Anda di halaman 1dari 21

KERJASAMA EKONOMI INDONESIA DENGAN AUSTRALIA

Kelompok III
Sry Ferdiana Tarigan
05111006015
Titik Fadilah
05111006016
Akhmad Sobri
05111006018
Yogi Christian. J
05111006019
Muhammad Hendri
05111006020
Febri Ariska
05121006017

Free Trade Agreement (FTA) merupakan


suatu perjanjian perdagangan bebas yang
dilakukan antara suatu negara dengan negara
lainnya.
Pembentukan berbagai FTA merupakan akibat
dari liberalisasi perdagangan yang tidak
dapat dihindari oleh semua negara sebagai
anggota masyarakat internasional.
Hal inilah yang mendorong terbentuknya
blok-blok perdagangan bebas.

1.

Asean-Australia-New Zealand Free Trade Area

Sejak 2010 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade


Area (AANZFTA) yang terdiri dari Australia, New
Zealand, Brunai, Myanmar, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Vietnam telah melakukan entry into
force (EIF). Pada tahun 2011 menyusul Laos
melakukan EIF dengan AANZFTA. Indonesia baru
menandatangani entry into force (EIF) pada 10
Januari 2012.

Tujuan AANZ-FTA

Memperkuat dan meningkatkan kerjasama


ekonomi, perdagangan barang, perdagangan jasa
dan investasi antara negara-negara anggota.
Meliberalisasi perdagangan secara progresif dan
menciptakan suatu sistem yang transparan dan
untuk mempermudah investasi.
Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan
mengembangkan kebijaksanaan yang tepat
dalam rangka kerjasama ekonomi antara negaranegara anggota.

Dengan diberlakukannya perjanjian


perdagangan bebas ASEAN-Australia dan New
Zealand (AANZFTA), sejumlah produk ekspor
Indonesia menikmati tarif 0 persen.
Pada tahun pertama berlakunya perjanjian,
Oktober 2009, sebanyak 93 persen dari
ekspor Indonesia yang masuk ke pasar
Australia telah menikmati tariff bea masuk 0
persen

Pada tahun 2009, terdapat beberapa produk


impor dari Australia yang akan mendapatkan
bea masuk 0 persen, di antaranya binatang
hidup termasuk sapi, ikan, udang, mentega,
telur, keju, pohon-pohon hidup, garam
lainnya, bunga potong, produk plastik,
produk kulit, dan produk karet.
Sebelumnya, produk impor tersebut
dikenakan bea masuk 5 - 10 persen.

Australia akan mempercepat penurunan bea


masuk untuk tekstil dan produk tekstil dan
sepatu yang pada saat ini masih dikenakan
bea masuk 5 -17,5 persen dijadwalkan
semula dari 2012-2020 menjadi 2009-2015.
Penurunan bea masuk yang lebih cepat bagi
produk Indonesia dibandingkan dengan
komitmen Australia kepada Malaysia dan
Thailand juga diberlakukan terhadap 25
produk otomotif.

Perbandingan Ekspor dan impor Indonesia ke


Australia & Selandia Baru
Dapat dilihat pada tabel 1. ekspor, tabel 2.
impor

No

Uraian

2008

2009

2010

2011

2012

Mineral fuels, oils, distillation products, etc

49%

47%

43%

42%

31%

Pearls, precious stones, metals, coins, etc

7%

7%

10%

7%

16%

Electrical, electronic equipment

5%

8%

7%

5%

6%

Articles of iron or steel

2%

2%

4%

3%

5%

Machinery, nuclear reactors, boilers, etc

3%

5%

3%

7%

5%

Wood and articles of wood, wood charcoal

3%

4%

4%

4%

4%

Paper and paperboard, articles of pulp, paper


and board

5%

4%

4%

3%

3%

Rubber and articles thereof

2%

2%

3%

3%

3%

Fertilizers

0%

0%

0%

1%

2%

10

Vehicles other than railway, tramway

1%

0%

0%

0%

2%

Kelompok Lainnya

24%

21%

21%

24%

23%

Nilai (Milyar USD)

4.65

3.61

4.64

5.95

5.35

No

Uraian

2008

2009

2010

2011

2012

Cereals

17%

18%

20%

24%

25%

Dairy products, eggs,


honey,
edible
animal
product nes

8%

8%

9%

9%

8%

Machinery,
nuclear
reactors, boilers, etc

7%

6%

7%

7%

6%

Aluminium and articles


thereof

6%

4%

4%

6%

5%

Live animals

8%

11%

9%

6%

5%

Iron and steel

10%

6%

4%

3%

4%

Copper and articles thereof

3%

1%

3%

4%

4%

Inorganic
chemicals,
precious metal compound,
isotopes

5%

4%

4%

4%

4%

Cotton

2%

3%

4%

5%

4%

10

Mineral
fuels,
oils,
distillation products, etc

0%

2%

0%

0%

4%

Kelompok lainnya

33%

37%

36%

33%

31%

Nilai (Milyar USD)

4.71

3.99

4.83

5.91

5.99

Sumber: BPS dan Trademap, 2013

POTENSI PENETRASI PASAR LEBIH JAUH

Untuk melihat potensi pasar Australia dan


Selandia Baru bagi produk-produk Indonesia
untuk melakukan penetrasi pasar perlu
dilihat perpotongan antara
strength/kekuatan produk ekspor kita ke luar
negeri selama ini dan
opportunity/kesempatan melihat peluang
dengan melihat produk-produk impor
manakah yang masih dibutuhkan oleh
Australia dan Selandia Baru.

Produk Impor Indonesia dari Australia &


Selandia Baru
Diskripsi Barang

Share Ekspor Indonesia ke Dunia/ Share Ekspor Indonesia ke ANZ /


Impor ANZ dari Dunia (%)
Impor ANZ dari Dunia (%)

Ikan dan Invertebrata air lainnya

66,07%

0,78%

Lemak dan minyak hewani atau


nabati

470,08%

0,30%

Kakao dan olahan kakao

63,93%

1,77%

Bahan kimia anorganik; senyawa


organik

393,47%

1,43%

Karet dan produk turunannya

112,03%

1,71%

Kayu dan barang dari kayu

94,82%

6,63%

Filamen buatan

74,74%

0,60%

Serat stapel buatan

88,54%

0,64%

Pakaian dan aksesori pakaian, barang


rajutan

80,58%

0,49%

Pakaian dan aksesori pakaian, bukan


rajutan

90,70%

1,82%

Alas kaki,
sejenisnya;

122,52%

2,71%

pelindung kaki

dan

Dari tabel dapat dilihat bahwa beberapa


produk eskpor Indonesia mempunyai potensi
untuk melakukan penetrasi ke dalam pasar
Australia dan Selandia Baru.
Misalnya saja kakao dan bahan olahan kakau,
pakaian jadi dan tekstil, dan alas kaki

2. INDONESIA AUSTRALIA
COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP
AGREEMENT (IA-CEPA)

20 April 2011 - Menteri Perdagangan RI, Dr Mari E.


Pangestu bertemu Menteri Perdagangan Australia, Dr
Craig Emerson. Pembicaraan antara kedua Menteri
fokus pada isu-isu perdagangan dan investasi bilateral,
Proyek awal kerja sama IA-CEPA, suatu proyek
percontohan bersama peternakan sapi selama tiga
tahun yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja
pembiakan sapi Indonesia.
Proyek tersebut Memperkuat Sistem Produksi Sapi
Brahman Berbasis-Desa di Indonesia
Proyek ini akan didanai bersama oleh Meat and
Livestock Australia/LiveCorp dan Pemerintah Australia.

Dalam kerangka IA-CEPA, kerjasama yang dapat


dilakukan antara lain penurunan tarif bea masuk
bagi beberapa produk Indonesia hingga 0% oleh
Australia, diiringi oleh peningkatan standar
Indonesia untuk produk-produk tersebut sehingga
dapat memenuhi persyaratan standar Australia dan
mendapat akses pasar.

Produk Australia dan Indonesia merupakan


produk-produk komplementer (saling
melengkapi), tidak seperti produk RI-China
yang relatif sama, sehingga bersifat saling
mematikan. Sebagai contoh, selama ini
Indonesia banyak mengimpor susu mentah
(bahan baku) dan daging mentah dari
Australia, karena industri di dalam negeri
tidak bisa memenuhinya.

Jika IA-CEPA diterapkan, tentu akan ada


perlakuan tarif impor yang berbeda,
sehingga industri pengolahan susu dan
daging olahan di Indonesia akan
diuntungkan.
Indonesia juga selama ini banyak mengimpor
kapas untuk bahan baku tekstil dan gandum
untuk bahan baku terigu yang tidak bisa
diproduksi di Indonesia.
Bahkan, impor kapas dan gandum selama ini
hampir mencapai 100% karena kondisi alam
Indonesia memang tidak cocok untuk kapas
dan gandum.

Indonesia bisa mengekspor produk-produk


yang tak dimiliki Australia, seperti minyak
sawit mentah (CPO), karet, kopi, coklat, dan
komoditas lainnya, dengan tarif lebih
kompetitif karena dengan diberlakukan CEPA,
bea masuk (BM) produk ekspor Indonesia
akan lebih rendah, bahkan bisa nol persen.

HAMBATAN DALAM HUBUNGAN


ANTARA INDONESIA AUSTRALIA

Menurut para pemangku kepentingan, baik


Indonesia maupun Australia memiliki standar dan
proses sertifikasi yang berbelit belit sehingga
menghambat pergerakan produk.
Terdapat pula pembatasan-pembatasan terhadap
perdagangan seperti kuota impor dan izin impor.
Hambatan terhadap perpindahan manusia yang
lebih bebas (MNP) sebagian besar terkait dengan
sulitnya untuk mendapatkan visa dan izin kerja
dan kurangnya saling pengakuan atas kualifikasi
tenaga kerja trampil, semi-trampil dan
ketrampilan rendah.

Australia Sadap Presiden, Ibu Negara dan Para Menteri

Dokumen rahasia yang dibocorkan mata-mata Amerika yang


membelot Edward Snowden dikutip Australian Broadcasting
Corporation (ABC) dan surat kabar The Guardian menyebut
nama sembilan orang lingkaran dekat istana sebagai target
mata-mata.
Rincian memalukan itu muncul di tengah ketegangan diplomatik
yang sudah terjadi sebelumnya diantara kedua negara terkait
dugaan mata-mata serta penanganan para manusia perahu
yang menuju Australia dan singgah di Indonesia.
Hal ini sempat membuat hubungan kedua negara memanas

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai