KIMIA ANORGANIK
PERCOBAAN I
REAKSI KATION LOGAM DENGAN PEREAKSI OKSIN
NAMA
NIM
KELOMPOK/REGU
HARI/TANGGAL PERCOBAAN
ASISTEN
:
:
:
:
:
RACHMA SURYA M
H311 12 267
III (TIGA)/ VII (TUJUH)
RABU/ 2 OKTOBER 2013
IKBAL
PENDAHULUAN
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar logam nikel (Ni) dengan
pengendapan pada analisis kualitatif sistem H2S. Sistem ini dilakukan dalam
penggolongan logam-logam dengan jalan mengendapkan sebagian dari logam-logam
tersebut dengan pereaksi-pereaksi tertentu kemudian dilakukan penyaringan, namun
analisis ini memakan waktu yang relatif panjang dan hanya dapat digunakan dalam
analisis logam dalam jumlah makro atau semimikro (Oktavia, 2002).
Cara lain pemisahan logam-logam yang telah dikembangkan diantaranya
teknik elektrokimia, teknik membran dan ekstraksi pelarut. Ekstraksi pelarut
merupakan suatu cara pemisahan yang penting dalam analisis kimia. Dengan cara ini
suatu ion logam misalnya dipisah dari logam lainnya yang mengganggu. Selain itu
dapat juga digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan preparatif, pemurnian. Prinsip dari
metoda ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu
antara dua pelarut yang saling tidak bercampur. Salah satu pereaksi
digunakan
untuk
proses
pemisahan
logam
yang
sering
adalah 8-hidroksikuinolin
(Oktavia, 2002).
Senyawa heterosiklik aromatik, 8-hidroksikuinolin (8HQ), sering ditemukan
sebagai pencemar lingkungan karena digunakan secara luas dalam industri,
kedokteran dan pertanian. Semyawa ini dikenal sebagai salah satu agen pengompleks
paling umum digunakan dalam kimia analitik, 8HQ sendiri atau dalam bentuk logam
kompleks, seperti tembaga 8-hidroksikuinolin, Cu(8HQ)2, memiliki sifat pembasmi
jamur yang digunakan misalnya, sebagai pestisida, agen penolak jamur, atau sebagai
pengawet (Stevi dkk., 2011).
Senyawa dengan rumus molekul C9H7ON dikenal dengan nama oksin, tak lain
dari
relatif
145
g/mol, rumus
di dalam air maupun di dalam eter, tetapi larut baik dalam alkohol, kloroform, dan
benzena. Dengan adanya sedikit air, larutan yang awalnya tak berwarna akan
mengalami perubahan menjadi kekuningan (Hala, 2011).
N
OH
Gambar 1. 8-Hidroksiquinolin
Oksin merupakan suatu amfoter dalam larutan, karena mempunyai gugus
nitrogen dan gugus hidroksi fenolik. Pada suhu kamar oksin mempunyai harga angka
banding distribusi, D antara kloroform dengan air dengan nilai D=720. Angka
banding ini tercapai bila fasa air pH-nya antara 5 dan 9. Karena sifat atmosfir
tersebut oksin tidak sempurna tereksitasi pada pH dibawah 5 atau pH diatas 9.
Sedangkan reaksi kimia antar oksin dengan logam membentuk senyawa murni,
dimana ion logam membentuk ikatan koordinasi dengan atom nitrogen atau atom
oksigen dari gugus karbonil sehingga membentuk cicin lingkar lima yang stabil.
Salah satu hal yang mempengaruhi distribusi suatu senyawa dalam duan pelarut
adalah pH (Oktavia, 2002).
8-hidroksiquinolin digunakan sebagai pereaksi pengompleks dan bereaksi
dengan hampir setiap logam dalam tabel periodik untuk membentuk bermuatan kelat.
8-hidroksikuinolin memiliki atom hidrogen yang dapat digantikan oleh logam, dan
atom nitrogen yang heterosiklik yang dengan ini membentuk logam bercincin lima.
Oksin adalah ligan bidentat dan membentuk kompleks stabil dengan beberapa ion
logam (Shar dan Soomro, 2005).
Fe3+ + 3(HOx)org
(FeOx3)org + 3H+
(1)
disebut 8-kuinolinol,
atau oxine)
dapat
untuk 5,7dibromo-8-hidroksiquinolin.
