Oleh:
Kelompok 2
Deni Kusumaningrum
125040200111118
Eva Muthahara
125040200111128
Anatasia
125040200111140
125040200111148
Yarda Aisyah
125040200111149
1.
PENDAHULUAN
2.
3.
2.
PEMBAHASAN
pandangan
weltanschauung.
bangsa
Dengan
yang
demikian,
bersangkutan
meskipun
tentang
orang
dunia,
atau
menciptakan
dan
yang ada dan tampak pada alam semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan
manusia. Pengalaman dan penghayatan akan Tuhan ini selanjutnya mempengaruhi,
membentuk,
dan
ikut
menentukan
corak
serta
cara
hidupnya.
Eliade
Sedangkan
pengambilan
jarak
terhadap
diri
sendiri,
sebagai manusia, maka wajib itu menjadi suatu keniscayaan, karena jika
mengelaknya berarti dia mengingkari kemanusiaannya sebagai makhluk sosial.
7. Kemampuan menghayati kebahagiaan: bahwa kebahagiaan manusia itu tidak
terletak pada keadaannya sendiri secara faktual, ataupun pada rangkaian
prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada
kesanggupannya atau kemampuannya menghayati semuanya itu dengan
keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal tersebut dalam rangkaian atau
ikatan tiga hal, yaitu: usaha, norma-norma dan takdir.
2.1.2 Perasaan
Menurut Ludwig Klages (dalam Sunaryo, 2004), yang dipandang sebagai peletak
psikologi kepribadian modern, tingkah laku individu terbentuk karena adanya 2 kekuatan,
yaitu kekuatan pendorong dan penghambat.
1. Temperamen, adalah sifat dari struktur kepribadian.
2. Perasaan. Sifat pokok perasaan, yaitu:
Perasaan yang dibedakan menjadi afek, yaitu adanya keinginan yang kuat dalam
perasaan (misalnya kegembiraan, kemarahan, kegalauan, dan kekecewaan) dan suasana
perasaan (stimung), yaitu perasaan yang lebih menonjolkan warna atau corak tertentu
(misalnya kesedihan dan kerinduan). Suasana perasaan dapat bersifat stabil maupun berubahubah (Sunaryo, 2004).
Menurut Sunaryo (2004), fungsi suasana perasaan, antara lain:
Depresif, arahnya tertuju ke dalam (sentripetal). Perilakunya berat dan apabila disertai
daya ekspresi yang berat, akan menjadi individu yang keras kepala.
Menurut Sunaryo (2004), sifat perasaan (afek), antara lain:
Pasif, terdapat rasa terharu dan takjub serta memungkinkandaya penerimaan yang
besar sekali.
Aktif, yang bekerja adalah nafsu kebencian dan seksual, serta menimbulkan rasa
mudah tersinggung (irritability) yang kuat.
mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang
membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup
bersama atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan
keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh
daripada memberi. B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa
adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak
berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain
gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan
orang itu untuk berkembang.
d. Kebutuhan Dasar 4: Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan
motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :
1.
2.
dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.
e. Kebutuhan Dasar Meta: Kebutuhan Aktualisasi Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta
atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu
mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat kemampuan potensinya. Aktualisasi
diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self
fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia
dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi
potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia
yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan
tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
2.3 Hubungan Antara Manusia
Ada dua pengertian hubungan manusiawi, yakni hubungan manusiawi dalam
arti luas dan hubungan manusiawi dalam arti sempit:
a. Hubungan manusiawi dalam arti luas
Hubungan manusiawi dalam arti luas adalah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan. Jadi, hubungan
Kebutuhan jasmani dapat dicapai melalui kebutuhan ekonomi berupa pemilikan dan
penggunaan harta kekayaan yang memuaskan. Untuk memperolah harta kekayaan manusia
harus bekerja keras. Harkat dan martabat manusia ditunjukkan oleh kemampuannya bekerja
keras dan berkarya (nilai etis moral) dan ini sebagai kodrat manusia. Manusia malas, tidak
mau bekerja keras adalah bertentangan dengan kodratnya. Supaya manusia bekerja efektif,
perlu didukung oleh kerja sama dan sarana (nilai kegunaan) serta keahlian (nilai kebenaran).
