Anda di halaman 1dari 17

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.

Tinjauan Teori
Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain (Mochtar, 2010). Persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2010).
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi)
hasil pembuahan (yaitu janin, plasenta dan ketuban) dari dalam
uterus ke dunia luar. Normalnya, proses ini berlangsung pada suatu
saat ketika uterus tidak dapat tumbuh besar lagi, ketika janin sudah
cukup matur untuk dapat hidup di luar rahim tapi masih cukup kecil

2.

untuk dapat melalui jalan lahir (Ferrer, 2001).


Bentuk persalinan berdasarkan definisi sebagai berikut:
a. Persalinan normal (spontan) adalah persalinan proses persalinan
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam (Mochtar, 2010).
b. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan
yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi
seperti dengan menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau
memecahkan ketuban (Mochtar, 2010).
c. Persalinan tindakan adalah suatu persalinan yang tidak dapat
berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh
karena terdapat indikasi adanya enyulit sehingga persalinan

11

dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu.


Persalinan tindakan dilakukan jika kelahiran spontan diduga
berisiko lebih besar pada ibu atau anak dariapada tindakannya
(Marosa, 2013). Persalinan tindakan terdiri dari:
1) Persalinan tindakan pervaginam
Apabila persyaratan pervaginan memenuhi, meliputi
ektraksi vakum dari forsep untuk bayi yang masih hidup dan
embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.
2) Persalinan tindakan abdomen
Apabila persyaratan pervaginam tidak memenuhi, yakni
3.

dengan persalinan seksio saesaria.


Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan
a. Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter
dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu
mengejan atau meneran (Farrer, 2001).
b. Passage
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan lahir
lunak. Jalan lahir tulang harus memenuhi syarat, bentuk ukuran
luas bagian dalamnya dalam batas normal sehingga proses
adaptasi dengan kepala baik, yang memberi kemungkinan
persalinan berjalan normal. Jalan lahir lunak terdiri atas otot
dasar panggul, elastis, mampu membuka terbuka dengan baik
sehingga

proses

persalinan

berjalan

normal

dan

lancar

(Manuaba, 2009).
c. Passager
Bentuk, besarnya dan posisinya harus normal sehingga
mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir dan
kekuatan pendorong sehingga proses persalinan dapat berjalan
dengan lancar dan normal (Manuaba, 2009).

12

4. Persalinan dengan tindakan seksio saesaria


a. Definisi
Seksio saesaria merupakan tindakan paling koservatif
dalam kebidanan, karena sebagai tindakan akhir dari berbagai
kesulitan dalam menolong persalinan. Istilah seksio sesarea
berasal dari perkataan Latin Caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut

atau

vagina;

atau

seksio

sesarea

adalah

suatu

histeretomia untuk melahirkan janin dalam rahim (Mochtar,


2002).
Persalinan dengan seksio saesaria didefinisikan sebagai
kelahiran

janin

melalui

insisi

pada

dinding

abdomen

(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) (Cunningham,


2009). Seksio sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus
(Wiknjosastro, 2011).
Berdasarkan waktu tindakan, persalinan seksio sesarea
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1) Seksio sesarea elektif (primer)
Seksio sesarea yang dari semula telah direncanakan
bahwa

janin

akan

dilahirkan

seksio

sesarea,

tidak

diharapkan lagi kelahiran normal.


2) Seksio sesarea emergensi (sekunder)
Seksio sesarea yang dilakukan setelah gagal dilakukan
partus percobaan.
b. Jenis-jenis operasi seksio sesarea (Mochtar, 2010).
Adapun beberapa jenis seksio sesarea adalah:
1) Seksio sesarea transperitonealis
a) Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan dari jenis

13

ini adalah mengeluarkan janin lebih cepat, tidak


mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan dapat diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara
intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang
baik, dan untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi
b)

ruptura uteri spontan.


Seksio sesarea ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintangkonkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
Kelebihan dari jenis operasi ini adalah penjahitan lebih
mudah, dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan
ruptura

uteri

spontan

kurang

atau

lebih

kecil.