Endapan dilarutkan dalam asam klorida, dan campuran standar bromida ditambahkan
berlebihan. Beberapa tetes indigo-carmine atau metil merah ditambahkan untuk
menunjukkan penambahan berlebihan ini, warna pertama biru, kemudian berubah
merah, dan ketika kelebihan telah ditambahkan, berubah menjadi kuning. Kalium
iodida kemudian ditambahkan dan iodium yang dibebaskan dititrasi dengan standar
tiosulfat. Setelah penambahan iodida endapan berwarna coklat umumnya
membentuk, produk selain iodium yang larut selama titrasi dengan tiosulfat,
menghasilkan larutan kuning jernih atau sedikit berwarna kuning keruh, sehingga
titik akhir dengan pati dapat ditemukan dengan cara biasa. Kadang-kadang, bahan
berwarna gelap yang tidak dapat membubarkan mudah dan dapat menyebabkan
kembalinya warna pati, memperlihatkan ketidakpastian titik akhir, hal ini dapat
dihindari dengan mengencerkan larutan dengan baik dan menghindari bromat
berlebih. Ini juga telah menjelaskan bahwa penambahan karbon disulfida sebelum
penambahan kalium iodida menyingkirkan masalah ini. Reaksi untuk penentuan
aluminium dengan cara ini adalah (Willard, 1943):
AlCl3 + 3C9H7ON + 3NaC2H3O2
Al(C9H6ON)3 + 3HCl
AlCl3 + 3C9H7ON
(2)
(3)
3C9H2ONBr2 + 6HBr
+ 12KCl + 6H2O
(4)
(5)
I2 + 2KBr
(6)
2NaI + Na2S4O6
(7)
Menurut Day dan Underwood (2002), bobot ekuivalen suatu zat yang terlibat
dalam suatu reaksi, yang digunakan sebagai dasar untuk suatu titrasi, didefenisikan
sebagai berikut :
1. Asam-basa. Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 g)H+
2. Redoks. Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram dari suatu zat yang
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
3. Pengendapan atau pembentukan kompleks. Bobot gram ekuivalen adalah bobot
dalam gram dari zat itu yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan
1
2
1
3
seterusnya.
Natrium tiosulfat umumnya dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3.5H2O dan
larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah standar primer. Larutan-larutan
tersebut tidak stabil dalam jangka waktu yang lama, sehingga boraks ataau natrium
karbonat seringkali ditambahkan sebagai bahan pengawet (Underwood, 2002).
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
I2 + 2 S2O32-
2 I- + S4O62-
(8)
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai dan tidak ada reaksi samping. Berat
ekivalen dari Na2S2O3.5H2O adalah berat molekulnya 248,17, karena satu elektron
per satu molekul hilang. Jika pH dari larutan di atas 9, tiosulfat teroksidasi secara
persial menjadi sulfat (Underwood, 2002):
4I2 + 2 S2O32- + 5 H2O
Menurut
Svehla
(1990),
ada
8I- + S4O62- + 10 H+
beberapa
cara
pembuatan
(9)
pereaksi
dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1455 0C, dan bersifat sedikit magnetis.
Garam-garam nikel (II) yang stabil, diturunkan dari nikel(II) oksida, NiO, yang
merupakan zat berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut, berwarna hijau,
disebabkan oleh warna dari kompleks heksakuonikelat(II), [Ni(H 2O)6]2+, tetapi untuk
singkatnya, kita akan menganggapnya sebagai ion nikel(II) Ni 2+ saja. Nikel(III)
oksida Ni2O3, yang hitam-kecoklatan juga ada, tetapi zat ini melarutkan dalam asam
dengan membentuk ion nikel(II). Dengan asam klorida encer reaksi ini menghasilkan
gas klor (Svehla, 1990):
Ni2O3 + 6 H+ + Cl-
2 Ni2+ + Cl2
BAB III
METODE PERCOBAAN
+ 3 H2O
(10)
larutan
KI 10%, larutan natriumtiosulfat (Na 2S2O3) 0,1000 N, indikator metil orange (MO)
0,1%, larutan amilum 1%, indikator pH universal, akuades, kertas label, tissue roll,
dan kertas saring.
3.1.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu ukur 50 mL, gelas
kimia 50 mL, gelas kimia 25 mL, gelas kimia 400 mL, erlenmeyer 200 mL, gelas
ukur 25 mL, gelas ukur 10 mL, bulp, pipet skala 25 mL, pipet tetes, buret 50 mL,
statif, corong, hot plate, batang pengaduk, sendok tanduk, labu semprot,
thermometer, dan neraca analitik.
3.2 Prosedur Percobaan
Sebanyak 20 mL larutan logam Ni 100 ppm dipipet ke dalam gelas kimia
400 mL kemudian pH larutan diukur dengan kertas pH universal. Selanjutnya
ditambahkan setetes demi setetes larutan oksin 2 % dalam etanol sambil diaduk
hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk kemudian dipanaskan beberapa
menit hingga mencapai suhu 60-70oC. Endapan kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring. Selanjutnya endapan dicuci dengan air panas, kemudian
dilarutkan dengan menambahkan 20 mL larutan asam klorida (HCl) 4 M panas.
Larutan kemudian ditambahkan 0,5 gram KBr dan 2-3 tetes indikator MO. Larutan
dititrasi dengan menggunakan larutan baku KBrO3 0,1005 N hingga terbentuk warna
kuning muda, volume titran yang digunakan dicatat. Larutan hasil titrasi kemudian
:6
: Kuning
: 0,45 mL
: 0,9 mL
4.2 Reaksi
1.
