Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH HUKUM TINDAK PIDANA KHUSUS

A. Hukum Tindak Pidana Khusus


Hukum pidana di Indonesia terbagi dua yaitu hukum pidana umum dan
pidana khusus. Secara definitif, hukum pidana umum dapat diartikan
sebagai perundang-undangan pidana dan berlaku umum yang tercantum
dalam kitab undang-undang pidana (KUHP) serta perundang-undangan
yang mengubah dan menambah KUHP. Contohnya dengan keluarnya
undang-undang nomor 7 tahun 1974 tentang penerbitan perjudian
diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 6 November 1974, yang
mana dalam pasal 1 undang-undang tersebut menyatakan bahwa semua
tindak pidana perjudian sebagai kejahatan. Oleh karena itu ketentuanketentuan mengenai perjudian yang dinyatakan dalam beberapa pasal
KUHP perlu diadakan perubahan adapun perubahan dimaksud
menyangkut ancaman hukuman bagi pelanggarnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan hukum pidana khusus bisa dimaknai
sebagai perundang-undangan di bidang tertentu yang memiliki sanksi
pidana, atau tindak pidana yang diatur dalam perundang-undangan
khusus di luar KUHP. Andiamzah dalam tulisan Aziz Syamsuddin yang
dimaksud hukum pidana khusus adalah peraturan hukum pidana yang
tercantum di luar KUHP dapat disebut undang-undang pidana tersendiri
atau disebut juga hukum pidana di luar kodifikasi atau non kodifikasi.
Menurut Adami Kasami (2005: 11), yang dimaksud hukum pidana umum
adalah hukum pidana yang ditujukan dan berlaku untuk semua warga
Negara (sebagai subyek hukum) dan tidak membeda-bedakan kualitas
pribadi subyek hukum tertentu dan setiap warga negara harus tunduk dan
patuh terhadap ketentuan tersebut. Sedangkan hukum pidana khusus
adalah hukum pidana yang dibentuk oleh negara yang hanya dikhususkan
berlaku bagi subyek hukum tertentu saja. Misalnya kejahatan jabatan bagi
orang-orang warga negara yang berkualitas sebagai pegawai negeri atau
hukum pidana yang termuat dalam kitab undang-undang hukum pidana
tentara (KUHPT) yang hanya berlaku bagi subyek hukum anggota TNI saja.
Adapun perbedaan hukum pidana umum dan hukum pidana khusus
adalah:
Hukum Pidana Umum
Hukum Pidana Khusus
1. Definisi
Perundang-undangan Pidana dan Pelaku Umum
Perundang-undang di bidang tertentu yang bersanksi pidana atau tindak
pidana yang diatur dalam pidana khusus
2. Dasar
Yang tercantum di dalam KUHP dan semua perundang-undangan yang

mengubah dan menambah KUHP


Yang tercantum di dalam perundang-undangan di luar KUHP dan
mempunyai sanksi pidana
3. Kewenangan penyelidikan dan penyidikan
Polisi dan PNS
Polisi, jaksa, PPNS dan KPK
4. Pengadilan
Pengadilan Umum
Pengadilan TIPIKOR/Pajak/hubungan industrial/HAM/Niaga dan perikanan
5. Hukum acaranya
Kitab undang-undang hukum acara pidana (KUHAP)
KUHAP dan aturan-aturan di dalam perundangan tersebut
6. Sanksi pemidanaan
Dikenal dengan penjahatan pidana dengan istilah azas minimal umum dan
maksimal khusus
Minimal khusus dan maksimal khusus
Apabila dilihat sejak awal maka ketentuan pasal 103 Buku I KUHP tersebut
yang merupakan aturan peralihan mempunyai makna bahwa hukum
pidana terbagi menjadi dua bagian yaitu hukum pidana umum yang juga
disebut hukum pidana biasa atau hukum sipil. Sedangkan hukum pidana
khusus adalah hukum pidana yang diberlakukan bagi orang-orang
tertentu atau tindakan tertentu. Dari dua pembagian hukum pidana
tersebut timbullah azas hukum pidana yang disebut dengan azas lex
specialis derogate legi generali artinya hukum pidana yang berlaku
khusus mengkesampingkan hukum pidana yang berlaku umum. Di
Indonesia kini berkembang undang-undang tersendiri di luar KUHP.
A.1 Latar Belakang Tindak Pidana Khusus
Bahwa perkembangan kriminalitas dalam masyarakat telah mendorong
lahirnya undang-undang tindak pidana khusus yaitu undang-undang
hukum pidana yang ada di luar KUHP. Kedudukan undang-undang hukum
pidana khusus dalam system hukum pidana adalah pelengkap dari hukum
pidana yang dikodifikasikan dalam KUHP. Suatu hukum pidana betapapun
sempurnanya pada suatu saat akan sulit memenuhi kebutuhan hukum
dari masyarakat dan di Indonesia timbulnya pengaturan hukum pidana
khusus karena adanya kebijakan kriminalisasi yang artinya sebelum
timbul undang-undang bukan merupakan tindak pidana kemudian
timbullah peraturan baru yang sebelumnya suatu perbuatan tidak
dipidana tetapi dengan undang-undang baru tersebut adanya perbuatan
yang dapat dipidanakan. Menurut Andiamzah timbulnya undang-undang
tersendiri di luar KUHP karena ada dua faktor. Pertama, adanya ketentuan
lain di luar KUHP bahwa pasal 103 KUHP yang memungkinkan
pemberlakuan ketentuan pidana yang menurut undang-undang dan

peraturan-peraturan di luar KUHP diancam dengan pidana, kecuali


ditentukan lain oleh undang-undang dimaksud. Kedua, adanya pasal 1
sampai dengan pasal 85 KUHP buku 1 tentang ketentuan umum yang
memungkinkan penerapan aturan-aturan pidana umum bagi perbuatanperbuatan pidana yang ditentukan di luar KUHP kecuali peraturanperaturan tersebut menyimpang. Andi Hamzah menggarisbawahi hal
terpenting untuk diperhatikan, yaitu penyimpangan-penyimpangan dalam
undang-undang atau peraturan khusus tersebut terhadap ketentuan
umum KUHP. Selebihnya yang tidak menyimpang dengan sendirinya tetap
berlaku ketentuan umum KUHP. Dalam arti di dalam ketentuan khusus
tidak diatur tersendiri maka tetap berlakulah ketentuan umum dalam
KUHP tersebut.
A.2 Tujuan pengaturan tindak pidana khusus
Tujuan pengaturan terhadap tindak-tindak pidana yang bersifat khusus
adalah untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang tidak
tercakup pengaturannya dalam KUHP, namun dengan pengertian bahwa
pengaturan itu masih tetap dan berada dalam batas-batas yang
diperkenankan oleh hukum pidana formil dan materiil. Dengan kata lain
penerapan ketentuan pidana khusus dimungkinkan berdasarkan azas lex
specialis derogate legi generali yang mengisyaratkan bahwa ketentuan
yang bersifat khusus akan lebih diutamakan daripada ketentuan yang
bersifat umum.
Di dalam Law Online Library dijelaskan hukum tindak pidana khusus
mengatur perbuatan tertentu atau berlaku terhadap orang tertentu yang
tidak dapat dilakukan oleh orang lain selain orang tertentu. Oleh karena
itu hukum tindak pidana khusus harus dilihat dari substansi dan berlaku
kepada siapa hukum tindak pidana khusus itu. Bahwa penyimpangan
ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam undang-undang pidana
merupakan indikator apakah undang-undang pidana itu hukum tindak
pidana khusus atau bukan. Sehingga dapat dikatakan, hukum pidana
khusus adalah undang-undang pidana atau hukum pidana yang diatur
dalam undang-undang pidana tersendiri (Aziz Syamsudin, 2005: 11-12).
A.3 Ruang Lingkup Tindak Pidana Khusus
Sebagai suatu perundang-undangan yang besifat khusus dasar hukum
maupun keberlakuannya dapat menyimpang dari ketentuan umum buku 1
KUHP bahkan terhadap ketentuan hukum acara (hukum formal) peraturan
perundang-undangan tindak pidana khusus dapat pula menyimpang dari
undang-undang hukum acara pidana (KUHAP).
Peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus merupakan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal-hal yang
bersifat khusus di luar KUHP. Jadi titik tolak keputusan adalah dapat dilihat
dari perbuatan yang diatur masalah subyek tindak pidana, pidananya dan
pemidanaannya itu sendiri. Dalam tindak pidana khusus mengenai subyek

hukum dapat diperluas tidak saja meliputi orang pribadi melainkan juga
badan hukum. Sedangkan dari aspek masalah pemidanaan dilihat dari
pola perumusan atau pola ancaman sanksi yang menyimpang dari
ketentuan KUHP. Sedangkan substansi hukum tindak pidana khusus
meliputi tiga permasalahan yakni tindak pidana pertanggungjawaban
pidana serta pidana dan pemidanaan.
Di dalam Law Online Library dipaparkan juga tentang ruang lingkup
hukum tindak pidana khusus yang mempunyai sifat tidak tetap dalam arti
tergantung substansinya apakah ketentuan yang dibentuk tersebut ada
penyimpangan dan menetapkan sendiri tentang ketentuan khusus dari
KUHP atau tetap mengacu kepada KUHP.
B. Tindak Pidana Khusus
Tidak ada definisi tindak pidana khusus secara baku akan tetapi dari
makna yang terkandung dalam uraian pasal 103 KUHP istilah pidana
khusus dapat diartikan sebagai suatu perbuatan pidana yang ditentukan
di dalam perundangan tertentu di dalam KUHP. Hal ini sejalan pendapat
yang dikemukakan oleh K. Wantjik Saleh ihwal latar belakang timbulnya
tindak pidana khusus:
Apa yang tercantum dalam KUH Pidana pasti tidak dapat mengikuti
perkembangan zaman. Selalu timbul berbagai perbuatan yang tidak
disebut oleh KUH Pidana sebagai suatu perbuatan yang merugikan
masyarakat dan melawan hukum, maka Penguasa/Pemerintah dapat
mengeluarkan suatu peraturan atau undang-undang yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan menjadi menjadi tindak pidana. Berhubung tindak
pidana tersebut tidak berada di dalam KUHP, maka disebut Tindak Pidana
di luar KUH Pidana.
C. Bentuk dan Macam Tindak Pidana Khusus
Terkategori sebagai bentuk tindak pidana khusus adalah sebagai berikt
1. Tindak Pidana Korupsi.
2. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering).
3. Tindak Pidana Pembalakan Hutan secara Liar (Illegal Logging).
4. Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
5. Tindak Pidana di Bidang Perikanan (Illegal Fishing).
6. Tindak Pidana di Bidang Perbankan.

7. Tindak Pidana di Bidang Pasar ModaL


8. Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup.
9. Tindak Pidana di Bidang Pelayaran.
10. Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia (HAM).
11. Tindak Pidana Perdagangan Orang.
12. Tindak Pidana di Bidang HAKI.

13. Tindak Pidana di Bidang Kepabeanan.


14. Tindak Pidana di Bidang Ketenagakerjaan.
15. Tindak Pidana dalam Pemilu.
16. Tindak Pidana Terorisme.
17. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika.
18. Tindak Pidana dalam Rumah Tangga.
19. Tindak Pidana terhadap Anak-Anak.
20. Tindak Pidana yang Terkait dengan Konsumen.
21. Tindak Pidana Penambangan Liar (Illegal Mining).
22. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime).
Bahwa bentuk atau macam tindak pidana khusus setiap saat sesuai
dengan kebutuhan, keadaan dan perkembangan kondisi situasi dalam
masyarakat bisa mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai