Pendahulu
an
Latar
Belakang
Perumusan
Masalah
Tujuan
Penulisan
Manfaat
Penulisan
Tinjauan
Pustaka
Anatomi
Kulit
Fisiologi Kulit
Penyakit
Pitiriasis
Versikolor
Pembahas
an
Penutup
Kesimpul
an
Saran
Latar Belakang
Pitiriasis versikolor atau tinea versikolor
merupakan salah satu penyakit mikosis
superfisial nondermatofitosis.
Disebabkan oleh beberapa jenis jamur
Malassezia spp.
Penyakit ini merupakan penyakit yang
universal dan ditemukan di seluruh dunia
pada semua umur
Angka kejadian penyakit ini sekitar 20-50 %
pada
daerah yang beriklim tropis dan
beriklim subtropis
Perumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat
Penulisan
- Bagi Mahasiswa
- Bagi Instansi
Pendidikan
- Bagi Masyarakat
Anatomi Kulit
Tiga
lapisan
utama
kulit
Lapisan
epidermis
Lapisan dermis
Lapisan
subkutis
(hipodermis)
Selain itu terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit,
kuku, dan rambut
Anatomi Kulit
Fisiologi Kulit
1. Fungsi proteksi
2. Fungsi absorpsi
3. Fungsi ekskresi
4. Fungsi persepsi
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
6. Fungsi pembentukan pigmen
7. Fungsi keratinisasi
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Definisi
Pitiriasis versikolor adalah suatu
penyakit jamur superfisial kronis dan
asimptomatik yang ditandai dengan
munculnya lesi bulat atau oval. Lesi
tersebut bisa hipopigmentasi ataupun
hiperpigmentasi.
Epidemiologi
Penyakit universal dan ditemukan diseluruh dunia
terutama beriklim tropis
Pada United States
Penelitian Krisanti RI et al
pada daerah beriklim tropis
insidensi 30-40%
Penelitian Mahmoudabadi AZ et al
prevalensi
tertinggi berumur 17-28 tahun (70, 6%) dan lakilaki lebih besar kemungkinan terkena dengan
rasio 1.64:1
Etiologi
Malassezia
globosa
Malassezia
sympodialis
Malassezia furfur
Malassezia spp.
Etiologi
Malassezia
obtusa
Malassezia
pachydermatis
Malassezia
restricta
Malassezia
slooffiae
1995
Publikasi seminal oleh Guillot dan Gueho
7
spesies Malassezia
Faktor
dan
Kondisi
Tertentu
Patoge
n
Stratu
m
korneu
m
Lesi
Diagnosis
1.Gejala klinis
2.Pemeriksaan fluoresensi lesi kulit dengan lampu wood :
Berwarna kuning keemasan
3.Sediaan langsung :
Kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa
pendek, spora-spora bulat dengan miselium yang pendek
menyerupai gambaran seperti spageti dan bakso
Gambaran spageti dan bakso sediaan KOH (100x) (Sumber : Ann Dermatol. Agustus
2012 ; 24(3): 345347 )
Terapi
Pitiriaisis versikolor dapat diobati secara
Topikal
lotion atau krim yang mengandung selenium
sulfide, sodium tiosulfat, sodium sulfacetamide,
ciclopiroxolamine, atau dengan anti jamur spesifik
Oral : Ketoconazole, fluconazole, itraconazole
Itraconazole sebagai pengobatan profilaksis
Pembahasan
Faktor resiko timbulnya penyakit
pitiriasis versikolor :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Iklim
4. Faktor genetik
5. Penggunaan Obat Immunosupresan
Umur
Frekuensi dan densitas kolonisasi dari jamur
Malassezia spp. ini berkaitan dengan aktivitas
kelenjar sebasea
Paling sering dialami oleh remaja dan dewasa
Pada penelitian He SM et al prevalensi tertinggi
pada pitiriasis versikolor berusia 20-29
tahun.
Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-anak,
hanya 5,9% ditemukan pada anak-anak usia
dibawah 12 tahun
Jenis Kelamin
Pada penelitian He SM et al laki-laki lebih besar
kemungkinannya menderita pitiriasis versikolor
daripada perempuan di setiap interval umur
dengan rasio 2,2:1.
Aktivitas kelenjar sebasea yang lebih tinggi pada
laki-laki
Aktivitas hormon androgen memiliki peranan
penting dengan timbulnya pitiriasis versikolor
Laki-laki lebih mudah berkeringat daripada
perempuan dikarenakan perbedaan fisiologis
antara kedua jenis kelamin
Distribusi insiden pitiriasis versikolor berdasarkan umur dan jenis kelamin (Sumber :
He SM, et al. The genetic epidemiology of tinea versicolor in China. Mycoses 51.
2007: 5562)
Iklim
Prevalensi iklim
tropis/musim panas: 2050%.
Pitiriasis versikolor
berhubungan dengan
lingkungan dengan
temperatur yang tinggi
dan kelembaban,
Iklim
Penyebaran dan
kekambuhan
Faktor Genetik
Pada penelitian He SM et al dari 503
pasien
yang diteliti,
sebanyak 106 (21.1%) pasien
dilaporkan positif memiliki riwayat
keluarga pitiriasis
versikolor ( 66 lakiOnset umur
rata-rata
laki, 40 perempuan).
Angka
Riwayat
Keluarga +
Kekambuha
n
Durasi
Penggunaan Obat
Immunosupresan
Penggunaan
Obat
Immunosupresa
n
imunitas
Rentan
Infeksi
Infeksi
Jamur
Kesimpulan
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh jamur
Malassezia spp. yang merupakan flora normal
pada kulit manusia
Pitiriasis versikolor dipengarahui oleh faktor resiko
yang mengakibatkan jamur tersebut dapat
berubah menjadi patogen dalam bentuk miselium.
Faktor resiko yang berhubungan dengan ini ialah
umur, jenis kelamin, iklim, faktor genetik, dan
penggunaan obat imunosupresan.
Saran
Perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut
tentang penyakit pitiriasis versikolor.
Dengan penelusuran lebih lanjut
diharapkan untuk mendapatkan informasi
yang lebih jelas dan pemahaman yang
lebih baik tentang pitiriasis versikolor,
sehingga upaya untuk mengurangi angka
kejadian dan angka kekambuhan penyakit
pitiriasis versikolor dapat dilakukan lebih
baik lagi.
Daftar Pustaka
1.
Siregar RS. Mikosis Superfisialis. In : Hartanto H, editor. Penyakit Jamur Kulit, edisi 2. Jakarta: EGC,
2002: 8-11.
2. Wasitaatmadja SM. Anatomi dan Faal Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin, edisi 5. Jakarta: FKUI, 2007: 3-5, 7-8.
3. Amirlak B. Skin anatomy. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/ 1294744overview#showall 1 September 2012.
4. Shokohi T, Afshar P, Barzgar A. Distribution of Malassezia species in patients with pityriasis versicolor
in Northern Iran. Indian J Med Microbiol. 2009: 27:321 -4. Diunduh dari
http://www.ijmm.org/article.asp?issn=0255-0857;year=2009;vo lume
= 27;issue=4;spage=321;epage=324;aulast=Shokohi 5 September 2012
5. Mulyati, Sulaeman JR, Susilo J. Mikosis Superfisialis Bukan Dermatofitosis. In : Sutanto I, Ismid IS,
Sjarifuddin PK, Sungkar S, editors. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta: FKUI, 2008:31113.
6. KrisantyRI, Bramono K, Made WI. Identification of Malassezia species from pityriasis versicolor in
Indonesia and its relationship with clinical characteristics. Mycoses. 2009:52(3):257-62.Diunduh dari
http://reference.medscape.com/med line/abstract/18643886 3 Oktober 2012
7. Burkhart CG. Tinea Versicolor. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/ article/1091575overview#showall 15 September 2012.
8. Mahmoudabadi AZ, Mossavi Z, Zarrin M. Pityriasis versicolor in Ahvaz. Iran Jundishapur Journal of
Microbiology. 2009: 2(3): 92-96. Diunduh dari http://jjm.ajums.ac.ir 15 September 2012
9. MuhammadN, Kamal M, Islam T, Islam N, Shafiquzzaman M. A study to evaluate the efficacy and
safety of oral fluconazole in the treatment of tinea versicolor.Mymensingh Med J. 2009: 18(1):31-5.
Diunduh dari http://reference. medscape.com/medline/abstract/19182746 3 Oktober 2012
10. Petry V, Tanhausen F, Weiss L, Milan T, Mezzari A, Weber MB. Identification of Malassezia yeast
species isolated from patients with pityriasis versicolor. An Bras Dermatol. 2011:86(4):803-5. Diunduh
dari http://www.scielo.br/scielo.php? script=sci_arttext&pid=S036505962011000400032&lng=en&nrm=iso&tlng=en 2 Oktober 2012
11. Framil VMS, Szeszs MW, Melhem MSC, Zaitz C. New aspects in clinical course of Pityriasis Versicolor.
An Bras Dermatol. 2011: 86 (6):1135-40. Diunduh dari
http://www.scielo.br/pdf/abd/v86n6/en_v86n6a11.pdf 29 september 2012
Daftar Pustaka
13. Wagner DK, Sohnle PG. Cutaneous defenses against dermatophyts and yeast. Clinical Microbiology Review.
1995, 8(3):317. Diunduh dari http://cmr.asm.org/ 30 Agustus 2012
14. Tarazooie B, Kordbacheh P, Zaini F, Zomoradian K, Saadat F, Zeraati H, et al. Study of the distribution of
Malassezia species in patients with pityriasis versicolor and healthy individuals in Tehran, Iran. BMC
Dermatology. 2004: 4:5. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421732/ 26 September
2012
15. Giusiano G, Sosa Mde L, Rojas F, Vanacore ST, Mangiaterra M. Prevalence of Malassezia species in pityriasis
versicolor lesions in northeast Argentina. Rev Iberoam Micology. 2010: 27(2):71-4. Diunduh dari http://www.
reviberoammicol. com/2010-27/071074.pdf 14 Oktober 2012
16. Marconi MJ, Powell DA. Human Infections Due to Malassezia spp. Clinical Microbiology Reviews. 1992:10119. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc /articles/PMC358230/ 29 Agustus 2012
17. Ashbee HR, Evans EGV. Immunology of Diseases Associated with Malassezia Species. Clinical Microbiology
Reviews. 2002: 21-57. Diunduh dari http://www. ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC118058/pdf/cm0002.pdf
6 September 2012
18. Malassezia spp. Diunduh dari http://www.doctorfungus.org/thefungi/malassezia. php 1 November 2012.
19. Burkhart CG. Tinea Versicolor Workup. Diunduh dari http://emedicine. medscape .com/article/1091575workup 10 Oktober 2012.
20. Burkhart CG. Tinea Versicolor Treatment & management. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1091575-treatment. 10 Oktober 2012.
21. Gle AT, Demirbilek M, Seckin D, Can F, Saray Y, Sarifakiolu E, et al. Superficial fungal infections in 102
renal transplant recipients: a case-control study. Journal of the American Academy of Dermatology. 2003:
49: 187-92. Diunduh dari http://www.jaad.org/article/S0190-9622%2803%2900861-2/abstract 7 November
2012
22. Ryu HW, Cho JW, Lee KS. Pityriasis Versicolor on Penile Shaft in a Renal Transplant Recipient. Ann Dermatol.
2012: 24(3): 34547. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3412245/ 7 November
2012
23. He SM, Du WD, Yang S, Zhou SM, Li W, Wang J, et al. The genetic epidemiology of tinea versicolor in China.
Mycoses 51. 2007: 5562. Diunduh dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1439-0507.2007.01437.x/pdf 2 November 2012
24. Faergemann J, Gupta AK, Mofadi AA, Abanami A, Shareaah A, Marynissen G. Efficacy of Itraconazole in the