Anda di halaman 1dari 1

menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabun

g dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (bole
h). Sebab, ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama.
Namun, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suamiistri yang dititipkan di rahim perempuan lain. Itu hukumnya HARAM . Para ulama men
egaskan, di kemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kait
annya dengan warisan.
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari sperma yang dibe
kukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya HARAM . Sebab, hal ini akan m
enimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupu
n dalam hal kewarisan.
Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dar
i pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara tegas menyatakan hal
tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis di luar penikahan yang sah alias zina.
Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah
SAW bersabda, Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan All
ah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina
) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.
Maka dapat kita simpulkan bahwa Bayi tabung itu di Bolehkan ( Mubah) jika sperma
dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah.
Bayi tabung diharamkan jika:
1. sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang tidak sah
2. penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri yang dititipkan di
rahim perempuan lain
3.bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia

Anda mungkin juga menyukai