N
Ni2+ +
+ 2 H+
Ni
N
OH
2.
N
+ HCl
Ni
O
+ NiCl2
N
N
OH
3.
Br
N
OH
Br
OH
penambahan indikator MO warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah
mudah dan setelah titik akhir tercapai larutan berwarna kuning muda.
Setelah titrasi larutan diencerkan dengan menambahkan 12,5 mL HCl 2M,
hal ini dilakukan untuk mengembalikan larutan dalam suasana asam. Kemudian
larutan dibiarkan sekitar 2 menit di tempat yang tertutup, kemudian ditambahkan
10 mL larutan KI 10 % sehingga larutan menjadi berwarna kuning orange.
Selanjutnya larutan dititrasi kembali dengan larutan Na 2S2O3 0,1000 N sebanyak
0,9 mL hingga larutan berwarna kuning pucat. Setelah titik akhir tercapai,
ditambahkan indikator amilum sebanyak 2 tetes dan tidak terjadi perubahan pada
larutan. Fungsi penambahan indikator amilum pada akhir titrasi adalah untuk
memastikan titik akhir dari titrasi telah tercapai yang ditandai dengan tidak terjadinya
perubahan warna larutan.
Berdasarkan perhitungan diperoleh massa Ni adalah sebesar 0,0246 g dan
kadar logam Ni adalah 0,12 %. Hasil ini tidak sesuai dengan kadar Ni secara teori
yaitu 0,01 %, hal ini mungkin disebabkan karena adanya pengotor pada sampel yang
ikut mengendap karena pH pengendapan larutan tidak tepat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar
logam Ni dalam larutan logam Ni 100 ppm adalah 0,12 %.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Hala, Y., 2011, Modul Praktikum Kimia Anorganik, Jurusan Kimia Unhas Makassar.
Oktavia, B., 2002, Penggunaan Oksin Sebagai Pengompleks dalam Analisis Besi dan
Aluminium secara Ekstraksi Pelarut, Sainstek, (4): 121-133.
Shar, G.A., dan Soomro, G. A., 2005, 8-Hydroxyquinoline as a Complexing Reagent
for the Determination of Cd(II) in Micellar Medium, Jour.Chem.Soc.Pak.,
27(5): 471-475.
Stevi, M. C., Ignjatovi, L.M., iri-Marjanovi, G., Stanii, S.M., Stankovi,
D.M., dan Zima, J., 2011, Voltammetric Behaviour and Determination of 8Hydroxyquinoline Using a Glassy Carbon Paste Electrode and the Theoretical
Study of its Electrochemical Oxidation Mechanism, Int. J. Electrochem. Sci.,
6 (2011): 25092525.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Lima, Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Underwood, A.L., dan R.A., Day Jr., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam, Erlangga, Jakarta.
Willard, H. H., 1943, Advance Quantitative Analysis, D.Van Nostrand Company,
New York.
LEMBAR PENGESAHAN
Praktikan,
(IKBAL)
(RACHMA SURYA M)
Endapan
Filtrat
- Dicuci dengan air panas.
- Dilarutkan dengan menambahkan 20 mL 4 M HCl panas.
- Ditambahkan 0,5g KBr dan 2-3 tetes indikator MO.
- Dititrasi dengan larutan baku 0,1005 N KBrO3 sampai terbentuk
warna kuning muda.
Hasil titrasi
-
Hasil
Lampiran 2 Gambar
Sebelum penambahan
oksin
Setelah penambahan
oksin
Saat penyaringan
endapan
Warna endapan
Setelah penambahan
KBr
Setelah penambahan
HCl 2 M
Setelah penambahan
indikator amilum
Setelah penambahan
indikator MO
Setelah penambahan
KI 10%
Lampiran 3 Perhitungan
Logam Nikel (Ni)
a. KBrO3
V
= 0,1005 N
M =
N
0,1005 N
=
=
0,05025 M
Valensi
2
=
=
=
m =
=
=
MxV
0,05025 M x 4,5.10-4 L
2,2612 x 10-5 mol
n x Mr
2,2612.10-5 mol x 167 g/mol
3,7763 x 10-3 g
Ar
8
BE =
59
8
= 7,375
b. Na2S2O3
V
= 0,9 mL = 9 x 10-4 L
= 0,1000 N
M =
n
N
Valensi
0,1000 N
2
= MxV
= 0,05 M x 9.10-4 L
= 4,5 x 10-5 mol
m = n x Mr
= 4,5.10-5 mol x 158 g/mol
= 7,11 x 10-3 g
= 0,05 M
Ni2+ (g)
% Ni
( ab ) x BE logam
V logam
x 100 %
= 0,12 %
x 100 %
x 100 %