE atau ada juga yang menyebutnya ENASE. Perancangan yang tidak
ergonomis berpotensi menumbuhkan dampak-dampak fisik dan psikososial yang buruk. Sedangkan
perancangan yang ergonomis akan menjamin dan meningkatkan safety, healthy, and productivity, dan
kualitas kerja dan hasil kerja.

1.2. Pengukuran Waktu Kerja


Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan
lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator yang terlatih dan memiliki kemampuan
rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam
lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Dengan demikian pengukuran waktu ini merupakan suatu
proses kuantitatif, yang diarahkan untuk mendapatkan suatu kriteria yang objektif. Teknik pengukuran
waktu kerja secara umum dapat dikelompokan kedalam dua kelompok , yaitu pengukuran waktu
secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung.

1.2.1. Pengukuran Kerja Langsung

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-2
Pengukuran waktu secara langsung adalah pengukuran yang dilaksanakan secara langsung yaitu
ditempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan (Sritomo, 1992). Pengukuran waktu kerja secara
langsung terdiri dari sampling pekerjaan dan jam henti (stopwatch time study) . Kelebihan dari pengukuran kerja
langsung adalah praktis, tanpa perlu menguraikan elemen-elemen kerjanya. Kekurangannya adalah dibutuhkan
waktu lebih lama untuk memperoleh data untuk memperoleh hasil yang akurat, serta biaya pengamatan yang
lebih mahal karena harus berkunjung langsung untuk melakukan pengamatan.
1.2.2. Pengukuran Waktu Secara Tidak Langsung
Sebaliknya pengukuran waktu secara tidak langsung adalah melakukan perhitungan waktu tanpa harus
berada ditempat pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya
pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan lima jenis pengukuran yaitu
data waktu baku sintesis, data waktu gerakan MOST (Waktu Standar Urutan Operasi Maynard), faktor kerja,
MTM (Pengukuran Waktu Metode), dan gerakan dasar. Kelebihan pengukuran waktu secara tidak langsung
adalah waktu pengamatan relatif singkat, tanpa mencatat elemen-elemen gerakan pekerja satu persatu,dan biaya
lebih murah. Kekurangan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah belum ada tabel data waktu gerakan
yang menyeluruh,tabel yang digunakan adalah untuk orang Eropa atau dapat dikatakan belum standar, dan
dibutuhkan ketelitian juga tingkat kepercayaan yang tinggi.

1.3. Studi Gerakan


Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Untuk memudahkan penganalisaan terhadap elemen gerakan kerja yang dipelajari,
perlu dikenal dahulu gerakan - gerakan dasar. Seorang tokoh yang telah meneliti gerakan - gerakan dasar secara
mendalam adalah Frank B. Gilberth beserta istrinya yang menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau
elemen gerakan yang dinamai Therblig (Sutalaksana, 1979)

1.4. Waktu Siklus, Normal, dan Baku

Waktu Siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku mulai diproses di

tempat kerja yang bersangkutan.


Waktu Normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi
wajar dan kemampuan rata-rata. (dipengaruhi oleh faktor penyesuaian)
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-3

Waktu Baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan
pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu. (dipengaruhi oleh faktor kelonggaran)

1.5. Faktor Penyesuaian


Penyesuaian adalah kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja pekerja pada saat pengukuran
kerja berlangsung merupakan bagian yang paling sulit dan penting dalam pengukuran kerja (Sritomo,1992).
Dalam prakteknya, metode westinghouse adalah metode penentuan faktor penyesuaian yang paling sering
dipakai dalam menentukan faktor penyesuaian. Dimana dalam metode westinghouse akan memperhitungkan
faktor skills, effort, conditions, dan consistency.
Tabel 1.1. Faktor Penyesuaian dengan Metode Westinghouse
SKILL
+0,15 A1
Super skill
+0,13 A2
+0,11 B1
Excellent
+0,08 B2
+0,06 C1
Good
+0,03 C2
0,00
D
Average
-0,05 E1
Fair
-0,10 E2
-0,16 F1
Poor
-0,22 F2
CONDITION
+0,06 A
Ideal
+0,04 B
Excellent
+0,02 C
Good
0,00
D
Average
-0,03
E
Fair
-0,07
F
Poor

EFFORT
+0,13 A1
Super skill
+0,12 A2
+0,10 B1
Excellent
+0,08 B2
+0,05 C1
Good
+0,02 C2
0,00
D
Average
-0,04 E1
Fair
-0,08 E2
-0,12 F1
Poor
-0,17 F2
CONSISTENCY
+0,04 A
Ideal
+0,03 B
Excellent
+0,01 C
Good
0,00
D
Average
-0,02
E
Fair
-0,04
F
Poor

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-4

1.6. Peta Kerja


Menurut Sritomo (1995), peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan
jelas. Peta kerja terdiri dari peta kerja setempat dan keseluruhan, yang termasuk dari peta kerja keseluruhan
adalah:
1. OPC (Operation Process Chart)
2. FPC (Flow Process Chart)
3. Multi Product Process Chart
Sedangkan yang termasuk dari peta kerja setempat adalah:
1. Peta pekerja dan mesin
2. Peta tangan kiri dan kanan

1.7. Prinsip Ergonomi


Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan
ergonomi adalah sebagai berikut (Tarwaka, 2004):

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat
kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja
secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah
tidak produktif.

Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-5

BAB II
PENGUMPULAN DATA
2.1 Tabel Perhitungan Waktu Secara MTM dan MOST
Berdasarkan video yang telah diamati mengenai proses pembubutan, dibuat tabel perhitungan waktu dengan
menggunakan metode MTM-1 dan Basic MOST.
Tabel 2.1 Perhitungan Waktu dengan MTM-1
MTM-1 : Analysis of MTM-C
Title : Pembubutan kayu
Analyst : Cavin
Date :
Left - Hand
N
Description
F o
Memegang kayu
1
Memegang kayu
2
Memegang kayu
Memegang kayu
Memegang kayu
Idle
Idle
Idle
Idle
Memutar ragum
Idle
Idle
memutar ragum

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Left
Hand
G1C1
G1C1

TM
U
9,6
7,3

Right
Hand
R12A
G1A

N
o
1
2

G1C1
G1C1
G1C1
-

7,3
7,3
9,1
9,6
3,5
19,7
9,3
6,5
19,7
9,3
6,5

P1SE
EF
P1SSE
R12A
G1B
P2SSE
T180S
T60M
P2SSE
T180S
T60M

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

T60M
T60M

Right - Hand Description


Meraih Penggaris
Mengambil Penggaris
Memposisikan Penggaris untuk
pengukuran
Mengukur kayu
Meletakkan penggaris
Meraih Kunci Chuck
mengambil kunci chuck
Memposisikan kunci chuck
Membuka ragum
Memutar ragum
Memposisikan kunci chuck
Membuka Ragum
Memutar ragum

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-6

Tabel 2.1 Perhitungan Waktu dengan MTM-1 (Lanjutan)


MTM-1 : Analysis of MTM-C
Title : Pembubutan kayu
Analyst : Cavin
Date :
N
Left
TM
Right
Left - Hand Description
F o
Hand
U
Hand

N
o

Idle
Memegang kunci chuck
membuka ragum
mengencangkan ragum
memutar ragum

14
15
16
17
18

Idle
Idle
memutar ragum

19
20
21

Idle
Idle
Idle
Meraih tombol power
mesin
menghidupkan mesin
Meraih tuas sumbu x
memutar tuas sumbu x
memegang tuas sumbu x

22
23
24

memegang tuas sumbu x


Meraih tombol power
mesin
mematikan mesin

Right - Hand Description


Memposisikan kunci
chuck
Meraih kayu silinder
Mengambil kayu silinder
Memposisikan kayu
Memutar ragum
Memposisikan kunci
chuck
Mengencangkan ragum
Memutar ragum
Memposisikan kunci
chuck
Mengencangkan ragum
Meletakkan kunci chuck

G1A
T180S
T180S
T60M

19,7
9,6
9,4
9,4
6,5

P2SSE
R12A
G1C1
P1SSE
T60M

14
15
16
17
18

T60M

19,7
9,4
6,5

P2SSE
T180S
T60M

19
20
21

19,7
9,4
9,1

P2SSE
T180S
P1SSE

22
23
24

25
26
27
28
29

R12A
APA
R8A
C6
G1C1

9,6
10,6
7,9
12,7
9,6

R8A
C6
R12A

25
26
27
28
29

30

G1C1

10,6

C3

30

Idle
Idle
Meraih tuas sumbu y
memutar tuas sumbu y
Meraih tuas sumbu miring
memutar tuas sumbu
miring

31
32

R12A
APA

9,6
14

R8A
C6

31
32

meraih tuas sumbu x


memutar tuas sumbu x

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-7
Idle
Idle

33
34

7,9
9,6

R8A
R12A

33
34

Meraih kunci chuck


mengambil kunci chuck

Tabel 2.1 Perhitungan Waktu dengan MTM-1 (Lanjutan)


MTM-1 : Analysis of MTM-C
Title : Pembubutan kayu
Analyst : Cavin
Date :
Left - Hand
N
Left
TM
Right
Description
F o
Hand
U
Hand
Idle
35
19,7
P2SSE
Idle
36
9,3
T180S
memutar ragum
37
T60M
6,5
T60M
Idle
38
19,7
P2SSE
Idle
39
9,3
T180S
memutar ragum
40
T60M
6,5
T60M
Idle
41
19,7
P2SSE
Idle
42
9,3
T180S

N
o
35
36
37
38
39
40
41
42

Right - Hand Description


Memposisikan kunci chuck
membuka ragum
Memutar ragum
Memposisikan kunci chuck
membuka ragum
Memutar ragum
Memposisikan kunci chuck
membuka ragum

Total perhitungan waktu normal dengan metode MTM-1 :


Total TMU = 455,2 TMU
Total Waktu normal untuk membubut = 455,2 x 0,0006 menit = 0,27312 menit = 16,3872 detik

Tabel 2.2 Perhitungan Waktu dengan Basic MOST


Activity : Pembubutan

Signature :
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-8
Cavin
Page : 1

Conditions : N
o

Method

1 Mengukur Kayu dengan Penggaris


2 Membuka Ragum denga Kunci Chuck
3 Memasukkan Kayu dalam Ragum
Mengencangkan Ragum dengan Kunci
4 Chuck
5 Menyalakan mesin bubut
6 Melakukan proses pembubutan
7 Mematikan mesin bubut
8 Membuka Ragum dengan Kunci Chuck

Sequence Model
A1 B1 G1 A1 B1 P1 M1 A1 B1 P1
A0
A1 B0 G1 A1 B0 P3 L32 A1 B0 P1
A0
A1 B0 G1 A1 B0 P3 A0
A1 B0 G1 A1 B0 P3 F10 A1 B0 P1
A0
A1 B0 G1 M1 X1 I1 A0
A1 B0 G1 M16 X10 I1 A0
A1 B0 G1 M1 X1 I1 A0
A1 B0 G1 A1 B0 P3 L32 A1 B0 P0
A0

Fr.

TMU

100

15
1

400
60

6
1
1
1

180
50
280
50

390

Total
Total perhitungan waktu normal dengan metode MOST:

1510

Total TMU = 1510 TMU


Total Waktu normal untuk membubut = 1510,0 TMU x 0,0006 menit
= 0,9060 menit = 54,36 detik

2.2 Form Pengisian Data pengukuran Waktu Pembuatan Produk

Stasiun Kerja

: Pengukuran

Benda Kerja

: Alas

Satuan Waktu

: Sec
Tabel 2.3. Data Waktu Pengukuran Alas

Urutan Siklus
1
Benda Kerja

: Kursi

Satuan Waktu

: Sec

Ukur
32

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.4. Data Waktu Pengukuran Kursi


Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-9

Urutan Siklus
1
2
3
4

Ukur
124
113
119
121

Benda Kerja

: Penyangga Kursi

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.5. Data Waktu Pengukuran Penyangga Kursi


Urutan Siklus
1
2
3
4
Benda Kerja

: Meja

Satuan Waktu

: Sec

Ukur
11
5
6
5

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.6. Data Waktu Pengukuran Meja


Urutan Siklus
1
2
3

Ukur
49
45
40

Benda Kerja

: Penyangga Meja

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.7. Data Waktu Pengukuran Penyangga Meja


Urutan Siklus
1

Ukur
27

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-10
2
3

25
23

Benda Kerja

: Payung

Satuan Waktu

: Sec
Tabel 2.8. Data Waktu Pengukuran Payung

Urutan Siklus
1

Ukur
35

Benda Kerja

: Asesoris Payung

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.9. Data Waktu Pengukuran Asesoris Payung


Urutan Siklus
1
2
3
4

Ukur
20
16
18
20

Benda Kerja

: Penyangga Payung

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.10. Data Waktu Pengukuran Penyangga Payung


Urutan Siklus
1

Ukur
20

Stasiun Kerja

: Pemotongan

Benda Kerja

: Alas

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing

Un-Loading

Tabel 2.11. Data Waktu Pemotongan Alas


Urutan Siklus
1

Ukur

Loading
3

Waktu
Processing
169

Un-Loading
2

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-11

Benda Kerja

: Kursi

Satuan Waktu

: Sec
Tabel 2.12. Data Waktu Pemotongan Kursi

Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
4
Benda Kerja

: Penyangga Kursi

Satuan Waktu

: Sec

Loading
14
10
11
11

Waktu
Processing
26
32
34
54

Un-Loading
6
8
10
9

Tabel 2.13. Data Waktu Pemotongan Penyangga Kursi


Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
4
Benda Kerja

: Meja

Satuan Waktu

: Sec

Loading
16
14
11
11

Waktu
Processing
15
21
18
7

Un-Loading
10
9
10
6

Tabel 2.14. Data Waktu Pemotongan Meja


Urutan Siklus

Ukur

1
2
3

Benda Kerja

: Penyangga Meja

Satuan Waktu

: Sec

Loading
2
2
2

Waktu
Processing
75
91
78

Un-Loading
2
2
2

Tabel 2.15. Data Waktu Pemotongan Penyangga Meja


Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-12

Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
Benda Kerja

: Payung

Satuan Waktu

: Sec

Loading
8
9
11

Waktu
Processing
12
10
9

Un-Loading
9
5
4

Tabel 2.16. Data Waktu Pemotongan Payung


Urutan Siklus

Ukur

1
Benda Kerja

: Asesoris Payung

Satuan Waktu

: Sec

Loading
3

Waktu
Processing
114

Un-Loading
2

Tabel 2.17. Data Waktu Pemotongan Asesoris Payung


Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
4
Benda Kerja

: Penyangga Payung

Satuan Waktu

: Sec

Loading
2
2
2
3

Waktu
Processing
177
142
119
123

Un-Loading
1
1
2
2

Tabel 2.18. Data Waktu Pemotongan Penyangga Payung


Urutan Siklus
1

Stasiun Kerja

: Drill

Benda Kerja

: Kursi

Ukur

Loading
37

Waktu
Processing
21

Un-Loading
21

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-13
Satuan Waktu

: Sec

Tabel 2.19. Data Waktu Pengedrillan Kursi


Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
4

Stasiun Kerja

: Bubut

Benda Kerja

: Kursi

Satuan Waktu

: Sec

Loading
79
17
22
24

Waktu
Processing
395
128
173
154

Un-Loading
36
41
37
33

Tabel 2.20. Data Waktu Pembubutan Kursi


Urutan Siklus

Ukur

1
2
3
4

Stasiun Kerja

: Pengamplasan

Benda Kerja

: Alas

Satuan Waktu

: Sec

Loading
53
51
49
50

Waktu
Processing
1870
1680
1723
1758

Un-Loading
39
36
35
36

Tabel 2.21. Data Waktu Pengamplasan Alas


Urutan Siklus
1
Benda Kerja

Ukur

Loading

Waktu
Processing
102

Un-Loading

: Kursi
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-14
Satuan Waktu

: Sec
Tabel 2.22. Data Waktu Pengamplasan Kursi

Urutan Siklus

Ukur

Loading

1
2
3
4
Benda Kerja

: Penyangga Kursi

Satuan Waktu

: Sec

Waktu
Processing
139
137
128
124

Un-Loading

Tabel 2.23. Data Waktu Pengamplasan Penyangga Kursi


Urutan Siklus

Ukur

Loading

1
2
3
4

Benda Kerja

: Meja

Satuan Waktu

: Sec

Waktu
Processing
92
91
126
67

Un-Loading

Tabel 2.24. Data Waktu Pengamplasan Meja


Urutan Siklus

Ukur

Loading

1
2
3
Benda Kerja

: Penyangga Meja

Satuan Waktu

: Sec

Waktu
Processing
38
25
21

Un-Loading

Tabel 2.25. Data Waktu Pengamplasan Penyangga Meja


Urutan Siklus
1

Ukur

Loading

Waktu
Processing
63

Un-Loading

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-15
2
3

54
40

Benda Kerja

: Payung

Satuan Waktu

: Sec
Tabel 2.26. Data Waktu Pengamplasan Payung

Urutan Siklus

Ukur

Loading

1
Benda Kerja

: Asesoris Payung

Satuan Waktu

: Sec

Waktu
Processing
101

Un-Loading

Tabel 2.27. Data Waktu Pengamplasan Asesoris Payung


Urutan Siklus

Ukur

Loading

1
2
3
4
Benda Kerja

: Penyangga Payung

Satuan Waktu

: Sec

Waktu
Processing
36
32
52
37

Un-Loading

Tabel 2.28. Data Waktu Pengamplasan Penyangga Payung


Urutan Siklus

Ukur

Stasiun Kerja

: Pengecatan

Benda Kerja

: Meja Taman Classy

Satuan Waktu

: Sec

Loading

Waktu
Processing
148

Un-Loading

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-16
Tabel 2.29. Data Waktu Pengecatan Meja Taman Classy
Urutan Siklus

Ukur

Waktu
Processing
3180

Loading

Un-Loading

2.3. Form Inspeksi Pembuatan Produk


Benda kerja: Alas
Tabel 2.30 Inspeksi Alas
Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total

Benda Kerja: Kursi (4 Buah)


Tabel 2.31 Inspeksi Kursi
Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total
4
4
1
3

12

Benda Kerja: Penyangga Kursi (4 Buah)


Tabel 2.32 Inspeksi Penyangga Kursi
Siklus

Total

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-17
Dimensi
Kerataan
Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

3
4
0

11

Benda Kerja: Meja


Tabel 2.33 Inspeksi Meja
Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total
1
1
1

Benda Kerja: Penyangga Meja (3 Buah)

Tabel 2.34 Inspeksi Penyangga Meja


Siklus
Dimensi
Kerataan
Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total
3

3
3

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-18
Benda Kerja: Payung
Tabel 2.35 Inspeksi Payung
Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total
Benda Kerja: Aksesoris Payung (4 buah)

Total

1
1

Tabel 2.36 Inspeksi Aksesoris Payung


Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total
4
1
1

Benda Kerja: Penyangga Payung


Tabel 2.37 Inspeksi Penyangga Payung
Siklus
Dimensi
Kerataan Permukaan
Keretakan
Ketepatan Lubang
Total

Total
1
1
1

2.4. Peta tangan kiri dan tangan kanan


Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-19
Operation : Merakit Meja Taman Classy

Part :

Summary

Left
Hand
227,81

Right
Hand
400,57

Operator Name and No. : Cavin Natalio Simanjutak


Effective Time
Date : 07-04Ineffective
Analyst : Arvin, William
347,38
88,08
2014
Time
Method : Present
Cycle Time : 575,19 s
Sketch of Workplace :

Left Hand
Description
Mengambil Part 1

Mengambil Part 3A

Memegang Part 3A

Menempel Part 3A

Mengambil Part 3B
Memegang Part 3B

Symbol
RE
M
G
RE
M
G
H
PP
P
A
RE
M
G
H

Time
Sec

Time
Sec

2,84

2,84

Memegang Stik Lem

M
P
U

Mengoleskan Lem

2,11

Symbol
RE
M
G

Right Hand Description


Mengambil lem

Idle

4,48

2,19

4,68

RE
M
G
H

Mengambil lem
Memegang Lem

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-20

Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Lanjutan)

Menempel Part 3
B
Mengambil Part
3C
Memegang Part
3C
Menempel Part
3C
Mengambil Part
3D
Memegang Part
3D
Menempel part
3D
Mengambil Part
5A
Memegang Part
5A
Menempel part
5A
Mengambil Part
5B

PP
P
A
RE
M
G

H
PP
P
A
RE
M
G

2,55

Idle

3,14

8,23

RE
M
G
M
P
U

5,91

Mengoleskan
Lem

Idle

1,51

2,15

H
PP
P
A
RE
M
G

4,62

4,62

2,31

4,71

H
PP
P
A
RE
M
G

7,81

7,81

RE
M
G
M
P
U

3,51

Mengambil lem
Mengoleskan
Lem

Idle
RE
M
G
M
P
U

7,68

4,71

Mengambil lem

Mengambil lem
Mengoleskan
Lem

Idle

4,71

Memegang lem

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-21
M
P
U

Memegang Part
5B

Mengoleskan
H
4,59
7,81
Lem
PP
P
Menempel part
5B
A
10,65
Idle
Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Lanjutan)

