Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia tidak selalu terlahir sempurna, kadang tuhan memberikan
cobaan kepada umat manusia melalui berbagai cara. Salah satunya adalah kekurangan
fisik, kekurangan fisik yang dimiliki seseorang beragam ada yang memilikinya sejak
lahir ada pula terjadi karena kecelakaan. Jenis-jenis kekurangan fisik seperti
tunanetra, tuna rungu wicara, tuna daksa, tuna grahita, dll tidak membuat seseorang
menjadi cacat seutuhnya karena dibalik kekurangan yang mereka miliki pasti
memiliki kelebihan yang tidak dimiliki manusia normal pada umumnya.
Untuk itu peran Sekolah Luar Biasa dalam mewujudkan Pendidikan Luar
Biasa sangat penting, sehingga mereka yang berkebutuhan khusus dalam melatih dan
mengembangkan bakat mereka. Pendidikan luar biasa merupakan cabang dari
pendidikan umum, sebagaimana disiplin ilmu pendidikan lainnya. Ilmu pendidikan
luar biasa telah berkembang secara pesat, hal itu dikarenakan kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah meningkat.
Pada dasarnya pendidikan luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus sama
dengan pendidikan anak-anak normal pada umumnya. pendidikan luar biasa tidak
hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus saja, tetapi juga dapat
ditujukan untuk anak-anak normal lainnya melalui sistem layanan pendidikan inklusif.
Meskipunpendidikan luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus hampir sama dengan
anak normal, namun pada praktiknya diperlukan keahlian khusus dalam mendidik dan
mengajarkan nilai-nilai moral serta keterampilan bagi mereka. Anak berkebutuhan
khusus memiliki jenis yang berbeda-beda, serta setiap jenis tersebut masih dibagi lagi
kedalam beberapa kelompok oleh karena itu diperlukan keahlian khusus untuk
mengajarkan dan mendidik mereka danjuga ketelatetan serta kasihsayang dpat
membuat anak berkebutuhan khusus dalam lebih berkembang.
Namun permasalahannya sekarang banyak sekali orang tua yang kurang
peduli terhadap anak berkebutuhan khusus. Misalnya dalam hal pendidikan,
Page 1

kebanyakan para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus cenderung tidak
memasukan mereka dibangku sekolah karena dianggap mereka tidak mampu dan
mereka berbeda dengan yang lain. Maka dari itu diperlukan adanya kerjasama antara
pihak lembaga dengan orang tua siswa bahwa kekurangan yang mereka miliki tidak
menjadi penghambat mereka dalam manjalani bangku sekolah, anak berkebutuhan
khusus hanya memerlukan sedikit sistem yang berbeda dengan sekolah anak normal
lainnya. Karena mereka anak yang berbakat dan mampu berprestasi seperti anak
normal lainnya dengan kekurangan yang mereka miliki.
B.Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Luar Biasa/SLB?
Bagaimana pelaksanaan manajemen serta proses pendidikan di SLB Negeri Jepara?
Bagaimana

proses

pelayanan

dan

manajemen

pendidikan

terhadap Anak

Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Jepara?


C. Tujuan
Observasi ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah Semester ganjil.
2. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Luar Biasa.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen serta proses pendidikan di SLB Negeri
Jepara.
4. Untuk mengetahui proses pelayanan dan manajemen pendidikan terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Jepara.

BAB II
METODE OBSERVASI

Page 2

A. Metode Observasi
Pada tanggal 3 Oktober 2014 saya melakukan observasi di SLB Negeri
Jepara, saya melakukan observasi pukul 08.00-10.30 WIB. Dalam observasi
ini metode yang digunakan adalah wawancara dan pengamatan langsung di
SLB Negeri Jepara. Di SLB Negeri Jepara saya melakukan observasi bersama
Bapak Wasib selaku Sie Humas SLB Negeri Jepara yang dibantu oleh guruguru lainnya di SLB Negeri Jepara. Disana saya melakukan wawancara
bersama Bapak Wasib dan mengajukan beberapa pertanyaan sehubungan
dengan SLB Negeri Jepara. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan kepada
Bapak Wasib berhubungan dengan manajemen SLB Negeri Jepara baik itu
manajemen kurikulum, manajemen peserta didik, manajemen anggaran/biaya
pendidikan,

manajemen

hubungan

sekolah

dengan

masyarakat

dan

manajemen layanan khusus.


