Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kali ini saya ingin bercerita tentang komponen lain yang terlibat dalam Banggai
collision, yaitu OFIOLIT, batuan asal mantel dan kerak samudera, yang terjepit di
antara dua benua (pecahan Sundaland dan pecahan Australia) yang saling
berbenturan di Sulawesi.
Ofiolit adalah nama sekelompok batuan beku berkomposisi dominan ultrabasabasa berasal dari bagian paling atas mantel Bumi dan kerak samudera di
atasnya. Sehingga, urutan batuannya dari bawah ke atas adalah: peridotit yang
digenerasikan di lapisan paling atas mantel Bumi; lalu di atasnya ada lapisan
batuan penyusun kerak samudera, terdiri atas: gabro, retas lempeng dan tiang
(sill dan dike) dolerit, dan lava bantal basal.
Dengan urutan seperti begitu, diyakini bahwa ofiolit digenerasikan di tengahtengah samudera, tepatnya di punggungan/pematang tengah samudera (midoceanic ridge -MOR), tempat celah besar kerak samudera terhubung ke mantel
Bumi. Di MOR, magma induk yang berkomposisi ultrabasa keluar di celah MOR
lalu menyusun sebagian kompleks ofiolit dan magmanya terdiferensiasi sampai
berkomposisi basa.
Obduksi sebagian kerak samudera, terjadi dalam proses benturan dua benua.
Satu benua dengan benua yang lain semula berjauhan, di tengahnya lempeng
samudera. Tetapi karena proses tektonik lempeng, benua-benua ini saling
mendekat, lempeng samudera di antaranya menunjam ke bawah satu benua.
Kedua benua terus saling mendekat sampai akhirnya berbenturan. Dalam proses
benturan ini, sebagian massa lempeng samudera berupa mantel bagian atas
(lithospheric mantle) dan kerak samudera akan terputus (detached) dari
lempeng samudera induknya yang terus menunjam masuk ke dalam mantel
Bumi. Lepasan segmen lempeng samudera ini kemudian akan menumpu
(obducted) di atas satu lempeng benua. Dengan cara begitu, segmen lempeng
samudera ini, yaitu ofiolit, tersingkap, misalnya di Pegunungan MeratusKalimantan Selatan, Sulawesi Timur, sebagian Pegunungan Tengah Papua dan
sebagian Timor.
Kami (saya dan peserta fieldtrip Pertamina EP dan SKK Migas) hanya punya
waktu dua hari mengunjungi dan belajar di lapangan tentang ESO (East Sulawesi
Ophiolite) ini, itu pun hanya di ujung Lengan Timur Sulawesi, yaitu di daerah
Biak-Poh tempat ofiolitnya tersingkap di tebing jalan, dan di pantai Balantak
tempat ofiolitnya tersingkap di tebing pantai.
Kadarusman et al. (2004) pernah memelajari ofiolit di Lengan Timur dan Lengan
Tenggara Sulawesi ini. Disimpulkan mereka bahwa bahwa ESO yang tersingkap di
banyak tempat di wilayah ini urutannya tidak lengkap (dismembered) karena
proses tektonik, namun bila direkonstruksi dari berbagai tempat itu urutannya
menjadi lengkap, hanya tak pernah ditemukan urutan lengkap ofiolit di satu