Kebutuhan rohani dapat dicapai karena terpenuhinya kebutuhan rohani berupa hubungan
serasi, tertib, damai, tanpa sengketa antara manusia dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi
(kebutuhan jasmani). Semua berjalan menurut kaidah moral, dalam arti saling menghargai
dalam suasana, tertib, damai dan serasi (nilai etis dan moral). Kaidah moral ini kemudian
dijelmakan ke dalam kaidah sosial yang menjadi cermin setiap perbuatan bermasyarakat yang
selanjutnya menjadi hukum kebiasaan atau perilaku yang berkembang di masyarakat. Hukum
kebiasaan ini dihargai dan dipatuhi secara sadar oleh setiap anggota masyarakat sehingga
terpelihara ketertiban, kestabilan, dan kebahagian masyarakat.
2.5 Etika dan Tujuan Hidup
Setiap perbuatan manusia selalu memandang dua hal yaitu sumber perbuatan dan
tujuan perbuatan. Sumber perbuatan adalah kecendrungan batin, kecendrungan baik atau
kecendrungan buruk. Sedangkan tujuan perbuatan adalah sesuatu yang diharapkan timbul atau
terjadi setelah dilakukan perbuatan itu.
Etika tujuan adalah etika yang memandang objek petimbangan moral bukan sumber
perbuatan melainkan tujuan perbuatan. Etika tujuan banyak dianut dalam berbagai bentuk.
Hal ini tidak mengherankan karena kenyataan bahwa setiap manusia tentu pernah bertanya
Apakah Tujuan Hidupku Sebenarnya?.
Apakah tujuan hidupku untuk mencapai kebahagian, membuat orang lain bahagia,
meningkatkan
kesejahteraan
umum,
mengabdi
kepada
manusia-manusia
lain,
Dengan cara demikian, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan moral seseorang
berdasarkan tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan yang hendak dicapai memang harus baik.
Tetapi norma-norma moral menentukan tujuan yang baik itu. Sering tidak mudah untuk
menentukan tujuan yang hendak dicapai seseorang. Kelihatannya dia hendak mencapai tujuan
tertentu, tetapi setelah diselidiki lebih dalam ternyata semu belaka. Pada kenyataannya, dia
hendak mencapai sesuatu yang lain sama sekali.
2.6 Manusia Dan Sistem Nilai
Manusia sebagai makhluk budaya selalu melakukan penilaian terhadap keadaan yang
dialaminya. Menilai berarti memberi pertimbangan untuk menentukan sesuatu itu benar atau
salah, baik atau buruk, indah atau jelek, berguna atau tidak berguna. Hasil penilaian itu
disebut nilai, yaitu sesuatu yang benar, yang baik, yang indah, yang berguna atau yang
sebaliknya.
Manusia selalu cenderung menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan, nilai
keindahan karena berguna bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai yang hidup dalam pikiran
anggota masyarakat membentuk sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman atau acuan
perilaku. Sistem nilai dan sistem hukum menjadi dasar kehidupan masyarakat (Tim Dosen,
2014).
Nilai yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya. Sedangkan norma
sebenarnya mengatur perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai yang terdapat dalam
suatu kelompok. Artinya, untuk menjaga agar nilai kelompok agar tetap bertahan, lalu
disusunlah norma-norma untuk menjaganya. Oleh karena itu pelanggaran terhadap norma
berarti juga pelanggaran terhadap nilai yang dimiliki oleh kelompok atau masyarakat.
Macam-macam Nilai Menurut Notonegoro (1974), nilai dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibagi atas 4 macam yaitu:
a. Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber dari unsure akal manusia
b. Nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia
c. Nilai moral/kebaikan yang berunsur dari kehendak/kemauan
d. Nilai religius, yaitu merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan
mutlak yang bersumber dari keyakinan/ kepercayaan manusia
Manusia menjadikan nilai sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
tingkah laku dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dan
diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma.
2.7 Manusia dan Hak Asasi
2.7.1 Hak Asasi
Ada dua jenis hak yang terdapat pada manusia yaitu hak manusia dan hak undangundang. Dimana, hak manusia adalah hak yang melekat pada setiap manusia sebab berkaitan
dengan realitas hidup manusia itu sendiri. Hak tersebut dinamakan hak manusia sebab
manusia harus dinilai menurut martabatnya. Hak-hak dasar melekat sejak lahir. Hak-hak
tersebut dimiliki seseorang karena ia manusia. Hak-hak tersebut berlaku bagi setiap anggota
umat manusia tanpa memperhatikan faktor-faktor pemisah seperti: ras, agama, warna kulit,
kasta kepercayaan, jenis kelamin atau kebangsaan. Jadi, hak manusia mempunyai sifat dasar,
asasi sehingga disebut juga hak asasi manusia. Hak asasi manusia mendasari seluruh
organisasi masyarakat, dan menjadi asas undang-undang.
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Right, United Nations sebagaimana dikutip Baharudin Lopa menegaskan bahwa Hak Asasi
Manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap diri manusia, yang tanpanya manusia
mustahil manusia hidup sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa Hak Asasi Manusia
adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang
kodrati (Effendi, 1994).
Hak Asasi Manusia ada bermacam-macam. Hak-hak asasi manusia menurut ajaran
John Locke Montesque dan JJ. Rousseau sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
1789 meliputi semua hak-hak yang hanya dapat dibatasi oleh undang-undang bahwa hak
asasi itu merupakan dasar hukum dan dasar kemerdekaan manusia sebagai konsekwensi dari
pengakuan kemerdekaan dan hak persamaan yang berbunyi Bahwa manusia itu dilahirkan
merdeka dan tetap tinggal merdeka serta mempunyai hak yang sama.
pekerjaan umum
5. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang
6. Manusia mempunyai kemerdekaan agama dan kepercayaan
7. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran
8. Adanya kemerdekaan surat kabar
9. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat
10. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul
11. Adanya kemerdekaan bekerja, berdagang dan melaksanakan kerajinan
12. Adanya kemerdekaan rumah tangga
13. Adanya kemerdekaan hak milik
14. Adanya kemerdekaan lalu-lintas
15. Adanya hak hidup dan mencari nafkah
Menurut Beirly (1954) pada dasarnya para ahli berpendapat hak-hak asasi manusia
dibagi menjadi 5, yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
tentang hak-hak asasi manusia yang diproklamirkan PBB tanggal 10 Desember 1948 yang
antara lain mencantumkan Bahwa tiap orang mempunyai hak untuk hidup, kemerdekaan,
dan keamanan badan, untuk diakui kepribadiannya, menurut hukum, untuk memperoleh
perlakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hukum
dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada
bukti yang sah, hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara, hak untuk mendapat
asylum, hak untuk mendapat suatu kebangsaan, hak untuk mendapat hak milik atas benda,
hak untuk bebas mengutarakan pendapat/pikiran dan perasaan, hak untuk bebas memeluk
agama dan mempunyai, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk rapat dan berkumpul, hak
untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan-kebudayaan
dalam masyarakat, hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan.
Di Indonesia, secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Hak-hak asasi manusia (Personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan
pendapat. Kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.
2. Hak-hak asasi ekonomi (Property rights) yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli
dan menjual serta memanfaatkannya.
3. Hak-hak asasi politik (Political rights), yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan umum), hak
untuk mendirikan partai politik.
4. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (right of legal equality)
5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture right). Misalnya hak untuk
memilih pendidikan dan hak untuk mengembangkan kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural
rights). Misalnya: peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan
peradilan (Sungguh, 2004).
2.7.2 Hak Undang-Undang
Hak undang-undang adalah hak yang melekat pada manusia karena diberikan oleh
undang-undang. Hak tersebut tidak langsung berhubungan dengan martabat manusia,
melainkan karena tertampung di dalam undang-undang. Hak tersebut timbul lebih kemudian
dari manusia, jadi bukan sebagai bagian dari eksistensi manusia.
Karena diberikan oleh undang-undang, maka pelanggaran hak undang-undang dapat
dituntut di depan pengadilan berdasarkan undang-undang. Hak manusia yang diberikan oleh
undang-undang antara lain:
a. Menjadi PNS atau anggota ABRI
b. Memilih dan dipilih dalam pemilu
c. Pensiun hari tua
d. Santunan ansuransi, dll (Tim Dosen, 2014).
2.7.3 Kebenaran Filosofis
Kebenaran filosofis penopang sistem etika adalah Tuhan, kehendak dan tujuan. Tuhan
adalah pencipta manusia, menjadi tujuan akhir perjuangan manusia. Tuhan memberikan
hukum mutlak, hukum moral yang dapat menuntun apa yang harus dilakukan. Tuhan
memberikan kebahagiaan tertinggi dan menjadi hakim yang Maha Agung. Tuhan adalah
sumber etika yang mengharuskan manusia berbuat baik sesuai dengan tuntunanNya.
Kebahagiaan dunia dan akhirat adalah tujuan akhir manusia (Tim Dosen, 2014).
2.7.4 Perbuatan Manusia
Manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu harus bekerja keras dalam arti berbuat
sesuatu yang bermanfaat. Perbuatan manusia berdasarkan unsur budaya yaitu akal (ratio),
rasa (estetis) dan karsa (kehendak). Manusia yang mengfungsikan ketiga unsur tersebut
disebut manusia seutuhnya (manusia kodrat).
Perbuatan manusia seutuhnya adalah perbuatan yang dilandasi olah akal yang
menyatakan benar atau salah, rasa yang menyatakan baik atau buruk, dan karsa yang
menyatakan pilihan berdasarkan kehendak bebas. Kehendak bebas adalah kesadaran, dan
kesadaran adalah suara hati nurani. Hati nurani selalu menyuarakan yang baik, benar dan
bermartabat.
Perbuatan yang memenuhi ketiga unsur ini disebut perbuatan moral yaitu perbuatan
yang bersumber pada hati nurani yang selalu baik, benar dan bermartabat. Perbuatan moral
mempunyai nilai moral, yaitu nilai manusia seutuhnya (manusia kodrat). Perbuatan moral
menuntun manusia menuju kebahagian, ketertiban, kestabilan dan kemajuan.
Kebalikan dari perbuatan moral adalah perbuatan amoral, yaitu perbuatan tidak baik,
tidak benar, tidak bermanfaat karena tidak memenuhi ketiga unsur manusia seutuhnya.
Perbuatan amoral adalah perbuatan jahat yang tidak mempunyai nilai moral. Karena
perbuatan itu jahat, maka pelakunya disebut penjahat. Penjahat adalah musuh masyarakat
orang baik-baik.
Manusia seutuhnya (manusia kodrat) disebut juga manusiawi. Perbuatan manusia
seutuhnya (perbuatan manusia kodrat) disebut perbuatan manusiawi. Perbuatan manusiawi
mempunyai nilai manusiawi. Sebaliknya, perbuatan yang tidak memenuhi unsur-unsur kodrat
manusia yaitu tidak baik, tidak benar, tidak bermartabat, tidak menyuarakan hati nurani
disebut perbuatan tidak manusiawi, dan tidak mempunyai nilai manusiawi. Untuk
menentukan
perbuatan
moral/manusiawi
dan
perbuatan
amoral/tidak
manusiawi
orang lain. Moralitas perbuatan artinya segi baik buruknya perbuatan. Moralitas adalah
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Moralitas merupakan
kualitas perbuatan manusiawi dalam arti perbuatan itu baik atau buruk, benar atau salah.
Perbuatan manusia dikatakan baik apabila motivasi, tujuan akhir dan lingkungan
perbuatan itu baik. Apabila salah satu faktor penentu tersebut tidak baik, maka perbuatan
manusia itu tidak baik. Ciri norma moral ialah menggunakan kesadaran manusia, artinya
tidak berbuat semaunya sendiri. Norma moral adalah norma kesusilaan, norma hukum dan
norma agama. Menurut kodratnya manusia ingin selalu berbuat baik, benar dan berguna bagi
diri sendiri dan orang lain (Tim Dosen, 2014).
2.8 Nilai dalam Kehidupan
Kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju
kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value) apabila kebaikan itu bagi seseorang
menjadi konkrit. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang
ditempuh. Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Nilai dalam kehidupan meliputi:
a. Kebaikan,
b. Kebajikan dan
c. kebahagiaan
Kebiasaan dari sudut kesusilaan baik dinamakan kebajikan, sedangkan yang jahat,
buruk dinamakan kejahatan. Kebajikan adalah kebiasaan yang menyempurnakan manusia.
Kebajikan adalah pengetahuan, kejahatan ketidaktahuan. Kebajikan budi menyempurnakan
akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan.
Manusia merasa kosong, tidak puas, gelisah selama keinginannya tidak terpenuhi.
Kepuasaan yang sadar, yang dirasakan seseorang karena keinginannya memiliki kebaikan
sudah terlaksana disebut kebahagiaan.
Manusia mencari kebahagiaan karena setiap orang berusaha memenuhi keinginannya.
Kebahagiaan merupakan dasar alasan, seluruh perbuatan manusia. Untuk mencapai
kebahagiaan hidup manusia bekerja keras dengan menggunakan segala jenis sarana (Tim
Dosen, 2014). Tingkat kesulitan untuk mencapainya akan menentukan rasa bahagianya.
Manusia merasa bahagia apabila :
a) Cukup sandang, pangan dan rumah
b) Cukup sandang, pangan, rumah, pendidikan
seimbang, baik dilihat dari subjeknya (manusianya) maupun objeknya (kebutuhan). Namun
kebahagiaan yang dicapai manusia tersebut adalah kebahagiaan semu (relatif), bukan
sempurna.
Ada dua macam kebahagiaan yaitu:
a) Kebahagian sempurna yaitu kebahagian yang dapat memuaskan manusia umumnya
semua pihak atau anggota dalam kelompok masyarakat baik jasmani maupu rohani
dunia sampai akhirat. Kebahagian sempurma merupakan tujuan akhir manusia. Etika
membahas kebahagiaan sempurna melalui kebenaran filosofis yang menjadi penopang
segala sistem etika.
b) Kebahagian relatif yaitu kebahagiaan yang hanya dapat memuaskan manusia secara
individual dengan segala kelemahannya.
3.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam raya. Manusia
hakikatnya adalah makhluk ciptaan Tuhan. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat
ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki tugas
tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Setiap perbuatan manusia selalu
memandang dua hal yaitu sumber perbuatan dan tujuan perbuatan. Etika tujuan adalah etika
yang memandang objek petimbangan moral bukan sumber perbuatan melainkan tujuan
perbuatan. Manusia sebagai makhluk budaya selalu melakukan penilaian terhadap keadaan
yang dialaminya. Nilai yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya. Sedangkan
norma sebenarnya mengatur perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai yang terdapat
dalam suatu kelompok. Manusia menjadikan nilai sebagai landasan, alasan, atau motivasi
dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Dalam bidang pelaksanaannya, nilai-nilai
dijabarkan dan diwujudkan dalam bentuk kaidah atau norma.
DAFTAR PUSTAKA
Dardiri, A. 2010. Urgensi Memahami Hekekat Manusia. FIP UNY. Yogyakarta.
Drijarkara, N. 1969. Filsafat Manusia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Effendi, Mansyur. 1994. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia dan Proses Dinamika
Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia. Ghalia Indonesia. Bogor.
J.L. Bierly. 1954. The Law of Nations, 5th.ed. Clarendon Press. Oxford.