Mengambil Part 5C

Memegang Part 5C

Menempel Part 5C

Mengambil Part 2A

Memegang Part 2A

Menempel Part 2A

Mengambil Part 2B

Memegang Part 2B

Menempel Part 2B
Mengambil Part 2C

RE
M
G

H
PP
P
A
RE
M
G

5,28

5,28

6,35

6,35

H
M
P
U

11,08

Memegang Lem

Mengoleskan Lem

Idle

1,96

3,71

H
PP
P
A
RE
M
G

11,96

11,96

11,68

11,68

3,42

4,62

H
PP
P
A
RE
M

21,46

21,46

9,8
3,12

9,8
4,8

RE
M
G
M
P
U

H
RE
M
G
M
P
U

H
RE
M

Mengambil lem

Mengoleskan Lem

Memegang Lem

Mengambil lem

Mengoleskan Lem

Memegang Lem
Mengambil lem

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-22
G

G
M
P
U

Memegang Part 2C

H
19,42
19,42
Mengoleskan Lem
PP
P
Menempel Part 2C
A
8,3
8,3
H
Memegang Lem
RE
RE
M
M
Mengambil Part 2D
G
1,47
1,47
G
Mengambil lem
Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Lanjutan)

Memegang Part 2D

15,54

15,54

21,37

21,37

Mengambil Part 4

H
PP
P
A
RE
M
G

3,5

3,5

Memegang Part 4

8,79

8,79

Memegang Part 4 lapis


pertama

17

17

Memegang Part 4 yang akan


disatukan

3,96

3,96

Memegang Part 4 yang akan


disatukan

9,45

9,45

Memegang Part 4 yang akan


disatukan
Memegang part 4 yang telah

H
H

4,93
5,56

4,93
5,56

Menempel Part 2D

M
P
U

H
RE
M
G
M
P
U
PP
P
A
RE
M
G
M
P
U
PP
P
A
RE

Mengoleskan Lem

Memegang Lem

Mengambil lem

Mengoleskan Lem
Menempelkan part 4 lapis
kedua

Mengambil lem
Mengoleskan lem pada part 4
lapis ketiga
Menempelkan part 4 lapis
ketiga
Mengambil lem

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-23
M
disatukan
G
M
P
Memegang part 4 yang telah
Mengoleskan lem ke bagian
disatukan
H
11,35
11,35
U
atas part 5A
RE
M
Memegang part 4 yang telah
disatukan
H
3,5
3,5
G
Mengambil lem
M
P
Memegang part 4 yang telah
Mengoleskan lem ke bagian
disatukan
H
6,7
6,7
U
atas part 5B
RE
M
Memegang part 4 yang telah
disatukan
H
2,19
2,19
G
Mengambil lem
Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Lanjutan)

Memegang part 4 yang telah


disatukan
Menempelkan Part 4 pada part
5A,5B,5C

H
PP
P
A

5,4

5,4

68

Idle

Menerima Part 6

M
P
A

0,52

0,52

Memegang Part 6

Memegang Part 6

8,41

8,41

Memegang Part 6

2,54

2,54

M
P
U

H
RE
M
G
M
P
A
RE
G
M
M
P
U
RE
M
G

Mengoleskan lem ke
bagian atas part 5B
Memegang Part 4 (agar
tidak jatuh)

Mengambil Part 6
Memindahkan Part 6 ke
tangan kiri

Mengambil Lem
Mengoleskan lem pada
Part 6

Mengambil Part 7A

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-24
PP
P
Menempelkan Part 7A
Memegang Part 6
H
15,86
15,86
A
pada Part 6
M
P
Mengoleskan lem pada
Memegang Part 6
H
13,83
13,83
U
part 6
RE
M
Memegang Part 6
H
1,9
1,9
G
Mengambil Part 7B
PP
P
Menempelkan Part 7B
Memegang Part 6
H
31
31
A
pada Part 6
M
P
Mengoleskan lem pada
Memegang Part 6
H
11,15
11,15
U
part 6
RE
M
Memegang Part 6
H
2
2
G
Mengambil Part 7C
Tabel 2.38 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (Lanjutan)

Memegang
Part 6

28,37

28,37

Memegang
Part 6

20,39

20,39

Memegang
Part 6

1,33

1,33

H
RE
M
G
H

22,43

22,43

8,12
3,77

8,12
3,77

Memegang
Part 6
Mengambil
Part 8
Memegang
Part 8

PP
P
A
M
P
U
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
M
P

Menempelkan Part 7C pada Part 6

Mengoleskan lem pada part 6

Mengambil Part 7D

Menempelkan Part 7D pada Part 6

Mengambil Lem
Mengoleskan lem

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-25
U

Menempelka
n Part 8, 6,
5A,5B,5C,5D
yang telah
disatukan
pada Part
lainnya

PP
P
A

18,9

18,9

Memegang Keseluruhan Part agar


tidak runtuh

2.5 Data Ukuran/Dimensi Mesin dan Peralatan, serta Bahan baku


Berikut ini merupakan data dari dimensi mesin, peralatan dan bahan baku yang digunakan.
Tabel 2.49 Data Dimensi Mesin dan Peralatan (cm)

Mesin

Mesin Drill

Mesin Bubut

Ragum

Gergaji

Tinggi

93

39

13

12

Panjang

54

100

28

43

Lebar

26

47

10

1,7

Dimensi

Tabel 2.50 Data Dimensi Bahan Baku

Dimensi

Teba
l
Diamet (mm
er (mm)
)

Jumla
h

Panjan
g (mm)

Tingg
i
(mm)

Leba
r
(mm)

Alas

200

140

Kursi

40

28

Penyangga
Kursi

70

10

Meja

100

100

10

Part

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-26

Penyangga
Meja

120

15

Payung

150

Penyangga
Payung

150

30

Aksesoris
Payung

100

10

2.6 Data Urutan Operasi


Proses pembuatan meja taman classy membutuhkan 8 part, yaitu alas, kursi, penyangga kursi, meja,
penyangga meja, payung, aksesoris payung, dan penyangga payung. Semua part dibuat dengan menggunakan
kayu dan triplek yang terdapat dalam ruang praktikum. Operasi pertama yang dilakukan adalah mengukur
jumlah kebutuhan kayu atau triplek yang digunakan untuk tiap part yang akan dibuat, sehingga dalam proses
pengukuran akan terdapat 8 proses pengukuran, yaitu untuk masing-masing part yang akan digunakan. Setelah
proses pengukuran untuk tiap part dilakukan, maka akan dilakukan proses pemotongan. Proses pemotongan
dilakukan untuk memotong kayu atau triplek yang telah diukur dari proses pengukuran sebelumnya, sehingga
kayu atau triplek yang dipotong akan sesuai dengan kebutuhan part. Setelah triplek atau kayu yang dibutuhkan
telah dipotong.
Potongan-potongan tersebut akan diamplas, terdapat 7 part yang perlu di amplas, yaitu alas, penyangga
kursi, meja, penyangga meja, payung, aksesoris payung, dan penyangga payung. Dalam proses pengamplasan,
kayu-kayu atau triplek yang telah berupa part yang kasar dari hasil pemotongan sebelumnya akan diamplas
dengan digosok menggunakan kertas amplas hingga halus. Kemudian part kursi

akan dibubut, untuk

membentuk bagian permukaan atas kursi. Dalam proses bubut, part akan dijepit didalam ragum yang terdapat
pada mesin bubut. Setelah part kursi berada pada posisi yang seharusnya mesin bubut akan dinyalakan, sehingga
permukaan bagian atas part kursi akan terbentuk dengan sesuai yang diinginkan. Kemudian pada tahapan
selanjutnya, kursi (4 buah) yang telah dibubut akan di-drill. Tujuan dari proses drill adalah untuk membuat
lubang pada bagian bawah part kursi, sehingga lubang tersebut dapat digunakan untuk memasukkan penyangga
kursi (4 buah).

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Laporan Praktikum (Analisis Perancangan Sistem Kerja)


APSK-27
Part-part yang telah melalui proses-proses sebelumnya (drill, bubut, dan amplas) akan diletakkan di
meja inspeksi, untuk melalui proses inspeksi. Tujuan dari proses inspeksi adalah untuk memeriksa adanya
ketidaksesuaian dimensi part yang diharapkan, kerataan permukaan part, keretakan part, serta tepat atau
tidaknya lubang pada posisi yang seharusnya. Jika terdapat, kecacatan maka pada lembar inspeksi yang
disediakan, part tersebut akan ditandai.
Proses yang terakhir adalah proses assembly, pada proses assembly semua part yang telah melalui proses
inspeksi akan dirakit oleh operator untuk membentuk meja taman classy yang sesuai pada rancangan gambar
yang diberikan. Proses perakitan akan dimulai dengan meletakkan alas terlebih dahulu, kemudian 4 penyangga
kursi akan ditempel pada alas dengan menggunakan lem, kemudian, 3 penyangga meja juga akan ditempelkan
setelah penyangga kursi ditempelkan. Kemudian part kursi yang di-drill akan ditempelkan pada 4 penyangga
kursi yang telah ditempelkan sebelumnya, sehingga kursi dan penyangga kursi akan menjadi satu kesatuan part.
Kemudian meja akan ditempelkan pada 3 penyangga meja yang telah ditempelkan sebelumnya, dengan demikian
bagian bawah meja taman classy telah terbentuk. Kemudian untuk membentuk bagian atas meja taman classy
akan dirakit bagian payung dengan 4 aksesoris payung yang ditempelkan. Setelah aksesoris payung dan payung
telah disatukan, maka penyangga payung akan ditempelkan pada bagian bawah payung. Dan langkah yang
terakhir adalah menempelkan part penyangga payung, serta payung dan aksesorisnya di bagian atas meja.
Dengan demikian proses perakitan meja taman classy telah selesai. Setelah meja taman classy selesai dirakit,
maka proses terakhir adalah pengecatan. Tujuan dari proses pengecatan adalah untuk membuat meja taman
classy lebih indah untuk dilihat mata. Berikut adalah flowchart operasi pada halaman berikutnya:

Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi


Teknik Industri Universitas Katolik Atma Jaya

Gambar 2.1 Flowchart Urutan Operasi

Gambar 2.1 Flowchart Urutan Operasi (Lanjutan)

2.7 Data Tata Letak dan Aliran Bahan dan Data Jarak Antar Stasiun Kerja

Gambar 2.2 Tata Letak Stasiun Kerja

Gambar 2.3 Tata Letak Aliran Bahan Part Alas, Meja, Payung, dan Penyangga Kursi

Gambar 2.4 Tata Letak Aliran Bahan Part Dudukan Kursi

Gambar 2.4 Tata Letak Aliran Bahan Part menuju Final Assembly

BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Perhitungan Waktu Baku untuk MTM dan MOST
Berikut ini merupakan perhitungan waktu baku untuk MTM dan MOST.
Tabel 3.1 Faktor Kelonggaran untuk Menghilangkan Fatique

Penilaian

Penilaian
Kelonggaran

Tenaga yang
dikeluarkan

Sangat Ringan

7%

Sikap Kerja

Berdiri di atas dua kaki

1%

Gerakan Kerja

Normal

0%

Kelelahan mata

Pandangan yang hampir terus menerus

6,5%

Faktor

Temperatur tempat
kerja

normal

0%

Keadaan Atmosfer

Cukup

4,5%

Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan


rendah

0%

Keadaan Lingkungan

Total Kelonggaran Fatigue

19%

Tabel 3.2 Faktor Kelonggaran

Kebutuhan
Kelonggaran

Penilaian Kelonggaran

Keterangan

Kelonggaran untuk
kebutuhan pribadi

2,50%

Pekerja pria

Kelonggaran
menghilangkan fatique

19%

Kelonggaran untuk
hambatan tak
terhindarkan

10%

Total kelonggaran

31,5%

MTM
Wn

= 16,3872 detik

Wb

= Wn x

100
100-allowance (%)
100
10031,5

= 16,3872 x

= 23,9229 detik

MOST

Wn

= 54,36 detik

Wb

= Wn x

= 54,36 x

100
100-allowance (%)
100
10031,5

= 79,3577 detik

Perhitungan Kelonggaran
(Tabel 3.1)
Asumsi

Jadi, waktu baku untuk metode MTM sebesar 23,9229 detik dan waktu baku untuk metode MOST
sebesar 79,3577 detik

3.2 Perhitungan Rata-Rata Waktu Siklus dari Setiap Stasiun Kerja


Tabel 3.3 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Alas

Satuan Waktu : sekon


Urutan Siklus
1

Benda Kerja : alas


Waktu
Processing

Ukur
Loading
32
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Waktu
Siklus
Total
Un-Loading
32
32
32

Tabel 3.4 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Kursi (4 buah)

Satuan Waktu : sekon


Urutan Siklus

1
2
3
4

Benda Kerja : Kursi


Waktu
Processin
Loading
g

Ukur
124
113
119
121
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading

Waktu Siklus Total


124
113
119
121
477
119,25

Tabel 3.5 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Penyangga Kursi (4 buah)

Satuan Waktu : sekon


Urutan Siklus

1
2
3
4

Benda Kerja : Penyangga Kursi


Waktu
Processin
Loading
g

Ukur
11
5
6
5
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading

Waktu Siklus Total


11
5
6
5
27
6,75

Tabel 3.6 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Meja


Satuan Waktu : sekon

Benda Kerja : Meja

Urutan Siklus

Waktu
Processin
Loading
g

Ukur
49
45
40
Waktu Siklus Total

1
2
3

Waktu Siklus Rata-rata

Waktu
Siklus
Total
UnLoading
49
45
40
134
44,6666
7

Tabel 3.7 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Penyangga Meja (3)


Penyangg
Benda Kerja : a Meja
Waktu
Siklus
Waktu
Total
Processin
UnUkur
Loading
g
Loading
27
27
25
25
23
23
75
Waktu Siklus Total
25
Waktu Siklus Rata-rata

Satuan Waktu : sekon


Urutan Siklus

1
2
3

Tabel 3.8 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Payung


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Benda Kerja : Payung


Waktu Siklus
Waktu
Total
Processin
UnUkur
Loading
g
Loading
35
35
35
Waktu Siklus Total
35
Waktu Siklus Rata-rata

Tabel 3.9 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Aksesoris Payung (4)


Satuan Waktu : sekon

Benda Kerja : Aksesoris Payung

Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Loading
g

Ukur
20
16
18
20
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading

Waktu Siklus Total


20
16
18
20
74
18,5

Tabel 3.10 Perhitungan Pengukuran Waktu Pengukuran Penyangga Payung


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Benda Kerja : Penyangga Payung


Waktu
Processin
Loading
g

Ukur
20
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading

Waktu Siklus Total


20
20
20

Tabel 3.11 Perhitungan Waktu Pemotongan Alas


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Benda Kerja : Alas

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
3
169
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading
2

Waktu Siklus Total


174
174
174

Tabel 3.12 Perhitungan Waktu Pemotongan Kursi (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus
Ukur

Benda Kerja : Kursi


Waktu
Waktu Siklus Total
Processin
UnLoading
g
Loading

1
2
3
4

14
26
10
32
11
34
11
54
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

46
50
55
74
225
56,25

6
8
10
9

Tabel 3.13 Perhitungan Waktu Pemotongan Penyangga Kursi (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Benda Kerja : Penyangga Kursi

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
16
15
14
21
11
18
11
7
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading
10
9
10
6

Waktu Siklus Total


41
44
39
24
148
37

Tabel 3.14 Perhitungan Waktu Pemotongan Meja (3)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3

Benda Kerja : Meja

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
2
75
2
91
2
78
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading
2
2
2

Waktu Siklus Total


79
95
82
256
85,33333333

Tabel 3.15 Perhitungan Waktu Pemotongan Penyangga Meja (3)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus
Ukur

Benda Kerja : Penyangga Meja


Waktu
Processin
Loading
g

UnLoading

Waktu Siklus Total

1
2
3

8
12
9
10
11
9
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

29
24
24
77
25,66666667

9
5
4

Tabel 3.16 Perhitungan Waktu Pemotongan Payung


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
3
114
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Payung


UnLoading
2

Waktu Siklus Total


119
119
119

Tabel 3.17 Perhitungan Waktu Pemotongan Aksesoris Payung (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
2
177
2
142
2
119
3
123
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Aksesoris Payung


Waktu Siklus Total
UnLoading
180
1
145
1
123
2
128
2
576
144

Tabel 3.18 Perhitungan Waktu Pemotongan Penyangga Payung


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
37
21
Waktu Siklus Total

Benda Kerja : Penyangga Payung


UnLoading
21

Waktu Siklus Total


79
79

79

Waktu Siklus Rata-rata

Tabel 3.19 Perhitungan Waktu Penge-drill-an Kursi (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
79
395
17
128
22
173
24
154
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Kursi


UnLoading
36
41
37
33

Waktu Siklus Total


510
186
232
211
1139
284,75

Tabel 3.20 Perhitungan Waktu Pembubutan Kursi (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
53
1870
51
1680
49
1723
50
1758
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Kursi


UnLoading
39
36
35
36

Waktu Siklus Total


1962
1767
1807
1844
7380
1845

Tabel 3.21 Perhitungan Waktu Pengamplasan Alas


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
102
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Alas


UnLoading

Waktu Siklus Total


102
102
102

Tabel 3.22 Perhitungan Waktu Pengamplasan Kursi (4)

Satuan Waktu : sekon


Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
139
137
128
124
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Kursi


UnLoading

Waktu Siklus Total


139
137
128
124
528
132

Tabel 3.23 Perhitungan Waktu Pengamplasan Peyangga Kursi (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
92
91
126
67
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Penyangga Kursi


UnLoading

Waktu Siklus Total


92
91
126
67
376
94

Tabel 3.24 Perhitungan Waktu Pengamplasan Meja (3)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
38
25
21
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Meja


UnLoading

Waktu Siklus Total


38
25
21
84
28

Tabel 3.25 Perhitungan Waktu Pengamplasan Penyangga Meja (3)


Satuan Waktu : sekon

Benda Kerja : Penyangga Meja

Urutan Siklus

1
2
3

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
63
54
40
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

UnLoading

Waktu Siklus Total


63
54
40
157
52,33333333

Tabel 3.26 Perhitungan Waktu Pengamplasan Payung


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
101
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Payung


UnLoading

Waktu Siklus Total


101
101
101

Tabel 3.27 Perhitungan Waktu Pengamplasan Aksesoris Payung (4)


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

1
2
3
4

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
36
32
52
37
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Aksesoris Payung


UnLoading

Waktu Siklus Total


36
32
52
37
157
39,25

Tabel 3.28 Perhitungan Waktu Pengamplasan Penyangga Payung


Satuan Waktu : sekon
Benda Kerja : Penyangga Payung
Waktu Siklus Total
Urutan Siklus
Waktu
Ukur
Loading
Processin
Un-

g
148

Loading
148
148
148

Waktu Siklus Total


Waktu Siklus Rata-rata

Tabel 3.29 Perhitungan Waktu Pengecatan Meja Taman Classy


Satuan Waktu : sekon
Urutan Siklus

Waktu
Processin
Ukur
Loading
g
3180
Waktu Siklus Total
Waktu Siklus Rata-rata

Benda Kerja : Meja Taman Classy


UnLoading

Waktu Siklus Total


3180
3180
3180

3.3 Struktur Produk dan Bill of Material


Berikut ini merupakan struktur produk dan bill of material dari Meja Taman Classy

Gambar 3.1 Struktur Produk Meja Taman Classy

Tabel 3.30 Bill of Material Meja Taman Classy


Leve
l

Part

1000

1100

1200

1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3

1300
1400
1110
1120
1210
1220
1310
1320
1330
1111
1121
1211
1221
1311
1321
1331
1410

Description
Final
Assembly
Sub Assembly
1
Sub Assembly
2
Sub Assembly
3
Component 1
Component 2
Component 3
Component 4
Component 5
Component 6
Component 7
Component 8
Raw Material
Raw Material
Raw Material
Raw Material
Raw Material
Raw Material
Raw Material
Raw Material

Quantit
y

Keterangan

Meja Taman Classy

Penyangga Meja + Papan Meja

Penyangga Kursi + Dudukan Kursi


Papan Payung + Aksesoris Payung + Penyangga
Payung
Alas
Penyangga Meja
Papan Meja
Penyangga Kursi
Dudukan Kursi
Papan Payung
Aksesors Payung
Penyangga Payung
Kayu
Triplek
Kayu
Kayu
Triplek
Triplek
Kayu
Triplek

