Makalah Diet Penyakit Ginjal
Makalah Diet Penyakit Ginjal
PENDAHULUAN
BAB II
DIET PADA PENYAKIT GINJAL
2.1 Pengertian Gagal Ginjal
Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal mempunyai fungsi regulasi
dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya (sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal
juga mengeluarkan sisa metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia
asing. Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya adalah gagal
ginjal.
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka waktu yang lama
(kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi glomerular dan tubular yang terjadi
secara mendadak, berakibat pada kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa nitrogen
dan menjaga homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran darah, yang
dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury), dehidrasi, daya pompa
jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah yang sangat rendah (shock), atau
kegagalan hati (sindroma hepatorenalis). Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh
adanya zat-zat yang menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein
atau bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi
penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya karena adanya batu
ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau pembengkakan kelenjar prostat.
Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi prerenal, intrarenal
dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah akibat turunnya aliran darah yang
mendadak ke ginjal seperti gagal jantung, shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma.
Faktor intrarenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat
atau trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal. Sedangkan
faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah berbagai faktor yang dapat
mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat dari obstruksi (sumbatan) pada saluran
kencing.
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2, seperti terlihat pada Tabel 1.
Stadium
Risiko Meningkat
Normal
(ml/menit/1,73m2)
> 90 (Terdapat faktor risiko)
Stadium 1
Normal / meningkat
> 90 (Terdapat
kerusakan
ginjal, proteinuria)
Stadium 2
Penurunan ringan
60 89
Stadium 3
Penurunan sedang
30 59
Stadium 4
Penurunan berat
15 29
Stadium 5
Gagal ginjal
<>
Pada pasien dengan gagal ginjal kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik seperti:
1. Gangguan elektrolit dan hormon
Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir dari gagal ginjal.
Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa nefron menjadi hal yang penting
dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon juga membantu dalam pengaturan level elektrolit,
akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut.
Peningkatan sekresi hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar kalium
serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi hormon paratiroid dapat
membantu pencegahan dari peningkatan kadar phosphate serum akan tetapi daapt berdampak
pada renal osteodystrophy. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunana
GFR ketika aktivitas dari hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit
dibatasi atau berlebihan.
2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas dari hormon
paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya phosphate ke dalam urine tetapi
menyebabkan pembongkaran kalsium dari dalam tulang. Selain itu hormon ini juga dapat
menyebabkan turunnya kadar kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin
D di dalam ginjal.
3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis ketika GFR ginjal
sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa
gangguan, gejala dan komplikasi yang berkembang akibat kondisi ini disebut dengan
sindroma uremia. Uremia dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada
neuromuskuler seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi
lainnya akibat dari uremia adalah:
Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi gangguan
pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin yang berfungsi pada
pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan terjadi anemia dan osteoporosis akibat
hilangnya kalsium dari tulang.
Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon dapat berakibat pada
pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan, pengaturan kadar glukosa darah dan
metabolisme zat gizi.
Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor pembekuan dapat
menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang lama yang dapat berkontribusi pada
anemia dan pendarahan pada saluran cerna.
Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara lain hipertensi,
peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar lipid darah yang tidak normal.
Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki imunitas yang rendah dan
sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi yang lebih sering menyebabkan kematian pada
pasien.
-1,154
kontrol terhadap glukosa, penggunaan kalium dalam pengganti garam, atau obat yang
menyebabkan hyperkalemia. Sehingga pembatasan diet harus memperhatikan beberapa faktor
diatas.
Pasien dengan dialisis biasanya akan menyebabkan peningkatan serum leptin dan
serum mediator fase akut seperti IL-6 dan TNF (Tumor Necrosis Factor). Mediator ini
dihubungkan dengan anorexia dan penurunan intake makanan pada pasien dengan gagal
ginjal. Selain itu, uremia juga merupakan faktor lainnya yang dapat menyebabkan turunnya
nafsu makan dan intake makanan.
Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan
zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3
gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan
mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini
meningkat menjadi 8-9 gram (termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan dialisis peritoneal
akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis. Pengeluaran ini
akan terus meningkat sampai peritonitis diobati.
Pasien dengan dialisis juga dapat kehilangan protein akibat dari sampling darah untuk
check laboratorium. Pasien dengan kadar Hb yang normal, akan mengalami kehilangan
protein sebesar 16 gram setiap 100 mL darah diambil dari tubuh.
Malnutrisi pada pasien gagal ginjal juga dapat disebabkan karena aktivitas bakteri
pada usus dan meningkatnya katabolisme tubuh. Studi kohort yang dilakukan pada 22 pasien
dengan dengan gagal ginjal kronis, 36% pasien mengalami overgrowth bakteri di dalam usus.
Pasien dengan gagal ginjal selalu dihadapkan dengan "anabolism challanged". Meningkatnya
reactan acute-phase pada pasien gagal ginjal dan dialisis akan menghambat produksi albumin
dari hati dan meningkatkan katabolisme dari jaringan otot. Asidosis merupakan faktor
tambahan yang menggambarkan katabolisme dalam tubuh pasien. Beberapa data hasil
penelitian menunjukkan aktivitas dari ubiquitine-proteasome akan menyebabkan proteolitik
pada jaringan otot yang merupakan jalur primer dalam katabolisme protein. Acidosis pada
pasien gagal ginjal akan menghambat aktivitas osteoblast dan meningkatkan aktiovitas
osteoclast yang menyebabkan osteodystrophy pada pasien gagal ginjal.
dalam dialyzer. Efek merugikan lainnya adalah beberapa pasien merasa pusing, lemah,
nausea, vomiting dan berkunang-kunang.
Metode urea kinetik model selanjutnya digunakan untuk mengetahui seberapa
efektifkah dialisis. Metode urea kinetik model adalah metode untuk mengetahui keefektifan
dialisis dengan menghitung clearence urea dari darah. Metode ini menggunakan rumus Kt/V
dimana K menunjukkan konsentrasi urea yang terbuang dari darah, t adalah waktu untuk
dialisis dan V adalah volume darah. Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk mengetahui
apakah pasien telah mengalami dialisis yang tepat. Batas nilai yang digunakan adalah 1,2.
Akan tetapi, perhitungan ini tidak begitu simple, karena beberapa faktor perlu diperhatikan
antara lain data clearence pada dialyzer, blood flow rate dan dialysis flow rate. Sehingga
komputerisasi menjadi hal yang penting dalam menentukan nilai ini.
2.4 Kebutuhan Nutrisi Pasien Gagal Ginjal
1. Kebutuhan Energi
Beberapa studi menemukan kebutuhan kalori untuk pemenuhan pasien dengan
hemodialisis dalam kondisi metabolik yang seimbang. Menurut National Kidney
Foundation's, kebutuhan kalori pada pasien gagal ginjal pada hemodialisis dalam kondisi
metabolik yang seimbang adalah 30-35 kalori/Kg. Sedangkan pada pasien yang dihemolisis
dengan menggunakan metode CAPD, sekitar 200-300 kalori dari dekstrose dalam larutan
diasylate. Sehingga kalori ini perlu diperhatikan. Sedangkan pada pasien dengan gagal ginjal
akan mengalami edema, sehingga perlu diketahui berat badan aktual pasien agar pemenuhan
kebutuhan energi dapat diketahui. Berdasarkan National Kidney Foundation dan data
NHANES II apabila berat pasien <95%>115%, maka berat badan perkiraan (berdasarkan
perhitungan rumus) digunakan dalam menentukan energi. Rumus untuk mengetahui berat
badan perkiraan adalah sebagai berikut:
berat badan ideal+[(aktual edema-free weight-ideal weight)x0,25].
2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal ginjal
yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa
dengan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per
kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan protein
yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis yang tinggi. Penurunan
asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik dan menghambat dialisis pada pasien dengan
gagal ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan
karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8 gram
per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak mengalami
dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per
kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar 1,2-1,3
gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan malnutrisi, acute
catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein lebih dari 1,3 gram per
kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5
gram per kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada
pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari
per kilogram berat badan akan meningkatkan frekuensi dari dialisis.
3. Kebutuhan Vitamin
Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa mikronutient.
Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti thiamine, asam folate,
pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan
menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga
konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan sebagai
antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien. Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU
dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang
controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu fungsi
ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH (Pituitary
Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal
kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH harus dilakukan
pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D.
Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D <75>
Rekomendasi
1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin
1,1-1,3 mg/hari
Niacin
14-16 mg/hari
Asam pantotenat
5 mg/hari
Piridoksin
10 mg/hari
Sianokobalamin
2,4 mg/hari
Biotin
30 mcg/hari
Asam askorbat
75-90 mg/hari
Asam folat
1 mg/hari
Zink
15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat.
Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga mengandung kadar
fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan
membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi. Untuk menjaga
keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita diminta mengkonsumsi obat
pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau menunda
kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan
gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi hanya 1
mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan fosfat, maka diperlukan suplemen
tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak
terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat dari darah
yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat
menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah, penderita seyogyanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di
sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar
fosfat yang tinggi yaitu :
Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
Kacang kacangan, selai kacang
Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang mengandung
fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang disebutkan diatas
cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar
pemasukan yang diinginkan.
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk mengikat
fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat ditambahkan
dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun, kecenderungan
saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan minuman daripada
penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium hidroksida yang menahun dapat
mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala ataksia, demensia, dan memperburuk
osteodistrofi tulang.
c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup tinggi
banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging
babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap
penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda beda, ada yang
membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu
tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium. Hal ini
disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan hipertensi. Sodium
juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis makanan berikut ini
terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
Makanan jenis fast food
Parameter
nutrisi
Kalori
Kerja
ginjal
normal
30-37
(kcal/kg/hr)
Stage 1-4
Stage 5
Stage 5
Transplantasi
GGK
hemodialisis
peritoneal
ginjal
35 (<60>
35 (<60>
35 (<60>
30-35
30-35 (60
30-35 (60
30-35 (60
th)
th)
th)
termasuk
kalori dari
Protein
0,8
0,6-0,75
1,2
dialysate
1,2-1,3
25-30
(g/kg/hr)
Fat (% total 30-35%
50% HBV
50% HBV
50% HBV
Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA,
1.3-1.5
kcal)
250-300 mg kolesterol/hari
2.000
2.000
2.000
penjagaan
Tidak dibatasi
dibatasi
Tidak
Berdasarkan
2.000-3.000
3.000-
Tidak dibatasi
dibatasi
nilai lab
(8-17
4.000 (8-17
1200
mg/kg/hr)
2000 dari
mg/kg/hr)
2000 dari
1200
Tidak dibatasi
Na (mg/hr) Tidak
K (mg/hr)
Ca (mg/hr)
Tidak
P (mg/hr)
dibatasi
Tidak
Berdasarkan
dibatasi
nilai lab
sampai diindikasi
Tidak dibatasi1000+Output
harus dibatasi
Tidak
dibatasi
1.500-2.000
dengan outputurin
sampai diindikasi
urin normal
harus dibatasi
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip liter urin
(HD)
3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap liter urin
(CAPD)
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
8. Fosfor dibatasi, yaitu <>
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 750 ml.
10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau
parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama vitamin larut air seperti asam folat,
vitamin B6, dan C.
3. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian
Gagal Ginjal Akut
Jenis diet yang diberikan adalah :
1). Diet gagal ginjal akut lunak
2). Diet gagal ginjal akut cair
Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan; batasi
penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta batasi makan sayur dan
buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.
Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg
Bahan Makanan
berat (g)
urt
beras
150
3 gls tim
telur ayam
50
1 btr
ayam
50
1 ptg sdg
ikan
50
1 ptg sdg
tempe
25
1 ptg sdg
tahu
50
sayuran
150
buuah
300
minyak
25
21/2 sdm
gula pasir
40
4 sdm
madu
30
3 sdm
susu
200
1 gls
kue RP*)
100
2 porsi
/2 bh bsr
11/2 gls
3 ptg sdg pepaya
Nilai Gizi
Energi
1801 kkal
Besi
Protein
Vitamin A
Lemak
Tiamin
Karbohidrat
Kalsium
623 mg
Pagi
beras
Vitamin C
17,1 mg
26449 RE
1 mg
245 mg
Siang/malam
50 g = 1 gls tim
nasi
50 g = 1 gls tim
telur ayam
50 g = 1 btr
ikan/ayam
50 g = 1 ptg sdg
sayuran
tempe/tahu
minyak
5 g = 1/2 sdm
sayuran
susu
sayuran
50 g = 1/2 gls
150 g = 11/2 ptg sdg pepaya
1
gula pasir
10 g = 1 sdm
minyak
150 g = 1 sdm
Pukul 16.00
50 g = porsi
kue RP
10 g = 1 porsi
gula pasir
10 g = 1 sdm
1
gula pasir
10 g = sdm
1
pukul 21.00
Gula pasir
10 g = 1 sdm
30 g protein
berat
35 g protein
urt
berat (g)
40 g protein
urt
berat
(g)
beras
urt
(g)
100
150
2 gls nasi
150
2 gls
nasi
telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
50
1 btr
daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
75
1 ptg
sdg
sayuran
100
1 gls
150
11/2 gls
150
11/2 gls
pepaya
200
2 ptg sdg
200
2 ptg sdg
200
2 ptg
sdg
minyak
35
31/2 sdm
40
4 sdm
40
4 sdm
gula pasir
60
6 sdm
80
8 sdm
100
10 sdm
susu
10
2 sdm
150
3 sdm
20
4 sdm
150
2 sdm
150
3 porsi
150
3 porsi
20
2 sdm
20
2 sdm
30
3 sdm
bubuk
kue RP*)
madu
agar-agar
1 porsi
1 porsi
1 porsi
35 g protein
40 g protein
1729
2086
2265
Protein (g)
30
35
41
Lemak (g)
57
70
75
Karbohidrat (g)
263
327
356
Kalsium (mg)
262
336
385
10
11
11.7
27403
32999
33085
Tiamin (mg)
0.4
0.5
0.5
Vitamin C (mg)
182
191
192
Besi (mg)
Vitamin A (RE)
Fosfor (mg)
497
623
702
Natrium (mg)
195
216
275
Kalium (mg)
1277
1387
1590
Siang
50 g = 3/4 gls nasi
beras
telur ayam
50 g = 1 btr
daging
sayuran
sayuran
50 g = 1/2 gls
minyak
10 g = 1 sdm
pepaya
gula pasir
10 g = 1 sdm
minyak
madu
30 g = 3 sdm
gula pasir
susu bubuk
20 g = 4
sdm
Pukul 10.00/21.00
50 g = 1 ptg sdg
15 g = 11/2 sdm
20 g = 2 sdm
Malam
Kue RP
50 g = 1 porsi
beras
gula pasir
20 g = 2 sdm
ayam
25 g = 1 ptg kcl
Pukul 16.00
sayuran
50 g = 1/2 gls
pepaya
Kue RP
50 g = 1 porsi
minyak ikan
gula pasir
10 g = 1 sdm
gula pasir
15 g = 11/2 sdm
20 g = 2 sdm
Dianjurkan
nasi, bihun, jagung, kentang,
Tidak Dianjurkan/Dibatasi
karbohidrat
makaroni, mi, tepung-tepungan,
singkong, ubi, selai, madu,
permen
Sumber protein
Sumber lemak
Sumber vitamin
minyak
kedelai; margarin dan mentega
rendah garam
lemak
hewan
dan
mineral
pada
pasien dengan hiperkalemia
Pagi
siang
Malam
nasi goreng
nasi
nasi
telur ceplok
capcay goreng
ayam goreng
katimun
daging bistik
setup buncis
susu
pepaya
setup nenas
madu
Pukul 10.00
Pukul 16.00
Pukul 21.00
kue pepe/lapis
sirup
teh
sirup
60 g protein
berat (g)
urt
65 g protein
berat (g)
urt
70 g protein
berat
urt
(g)
beras
200
3 gls nasi
200
3 gls nasi
220
maizena
15
3 sdm
15
3 sdm
15
3 sdm
telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
50
1 btr
daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
75
1 ptg bsr
ayam
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
tempe
75
3 ptg sdg
100
4 ptg sdg
100
4 ptg sdg
sayuran
200
1 gls
200
2 gls
200
2 gls
pepaya
300
3 ptg sdg
300
3 ptg sdg
300
3 ptg sdg
minyak
30
3 sdm
30
3 sdm
30
3 sdm
gula pasir
50
5 sdm
50
5 sdm
50
5 sdm
susu
10
2 sdm
10
2 sdm
10
2 sdm
bubuk
susu
100
/2 gls
100
/2 gls
100
/2 gls
65 g protein
70 g protein
2002
2039
2127
Protein (g)
Lemak (g)
Kalsium (mg)
547
579
583
Besi (mg)
21,5
24
24,8
Fosfor (mg)
917
957
1010
38630
38643
38A652
Tiamin (mg)
0,8
0,8
0,8
Vitamin C (mg)
254
254
254
Natrium (mg)
400
400
423
Kalium (mg)
2156
2156
2288
Karbohidrat (g)
Vitamin A (RE)
60 g protein
berat
urt
(g)
65 g protein
berat
urt
(g)
70 g protein
berat
urt
(g)
beras
50
/4 gls nasi
50
/4 gls nasi
60
telur ayam
50
1 btr
50
1 btr
50
1 btr
sayuran
50
/2 gls
50
/2 gls
50
gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
minyak
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
Pukul
susu bubuk
10
2 sdm
10
2 sdm
10
2 sdm
10,00
gula pasir
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
Pagi
pepaya
/4 gls nasi
/2 gls
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
100
1 ptg sdg
beras
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
daging
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
75
1 ptg bsr
tempe
25
1 ptg sdg
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
sayuran
75
75
75
pepaya
100
minyak
10
1 sdm
10
1 sdm
10
1 sdm
Pukul
maizena
15
3 sdm
15
3 sdm
15
3 sdm
16,00
susu
Siang
1 ptg sdg
100
/2 gls
100
30
3 sdm
Malam beras
75
ayam
/4 gls
1 ptg sdg
100
/4 gls
1 ptg sdg
/2 gls
100
30
3 sdm
30
3 sdm
1 gls nasi
75
1 gls nasi
75
1 gls nasi
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
50
1 ptg sdg
tempe
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
50
2 ptg sdg
sayuran
75
75
75
pepaya
100
minyak
10
gula pasir
100
/4 gls
/4 gls
1 ptg sdg
1 sdm
100
10
/4 gls
1 ptg sdg
1 sdm
100
10
/2 gls
/4 gls
1 ptg sdg
1 sdm
1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitroge positif, yaitu 35 kkal/kgBB per
hari.
2. Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan
melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.
3. Lemak sedang, yaitu 15 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak
jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1 : 1 : 1.
4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks.
5. Natrium dibatasi, yaitu 1 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.
6. Kolesterol dibatasi <>
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml
pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernafasan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Malnutrisi
pada penderita gagal ginjal disebabkan oleh intake makanan yang kurang. Diet yang
dilakukan berbeda-beda tergantung tingkat penyakit gagal ginjal yang dialami. Pemberian diet
pada penderita gagal ginjal yang baik juga dapat mempercepat proses penyembuhan.
3.2. Saran
Perhatikan kadar kalsium, protein dan kolesterol pada penderita gagal ginjal
Selama proses penyembuhan penderita gagal ginjal banyak mengkonsumsi air putih
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal Medicine.
Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p. 134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et al.
Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies, 2008
harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/.../gagal-ginjal-kronik
Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta : Hipokrates. 1997.
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p. 365:331-340.
Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.
Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U, Waspadji S et al
(eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1990. p. 282-305.
tsuki.files.wordpress.com/2007/01/nefrologi-6-ggapgk.ppt
www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html