Kekurangannya adalah luka dapat melebar ke kiri,


kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan
uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang
banyak dan keluhan pada kandung kemih.
2) Seksio sesarea ekstraperitonealis
Seksio sesarea berulang pada seorang pasien yang
pernah melakukan sekiso sesarea sebelumnya. Biasanya
dilakukan di atas bekas luka yang lama. Tindakan ini
dilakukan

dengan

insisi

dinding

dan

fasia

abdomen

sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk


memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat
dibuka secara ekstraperitoneum.pada saai ini pembedahan
ini tidak banyak dilakukan lagi untuk mengurangi bahaya
infeksi puerperal.
c. Indikasi seksio sesarea

14

Menurut Prawirohardjo (2010), secara umum indikasi


seksio saesaria terbagi menjadi:
1) Indikasi medis
(a) Panggul sempit
Proses persalinan adalah suatu proses mekanik
dimana suatu benda didorong melalui ruangan oleh
suatu tenaga. Benda yang didorong adalah janin,
ruangannya adalah panggul, dan tenaganya adalah his.
Kesempitan panggul bukan satu-satunya faktor penentu
persalinan pervaginam akan aman untuk ibu atau tidak.
Namun demikian pengetahuan tentang ukuran dan
bentuk

panggul

sangat

membantu

menentukan

dilakukan tindakan seksio saesaria baik primer maupun


sekunder.
(b) Plasenta previa
Plasenta previa adalah posisi plasenta berada di
segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior
sehingga

perkembangan

plasenta yang

sempurna

menutupi os serviks. Tanda utama plasenta previa


adalah perdarahan pervaginam disertai nyeri. Jika
diketahui umur kehamilan lebih dari 37 minggu atau
lebih, maka diindikasikan seksio saesaria.
(c) Vasa previa
Vasa previa adalah keadaan diamana pembuluh
darah janin berada didalam selaput ketuban melewati
ostium interium sampai ke dalam insersi tali pusat.
Tindakan yang segera dilakukan adalah seksio sesarea.
(d) Ketuban pecah dini (KPD)

15

KPD adalah ketuban yang pecah sebelum proses


persalinan berlangsung. KPD berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadi infeksi korioamnionitis
sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Setelah 24 jam persalinan tidak berlangsung, segera
lakukan tindakan seksio sesarea.
(e) Kelainan letak
Indikasi mutlak tindakan seksio sesarea adalah
pada

letak

sungsang

dengan

janin

besar

dan

disproporsi sefalo pelvik. Pada presentasi muka, dahi


dan bokong kaki sempurna, dapat beresiko terjadinya
tali

pusat

menumbung,

sehingga

diindikasikan

persalinan seksio sesarea.


(f) Kelainan his
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang biasa
terjadi pada persalinan. Hal ini tidak dapat dilatasi
sehingga

persalinan

mengalami

hambatan

atau

kemacetan.
(g) Eklampsia
Eklampsia adalah pre eklampsia disertai dengan
gejala kejang umum yang terjadi pada waktu hamil,
waktu partus atau dala 7 hari post partum bukan karena
epilepsi.

Keadaan

ini

merupakan

indikasi

seksio

saesaria.
(h) Riwayat seksio sesarea
Jika ibu mempunyai riwayat persalinan sebelumnya
adalah seksio saesaria maka persalinan berikutnya

16

umumnya harus seksio saesaria karena takut terjadi


robekan rahim. Namun sekarang, teknik seksio saesaria
dilakukan dengan sayatan dibagian bawah rahim
sehingga potongan pada otot rahim tidak membujur lagi.
Dengan demikian bahaya rahim robek akan lebih kecil
dibandingkan dengan teknik seksio dulu yang sayatan
dibagian tengah rahim dengan potongan yang bukan
melintang (Cunningham, 2009).
2) Indikasi non medis
Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk
melakukan seksio saesaria yang indikasi sosial. Persalinan
seksio saesaria karena indikasi sosial timbul karena adanya
permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau
kesulitan untuk melakukan persalinan normal. Indikasi sosial
biasanya

sudah

direncanakan

terlebih

dahulu

untuk

dilakukan tindakan seksio sesar (Cunningham, 2009).


d. Kontraindikasi seksio sesarea
Kontraindikasi seksio sesarea dilakukan baik untuk
kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab
itu, seksio sesarea tidak dilakukan kecuali tidak dalam keadaan
terpaksa. Seksio sesarea tidak boleh dilakukan pada kasuskasus seperti ini: 1) Janin sudah mati dalam kandungan. Dalam
hal ini dokter memastikan denyut jantung janin tidak ada lagi,
tidak ada lagi gerakan janin anak dan dari pemeriksaan USG
untuk memastikan keadaan janin, 2) Janin terlalu kecil untuk
mampu hidup diluar kandungan, 3) Terjadi infeksi dalam

17

kehamilan, 4) Anak dalam keadaan cacat seperti Hidrocefalus


dan anecepalus (Cunningham, 2009).
e. Anestesi
Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang
bisa dipilih untuk operasi saesaria, baik spinal maupun general.
Pada

anestesi

spinal

atau

epidural

yang

lebih

umum

digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi berlangsung.


Anestesi general bekerja secara jauh lebih cepat, dan mungkin
diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat
(Gallagther, 2004).
1) Anestesi general
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal
atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan
teksis maupun karena dianggap tidak aman. Pada
prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen
melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit
sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena.
Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan
terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah
selang ke dalam tenggorakkan pasien untuk membantu
pasien bernafas dan mencegah muntah. Pasien yang
menggunakan anestesi general harus dimonitor secara
konstan oleh seseorang ahli anestesi.
2) Anestesi spinal
Dalam operasi saesaria, pasien diberi penawaran untuk
menggunakan anestesi spinal atau epidural. Pilihan ini
membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa,
tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang

18

sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan


kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan juga
bisa mendampingi untuk memberikan dorongan dan
f.

semangat.
Komplikasi seksio sesarea
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea
adalah sebagai berikut: (Wiknjosastro, 2011)
1) Infeksi puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu: ringan
dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja, sedang
dengan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi dan berat dengan
peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
2) Perdarahan
Perdarahan

dapat

disebabkan

karena

banyaknya

pembuluh darah yang terputus dan terbuka, atonia uteri,


dan perdarahan pada placental bed. Perdarhan dapat
mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada
pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul.
3) Luka kandung kemih
Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan
tidak hati-hati dapat mengakibatkan luka pada organ lain
seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan infeksi.
5. Faktor-faktor risiko persalinan dengan seksio sesarea
a. Faktor ibu
1) Umur
Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah
antara 20 bawah dan di atas umur tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Pada usia

19

muda organ-organ reproduksi seorang wanita belum


sempurna

secara

keseluruhan

dan

perkembangan

kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu


dan menerima kehamilannya dimana hal ini dapat
berakibat

terjadinya

komplikasi

obstetri

yang

dapat

meningkatkan angka kematian ibu dan perinatal (Rochjati,


2003). Faktor risiko untuk persalinan sulit pada ibu yang
belum pernah melahirkan pada kelompok umur dibawah
20 tahun dan pada kelompok umur diatas 35 tahun adalah
3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (2035 tahun) (Kusumawati, 2006).
2) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami
oleh ibu sebelum kehamilan atau persalinan saat ini.
Paritas dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu: Nullipara
adalah ibu dengan paritas 0, Primipara adalah ibu dengan
paritas 1, Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5, Grande
Multipara adalah ibu dengan paritas >5 (Mochtar, 2010).
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai
risiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi
risiko ini akan menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan
akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya.
Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian
maternal adalah paritas 2 dan 3 (Wiknojosastro, 2011).
Risiko untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada
primipara 2 kali lebih besar dari pada multipara (Sinaga,
2009).

20

3) Jarak kehamilan
Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan
2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan
mempersiapkan dirinya pada persalinan berikutnya dan
memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan
baik. Jarak persalinan yang pendek akan meningkatkan
risiko terhadap ibu dan anak (Mochtar, 2010).
Jarak kehamilan yang terlalu dekat meningkatkan
risiko kematian maternal yang disebabkan karena bentuk
dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan
sempurna. Sebaliknya, jarak kehamilan yang terlalu jauh
juga mempunyai peluang risiko yang disebabkan terjadinya
proses degenaratif serta melemahnya kekuatan fungsi oto
uterus dan panggul yang mengakibatkan partus lama
(Annisa, 2011).
4) Pengetahuan atau pendidikan
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatannya selama kehamilan bila
dibanding dengan ibu yang tingkat pendidikannya lebih
rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan
juga keluarga. Semakin tinggi pendidikan formal seorang
ibu diharapkan semakin meningkat pengetahuan dan
kesadarannya

dalam

mengantisipasi

kesulitan

dalam

kehamilan dan persalinannya, sehingga timbul dorongan


untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala
dan teratur. Pengetahuan termasuk dalam predisposisi

21

yang mempunyai pengaruh awal bagi seseorang yang


akan berperilaku (Notoatmojo, 2007).
5) Pekerjaan
Pekerjaan ibu adalah kegiatan rutin sehari-hari yang
dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk
memperoleh

penghasilan.

Setiap

pekerjaan

apapun

jenisnya merupakan suatu beban bagi yang melakukan


baik fisik, mental, sosial sesuai jenis pekerjaannya
(Notoatmojo, 2007). Derajat sosio ekonomi masyarakat
akan

menunjukkan

kesempatannya
pelayanan

dalam

kesehatan.

tingkat

kesejahteraan

menggunakan
Jenis

dan

pekerjaan

ibu

dan

menerima
maupun

suaminya akan mencerminkan keadaan sosio ekonomi


keluarga (Sinaga, 2009).
b. Faktor kesehatan
1) Tekanan darah
Selama kehamilan

normal,resistensi

vaskuler

perifer menurun sebagai akibat vaskulatur yang mengalami


dilatasi. Tekanan darah sistolik dan diastolik keduanya
cenderung menurun trimester kedua dan kemudian
kembali normal saat mendekati aterm (waktu persalinan).
Jika resistensi meningkat, terjadilah hipertensi yaitu
peningkatan

tekanan

sistolik

sekurang-kurangnya

30

mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurangkurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik
sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 90 mmHg (Taber, 2002).

22

Murphy
preeklampsia

menyimpulkan
(tekanan

darah

bahwa

wanita

>140/90

dengan

mmHg

dan

proteinuria positif) mempunyai risiko 1,88 kali untuk terjadi


persalinan seksio sesarea dibandingkan dengan tidak
preeklampsia, meskipun secara statistik tidak bermakna.
2) Penyakit penyerta
Seorang wanita yang mempunyai penyakit-penyakit
kronik sebelum kehamilan, seperti jantung, paru, ginjal,
diabetes melitus, malaria dan lainnya akan sangat
mempengaruhi

proses

persalinan

serta

berpengaruh

secara timbal balik antar ibu dan bayi, sehingga dapat


mengurangi kesempatan hidup wanita tersebut. Ibu hamil
dengan kondisi seperti ini termasuk dalam kehamilan risiko
tinggi (Kusumawati, 2006).
3) Penyakit infeksi dan parasit
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
prasit seperti toksoplasma, penyakit hubungan kelamin,
dan oleh virus seperti HIV/AIDS dapat menyebabkan
terjadinya kelainan kongenital pada janin dan kelainan
jalan lahir. Hal ini merupakan faktor penyulit dari bayi dan
jalan lahir dalam proses persalinan normal, sehingga perlu
persalinan dengan tindakan (Saifuddin, 2001).
4) Riwayat komplikasi obstetrik
Seorang ibu yang pernah mengalami komplikasi
dalam

kehamilan

dan

persalinan

seperti

keguguran,

melahirkan prematurr, lahir mati, persalinan sebelumnya


dengan ekstraksi vakum atau forsep dan dengan seksio

23

sesarea merupakan risiko untuk persalinan berikutnya


(Kusumawati, 2006)
c. Faktor gizi
1) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan faktor biologis yang dapat
juga menunjukan status gizi seorang ibu. Pertumbuhan
badan yang kurang optimal biasanya tercemin dari tinggi
badan yang pendek. Orang yang memiliki badan pendek
diprediksi

mempunyai

bentuk

paggul

yang

sempit,

sehingga menyebabkan disoporsi kepala panggul. Hal ini


merupakan indikasi utam persalinan dengan tindakan
seksio sesarea (Kusumawati, 2006).
2) Status gizi
Status gizi merupakan hal yang sangat berpengaruh
pada kehamilan. Kehamilan yang kekurangan gizi akan
berakibat buruk pada janinnya. Seperti ibu yang mengalami
anemia

akan

menurunkan

suplai

oksigen

ke

janin.

Sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangan


janin. Ibu yang mempunyai status gizi kurang memiliki risiko
5,4 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berstatus gizi
normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) masih merupakan
indikator penilaian status gizi (Kususmawati, 2006). Cara
menghitung IMT pada orang dewasa adalah:
IMT = BB(Kg)
TB(m)
Keterangan :
BB : Berat Badan.
TB : Tinggi Badan.
Kg : Kilogram.
m : Meter.
Tabel 2. Kategori IMT untuk Indonesia
Status gizi

IMT

Kategori

24

Gizi Kurang

< 17

Sangat Kurus

Gizi kurang

17-18,5

Kurang

Gizi baik

18,5-25

Normal

Gizi lebih

25-27

Gemuk

Gizi lebih

>27

Sangat gemuk
Sumber : Data Sekunder

3) Kadar hemoglobin
Anemia pada kehamilan lazim terjadi biasanya
disebabkan

oleh

karena

defesiensi

besi

sekunder,

terhadap kehamilan sebelumnya atau masukan besi yang


tidak adekuat. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia
adalah < 11 gr%. Ibu hamil dengan anemia memiliki risiko
lebih besar melahirkan bayi dengan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR), kematian saat persalinan, perdarahan
pasca persalinan yang sulit karena lemah dan mudah
mengalami gangguan kesehatan. Menurut penelitian Yuli
Kusumawati, Ibu yang anemia mempunyai risiko lebih
besar 3,43 kali untuk mengalami kejadian persalinan
dengan tindakan.
d. Faktor lingkungan
1) Perawatan kehamilan (Ante Natal Care)
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya
sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang
ditetapkan (Depkes, 2000). Perawatan selama kehamilan
sangat berperan dalam mengetahui kondisi kesehatan ibu
dan janin. Standar pemeriksaan dan perawatan kehamilan
yang dianjurkan WHO dan Departemen Kesehatan minimal

25

4 kali untuk mengetahui kondisi kehamilan berisiko. Apabila


dicatat dengan baik pada buku KIA atau kartu ibu maka
faktor risiko dapat diketahui. Apabila faktor risiko dapat
terdeteksi sedini mungkin, maka penyulit atau komplikasi
pada masa kehamilan dan persalinan dapat diminimalkan.
2) Rujukan
Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan
oleh petugas kesehatan (bidan) untuk menyerahkan
tanggung jawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus
kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional.
Rujukan yang rasional adalah rujukan yang dilakukan
dengan mempertimbangkan daya guna (efisien) dan hasil
guna. Macam kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :
a) Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi atau Gawat Obstetri
adalah proses yang ditujukan kepada ibu hamil dengan
risiko tinggi dengan kondisi ibu dan janin masih sehat,
penderita tidak perlu segera dirujuk.
b) Rujukan Gawat Darurat Obstetri (emergensi) adalah
rujukan yang harus dilakukan saat itu juga dengan
B.

tujuan upaya penyelamatan ibu atau bayi.


Landasan Teori
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histeretomia untuk melahirkan
janin dalam rahim (Mochtar, 2002). Faktor risiko persalinan dengan seksio
sesarea bisa dari faktor ibu, faktor kesehatan, faktor gizi dan faktor
lingkungan. Faktor ibu terdiri dari umur, paritas, jarak kehamilan,
pendidikan, dan pekerjaan ibu. Faktor kesehatan terdiri dari tekanan

26

darah, penyakit penyerta, penyakit infeksi dan penyakit obstetrik. Faktor


gizi terdiri dari tinggi badan, status gizi dan kadar hemoglobin. Faktor
lingkungan terdiri dari perawatan ANC dan rujukan.

C. Kerangka Konsep

Faktor ibu
1. Umur
2. Paritas
Faktorfaktor risiko
persalinan
dengan
seksio
sesarea

Faktor
kesehatan
3. Jarak
Kehamilan
1.
darah
4. Tekanan
Pendidikan
2.
5. Penyakit
Pekerjaanpenyerta
3. Penyakit infeksi
Faktor gizi
4. Riwayat obstetrik
1. Tinggi badan
Faktor lingkungan
2. Status gizi

D.

Persalinan
dengan
seksio
sesarea

Tidak dinilai hubungan


1. Perawatan
ANC
Gambar 1. Kerangka
Konsep
3. Kadar hemoglobin
Pertanyaan Penelitian
2. Rujukan
Apa sajakah faktor risiko persalinan dengan seksio sesarea di
RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2015?

Anda mungkin juga menyukai