1
1
3
1
4
4
1
4
1
1
3
1
1
1
1
1
1

3.4. Peta Proses Operasi (OPC)

Gambar 3.2 Peta Proses Operasi (OPC) Meja Taman Classy

3.5. Assembly Chart

Gambar 3.3 Assembly Chart untuk Pembuatan Pesawat Tempur Alfa

3.6 Peta Aliran Proses (FPC)


Tabel 3.31 Peta Aliran Proses (FPC) Kursi

Tabel 3.32 Peta Aliran Proses (FPC) Penyangga Kursi

3.7 Histogram dan Pareto Diagram

Histogram Hasil Inspeksi Alas


2
1
Jumlah Cacat

Jenis Cacat

Gambar 3.4 Histogram Hasil Inspeksi Alas

Histogram Hasil Inspeksi Kursi

Jumlah Cacat

5
4
3
2
1
0

Jenis Cacat

Gambar 3.5 Histogram Hasil Inspeksi Kursi

Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Kursi


5
4
3
2
1
0
Jumlah Cacat

Jenis Cacat

Gambar 3.6 Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Kursi

Histogram Hasil Inspeksi Meja


2
1
0
Jumlah Cacat

Jenis Cacat

Gambar 3.7 Histogram Hasil Inspeksi Meja

Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Meja


4
3
2
1
Jumlah Cacat 0

Jenis Cacat

Gambar 3.8 Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Meja

Histogram Hasil Inspeksi Payung


2
1
0
Jumlah Cacat

Jenis Cacat

Gambar 3.9 Histogram Hasil Inspeksi Payung

Histogram Hasil Inspeksi Aksesoris Payung

Jumlah Cacat

5
4
3
2
1
0

Jenis Cacat

Gambar 3.10 Histogram Hasil Inspeksi Aksesoris Payung

Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Payung


2
1
Jumlah Cacat 0

Jenis Cacat

Gambar 3.11 Histogram Hasil Inspeksi Penyangga Payung

1,0

100

0,8

80

0,6

60

0,4

40

0,2

20

0,0
Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Percent
Cum %

Kerataan Permukaan
1
100,0
100,0

Percent

Jumlah Cacat

Pareto Diagram part Alas

Other
0
0,0
100,0

Gambar 3.12 Pareto Diagram part Alas

12

100

10

80

60

6
40

20

2
0
J enis Cacat

J umlah Cacat
Percent
Cum %

4
33,3
33,3

4
33,3
66,7

3
25,0
91,7

Gambar 3.13 Pareto Diagram part Kursi

1
8,3
100,0

Percent

Jumlah Cacat

Pareto Diagram part Kursi

Pareto Diagram part Penyangga Kursi


12
100
10

60

40

20

2
0

J enis Cacat
J umlah Cacat
Percent
Cum%

Percent

Jumlah Cacat

80
8

Dimensi
4
36,4
36,4

Keretakan
4
36,4
72,7

Kerataan Permukaan
3
27,3
100,0

Other
0
0,0
100,0

Gambar 3.14. Pareto Diagram Penyangga Kursi

Pareto Diagram part Meja


3,0

100

80

2,0
60
1,5
40
1,0
20

0,5
0,0

J enis Cacat
J umlah Cacat
Percent
Cum%

Dimensi
1
33,3
33,3

Kerataan Permukaan
1
33,3
66,7

Keretakan
1
33,3
100,0

Gambar 3.15 Pareto Diagram part Meja

Other
0
0,0
100,0

Percent

Jumlah Cacat

2,5

Pareto Diagram part Penyangga Meja


9

100

8
80

6
60

5
4

40

Percent

Jumlah Cacat

3
2

20

1
0

J enis Cacat
J umlah Cacat
Percent
Cum%

Dimensi
3
33,3
33,3

Kerataan Permukaan
3
33,3
66,7

Keretakan
3
33,3
100,0

Other
0
0,0
100,0

Gambar 3.16 Pareto Diagram part Penyangga Meja

Pareto Diagram part Payung


2,0

100

Jumlah Cacat

60
1,0
40
0,5

0,0
Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Percent
Cum %

20

Kerataan Permukaan
1
50,0
50,0

Keretakan
1
50,0
100,0

Other
0
0,0
100,0

Gambar 3.17 Pareto Diagram part Payung

Percent

80

1,5

Pareto Diagram part Aksesoris Payung


6

100

Jumlah Cacat

80

60
3
40

Percent

2
20

1
0
Jenis Cacat
Jumlah Cacat
Percent
Cum %

Dimensi
4
66,7
66,7

Kerataan Permukaan
1
16,7
83,3

Other
1
16,7
100,0

Gambar 3.18 Pareto Diagram Aksesoris Payung

Pareto Diagram part Penyangga Payung


3,0

100

80

2,0
60
1,5
40
1,0
20

0,5
0,0

J enis Cacat
J umlah Cacat
Percent
Cum%

Dimensi
1
33,3
33,3

Kerataan Permukaan
1
33,3
66,7

Keretakan
1
33,3
100,0

Other
0
0,0
100,0

Gambar 3.19 Pareto Diagram Penyangga Payung

3.8 Fishbone Diagram

Percent

Jumlah Cacat

2,5

Diagram fishbone adalah sebuah diagram yang menggambarkan seluruh faktor faktor yang
terkait sebagai sebab-akibat dari masalah. Penggunaan fishbone diagram ditujukan untuk
menyelidiki apa yang menjadi masalah utama dari setiap hasil inspeksi untuk masing-masing part
Berdasarkan teori 80/20 maka kita melihat data frekuensi kumulatif pada Pareto
Diagram. Kita melihat data cacat apabila sudah mencapai lebih dari 80% maka tidak perlu dibuat
diagram fishbone nya. Maka berikut adalah masalah utama untuk masing-masing part:
1. Part 1 (Alas): Kerataan permukaan.
2. Part 2 (Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan ketepatan lubang.
3. Part 3 (Penyangga Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
4. Part 4 (Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
5. Part 5 (Penyangga Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
6. Part 6 (Payung): Kerataan permukaan, dan keretakan.
7. Part 7 (Aksesoris Payung):Dimensi, dan kerataan permukaan.
8. Part 8 (Penyangga Payung): Dimensi , kerataan permukaan, dan keretakan.
Alas

Gambar 3.20 Fishbone Diagram masalah Kerataan Permukaan Alas

Kursi

Gambar 3.21 Fishbone Diagram masalah Dimensi Kursi

Gambar 3.22 Fishbone Diagram masalah Kerataan permukaan Kursi

Gambar 3.23 Fishbone Diagram masalah Ketepatan Lubang Kursi

Penyangga Kursi

Gambar 3.24 Fishbone Diagram masalah Dimensi Penyangga Kursi

Gambar 3.25 Fishbone Diagram masalah Kerataan Permukaan Penyangga Kursi

Gambar 3.26 Fishbone Diagram masalah Keretakan Penyangga Kursi

Meja

Gambar 3.27 Fishbone Diagram masalah Dimensi Meja

Gambar 3.28 Fishbone Diagram masalah Kerataan Permukaan Meja

Gambar 3.29 Fishbone Diagram masalah keretakan Meja

Penyangga Meja

Gambar 3.30 Fishbone Diagram masalah Dimensi Penyangga Meja

Gambar 3.31 Fishbone Diagram masalah Kerataan Permukaan Penyangga Meja

Gambar 3.32 Fishbone Diagram masalah Keretakan Penyangga Meja

Payung

Gambar 3.33 Fishbone Diagram masalah Kerataan Permukaan Payung

Gambar 3.34 Fishbone Diagram masalah Keretakan Payung


Aksesoris Payung

Gambar 3.35 Fishbone Diagram masalah Dimensi Aksesoris Payung

Gambar 3.36 Fishbone Diagram masalah Kerataan permukaan Aksesoris Payung

Penyangga Payung

Gambar 3.37 Fishbone Diagram masalah dimensi Penyangga Payung

Gambar 3.38 Fishbone Diagram masalah Kerataan permukaan Penyangga Payung

Gambar 3.39 Fishbone Diagram masalah Keretakan permukaan Penyangga Payung

3.9 Peta Manusia Mesin

Tabel 3.33. Peta Manusia Mesin Stasiun Kerja Drill

Tabel 3.34. Peta Manusia Mesin Stasiun Kerja Bubut

3.10 Prinsip Ergonomi dan Ekonomi Gerakan

Stasiun Pemotongan

Saat memotong benda kerja, posisi ragum sebaiknya disesuaikan dengan tinggi tubuh dari
pekerja sehingga postur tubuh dari pekerja tidak terlalu membungkuk yang dapat
mengurangi keletihan dari pekerja dan meningkatkan produktivititas kerja. Alat kerja
pemotongan yaitu gergaji sebaiknya dirawat dengan baik agar mata gergaji tetap tajam
sehingga dapat mempercepat pemotongan benda kerja.

Stasiun Perakitan
Pada saat merakit setiap part menjadi Meja Taman Classy, setiap part sebaiknya diletakan
setengah lingkaran dan jarak setiap part diatur sedemikian mungkin agar pekerja dapat
menjangkau setiap part tersebut. Peletakan part perlu diatur agar dalam merakit tidak ada
posisi tangan yang menyilang dalam mengambil part tersebut. Tinggi dari meja dan kursi
perlu diatur sesuai postur tubuh dari pekerja agar posisi tangan dari pekerja dapat
membentuk 900 ke permukaan meja sehingga meminimalkan kelelahan dari pekerja saat
merakit.

Stasiun Pengamplasan
Pada saat melakukan pengamplasan part Meja Taman Classy, pekerja sebaiknya
menggunakan masker penutup hidung agar menghindari serbuk halus dari pengamplasan
masuk ke pernafasan dari pekerja yang dapat membuat pekerja bersin sehingga
menurunkan produktivitas dari pekerja.

BAB IV
ANALISA
4.1 Bandingkan dan Jelaskan perbedaan pengukuran waktu kerja secara langsung dan
secara tidak langsung (MTM dan MOST). Menurut Anda pengukuran mana yang
paling baik, jelaskan!
Pengukuran waktu kerja secara langsung merupakan pengukuran waktu dimana
peneliti berada di tempat pekerja tersebut berada dan memperoleh data data yang diperlukan
melalui pengamatan langsung. Pada dasarnya pengukuran waktu kerja secara langsung ini
memperoleh data sebanyak mungkin dari pengamatan secara terus menerus sehingga hasilnya

lebih akurat. Berbeda halnya dengan pengukuran waktu kerja secara tidak langsung dimana
pengukuran secara tidak langsung merupakan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat
pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya
pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan, bisa dilakukan dengan menggunakan data historis
dan pendapat ahli, data waktu baku ataupun data waktu gerakan. Pengukuran ini dapat

dilakukan dengan lima jenis pengukuran yaitu data waktu baku sintesis, data waktu
gerakan MOST (Waktu Standar Urutan Operasi Maynard), faktor kerja, MTM
(Pengukuran Waktu Metode), dan gerakan dasar. Dibandingkan dengan pengukuran
waktu kerja secara langsung, metode pengukuran waktu kerja secara tidak langsung
menggunakan cukup beberapa data yang dibutuhkan saja lalu dilakukan perhitungan
sehingga menggunakan metode ini tidak memakan waktu yang lama dalam menemukan
perolehan waktu kerja yang dicari, namun metode ini tidak seakurat metode pengukuran
kerja secara langsung.
Pada dasarnya menentukan metode pengukuran mana yang paling baik
tergantung dari kebutuhan peneliti. Jika seorang peneliti membutuhkan data yang lebih
akurat maka sebaiknya ia menggunakan metode pengukuran waktu kerja secara
langsung namun beresiko memakan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil
yang presisi. Begitu pula sebaliknya jika peneliti membutuhkan hasil pengukuran waktu
dalam waktu cepat maka ia dapat menggunakan metode pengukuran waktu secara tidak
langsung karena disamping dapat mengefisiensi waktu pengukuran, kita juga dapat
mengefisiensi biaya. Dalam hal ini, praktikan lebih menyarankan menggunakan metode
pengukuran kerja secara langsung karena dengan menggunakan metode pengukuran
waktu secara tidak langsung sebagaimana yang praktikan telah lakukan, melihat
pekerjaan hanya dengan video memungkinkan terjadinya kesalahan karena tidak teliti,
atau kegiatan tidak terlalu terlihat karena sudut pandang kamera yang kurang baik dan
banyak faktor faktor lain yang kurang mendukung pengukuran.

4.2 Lakukan analisis terhadap peta Tangan Kiri Tangan Kanan! Apa Penyebab yang
membuat ketidakseimbangan antara kegiatan tangan kiri dan kanan? Buat Peta
Tangan Kiri Tangan Kanan usulan berdasarkan analisis tersebut!
Dari hasil peta tangan kiri tangan kanan yang telah dibuat, didapatkan bahwa terdapat
ketidakseimbangan waktu antara tangan kanan dan tangan kiri. Dapat kita lihat bahwa terdapat
perbedaan yang sangat besar antara effective time dan ineffective time antara tangan kiri dan
kanan, dimana tangan kiri banyak gerakan-gerakan hold dan idle di tiap elemen pekerjaan.

Sehingga, dalam peta tangan kiri tangan kanan usulan elemen hold dan idle dapat dikurangi.
Gerakan ineffective tidak mungkin dapat sepenuhnya dibuang. Ketidakseimbangan antara tangan
kanan tangan kiri ini mungkin disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan gerakan tubuh dari operator
yang lebih dominan menggunakan tangan kanannya dalam kehidupan sehari-hari, serta belum
adanya standarisasi ekonomi gerakan terhadap pekerjaan merakit taman meja classy.

Tabel 4.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan


Operation : Merakit Meja Taman
Classy

Part :

Operator Name and No. : Cavin Natalio Simanjutak

Summary

Left Hand

Right Hand

Effective
Time
Ineffective
Time

Belum
Diujikan
Belum
Diujikan

Belum
Diujikan
Belum
Diujikan

Date : 13-042014
Method : Future (Belum Di-impplementasikan)
Sketch of Workplace :

Analyst : Arvin, William

Left Hand
Description
Mengambil Part
1
Mengambil Part
3A
Memegang Part
3A
Menempel Part
3A
Mengambil Part
3C
Menempel Part
3C
Mengambil Part
5A

Symbol
RE
M
G
RE
M
G

Time
Sec

Time
Sec

Symbol
RE
M
G

Right Hand Description


Mengambil lem

H
M
P
U
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A

H
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G

Memegang Stik Lem

Mengoleskan Lem ke 4 titik

Mengambil Part 3B

Menempel Part 3 B

Mengambil Part 3D

Menempel Part 3D

Tabel 4.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan (Lanjutan)

Memegang Part 5A

Menempel Part 5A
Mengambil Part 5C

H
PP
P
A
RE
M

M
P
U
RE
M
G
PP
P

Mengoleskan Lem ke 3 titik

Mengambil Part 5B
Menempel Part 5B

G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A

Menempel Part 5C

Mengambil Part 2A

Menempel Part 2A

Mengambil Part 2C

Menempel Part 2C

Idle

Mengambil Part 4

RE
M
G

Memegang Part 4 lapis


pertama

Memegang Part 4 lapis


pertama

H
PP
P
A

Menempelkan Part 4

A
RE
M
G
M
P
U
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
M
P
U
RE
M
G
PP
P
A

Mengambil Lem
Mengoleskan Lem pada
permukaan atas part 3A,B,C,D

Mengambil Part 2B

Menempel Part 2B

Mengambil Part 2D

Menempel Part 2D

Mengambil Lem

Mengoleskan Lem

Mengambil Part 4 Lapis kedua

Menempelkan part 4

Tabel 4.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan (Lanjutan)
Memegang Part 4 yang
sudah digabungkan (2
lapis)

Mengambil Part 6

H
PP
P
A
RE
M
G

Memegang Part 6

Menempelkan part 4
(lapis ketiga)

RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
M
P
U

Mengambil Part 4 lapis


ketiga

Menempelkan part 4

Mengambil Lem
Mengoleskan Lem keempat
sisi part 6

Memegang Part 6

Memegang Part 6

Memegang Part 6

Memegang Part 6

Memegang Part 6

Memegang Part 6
Memegang Part 6

H
H

Memegang Part 6

H
RE
M
G

Mengambil Part 8

RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G
PP
P
A
RE
M
G

Mengambil Part 7A

Menempel Part 7A

Mengambil Part 7B

Menempel Part 7B

Mengambil Part 7C

Menempel Part 7C
Mengambil Part 7D

Menempel Part 7D

Mengambil Lem

Tabel 4.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan (Lanjutan)

Menempelkan Part 8
Menempelkan Payung
dengan Meja

PP
P
A

M
P
U

PP

PP

Mengoleskan Lem
Menempelkan Payung
dengan Meja

Pada peta tangan kiri dan tangan kanan yang diusulkan, belum terdapat waktu kerja untuk
tiap elemen. Hal ini dikarenakan, peta usulan ini hanyalah bersifat usulan yang belum diujikan
atau disimulasikan secara real. Dalam peta usulan, analis mencoba untuk melakukan
penyederhanaan dalam proses pengolesan lem, dimana pada peta tangan kiri dan kanan yang
sebelumnya proses pengeleman dilakukan sebanyak jumlah part yang ditempel, tentunya hal ini
membuat tangan kiri menjadi hold dan idle yang tidak efisien bagi pekerjaan. Dengan usulan
yang baru, proses pengeleman hanya dilakukan sekali sesuai jumlah titik yang diperlukan,
sehingga tangan kiri dapat secara efektif bergerak untuk menempelkan part lainnya.

4.3 Lakukan analisis dari Peta Manusia Mesin yang telah dibuat!
Berdasarkan peta manusia mesin didapatkan persentase departemen drill, pada pekerja
persentase menganggur yaitu 0% dan persentase bekerja yaitu 100% dan pada mesin persentase
menganggur yaitu 25,37% dan persentase bekerja yaitu 74,63%. Persentase departemen bubut,
pada pekerja persentase menganggur yaitu 0% dan persentase bekerja yaitu 100% dan pada mesin
persentase menganggur yaitu 4,73% dan persentase bekerja yaitu 95,27%.
Persentase pekerja dalam depertemen drill maupun departemen bubut didapatkan bahwa
tidak ada waktu menganggur oleh pekerja dalam melakukan kerja sedangkan persentase mesin
terdapat waktu menganggur mesin dalam melakukan kerja. Hal ini disebabkan karena pada
pekerja selalu terdapat gerakan kerja yaitu memasang benda kerja pada ragum, mengoperasikan
alat kerja, melepasakan benda kerja dari ragum. Sedangkan pada mesin saat pekerja memasang
benda kerja ke ragum, mesin tidak beroperasi maka terdapat waktu menganggur. Maka persentase
bekerja pekerja mencapai 100% sedangkan persentase bekerja mesin hanya saat memproses
benda kerja.

4.4 Lakukan analisis terhadap Peta Aliran Proses (FPC) yang telah
dibuat dan buat Peta Aliran Proses usulan berdasarkan analisis
tersebut!
Pada peta aliran proses kursi dengan peta aliran proses penyangga kursi memiliki struktur
dan proses yang hampir sama. Perbedaannya adalah pada peta aliran proses kursi lebih panjang
karena melewati proses bubut dan proses drill sedangkan pada peta aliran proses penyangga kursi
tidak melewati kedua proses tersebut.
Proses pertama yaitu mengambil kayu di gudang bahan baku lalu dibawa ke stasiun ukur.
Pada stasiun ukur kayu diukur sesuai dimensi yang telah ditetapkan. Setelah diukur kayu dibawa
ke stasiun pemotongan. Pada stasiun pemotongan kayu dipotong sesuai dimensi yang telah
diukur. Untuk part kursi, potongan kayu kemudian dibawa ke mesin bubut lalu kursi dibubut
sesuai dimensi yang telah diukur. Kemudian potongan kayu dibawa ke mesin drill lalu permukaan
kursi dilubangi sesuai dimensi yang telah ditentukan. Untuk part penyangga kursi tidak melewati
kedua proses tersebut. Part kursi kemudian dibawa dari mesin drill ke stasiun amplas dan part
penyangga kursi dibawa dari stasiun potong ke stasiun amplas. Pada stasiun amplas part diamplas
pada bagian potongan hingga halus. Kemudian part dibawa ke stasiun inspeksi untuk melihat
kecacatan pada part tersebut. Setelah diinspeksi part dibawa ke stasiun perakitan untuk dirakit
dengan part lainnya hingga menjadi meja taman classy. Setelah itu meja taman classy dibawa ke
stasiun pengecatan untuk dicat. Setelah dicat meja taman classy dibawa ke gudang barang jadi
untuk disimpan. Karena urutan proses pada part kursi lebih banyak daripada part penyangga
kursi maka jarak transportasi dan waktu proses pada part kursi lebih besar daripada part
penyangga kursi.

Pada kedua peta aliran proses terlihat sudah sangat terstruktur dengan melakukan proses
operasi lalu dipindahkan dari satu stasiun ke stasiun lain dan dilakukan inspeksi benda kerja saat
sudah selesai proses pembentukan benda kerja. Pada peta aliran proses ini juga tidak terdapat
waktu delay dalam pekerjaan. Maka kedua peta aliran proses ini sudah baik dalam melakukan
pekerjaan dan tidak perlu dibuat peta aliran proses usulan.

4.5 Apakah manfaat dari Assembly Chart? Lakukan analisis Assembly Chart yang telah
dibuat dan buatlah Assembly Chart usulan berdasarkan analisis tersebut!
Dengan dibuatnya Assembly Chart , baik seorang operator maupun pembaca
lainnya dapat mengerti kebutuhan yang diperlukan dalam produk tersebut, mengetahui
kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan membantu
menentukan perbaikan cara kerja.
Berdasarkan Assembly Chart yang telah dibuat oleh praktikan, dapat dilihat bahwa
dalam pembuatan produk akhir yang diinginkan yaitu meja taman classy, terdapat
komponen komponen dasar dimana komponen tersebut disusun satu persatu secara urut
dari Sub13Assembly sampai Final Assembly. Dari Assembly Chart ini pula kita dapat
melihat bahwa apakah pekerja atau operator sudah cukup baik dalam menyusun strategi
perakitan agar tidak memakan waktu yang lama. Dapat dilihat bahwa praktikan tampak
melakukan perakitan dimulai dari bagian bawah yaitu alas dan terus berurutan seperti
penyangga kursi lalu dudukan kursi dan seterusnya. Terlihat juga bahwa praktikan
membagi model perakitan dalam 3 Sub Assembly Utama yaitu bagian payung yang
membutuhkan perakitan antara papan payung, aksesoris payung dan penyangga payung,
lalu ada bagian meja dimana meja harus disusun dari 3 buah triplek yang disusun
sehingga meja memiliki ketebalan tertentu, dan yang terakhir bagian alas berikut dengan
kursi da penyangga kursi dan meja dimana setelah ketiga Sub Assembly utama ini selesai
praktikan baru menggabungkannya.
Dikarenakan terdapat faktor kesalahan pada pengukuran ataupun pemotongan dan
kurang tepatnya dimensi yang membuat final assembly menjadi sulit sehingga praktikan
merasa bahwa dalam melakukan assembly sudah tidak diperlukan lagi adanya usulan dan
menurut praktikan usulan seharusnya lebih difokuskan pada metode pengukuran ataupun
pemotongan dan juga pemilihan penggunaan lem baik jika terjadi cacat setelah
pemtongan maupun tidak.
4.6 Lakukan analisis terhadap Peta Proses Operasi (OPC) dan buat Peta Proses Operasi
usulan berdasarkan analisis tersebut!

Pada peta proses operasi yang telah dibuat, didapatkan jumlah operasi sebanyak 73,
inspeksi sebanyak 19 dan penyimpanan sebanyak 1. Pada peta proses operasi ini, elemen yang
kurang produktif sudah diminimalkan dengan hanya 1 kali penyimpanan yang dilakukan. Urutan
proses operasi sudah tidak ada yang dapat digabungkan dengan operasi lainnya maupun
dihilangkan. Jika ada proses yang dihilangkan maka meja taman classy tidak dapat terbentuk
sempurna. Dari hal-hal tersebut maka peta proses operasi ini sudah optimal dalam membuat meja
taman classy sehingga tidak perlu dibuat peta proses operasi usulan.

4.7 Apakah perbedaan antara Assembly Chart dengan Peta Proses Operasi (OPC)?
Perbedaannya adalah pada Assembly Chart menggambarkan urutan perakitan komponenkomponen hingga sampai final assembly sedangkan Peta Proses Operasi menggambarkan urutan
perakitan komponen dan urutan proses yang dilalui setiap komponen hingga menjadi produk jadi
sehingga Peta Proses Operasi lebih rinci dibandingkan Assembly chart. Pada Peta Proses Operasi
juga memberikan informasi waktu proses sedangkan dalam Assenbly Chart tidak ada. Kemudian
pada Peta Proses Operasi juga dapat memberikan suatu perbaikan sistem kerja dengan melihat
urutan proses operasi tersebut apabila bisa digabungkan dengan proses operasi lainnya atau
menghilangkan proses operasi tersebut. Dari penjelasan diatas maka Peta Proses Operasi lebih
memberikan informasi yang lebih rinci dibandingkan dengan Assembly Chart.

4.8 Analisis tata letak stasiun kerja keseluruhan dan rancanglah tata letak yang baru!
Berdasarkan pengalaman praktikan dalam melakukan proses pengerjaan begitu juga
dengan hasil konstruksi tata letak aliran yang telah dibuat, praktikan merasa bahwa tata letak
stasiun kerja dalam pembuatan meja taman classy tidak cukup baik. Hal ini dikarenakan
banyaknya pergerakan dan jauhnya jarak antar stasiun kerja membuat processing maupun
transportation time menjadi lebih lama. Disamping itu, jarak yang jauh juga dapat membuat
operator menjadi lebih lelah sehingga produktivitas pekerja tidak stabil. Dengan kendala
demikian maka praktikan membuat satu usulan dimana ide utama usulan ini adalah dengan
meminimalisir jarak antar stasiun kerja. Berikut ini disajikan layout usulan dimana dapat dilihat
bahwa semua stasiun kerja didekatkan dan diurutkan berdasarkan proses pengerjaan dari mulai
pengukuran hingga pengecatan.

Gambar 4.1 Layout Usulan

4.9 Lakukan analisa terhadap Histogram yang dibuat dan bandingkan hasilnya dengan
Pareto Diagram yang telah dibuat!
Histogram yang dibuat berdasarkan hasil inspeksi kecacatan menunjukkan bahwa jumlah
kecacatan untuk tiap masalah yang diamati dalam proses inspeksi. Kecacatan tersebut adalah
masalah dimensi, kerataan permukaan, keretakan, dan ketepatan lubang. Dalam proses inspeksi,
masalah ketepatan lubang hanya terdapat pada part 2 yaitu kursi, karena part tersebut melalui
proses Drill. Sedangkan Pareto Diagram adalah metode pengidentifikasian masalah dalam suatu
sistem dengan menggunakan hukum 80/20, dimana jumlah masalah yang diidentifikasikan akan
dibandingkan jumlah masalah keseluruhan. Sehingga masalah-masalah tersebut akan diurutkan
secara akumulatif hingga 80%, dan 80% masalah tersebut menjadi masalah utama dari sistem
yang diidentifikasi menggunakan Pareto Diagram. Berdasarkan teori 80/20 maka kita melihat
data frekuensi kumulatif pada Pareto Diagram. Maka berikut adalah masalah utama untuk
masing-masing part:
1. Part 1 (Alas): Kerataan permukaan.
2. Part 2 (Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan ketepatan lubang.
3. Part 3 (Penyangga Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
4. Part 4 (Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
5. Part 5 (Penyangga Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
6. Part 6 (Payung): Kerataan permukaan, dan keretakan.
7. Part 7 (Aksesoris Payung):Dimensi, dan kerataan permukaan.
8. Part 8 (Penyangga Payung): Dimensi , kerataan permukaan, dan keretakan.

4.10 Lakukan analisis terhadap Pareto Diagram dan Fishbone Diagram dan lakukan
pemecahan masalahnya! Bagaimana caranya untuk meminimalisasi terjadinya
kecacatan tersebut?
Dari Pareto Diagram yang telah dibuat diidentifikasikan masalah-masalah utama dalam
pembuatan tiap part adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Part 1 (Alas): Kerataan permukaan.


Part 2 (Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan ketepatan lubang.
Part 3 (Penyangga Kursi): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
Part 4 (Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
Part 5 (Penyangga Meja): Dimensi, kerataan permukaan, dan keretakan.
Part 6 (Payung): Kerataan permukaan, dan keretakan.
Part 7 (Aksesoris Payung):Dimensi, dan kerataan permukaan.
Part 8 (Penyangga Payung): Dimensi , kerataan permukaan, dan keretakan.
Masalah-masalah yang diidentifikasikan dalam Pareto Diagram, untuk tiap part akan

diselidiki sebab-akibatnya lebih lanjut dengan fishbone diagram. Dalam Fishbone Diagram
yang dibuat diidentifikasikan masalah-masalah utama dalam pembuatan tiap part sebagian besar
adalah masalah metode, peralatan, manusia. Metode yang digunakan seringkali kurang tepat
atau kurang baik, seperti pemotongan, pengukuran, pengamplasan yang keliru, sedangkan
peralatan yang digunakan beberapa peralatan, seperti gergaji yang tidak terlalu baik kondisinya,
serta ragum yang tidak dapat mengunci objek yang akan dipotong dengan rapat, dan pada
masalah manusia ditemukan masalah-masalah seperti kemampuan operator, pengalaman
operator menjadi masalah dalam hasil akhir part yang dibuat, masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh operator adalah kurangnya pengalaman operator dalam menggunakan mesin
drill, memotong, membubut part yang kurang baik. Selain itu, kualitas material yang buruk juga
ikut menimbulkan masalah-masalah pada mudah retaknya, serta permukaan benda yang tidak
rata. Pemecahan masalah yang ditawarkan adalah dari segi manusia, adanya standarisasi
pekerjaan untuk tiap elemen kerja, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan pekerja.
Sedangkan dari segi peralatan, menggunakan peralatan yang lebih menunjang, dari segi
material, digunakan material yang berbahan lebih baik dan halus. Dengan demikian, diharapkan
kualitas part yang dihasilkan melalui proses-proses operasi tersebut menjadi lebih baik ke
depannya.

4.11 Berikan analisis anda mengenai sistem kerja sekarang dan identifikasi berbagai
waste pada sistem kerja sekarang!
Pada sistem kerja saat ini masih terdapat waste yang harus dikurangi. Waste tersebut
berupa jarak antar stasiun, dan waktu. Pada jarak, terdapat jarak yang terlampau jauh antara
stasiun ke stasiun sesuai urutan proses. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya waktu proses
pekerjaan hingga menjadi produk jadi. Kemudian pada waktu juga terdapat waktu kerja yang

sangat lama dan tidak stabil. Hal ini disebabkan karena pekerja belum terbiasa dan belum
terampil dalam melakukan pekerjaan tersebut sehingga saat mencoba pertama kali waktu
kerjanya menjadi sangat lama tetapi perlahan-lahan waktu kerja menjadi menurun.

4.12 Berikan analisis anda mengenai kondisi mesin dan peralatan dan kesesuaian
dimensinya dengan si pemakai!
Pada kondisi mesin sudah cukup baik dalam beroperasi. Mesin bubut maupun mesin drill
dapat bekerja secara optimal dalam membentuk benda kerja. Pada kondisi peralatan, terdapat
beberapa peralatan yang sedikit rusak. Terdapat ragum yang kendur pada bautnya sehingga
ragum tersebut bergerak-gerak saat melakukan pemotongan yang mengakibatkan kecacatan
pada part. Selebihnya peralatan lain yaitu gergaji sudah cukup baik untuk memotong benda
kerja.
Dimensi pada mesin dan peralatan sudah sesuai dengan pemakai. Pemakai tidak kesulitan
untuk memakai mesin maupun peralatan dalam membentuk benda kerja sehingga mesin dan
peralatan tersebut sangat membantu pemakai dalam membentuk benda kerja

4.13 Berikan analisis terhadap stasiun kerja baru yang diperbaiki dengan prinsip
ergonomi dan ekonomi gerakan!
Seperti pada analisis stasiun kerja sebelumnya dimana kendala dalam proses pembuatan
komponen adalah faktor tata letak stasiun kerja yang jauh mengakibatkankan aliran pekerjaan
menjadi tampak tidak beraturan maka praktikan memperhatikan prinsip ergonomi dan ekonomi
gerakan sebagai pertimbangan yang dianggap baik dalam menyelesaikan masalah ini. Dengan
dibuatnya meja yang melingkar sesuai proses produksi yang dibuthkan akan memudahkan
pekerja atau operator dalam melakukan proses. Pendekatan mesin dan stasiun kerja lannya juga
akan mempengaruhi kestabilan produktivitas pekerja. Disamping perbaikan pada stasiun kerja,
dapat juga dilakukan perbaikan berdasarkan analisis peta tangan kanan tangan kiri sehingga
dalam pembuatan tata letak stasiun baru juga memperhatikan sistem kerja tangan kanan tangan
kiri agar disamping menghindari idle dari kedua tangan tersebut namun juga diperhatikan
kenyamanan operator dalam melakukan tugasnya.

4.14 Analisa Tambahan


Setelah membuat diagram fish bone kita perlu membuat menganalisis penyebab
timbulnya kecacatan pada suatu produk, dengan menggunakan FMEA , FMEA adalah suatu
metodologi dalam menganalisa masalah kualitas yang muncul sejak di tahap pengembangan.
Dengan demikian, maka tindakan koreksi bisa langsung diambil, dan desain langsung bisa
diperbaiki. FEMA awalnya mengklasifikasikan jenis failure mode yang muncul, kemudian
menentukan dampaknya terhadap produksi, kemudian menjalankan tindakan koreksi.

Dalam menjalankan FMEA, yang langkah-langkahnya akan dijelaskan nanti, terlebih dahulu
kita harus memahami 3 variabel utama, yakni:

Severity, yakni rating yang mengacu pada besarnya dampak serius dari suatu potential

failure mode.
Occurrence, yakni rating yang mengacu pada berapa banyak frekuensi potential failure

terjadi
Detection, yakni mengacu pada kemungkinan metode deteksi yang sekarang dapat
mendeteksi potential failure mode sebelum produk tersebut dirilis untuk produksi, untuk
desain, hingga untuk proses sebelum.

Metode FMEA mengenal apa yang disebut dengan Risk Priority Number (RPN), yakni angka
yang bakal menggambarkan area mana yang perlu jadi prioritas perhatian kita. RPN diukur
berdasarkan pertimbangan rating dari ketiga faktor diatas, yakni severiry, occurrence, dan
detection.
RPN = rating severity x rating occurrence x rating detection , anda harus melakukan suatu
tindakan koreksi, seandainya:
severity menunjukkan angka 9 atau 10, karena dampaknya bakalan sangat serius, dan
berpotensi menghasilkan kerugian yang sangat besar, atau;
severity rating x occurrence rating menghasilkan angka yang tinggi, atau;
tidak ada aturan khusus, lakukan judgement sendiri berdasarkan analisa RPN
Tujuan FMEA antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Memperbaiki quality, rebility, dan safety dari suatu produk atau proses.
Mengurangi waktu dan biaya pengembangan ulang produk.
Mendokumentasikan dan menelusuri tindakan yang dilakukan untuk mengurangi resiko.
Membantu dalam pembuatan kontrol plan.
Membantu engineer untuk memprioritaskan dan mengurangi masalah-masalah serta

mencegah terjadinya masalah.


6. Memperbaiki kepuasan customer.
Bahasan berikut menguraikan tahapan-tahapan dalam FMEA khusus untuk proses
FMEA bagi perusahaan. 10 tahapan FMEA, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Identifikasi mode-mode kegagalan potensial selama proses/failure mode.


Identifikasi akibat kegagalan yang dialami pelanggan/failure mode.
Tentukan nilai severity.
Identifikasi penyebab-penyebab dari kegagalan/causes.
Tentukan nilai occurance.
Identifikasi pengendalian proses detection dan prevention/current process control.
Tentukan nilai detection.
Hitung nilai RPN untuk menentukan prioritas tindakan yang harus diambil.
Tentukan action yang harus diambil.
Hitung nilai occurance, detection dan RPN yang baru.

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Failure Mode Effect Analyst)

Potential
Cause (s) of
Failure

Occurrence

Current
Controls

Detection

RPN

Recommended
Action

Severity

Occurrence

Detection

RPN

Action Results
Action Taken

Severity

FMEA Process
Item and
Potential
Function
Failure Mode

Alas

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaan
kualitas yang
dihasilkan

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Peningkatan
standar bahan
baku yang
digunakan

12
5

Adanya
standarisasi bahan
baku yang
digunakan untuk
pembuatan part

Adanya
standarisasi
bahan baku
yang
digunakan
untuk
pembuatan
part

32

Kursi

Dimensi

Proses
pengukuran
yang kurang
tepat

Kurangnya
pengetahuan
tentang
material

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

18
0

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan yang
baik

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

12

Potential
Effect (s) of
Failure

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

Dimensi

Proses
pengukuran
yang kurang
tepat

Penyangga
Kursi

Proses Drill
yang kurang
tepat

Penetapan
metode drill
yang baik

Kurangnya
pengetahuan
tentang
material

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

12
5

18
0

18
0

RPN

Lubang yang
tidak pada
posisi
seharusnya

Peningkatan
standar bahan
baku yang
digunakan

Action Taken

Detection

Ketepatan
Lubang

Kursi

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Recommended
Action

Occurrence

Buruknya
permukaan
kualitas yang
dihasilkan

Current
Controls

Severity

Kerataan
Permukaan

Potential
Cause (s) of
Failure

RPN

Potential
Effect (s) of
Failure

Detection

Potential
Failure
Mode

Occurrence

Item and
Function

Action Results

Severity

FMEA Process

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan yang
baik

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

12

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)


FMEA Process

Action Results

Operator
yang kurang
hati-hati

Kurangnya
pengetahuan
tentang
material

125

Standarisasi
pekerjaan
dan
peningkatan
kualitas
operator

80

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

180

RPN

Dimensi

Proses
pengukuran
yang
kurang
tepat

Detection

Buruknya
bahan yang
digunakan

Action
Taken

Occurrence

Meja

Keretakan

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Peningkatan
standar
bahan baku
yang
digunakan

Recommended
Action

Severity

Penyangga
Kursi

Current
Controls

RPN

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaan
kualitas
yang
dihasilkan

Potential
Cause (s) of
Failure

Detection

Potential
Effect (s)
of Failure

Occurrence

Potential
Failure
Mode

Severity

Item and
Function

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotonga
n yang baik

12

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)


FMEA Process

Action Results

RPN

80

Standarisasi
pekerjaan
dan
peningkatan
kualitas
operator

Occurrence

125

Severity

Action
Taken

Detection

Operator
yang
kurang
hati-hati

Peningkatan
standar
bahan baku
yang
digunakan

Recommended
Action

De

Keretakan

Buruknya
bahan
yang
digunakan

Bahan
Baku yang
kurang
berkualita
s

Current
Controls

RPN

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaa
n kualitas
yang
dihasilkan

Potential
Cause (s)
of Failure

Detection

Potential
Effect (s)
of Failure

Occurrence

Meja

Potential
Failure
Mode

Severity

Item
and
Functio
n

Action

Oc

Recommended

Se

Current

Potential

Action Results
De

Potential

FMEA Process
Potential

Oc

Item and

Se

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

125

80

Standarisasi
pekerjaan

PN

Peningkatan
standar
bahan baku
yang
digunakan

12

180

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotonga
n yang baik

tection

Adanya
standarisasi
operator dan
pemotongan
yang baik

De

Operator
yang kurang
hati-hati

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

Taken

currence

Keretakan

Buruknya
bahan yang
digunakan

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Action

verity

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaan
kualitas
yang
dihasilkan

Kurangnya
pengetahua
n tentang
material

Controls

PN

Dimensi

Proses
pengukura
n yang
kurang
tepat

Cause (s) of
Failure

tection

Effect (s)
of Failure

currence

Penyangg
a Meja

Failure
Mode

verity

Function

Action

Oc

Recommended

Se

Current

Potential

Action Results
De

Potential

FMEA Process
Potential
Oc

Item

Se

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

PN

80

30

tection

125

Peningkata
n standar
bahan baku
yang
digunakan

De

Peningkatan
standar bahan
baku yang
digunakan

Taken

currence

Melakukan
pemeriksaan
raw
material

Action

verity

Bahan
Baku yang
kurang
berkualita
s

Controls

PN

Buruknya
permukaan
Kerataan
kualitas
Permukaan
yang
dihasilkan

Cause (s)
of Failure

tection

Effect (s)
of Failure

currence

Failure
Mode

verity

and
Functio
n

Payung

Keretakan

Buruknya
bahan
yang
digunakan

Operator
yang
kurang
hati-hati

Standarisasi
pekerjaan

Recommended

Action

Oc

Action Results
Current

Se

FMEA Process
Potential

Potential

De

Potential

Oc

Item and

Se

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

currence

tection

PN

180

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

12

125

Peningkatan
standar bahan
baku yang
digunakan

Peningkatan
standar
bahan baku
yang
digunakan

30

Recommended
Action

Action
Taken

Occurre

Detectio

RPN

Melakukan
pemeriksaan
raw
material

Taken

verity

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

Action

Severity

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaan
kualitas
yang
dihasilkan

Kurangnya
pengetahuan
tentang
material

Controls

PN

Dimensi

Proses
pengukura
n yang
kurang
tepat

Cause (s) of
Failure

tection

Effect (s)
of Failure

currence

Failure
Mode

verity

Function

Aksesori
s Payung

Potential
Cause (s) of
Failure

Current
Controls

RPN

Potential
Effect (s)
of Failure

Detectio

Potential
Failure
Mode

Occurre

Item and
Function

Severity

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

Bahan Baku
yang kurang
berkualitas

Penetapan
metode
pemotongan
yang baik

Melakukan
pemeriksaan
raw
material

Kerataan
Permukaan

Buruknya
permukaan
kualitas
yang
dihasilkan

Kurangnya
pengetahuan
tentang
material

nce

nce
Dimensi

Proses
pengukuran
yang
kurang
tepat

180

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotongan
yang baik

Adanya
standarisasi
ukuran dan
pemotonga
n yang baik

12

125

Peningkatan
standar bahan
baku yang
digunakan

Peningkata
n standar
bahan baku
yang
digunakan

30

Recommended

Action

Penyangga
Payung

De

Oc

Current

Se

Potential

Potential

De

Potential

Oc

Item and

Se

Tabel 4.2 Tabel FMEA (Lanjutan)

Operator
yang
kurang
hati-hati

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

PN

tection

80

Taken

currence

Standarisasi
pekerjaan
dan
peningkatan
kualitas
operator

Action

verity

Controls

PN

Buruknya
bahan
yang
Keretakan digunakan

Cause
(s) of
Failure

currence

Effect (s)
of
Failure

tection

Penyangga
Payung

Failure
Mode

verity

Function

5.1. Kesimpulan

Elemen-elemen dari suatu sistem kerja terdiri dari manusia, mesin, peralatan, lingkungan, dll yang membentuk sistem kerja secara terintegrasi.
Gerakan-gerakan elemen dasar therblieg adalah 17 gerakan yang telah dirumuskan therblieg.
Perbaikan suatu sistem kerja dapat dilakukan dengan menggunakan peta kerja. Peta kerja merupakan s uatu alat yang

mengambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas


Perbaikan sistem kerja dapat menggunakan seven tools
Perbaikan sistem kerja haruslah sesuai dengan prinsip Ergonomi, yaitu meminimalisasi adanya waste, serta gerakan yang
tidak efektif.

5.2. Saran

Sebaiknya peralatan yang digunakan lebih menunjang pekerjaan yang dikerjakan.


Sebaiknya ada instruksi yang lebih jelas mengenai operasi yang akan dilakukan, sehingga meminimalisasi kesalahan praktikan dalam bekerja.
Sebaiknya material yang digunakan lebih baik sehingga tidak mudah rusak ketika dikerjakan.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2011. Manfaat dan Perbedaan dari Masing-Masing Tools Perencanaan Proses
http://belajar-industri.blogspot.com/2011/08/manfaat-dan-perbedaan-dari-masing.html (diakses tanggal 13 April 2014)
Admin.2008. Diagram sebabakibat . On-line.
http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00480-TI%20Bab%202.pdf (Diakses tanggal 13 April 2014)
Admin. 2011. Ergonomi. On-line.
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/12/tujuan-dan-prinsip-ergonomi.html (Diakses tanggal 13 April 2014)
Admin.2011. Modul Pengukuran Waktu Kerja. On-line
http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Micromotion%20Study.pdf (Diakses tanggal 13 April 2014)
Sari.I. 2011. Peta-Peta Kerja. On-line
http://okesofyan.files.wordpress.com/2011/11/jurnal-pap-yang-separuh.pdf (Diakses tanggal 13 April 2014)
Sutalaksana, I.Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai