Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMAKOLOGI

OBAT ANTIDIABETES

Disusun oleh :
Atika Fadhillah Qanit
Eltanisa Larasati
Fery Abdillah Haris
Ladini Risdiana
Lilien Berliana
Novita Wulandari
Risdiani Sukmana
Silfi Primata

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III


PROGRAM STUDI D-IV FISIOTERAPI
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1

Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.......................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1

Pengertian Diabetes.....................................................................................................2

2.2

Etiologi........................................................................................................................2

2.3

Klasifikasi....................................................................................................................2

2.4

Pengertian Obat Anti Diabetes....................................................................................4

2.5

Jenis Obat Antidiabetes............................................................................................4

2.5.1

Insulin...................................................................................................................4

2.5.1.1 Farmakodinamika Insulin.................................................................................5


2.5.1.2 Farmakokinetika Insulin...................................................................................5
2.5.1.3 Cara Pemberian Insulin....................................................................................5
2.5.1.4 Interaksi Insulin................................................................................................6
2.5.2

Oral Antidiabetik..................................................................................................6

2.5.2.1 Farmakodinamika & Farmakokinetika OAD...................................................6


2.5.2.2 Efek Samping Antidiabetik...............................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................11
3.1

Simpulan....................................................................................................................11

3.2

Saran..........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya kami diberi anugerah kesehatan, akal budi, dan pengetahuan yang baik sehingga
dapat menyusun makalah ini sesuai dengan tema yang diberikan yaitu obat antidiabetes.
Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah farmakologi Ibu Elly Wardani, M.Farm., Apt.. Pelaksanaan penyusunan makalah ini
dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber sebagai dasar dari analisis yang
kami lakukan, seperti informasi yang di unggah dari media elektronik,

pengonsepan,

pemeriksaan atau penyuntingan, dan pengetikan. Kami mengucapkan terima kasih atas segala
arahan, bantuan serta dukungan yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan tema dan waktu yang telah ditentukan.

Bekasi, 19 November 2014

Tim Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa penyakit Diabetes Mellitus
merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam 10 (sepuluh) besar penyakit
di Indonesia. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia mencapai 5 (lima) juta jiwa.
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di
seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi.
Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka
ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. DM
terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama tipe 2) terjadi di negara
berkembang. Peningkatan prevalens terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat
dari tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup, seperti pola makan Western-style
yang tidak sehat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi
Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan
diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang
terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM
maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih
sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah
dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara
yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun
yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah
obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah
kurang dari 5 porsi perhari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu diabetes melitus ?
2. Apa yang menjadi etiologi dari diabetes melitus?
3. Apa saja klasifikasi dari diabetes melitus?
4. Apa saja gambaran klinis dari diabetes melitus?
5. Apa itu obat antidiabetes?
6. Apa saja yang termasuk obat antidiabetes?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes


Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula
darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(WHO, 1999).
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia
yang prevalensinya akan terus meningkat dari tahun ke tahun. DM merupakan
penyakit degeneratif yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi (Dipiro,
2008).
2.2 Etiologi
Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya
hidup (pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik). Selain itu,adanya
stress, kelainan genetika, usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi
salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit diabetes.
2.3 Klasifikasi
Melihat etiologinya DM dapat dibedakan menjadi Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :
a) Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset atau Insulin
dependent atau Ketosis prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian
dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah juvenile onset
sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan

memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30
atau menjelang 40 tahun.
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat
rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal
berespon terhadap stimulus yang semestinya meningkatkan sekresi insulin. DM
tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun
ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, dimana sistem imun
pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta
pankreas yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan
defisiensi insulin.
Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara
lainvirus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi
susu sapi padamasa bayi.Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1
terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau
aktivitas HLA (Human Leukocyte Antigen). DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini,
sering terjadi akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.

b) Diabetes Melitus tipe 2


DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat
respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam
lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi
glukosa hati dan peningkatan lipolisis.Defek yang terjadi pada DM tipe 2
disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupankalori yang berlebihan,
aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.

c) Diabetes Melitus tipe lain

Defek genetik fungsi sel beta

Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi


sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda

(<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY).


Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal.
Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom,
yang paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p
yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelalaian
genetik yangmengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi
insulin.

Defek genetik kerja insulin

Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia,


hiperglikemia dan diabetes.

Penyakit eksokrin pankreas

Meliputi pankreatitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.

Endokrinopati

Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja


mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada
sindroma Cushing,glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan
diabetes.

Karena obat/zat kimia

Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun
tikus) danpentamidin dapat merusak sel beta.

Infeksi

Imunologi

Sindroma genetik lain

d) Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset
pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14%
kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.

2.4 Pengertian Obat Anti Diabetes


Obat antidiabetes adalah obat yang digunakan untuk mengatur diabetes
mellitus. Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olah raga)
belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan
langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat
hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
2.5 Jenis Obat Antidiabetes
2.5.1

Insulin
Insulin adalah pengobatan penderita untuk pertama kali. Sebagian
besar pasien diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat human
insulin. Karena insulin akan dihancurkan bila diberikan per os, maka
pemberiannya hanya per injeksi. Ada tiga tipe preparat lama menurut lama
kerjanya yaitu: short acting, intermediate acting, dan long acting. Insulin
intermediate dipilih untuk penderita yang cenderung menderita ketoasidodsis.
Kemudian diperkenalkan preparat insulin yang baru yaitu: insulin lispro dan
insulin aspart, yang dapat bekerja lebih cepat dibandingkan short acting
preparat lama. Preparat ini memungkinkan pasien untuk menyuntik diri sendiri
seesaat sebelum makan daripada menunggu 30 menit. Insulin yang sering
digunakan selama kehamilan biasanya hanya 2 tipe, yaitu tipe short (actrapid)
dan intermediate (monotartd).

2.5.1.1 Farmakodinamika Insulin


Insulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa
menembus membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan
lemak dan glukosa ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel
serta fungsi metabolisme berbagai macam jaringan. Insulin bekerja pada hidrat
arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada dasarnya bertujuan untuk
mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak dan asam amino
dapat tersimpan dan tidak terbakar habis.

2.5.1.2 Farmakokinetika Insulin


Hati dan ginjal adalah organ yang membersihkan insulin dari sirkulasi.
Hati membersihkan darah kira-kira 60% dari insulin dan ginjal membersihkan
35-40%. Namun, pada pasien diabetes yang mendapatkan pengobatan insulin
rasio tersebut menjadi terbalik, sebanyak 60% insulin eksogen yang
dibersihkan oleh ginjal dan hati membersihkan tidak lebih dari 30-40%. Waktu
paruh waktu insulin dalam sirkulasi adalah 3-5 menit.

2.5.1.3 Cara Pemberian Insulin


Sebagian ibu hamil dengan diabetes gestasional mungkin hanya
memerlukan 1x suntikan preparat insulin intermediate acting per hari, karena
mereka masih memiliki cukup horman dari tubuhnya sendiri untuk
mempertahankan keadaan normoglikemia sepanjang malam. Sebelum
memberikan terapi, kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml (unit/ml).
Kenali pula jenis spuit insulin yang tersedia: 40 u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.
Suntikan diberikan subkutan di deltoid, paha bagian luar, perut, sekitar pusat.
Suntikan diberikan secara tegak lurus. Tempat suntikan sebaiknya digantiganti. Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama
setengah jam setelah suntikan diberikan. Kalau pasien suntik sendiri, harus

dapat melihat dengan jelas angka pada alat suntik. Saat ini ada alat suntik
bentuk pena dengan kontrol dosis yang lebih mudah dan lebih tepat,dan
mudah dibawa-bawa.

2.5.1.4 Interaksi Insulin


Beberapa hormon melawan efek hipoglikemia insulin misalnya
hormon pertumbuhan, kortikotropin, glukokortikoid, tiroid, estrogen,
progestin dan glukagon. Adrenalin menghambat sekresi insulin dan
merangsang glikogenolisis. Guanetidin menurunkan gula darah dan dosis
insulin perlu disesuaikan bila obat ini ditambahkan/dihilangkan dalam
pengobatan. Beberapa antibiotik (kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat dan
fenilbutason) meningatkan kadar insulin dalam plasma. Nikotin mengurangi
absorpsi insulin dengan menyebabkan vasokonstriksi.

2.5.2

Oral Antidiabetik
Antidiabetik oral mungkin berguna untuk yang alergi insulin atau
orang yang tidak mau menggunakan pemakaian suntik. Kemudian akhirnya
ditemukan golongan obat OAD, yaitu Sulfonilurea dan Biguanid. Pemakaian
klinis OAD harus didahului dengan pemeriksaan laboratorium dan penetapan
diagnosis. Diabetes pada usia muda, kehamilan dan diabetes berat disertai
komplikasi mutlak memerlukan insulin dan tidak dapat ditolong dengan OAD.
Harus berhati-hati pula, bila penderita mempunyai fungsi hati yang menurun,
infark jantung dan gangguan hormonal lainnya. Sebaiknya tidak diberikan
pada pasien hamil.

2.5.2.1 Farmakodinamika & Farmakokinetika OAD


Sulfonilurea bekerja dengan merangsang sel pankreas agar
menghasilkan insulin, maka dari itu sangat bermanfaat pada penderita diabetes
dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin (penderita
NIDDM). Sulfonilurea diabsorpsi baik melalui usus, kemudian tersebar ke
seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma
terutama albumin (70-90%), dalam hati obat ini diubah menjadi
karboksitolbutamid dan diekskresi melalui ginjal. Sediaannya adalah
Glibenklamid, Klorpropamid, Tolbutamid dan Glikuidon. Sulfonilurea dapat
memberikan gejala trombositopeni dan agranulositosis. Biguanid
meningkatkan pemanfaatan glukosa yang tersedia dalam jaringan tapi tidak
dapat menggantikan fungsi insulin endogen. Derivat Biguanid mempunyai
mekanisme yang berlainan dengan derivat Sulfonilurea, kerjanya tidak melalui
perangsangan sekresi insulin tapi langsung terhadap organ sasaran. Terdapat
sediaan fenformin dan metformin. Dapat digunakan bersama insulin dan

sulfonilurea. Sebagian pasien yang gagal dengan Sulfonilurea dapat ditolong


dengan Biguanid. Biguanid sering menimbulkan Hipoglikemia dan asidosis.
Pemberian Biguanid pada pasien nondiabetik tidak menurunkan kadar kadar
glukosa darah, tetapi ternyata menunjukkan efek potensiasi dengan insulin.

2.5.2.2 Efek Samping Antidiabetik


A. Hipoglikemia.
Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita yang tidak mendapat dosis
yang tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hati dan
ginjal. Pemberian insulin yang berlebihan akan menurunkan kadar gula
darah dengan akibat syok. Periksa konsentrasi gula darah sebelum
melakukan aktifitas penting seperti mengemudi dan setiap 2 jam sekali,
dan selalu sediakan gula dalam bentuk permen. Pasien yang tidak sadarkan
diri harus mendapat suntikan glukagon atau glukosa intravena. Serangan

B.

C.

D.

E.

F.

G.

Hipoglikemia merupakan keadaan yang berbahaya dan jika terjadi


berulang dapat menimbulkan kerusakan otak pada ibu atau neonatus.
Pasien harus mengenali gejalanya yaitu, gemetar, berkeringat, mengantuk,
ingatan menurun hingga hilang. Hipoglikemia neonatal, berikan ASI
segera.
Hiperglikemia
Gejala Hipoglikemia hampir sama dengan Hiperglikemia, karena
keduanya berakhir dengan koma. Metabolisme yang berlebihan karena
insulin ini menghasilkan zat-zat keton yang bersifat asam, sehingga pH
darah menurun dan mengakibatkan asidosis. Peningkatan keton yang
berlanjut mengakibatkan penderita jatuh dalam keadaan koma dan
mengeluarkan bau keton.
Hipokalsemia / Hipomagnesemia neonatal
Lakukan pemantauan mengingat konsentrasi kedua nutrien ini lebih
rendah pada ibu hamil dengan diabetes dan bayinya, tersedia preparat
suntikan kalsium dan magnesium.
Polisitemia neonatal
Lakukan pemantauan bilirubin, tersedia fasilitas untuk transfusi
pertukaran.
Infeksi
Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit
kurang baik. Lakukan pemeriksaan urine, inspeksi kulit, pemberian
antibiotik profilaktik, teknik pemberian ASI yang baik penting untuk
mencegah abses payudara. Iritasi ditempat suntikan dapat diatasi dengan
krim antihistamin. Insulin babi digunakan untuk desentisasi atau
pengobatan sementara penderita insulin dependen dengan alergi sistemik
atau alergi lokal persisten.
Lipodistrofi (atropi atau hipertropi)
Merupakan penimbunan lemak akibat pajanan insulin berlebihan.
Jarang terjadi dan merupakan respon imun. Pada lipoatropi terjadi lekukan
di bawah kulit tempat suntikan akibat atropi jaringan lemak. Lipohipertropi
ialah pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat efek
lipogenik insulin.
Gejala saluran pencernaan
Antara lain berupa mual, diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung
yang kadang terasa seperti pirosis substernal di daerah jantung. Gejala ini
dapat diatasi dengan mengurangi dosis, memberikannya bersama makanan
atau membagi obat dalam beberapa dosis.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Melihat etiologinya DM dapat dibedakan menjadi Menurut American Diabetes
Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sebagai
berikut :
a) Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset
b) Diabetes Melitus tipe 2
DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat
respons yang inadekuat pada sel beta pankreas.
c) Diabetes Melitus tipe lain
Defek genetik fungsi sel beta

d) Diabetes Kehamilan/gestasional
Obat antidiabetes adalah obat yang digunakan untuk mengatur diabetes mellitus.
Insulin adalah pengobatan penderita untuk pertama kali. Ada tiga tipe preparat
lama menurut lama kerjanya yaitu: short acting, intermediate acting, dan long
acting.
Insulin mempunyai efek penting yang memudahkan gerak glukosa menembus
membran sel. Insulin membantu meningkatkan penyimpanan lemak dan glukosa
ke dalam sel-sel sasaran, mempengaruhi pertumbuhan sel serta fungsi
metabolisme berbagai macam jaringan.
Hati dan ginjal adalah organ yang membersihkan insulin dari sirkulasi.
Beberapa antibiotik (kloramfenikol, tetrasiklin, salisilat dan fenilbutason)
meningatkan kadar insulin dalam plasma.
Sulfonilurea dapat memberikan gejala trombositopeni dan agranulositosis.
Biguanid meningkatkan pemanfaatan glukosa yang tersedia dalam jaringan tapi
tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen.

Efek Samping Antidiabetik


a. Hipoglikemia.
b. Hiperglikemia
c. Hipokalsemia / Hipomagnesemia neonatal
d. Polisitemia neonatal
e. Infeksi
f. Lipodistrofi (atropi atau hipertropi)
g. Gejala saluran pencernaan
3.2 Saran
Sebagai masyarakat yang hidup di era globalisasi dengan kemajuan teknologi
yang sudah begitu canggih maka, sudah sepatutnya kita sadar akan pentingnya
tindakan preventif agar tidak terserang berbagai penyakit dengan menerapkan pola
hidup dan pikiran yang sehat.Seseorang yang memiliki potensi terserang penyakit
diabetes mellitus baik diturunkan secara genetik ataupun sebelum seseorang tersebut
terserang penyakit DM karena buruknya gaya hidup, sebaiknya dapat dicegah dengan
menerapkan terapi tindakan non-obat seperti pola diet yang menjaga keseimbangan
komposisi makanan dan olahraga dengan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_DM.pdf
https://chvalsakura.files.wordpress.com/2012/04/diabetes.pdf
https://id.scribd.com/doc/92460879/etiologi-DM
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32451/4/Chapter%20II.pdf
http://www.slideshare.net/dwinsari940/ppt-farmakologi-diabetes

Anda mungkin juga menyukai