TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kelenjar Tiroid
2.1.1
Embriologi
Kelenjar tiroid berasal dari evaginasi epitelium farings. Evaginasi ini
berjalan turun dari dasar lidah ke daerah leher sampai akhirnya mencapai letak
anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di sepanjang lintas
tersebut sehingga membentuk duktus thyroglossus. Dalam keadaan normal
kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10-20 gram.
Kelenjar tyroid berkembang dari endoderm pada garis tengah usus depan
Kelenjar tyroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4-4 cm, yaitu pada
akhir bulan pertama kehamilan. Kelenjar tyroid berasal dari lekukan faring antara
branchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum,
yang kemudian membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami desensus dan
akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus
tyroglossus yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. (Syamsuhidayat R,
1998).
Duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada keadaan tertentu
masih menetap. Dan akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tyroid yang
letaknya abnormal, seperti persisten duktus tyroglossus, tyroid servikal, tyroid
lingual,sedangkan desensus yang terlalu jauh akan membentuk tyroid substernal.
Branchialpouch keempat ikut membentuk kelenjar tyroid, merupakan asal sel-sel
parafolikular 4 atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tyroid janin
secara fungsionalmulai mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterin
(Syamsuhidayat R, 1998).
2.1.2
Anatomi
Thyroidea (Yunani thyreos, pelindung) suatu kelenjar endokrin sangat
vaskular, merah kecoklatan yang terdiri dari lobus dextra dan sinistra yang
dihubungkan oleh isthmus pada garis tengah. Tiap lobus mencapai superior sejauh
linea oblique cartilago thyroidea, isthmus terletak di atas cincin trachea kedua dan
ketiga, sedangkan bagian terbawah lobus biasanya terletak di atas cincin trachea
keempat atau kelima. Kelenjar ini dibungkus oleh selubung yang berasal dari
lapisan pretrachealis fascia cervicalis profunda. Beratnya sekitar 25 gram biasanya
membesar secara fisiologis pada masa pubertas, menstruasi dan kehamilan (Suen
C. Kenneth, 2002; Gharib H, 1993).
Kelenjar tyroid terletak dibagian bawah leher, antara fascia koli media dan
fascia pre vertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakhea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan syaraf. Kelenjar tyroid melekat pada trakhea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar
paratyroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tyroid
(Syamsuhidayat R, 1998).
2.1.3
Histologi
Unit struktural daripada tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa ruangan
bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai
kolumnar. Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi oleh
aktivitas fungsional daripada kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam
keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi kubus atau
kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif. Pada keadaan hipertiroidism, sel-sel
folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari vakuol-vakuol yang
mengandung koloid.
Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen
eosinofilik. Variasi densiti dan warna daripada koloid ini juga memberikan
gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan
dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak
dijumpai pada folikel dalam keadaan inaktif dan beberapa kasus keganasan. Pada
keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah
menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadangkadang dengan inti hiperkromatik, yang dikenal sebagai oncocytes (bulky cells)
atau Hrthle cells.
Fisiologi
Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam
2.2.1 Hipotiroid
1. Defenisi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon
tiroid yang dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar
tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Pada
kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi hormon
tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating
Hormon).
yang
kemudian
Hipotiroidisme
mengakibatkan
pada
bayi
dan
perlambatan
anak-anak
proses
berakibat
3. Klasifikasi Hipotiroid
Hipotiroid
dapat
diklasifikasikan
berdasar
waktu
kejadian
Hipotiroid berat
Hipotiroid
biokimia
(TSH
5,5 IU/L) disertai adanya simptom
kasus yang sulit dan merupakan prosedur yang dibutuhkan jika nodul
tiroid terbentuk .
Fungsi tiroid dinilai secara prospektif dengan mengukur kadar TSH
sesuai algoritme yang telah ditetapkan. Waktu pengukuran kadar TSH
untuk mendeteksi dan memberikan terapi hipotiroid post operasi adalah 1.
preoperasi 2. fase awal post operasi ( 6 minggu) 3. fase lanjut post operasi
(12 bln) (Wiseman, 2011).
Hipotiroid merupakan akibat yang sering terjadi setelah lobektomi
yang sangat mempengaruhi hasil akhir operasi dan kualitas hidup pasien.
Hampir 100% mengalami peningkatan kadar TSH. Tetapi peningkatan
kadar TSH tidak selalu menjadi patokan untuk memulai terapi hormon.
Semakin awal
TSH > 15
TSH > 5,5
Dengan Gejala
TSH > 7
TSH > 5,5
Dengan Gejala
Mulai Treatment/
Pengobatan
Gambar 6 .Algoritma untuk mendeteksi dan terapi hormon pada hipotiroid post operasi
6. Patofisiologi Hipotiroid
Pada Penyakit Tiroiditis Auto Imun
Walaupun etiologi pasti respon imun tersebut masih belum
diketahui, berdasarkan data epidemiologik diketahui bahwa faktor genetik
sangat berperan dalam patogenesis PTAI. Selanjutnya diketahui pula pada
Penyakit Tiroiditis Auto Imun terjadi kerusakan seluler dan perubahan
fungsi tiroid melalui mekanisme imun humoral dan seluler yang bekerja
secara bersamaan (Tomer Y, Davies TF, 2003 dan Prummel MF et al,
2004).
Kerusakan seluler terjadi karena limfosit T tersensitisasi (sensitized
T-lymphocyte) dan/atau antibodi antitiroid berikatan dengan membran sel
tiroid, mengakibatkan lisis sel dan reaksi inflamasi. Sedangkan gangguan
fungsi terjadi karena interaksi antara antibodi antitiroid yang bersifat
stimulator atau blocking dengan reseptor di membran sel tiroid yang
bertindak sebagai autoantigen (Tomer Y, Davies TF, 2003 dan Prummel
MF et al, 2004).
HIPOTIROID
2.2.2 Hipertiroid
1. Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah
produksi jumlah hormon tiroid dalam tubuh.dengan katalain kelenjar tiroid
bekerja lebih aktif,dinamakan dengan thyrotoksikosis,dimana berarti terjadi
peningkatan level hormon tiroid yang ekstrim dalam darah.
2. Patofisiologi Hipertiroid
Hormon tiroid mempunyai banyak peran yang sigmifikan di dalam proses
di dalam tubuh, proses-proses ini yang kita sebut metabolisme. Jika terdapat
banyak hormon tiroid, setiap fungsi dari tubuh akan diatur untuk bekerja lebih
cepat. Karena selama hipertiroid terjadi peningkatan metabolisme, maka setiap
pasien akan mengalami kehilangan banyak energi.
3. Gejala Hipertiroid
Gejala yang sering tampak adalah sering gugup, iritabilitas, peningkatan
respirasi, bedebar-debar, tremor, ansietas, susah tidur (insomnia), berkeringat
banyak, rambut rontok, dan kelemahan pada otot, khususnya kerja dari otot lengan
dan kaki, frekwesi buang air besar terganggu, kehilangan berat badan yang cepat,
pada wanita periode menstruasi lebih cepat dan aliran darah lebih kencang.
Hiperthiroid biasanya mulainya lambat, tetapi pada beberapa pasien muda
perubahan ini terjadi sangat cepat. awalnya gejela dirasakan yang diartikan
salah,contoh persaan gugup yang dianggap karena stres.
4. Penyebab Hipertiroid
a. Penyakit Graves
Hiperthiroid terjadi pada penyakit Graves, yang umumnya yang
ditandai biasanya mata akan kelihatan lebih besar karena kelopak mata
ataas akan membesar,kadang-kadang satu atau dua mata akan tampak
melotot.Beberapa pasien tampak terjadi pembesaran kelenjar thiroid
(goiter) pada leher.
b. Tiroiditis
Penyebab lain dari hipertiroid adalah ditandai dengan adanya satu
atau lebih nodul atau benjolan pada tiroid yang tumbuh dan membesar
yang menggangu pasien.sehngga total output hormon tiroid dalam darah
meningkat dibanding normal, kondisi ini di ketahui sebagai toxic nodular
atau multi nodular goiter juga disebut sebagai tiroiditis, kondisi ini
disebabkan oleh masalah sistem hormon atau infeksi virus yang
menyababkan kelelnjar menghasilkan hormon tiroid.
Tabel1 penemuan klinis dan laboratorium berhubungan dengan penyebab yang
umum dari hipertiroid.
5. Klasifikasi Hipertiroid
Hipertiroid : <0.3 mU/L
2.2.3
Eutiroid
1. Defenisi
Keadaan normal dari kadar TSH
Eutiroid: 0.3-5.5 mU/L
Gambar 8 Algoritma untuk tests fungsi tiroid untuk mendiagnosa dan monitoring
simtomatik pasien
2.2.4
ekspos dengan radiasi dan defisiensi iodium. Secara keseluruhan nodul tiroid
lebih sering terdapat pada wanita dibanding pria. Studi Framingham pada
kelompok usia 30-59 tahun, mendapatkan angka prevalensi nodul tiroid sebesar
6,4% pada wanita dan 1,5% pada pria. Pada studi rumah sakit, penelitian
menunjukan bahwa nodul tiroid menempati lebih dari 50% dari seluruh kasus
tiroid (Anwar R, 2005)
Maka
saat
ini
American
Thyroid
Association
Guidelines
Folikel-folikel terisi
Struma koloid dengan koloid karena fluktuasi persisten kadar TSH nodul
2.3.4 Tiroiditis
a. Tiroiditis suburatif akut.
b. Tiroiditis sub akut.
c. Tiroiditis hasimoto.
d. Tiroiditis Riedel
(Sachdova, 1996).
Gambar 9. Tiroiditis limpocitik. Dua kelompok dari sel folikuler jinak tampak
pada latar belakang limposit ( Mestman JH et.al, 2013 ).
Berdasarkan jurnal Onkologi tahun 2011, Kriteria skor histologi infiltrasi limfosit
tiroid dibagi menjadi 4 kelompok yaitu:
0
Perubahan Histopatologi
Terjadi infiltrasi sel mononuklear dengan tingkat rendah, tidak jelas, sel
mononuklear didistribusikan perivaskular
antigen,
merupakan
enzim
utama
yang
berperan
dalam
autoreaktif(AR), dan sel T (yang menjadi daya tahan dari hasil disregulasi atau
breakage dari toleransi imun dan sel B yang merupakan hasil dari produksi
autoantibodi tiroid. Pada tahap selanjutnya, antigen memproduksi limfosit B, sel T
sitotoksik, dan makrofag menginfiltrasi dan berkumpul di dalam tiroid melalui
ekspansi klon limfosit dan propagasi dari jaringan limfa yang berada pada
kelenjar tiroid. Proses ini biasanya disebut dengan mediasi dari T helper tipe 1
(TH1) sel yang mengatur sekresi sitokin (interleukin-12, interferon dan daktor
nekrotik tumor). Pada tahap akhir, generasi autoreaktif dari sel T, sel B dan
antibodi menyebabkan deplesi massive dari tirosit melalui antibodi dependent,
sitokin mediate dan mekanisme apoptosis yang menjadi hipotiroid dan penyakit
hashimoto tiroiditis (Chistiakov, 2005).