Setelah melakukan wawancara dengan bapak Wasib saya berkeliling
sekolah untuk mengetahui berbagai kegiatan disekolah tersebut, disana saya
juga berkenalan dengan beberapa siswa siswi SLB Negeri Jepara. Dari
kegiatan pengamatan langsung ini saya bisa lebih mengenal para siswa siswi
SLB Negeri Jepara dan ternyata para siswa siswi SLB Negeri Jepara ini selain
ramah dan ceria mereka juga memliki segudang prestasi khususnya di bidang
seni yang akan dibahas lebih lanjut di bab IV.

BAB III
PROFIL SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI JEPARA

Page 3

A. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah


a. Visi SLB Negeri Jepara
Terlayaninya anak berkebutuhan khusus agar beriman, dapat
mengembangkan potensi diri, pengetahuan, trampil, dan mandiri.
b. Misi SLB Negeri Jepara

Memberi layanan terapi yang diperlukan sesuai dengan kondisi


siswa

Mengembangkan potensi siswa dibidang seni dan olah raga

Membimbing siswa agar dapat melaksanakan ajaran agama, etika


dan norma yang berlaku dimasyarakat

Membimbing siswa agar dapat memiliki pengetahuan melalui


pembelajaran

yang

aktif,

inovatif,

kreatif,

efektif

dan

menyenangkan

Membimbing siswa agar memiliki keterampilan kerja sesuai bakat


dan minat

Membimbing siswa agar memiliki kecakapan hidup

c. Tujuan SLB Negeri Jepara


Memberi layanan pendidikan, terapi, keterampilan kerja dan
kecakapan hidup anak berkebutuhan khusus agar dapat hidup mandiri,
berguna bagi bangsa dan negara.

B. Profil SLB Negeri Jepara


a. Latar Belakang SLB Negeri Jepara
SLB Negeri Jepara semula berasal dari SDLB Negeri
RMP.Sosrokartono. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan pihak
Page 4

sekolah mengajukan usulan kepada pemerintah agar status SDLB


ditingkatkan menjadi SLB. Hal ini dilakukan untuk mendukung
progam wajib belajar 9 tahun khususnya bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di Kabupaten Jepara
Proposal yang diajukan sekolah disetujui pemerintah Kabupaten
Jepara dan seterusnya ditindaklanjuti pembangunan Unit Sekolah Baru
berupa pembangunan gedung sekolah, ruang ketrampilan, kantor dan
shoorom lengkap dengan mebelair.
Setelah pembangunan selesai Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah menerbitkan Surat Keputusan Operasional penyelenggaraan
pendidikan nomor :421.8/24687 tanggal 25 Juni 2007 tentang alih
status SDLB Negeri RMP.Sosrokartono menjadi SLB Negeri Jepara.
Dengan terbitnya keputusan tersebut SLB Negeri Jepara diberi
kewenangan menyelenggarakan pendidikan TKLB,SDLB,SMPLB dan
SMALB untuk jenis ketunaan; Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita,
Tuna Daksa dan Autis.
b. Kedudukan
SLB Negeri Jepara adalah lembaga pendidikan khusus yang
menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kabupaten Jepara
dan terbuka bagi anak dari wilayah lain baik dalam maupun luar
Negeri. SLB Negeri Jepara merupakan sentra Pendidikan Khusus (PK)
dan Pendidikan Layanan Khusus (PLK) dan satu satunya di kabupaten
Jepara dibawah pembinaan dan pengawasan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Jepara.

c. Tugas
SLB Negeri Jepara mempunyai tugas melaksanakan dan
melayani pendidikan formal agi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Sebagai tugas tambahan memberikan Pendidikan Layanan Khusus bagi

Page 5

anak di wilayah terpencil, korban bencana alam, dan sosial. Selain itu
juga sebagai Pembina sekolah inklusi di Kabupaten Jepara.
d. Fungsi
SLB Negeri Jepara diberi tugas dan kewenangan untuk
menyelenggarakan pendidikan bagi anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
mulai dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB untuk berbagai
jenis ketunaan, yaitu:
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita
4. Tuna Daksa
5. Tuna Ganda
6. Anak Autis

BAB IV
LANDASAN TEORI

Page 6

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus secara umum dikenal masyarakat umum
sebagai anak luar biasa. Maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar
biasa. Dalam percakapan sehari-hari orang yang dijuluki sebagai orang luar biasa
ialah mereka yang memiliki kelebihan yang luar biasa, misalnya orang terkenal
karena memiliki kemampuan intelektual yang luar biasa, memiliki kreativitas yang
tinggi dalam melahirkan suatu temuan-temuan yang luar biasa di bidang IPTEK,
religius, dan bidang-bidang kehidupan lainnya.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan
bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan
penyimpangan yang tidak dialami orang normal pada umumnya. Kelainan atau
kekurangan yang dimiliki oleh mereka ynga disebut luar biasa dapat berupa kelainan
dari segi fisik, psikis, sosial dan moral. Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut
sebagai anak luar biasa) didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan
dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara
sempurna. ( Hallahan dan Kauffman, 1986 dalam Abdul Hadis, 2006 : 5-6). Anak
luar biasa disebut anak yang berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan, layanan
pendidikan, layang sosial, layanan bimbingan konseling, dan berbagai jenis layanan
lainnya yang bersifat khusus.
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak
luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK
memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan
kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi
menggunakan bahasa isyarat.
B. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Istilah luar biasa yang sering digunakan dalam pendidikan mempunyai
pengertian lebih luas dari pada cacat (istilah cacat lebih banyak digunakan dalam
Page 7

tujuan-tujuan sosial dan kesehatan). Penyimpangan anak luar biasa dapat bersifat
keterlambatan (negatif) dari yang normal, dapat pula lebih cepat (positif). Dengan
demikian, dalam pengertian anak luar biasa akan tercakup kelainan-kelainan seperti
berbakat berkesulitan belajar, tunadaksa, tunalaras, dan lainnya. Jenis-jenis Anak Luar
Biasa adalah sebagai berikut:
a) Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatan,berupa
kebutaan menyeluruh atau sebagian, walaupun telah diberi bantuan dengan alat
bantu masih tetap membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Tunanetra dapat
diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
Prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada

individu

tunanetra

bersifat taktual dan bersuara,

adalah

media

contohnya

adalah

yang

digunakan

harus

penggunaan tulisan

braille,

gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai Orientasi

dan

Mobilitas.

Orientasi

dan

Mobilitas

diantaranya

mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana


menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium).
b) Tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan kehilangan kemampuan
pendengaran menyeluruh atau sebagian, telah diberi bantuan dengan alat bantu
masih tetap membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbedabeda

di

setiap

negara.

saat
Page 8

ini

dibeberapa

sekolah

sedang

dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan


bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung
kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
c) Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan keterlambatan dan
perkembangan mental disertai ketidakmampuan untuk belajar dan untuk
menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan
khusus. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi.
d) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
e) Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
pada umumnya sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.
f) Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan unggul dan menunjukkan
prestasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lainnya yang seusia,
sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.
g) Tunaganda adalah anak yang mempunyai kelamin lebih dari satu jenis kelamin
seperti anak tunagrapita

disertai gangguan pendengaran, dsb

sehingga

membutuhkan pelayanan pendidikan khusus.


h) Anak berkesulitan belajar ialah anak yang meraih prestasi belajar lebih rendah
dari kemampuan kecerdasannya, terutama dalam bidang pelajaran membaca,
menulis dan menghitung.

Page 9

i) Anak autisme adalah anak yang mengalami hambatan dalam proses interaksi
sosial, komunikasi, perilaku dan bahasa.
j) Anak gangguan konsentrasi dari perhatian (ADD/H: Attention Deficit
Disorders/Hyperactivity) ialah anak yang tidak mampu memusatkan perhatian
pada objek, tugas atau informasi yang dilihat dan didengar, serta mudah
terangsang oleh stimulasi dari luar.
C. Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu atap,
yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan
SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan Integrasi antar jenis kelainan,
maka dalam satu jenjang pendidikan khusus diselenggarakan layanan pendidikan
bagi beberapa jenis ketunaan. Bentuknya terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB masing-masing sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masingmasing dengan seorang kepala sekolah.
Altenatif layanan yang paling baik untuk kepentingan mutu layanan adalah
INTEGRASI ANTAR JENIS. Keuntungan bagi penyelenggara (sekolah) dapat
memberikan layanan yang tervokus sesuai kebutuhan anak seirama perkembangan
psikologis anak. Keuntungan bagi anak, anak menerima layanan sesuai kebutuhan
yang sebenarnya karena sekolah mampu membedakan perlakuan karena memiliki
fokus atas dasar kepentingan anak pada jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan
SMALB.
Penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang menggunakan
Integrasi antar jenjang (satu atap) bahkan digabung juga dengan integrasi antar jenis.
Pola ini hanya didasarkan pada effisiensi ekonomi padahal sebenarnya sangat
merugikan anak karena dalam prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB
juga mengajar di SMPLB dan SMALB. Jadi perlakuan yang diberikan kadang sama
antara kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB. Secara kualitas materi pelajaran
juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis karena tidak menghargai perbedaan
karakteristik rentang usia. Adapun bentuk satuan pendidikan / lembaga sesuai
dengan kekhususannya di Indonesia dikenal SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Page 10

D. Cara Menangani Anak Berkebutuhan Khusus


1. Bagi orang tua, mereka akan berusaha setengah mati untuk memahami kondisi
anak dan memikirkan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang tua
harus bisa mempercayai pengajar dan merasa yakin bahwa mereka, sebagai orang
tua, akan diijinkan untuk terlibat dan kemajuan anak selama prasekolah.
2. Bagi para pengajar, langkah-langkah yang akan mereka lakukan adalah :
a) Menjalin kerjasama dengan orang tua, kerjasama antara pengajar dengan
orang tua sangat penting untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran anak dan
memastikan adannya respons cepat pada setiap kesulitan. Oramg tua dan
keluarga merupakan tempat paling nyaman untuk anak, dan pengajar harus
mendukung hubungan penting ini dengan cara saling berbagi informasi dan
menawarkan dukungan pembelajaran di rumah.
b) Menjalin kerjasama dengan pihak lain, pengajar perlu bekerja sama dengan
pengajar dari pihak lain misalnya dinas kesehatan masyarakat lokal, atau
tempat anak tersebut dilindungi oleh Pemerintah Lokal, untuk mengetahui dan
memenuhi kebutuhan serta menggunakan pengetahuan dan saran mereka guna
memeberikan perlindungan sosial kepada anak melalui kesempatan dan
lingkungan belajar terbaik untuk anak.
c) Memberikan kesetaraan kesempatan,

penyedia

layanan

pendidikan

bertanggungjawab menjamin sikap positif terhadap perbedaan dan keragaman,


tidak hanya supaya setiap anak bisa bergabung dan tidak dirugikan, namun
juga supaya mereka belajar sejak dini untuk menghargai keragaman yang
dimiliki orang lain dan tumbuh dengan memberikan sumbangan positif untuk
masyarakat.(Chris Dukes dan Maggie Smith,2009:3-6).
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan
anak usia dini adalah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan bagi anak dapat
dijadikan sebagai salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat
memberikan umpan balik bagi guru dalam menyempurnakan proses pembelajaran.

Page 11

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Manajemen Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Curiculum berarti a running
course, orrace course, especially a chariot race course dan dalam bahasa Prancis
Page 12

course berarti berlari. Kemudian digunakan dalam bidang pendidikan yakni


sejumlah course atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai sesuatu
ijazah.

Manajemen

kurikulum

merupakan

seluruh

proses

kegiatan

yang

direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta pembinaan


secara kontinue terhadap situasi belajar secara efektif dan efisien demi membantu
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Di SLB Negeri Jepara manajemen kurikulum yang digunakan sudah bagus.
SLB Negeri Jepara adalah salah satu sekolah satu atap, karena SLB Negeri Jepara
terdiri dari SDLB, SMPLB dan SMALB. Setiap jenjang pendidikan terdiri dari 4
kelompok kelas anak berkebutuhan khusus yaitu Tunanetra ( Kategori A), Tunarungu
Wicara (Kategori B), Tunagrahita (Kategori C) dan Austis. Sedangkan jumlah
pengajar di SLB Negeri Jepara ada 41 orang guru yang dibagi dalam 3 jenjang dan 4
kelompok kelas anak kebutuhan khusus.
Untuk masing-masing jenjang dalam satu kelas maksimal hanya bisa diisi oleh
8 orang siswa saja. Di SLB Negeri Jepara ada 4 kelas Tunanetra, 7 kelas Tunarungu
Wicara, 16 kelas Tunagrahita dan 1 kelas Austis, sehingga seluruhnya ada 28 kelas
yang dibagi dalam 3 jenjang yaitu SDLB, SMPLB dan SMALB. Jam masuk di SLB
Negeri Jepara adalah 07.30 wib, hal itu karena kebanyakan siswa memiliki jarak
tempuh yang lumayan jauh. SDLB kelas 1 dan 2 pulang jam 10.30 wib, dan untuk
kelas 3, 4, 5 dan 6 pulang jam 11.30 wib. Sedangkan SMPLB dan SMALB
berangkat jam 07.30 wib dan pilang jam 13.00 wib.

Proses pengajaran di SLB Negeri Jepara tentu sangat berbeda dengan sekolah
normal lainnya, salah satu alasannya adalah adanya 4 kategori anak berkebutuhan
khusus. Sehingga pengajaran disini disesuaikan dengan kebutuhan para peserta didik
ini. Berikut proses pengajaran di SLB Negeri Jepara yang membedakan dengan
sekolah pada umumnya:
1. Tunanetra (Kategori A)

Page 13

Sama seperti sekolah SLB lainnya di SLB Negeri Jepara juga mengajarkan hal
yang dibutuhkan oleh anak kategori A ini, Karena tunanetra memiliki keterbataan
dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang
lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena pengajaran di SLB Negeri
Jepara

lebih

menitik

beratkan

kepada

penggunakaan

media

bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar
timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media yang bersuara adalah tape
recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah
luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta
bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium). Hal ini bertujuan agar anak kategori A ini dapat hidup mandiri tanpa
menggantungkan diri pada orang lain.
2. Tunarungu Wicara (Kategori B)
Untuk anak kategori B ini memiliki hambatan dalam pendengaran individu
tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara, sehingga SLB Negeri Jepara lebih
cenderung mengajarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh anak kategori B ini, loeh
karena itu SLB Negeri Jepara mengajarkan metode SIBI(Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia) dengan menggunakan jari dan juga mengajarkan gerak bibir. Dengan
kedua metodediatas diharapakan anak kategori B ini dapat berkomunikasi layaknya
anak-anak pada umumnya.

Sedangkan untuk anak Tunagrahita dan austis di SLB Negeri Jepara


menyediakan beberapa terapi untuk anak kategori ini seperti kolam renang dan ruang
fisiologi. Untuk di SLB Negeri Jepara sendiri kebanyakan siswa berada pada kategori
B dan C. Dan untuk anak kategori C di SLB Negeri Jepara jarang terdapat anak
berkategori superior dan kebanyakan anak yang memiliki IQ dibawah normal.
Sehingga dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran lebih. Tidak hanya untuk anak
kategori C tapi untuk semua kategori memerlukan kesabaran dan ketelatenan sehingga
anak-anak ini dapat hidup layaknya nak-anak normal lainnya.
Page 14

B. Manajemen Peserta Didik


Manajemen peserta didik adalahseluruh proses kegiatan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinue terhadap seluruh
peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien,
demi tercapainya tujuan pendidikan yang tetapkan. Untuk Manajemen peserta didik
di SLB Negeri Jepara berjalan dengan baik dan juga dilengkapi oleh sarana yang
cukup lengkap. Untuk menjaring peserta didik baru di SLB Negeri Jepara tidaklah
begitu sulit karena SLB Negeri Jepara tidak menrapkan persyaratan yang
menyulitkan, untuk menjadi peserta didik disini orang tua hanya perlu datang ke
SLB Negeri Jepara kapanpun mereka butuh, disini orang tua akan diwawancarai
mengenai perilaku calon peserta didik dirumah, sehingga para pendidik dapat
mengelompokkan calon peserta didik dan cara pengajaran yang tepat untuk mereka.
Disini juga para calon siswa dapat mendaftar diluar tahun ajaran baru, namun para
calon peserta didik ini akan dikenai biaya tersendiri. Untuk jumlah siswa
yangditerima di SLB Negri Jepara, sekolah tidak mematok jumlah khusus asal para
guru mampu mereka pasti akan menerima peserta didik yang datang.
Di SLB Negeri Jepara sendiri menerapkan manajemen peserta didik tersendiri
yaitu dimulai dari jenjang SMPLB sistem di SLB Negeri Jepara sudah menerapkan
metode pembelajaran 40% akademik dan 60% keterampilan. Keterampilan yang
diajarkan dan dilatih di SLB Negeri Jepara meliputi boga, salon, las, batik, kayu dan
keterampilan bermusik. Keterampilan diajarkan agar para siswa anak berkebutuhan
khusus ini dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan membuka
usaha yang bermanfaat baik bagi siswa maupun bagi masyarakat. Untuk
keterampilan bermusik SLB Negeri Jepara memiliki banyak sekali bakat-bakat yang
luar biasa seperti salah satu siswa SLB Negeri Jepara yang bernama adit mampu
menjuarai berbagai perlombaan gitar dan menyanyi bahkan adit sudah sering
mendapatkan piala penghargaan hingga tingkat Jawa Tengah. Selain itu anak salah
satu siswa yang belum saya ketahui namanya mampu mendapatakan penghargaan
MURI kategori salah satu penyanyi campursari berbakat, dan masih lagi bakat-bakat
terpendam lainnya di SLB Negeri Jepara. Selain penghargaan dibidang musik SLB
Negeri Jepara juga pernah menjuarai jambore anak berkebutuhan khusus tingkat
Jawa Tengah tahun 2013 dan 2014.
Selain prestasi-prestasi diatas siswa siswi SLB Negeri Jepara masih memiliki
bakat-bakat terpendam lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu dengan
Page 15

segudang prestasi yang telah dan akan diraih anak-anak berbakat ini. Untuk
ekstrakurikuler dan organisasi di SLB Negeri Jepara terdapat OSIS, pramuka, dan
PMR namun dalam pelaksanaannya kurang maksimal karena beberapa halangan
yang ada.
C. Manajemen Anggaran / Biaya Pendidikan
Dalam hal manajemen anggaran / biaya pendidikan di SLB Negeri Jepara
tidak memungut biaya yang signifikan. Sebagian besar manajemen anggaran
dikelola oleh komite sekolah. Oleh karena itu, para orang tua siswa tidak dipungut
biaya yang mahal. Selain itu kebanyakan peralatan sekolah misalnya buku-buku
perpustakaan mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa buku bacaan secara
langsung. Dan juga anggaran SLB Negeri Jepara mendapatkan bantuan dari
pemerintah.
D. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh
serta pembinaan kontunu untuk mendapatkan simpati pada masyarakat. Dalam
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat di SLB Negeri Jepara menurut
saya sudah terintegrasi dengan baik. Contohnya dalam hal sosialisasi pendaftaran
peserta didik baru SLB Negeri Jepara memiliki beberapa upaya sosialisasi agar SLB
Negeri Jepara diketahui oleh masyarakat umum: seperti sosialisasi melalui siaran
radio, melalui kepala desa pada tiap kecamatan, melalui para guru pra SD seperti
PAUD dan TK sehingga pendataan anak berkebutuhan khusus lebih teliti sampai
para guru melakukan survei-survei kedesa-desa guna menemukan para siswa anak
berkebutuhan khusus.

Sehingga diharapkan dengan adanya beberapa sosialisasi

diatas para anak berkebutuhan khusus di daerah Jepara dapat terlayani dengan tepat
sehingga anak berkebutuhan khusus ini bisa hidup mandiri dan memiliki
keterampilan layaknya anak normal lainnya.
Selain hal diatas SLB Negeri Jepara juga sering mengikuti beberapa lomba
baik dalam bidang akademik maupun non akademik, namun kebanyakan SLB
Page 16

Negeri Jepara memiliki prestasi dibidang non akademik khususnya dibidang seni dan
pramuka. Bahkan SLB Negeri Jepara sudah menjadi langganan juara di tingkat
kabupaten maupun provinsi.
E. Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan
keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian
penting dari MBS yang efektif dan efisien apalagi bagi SLB Negeri Jepara ini. Untuk
manajemen perpustakaan di SLB Negeri Jepara sudah berjalan dengan baik karena
untuk anggaran buku sendiri SLB mendapatkan bantuan langsung berupa buku
sehingga bisa langsung digunakan para siswa.
Untuk manajemen kesehatan sendiri SLB Negeri Jepara sudah memiliki
layanan kesehatan sendiri seperti uks, ruang fisioterapi maupun kolam renang mini
untuk melatih fisiologi para siswa. Untuk keamanan sekolah sendiri pihak sekolah
bekerja sama dengan para orang tua murid yang senantiasa menunggu para siswa.
Hal ini karena letak sekolah yang berada di depan jalan raya, walaupun bukan jalan
besar namun sangat berbahaya jika anak-anak suka berlari keluar sekolah. Karena
jika hanya guru yang mengawasi para siswa sendiri, masih kurang aman karena
banyaknya siswa yang suka berlarian keluar sekolah. Untuk itukerja sama dengan
para orang tua siswa sangat diperlukan di SLB Negeri Jepara agar keamanan para
siswa tetap terjaga.
F. Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan ( Pengelolaan Sumber Daya
Manusia Pendidikan)
Untuk pengelolaan sumber daya manusia mempunyai hubungan yang positif
dengan produktifitas dan pertumbuhan organisasi, kepuasan kerja, kekuatan dan
profesionalitas manajer. Untuk mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan
di SLB Negeri Jepara mengadakan peningkatan kemampuan komputer. Selain itu
untuk perekrutan tenaga pendidik baru SLB Negeri Jepara memiliki persyaratan
khusus untuk setiap jenjang di SLB Negeri Jepara. Untuk jenjang SD di SLB Negeri
Jepara hanya membuka khusus bagi tenaga pendidik bersertifikat Pendidikan Luar
Page 17

Biasa (PLB) namun untuk jenjang SMP dan SMA di SLB Negeri Jepara tidak harus
bersertifikat Pendidikan Luar Biasa (PLB) boleh dari pendidikan umum misalnya
dari pendidikan matematika, pendidikan fisika dll. Namun untuk saat ini di SLB
Negeri Jepara sedang mengutamakan tenaga pendidik laki-laki supaya bisa lebih
fokus dalam mengajar.
Selain hal-hal diatas SLB Negeri Jepara juga mengadakan pelatihan komputer
kepada para pengajar dan tenaga pengajar di SLB Negeri Jepara, supaya kualitas
para pendidik tetap terjaga. Dan dapat melakukan pengajar secara maksimal dan
tidak kalah dengan dengan para pengajar yang lain.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Siswa-siswi yang berkebutuhan khusus adalah individu memerlukan
pelayanan pendidikan yang khusus pula. Pendidikan yang ideal bagi anak-anak
tersebut salah satunya adalah dengan bersekolah di Sekolah Luar Biasa. Sekolah
Luar Biasa merupakan sekolah yang mengakomodasi semua anak berkebutuhan
Page 18

khusus sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan atau memiliki
potensi kecerdasan serta bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan
yang sistemik. Agar penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa berjalan baik, maka
pelaksanaan manajemen sekolah harus dilakukan semaksimal mungkin. Selain itu,
perlu adanya pengembangan kurikulum yang tepat.
Pelayanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SLB Negeri
Jepara sudah sesuai dengan program pemerintah. Hal ini terlihat dari pengelolaan
pembelajaran, kurikulum dan prestasi yang dicapai siswa. Meskipun Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki banyak keterbatasan, namun hal ini tidak
menyurutkan semangat para siswa untuk berprestasi baik akademik maupun non
akademik. Untuk itu penggunaaan metode yang tepat sangat diperlukan agar Anak
Berkebutuhan Khusus dapat mengembangkan bakat dan keterampilannya secara
maksimal.
B. Saran
Untuk para calon tenaga pendidik perlu dipersiapkan dari mulai sekarang
bagaimana ketika kelak nanti kita menemukan anak berkebutuhan khusus (ABK) di
sekolah kita mengajar maupun kita menemukan anak berkebutuhan khusus (ABK) di
lingkungan sekitar. Maka dari itu seorang calon tenaga pendidik khususnya yang
mendapatkan amanat mengajar di sebuah SLB, harus mengetahui materi dan metode
yang tepat, sehingga tidak kebingungan jika mendapatkan kasus seperti diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Hadis, A. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Autistik). Bandung: Alfabeta.
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI PRESS.
Sutomo,dkk.2011.Manajemen Sekolah. Semarang:UNNES
www.cintayanghakiki.blogspot.com
www.id.wikipedia.org

Page 19

www.slbnegerijepara.blogspot.com
www.zaifbio.wordpress.com

LAMPIRAN

Page 20

Anda mungkin juga menyukai