Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan
uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun
untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran
hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini
harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam
disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan
terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan
memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk
pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut[9].
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau
beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan,
sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam
penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada
waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi
panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun
menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam
dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan
asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika
konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap
bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan
rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga
agar sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan
yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan
preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)[11]
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik
dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang
dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma
kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang rendah. Efek genetik
mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi
isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif
dan sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja
dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi,
tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan
radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya :
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan
atau Sumber Radiasi lainnya
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya
berdasarkan ketentuan safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :
menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit
untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah seringnya tidak memuat
informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan penting yang anda butuhkan ketika bekerja
dengan bahan kimia tertentu. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk
menggunakan sumber informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik
untuk mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada setiap
penggunaan bahan kimia di tempat kerja.
Informasi berikut harus muncul pada semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat
berbeda dari yang dijelaskan dibawah ini.
Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama dagang, nama
yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar data bahaya juga harus
mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim adalah nama lain dengan substansi yang
diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal HDSs dibuat, dan
nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna
produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi tentang
produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.
Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
Untuk produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus
bahan kimia, dan yang didata bila komposisinya 1% dari produk. Pengecualian untuk zat
karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas konsentrasi yaitu
Permissible Exposure Limit (PEL)[13] dan The Recommended Threshold Limit Value (TLV )
[14] harus didata dalam HDSs.
Bagian 3 : Data Fisik
Bagian ini mendata titik didih, tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi
pada bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang
ditimbulkannya.
Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan
Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan
kepada anda bagaimana memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk
mencegah, merencanakan dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.
Bagian 5 : Data Reaktifitas
Bagian ini menjelaskan kepada anda apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya
apa yang ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan substansi,
substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara bersamaan. Informasi ini
penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute tempat masuk (pernafasan, penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan
kronik, tanda-tanda dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan
yang makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang direkomendasikan/prosedur gawat
darurat, semuanya seharusnya terdaftar di bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan,
metode pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan
tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali pabrik pembuat
produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup
asap atau hindari kontak dengan kulit.
Bagian 8 : Pengukuran Kontrol
Metode yang direkomendasikan untuk control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat
pelindung diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe respirator,
baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten untuk produk harus diberitahu.
Lebih dari rekomendasi perlindungan material yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple
menyatakan bahwa baju dan sarung tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian
ini cenderung menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.
1.6 Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya[15]
Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau
tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga
kerja yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat
bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para konsumen dari barang
tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan
keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah
lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang yang umum
dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut[16] :
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gambar 2.14 Tanda bahaya dari bahan kimia
Keterangan :
E
= Dapat Meledak
T = Beracun
C = Korosif
= Mudah Terbakar
Xi = Iritasi
= Pengoksidasi
T+ = Sangat Beracun
Daftar Pustaka
[1] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 26.
[2] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard
Control (Jakarta, 1991) hal. 3 4.
[3] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 35.
[4] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard
Control (Jakarta, 1991) hal. 57 69.
[5] Bahan kimia beracun dan gangguannya terhadap kesehatan dapat dilihat pada tabel 1. Ibid.,
hal. 150 151.
[6] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard
Control (Jakarta, 1991) hal. 67 68.
[7] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard
Control (Jakarta, 1991) hal. 179 185.
[8] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 29
30.
[9] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 30.
[10] Ibid., hal. 28.
[11] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36
37.
[12] Rosskam F., Chamicals In The Workplace (Geneva, 1996) hal. 21 24.
[13] PEL adalah jumlah maksimum substansi yang diizinkan dalam udara di tempat kerja, PEL
dilaksanakan secara legal.
[14] TLV adalah nilai ambang batas yang direkomendasikan dan dilaksanakan secara ilegal.
TLV direncanakan oleh agensi pribadi, dimaksudkan untuk mewakili konsentrasi substansi
dimana setiap harinya pekerja dapat dinyatakan tanpa efek samping yang merugikan kesehatan.
[15] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 27
28.
[16] Safety Department, Buku Panduan Safety (Banten, 2003) hal. 3 4.
[17] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 36.
[18] Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 149 150.
[19] Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992) hal. 150 151.
[20] Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 6.
[21] Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard
Control (Jakarta, 1991) hal. 131 137.
[22] Imam Sjahputra, Amin Widjaja, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru Di
Indonesia (Jakarta, 2004) hal. 120 130
Mengevaluasi Risiko Racun Bahan Kimia Laboratorium Toksikologi adalah studi efek balik
bahan kimia terhadap sistem hidup. Seluruh pegawai laboratorium harus memahami prinsip
dasar tertentu dan toksikologi dan belajar untuk mengakui kelas bahan kimia beracun dan korosif
utama. Bagian selanjutnya meringkas konsep utama yang terlibat dalam penilaian risiko
penggunaan bahan kimia beracun di dalam laboratorium. (Lihat juga Bab 9, Bagian 4.)
7.3.1 Hubungan Dosis-Respons Prinsip dasar toksikologi adalah bahwa tidak ada zat yang
sepenuhnya aman dan bahwa semua bahan kimia menimbulkan efek racun jika jumlah unsur
yang cukup tinggi berhubungan dengan sistem hidup. Satu faktor terpenting yang menentukan
apakah suatu zat berbahaya atau aman adalah hubungan antara konsentrasi bahan kimia dan efek
racun yang dihasilkannya. Untuk semua bahan kimia, ada kisaran konsentrasi yang
menyebabkan efek bertingkat antara tidak ada efek sama sekali dan kematian. Dalam
toksikologi, kisaran ini disebut hubungan dosis-respons untuk bahan kimia. Dosis adalah jumlah
bahan kimia yang diserap (melalui penghirupan, pencernaan, atau penyerapan melalui kulit) dan
responsnya adalah efek yang dihasilkan bahan kimia. Hubungan ini unik untuk masing- masing
bahan kimia, meski untuk jenis bahan kimia yang serupa, hubungan dosis-respons meski untuk
bahan kimia jenis tertentu sering kali serupa. Untuk sebagian besar bahan kimia umum, dosis
ambang telah ditentukan di bawah bahan kimia yang tidak dianggap berbahaya oleh banyak
orang. Satu cara untuk mengevaluasi toksisitas akut bahan kimia, atau toksisitasnya setelah satu
kali paparan, adalah dengan memeriksa dosis letal (LD) atau nilai konsentrasi letal (LC) bahan
tersebut.
z LD50 adalah jumlah bahan kimia yang saat dicerna, disuntikkan, atau dioleskan ke kulit
hewan uji dalam kondisi laboratorium yang terkendali membunuh setengah (50%) dari jumlah
hewan. LD50 biasanya dinyatakan dalam miligram atau gram per kilogram berat badan.
z LC50 adalah konsentrasi bahan kimia di udara yang akan membunuh 50% hewan uji yang
terpapar. LC50 diberikan dalam bagian per juta, miligram per liter, atau miligram per meter
kubik. LC50 lebih sering digunakan untuk bahan kimia yang mudah menguap atau bahan kimia
dengan tekanan
78
Prinsip dasar toksikologi adalah tidak ada satu zat pun yang sepenuhnya aman dan semua bahan
kimia menghasilkan efek beracun jika zat tersebut dalam jumlah yang sangat cukup tersentuh
oleh sistem hidup.
79
Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 7
uap cukup sehingga penghirupan menjadi rute penting masuknya bahan kimia ke tubuh.
z Nilai LC100 dan LD100 juga berguna, yang didefi nisikan sebagai konsentrasi atau dosis
terendah yang menyebabkan kematian hewan uji.
Secara umum, semakin tinggi LD50 atau LC50, semakin rendah toksisitas bahan kimia.
7.3.2 Durasi dan Frekuensi Pemaparan Efek racun bahan kimia terjadi setelah pemaparan tunggal
(akut), intermittent (berulang), atau berulang dalam waktu yang lama (kronis). Zat beracun akut
menyebabkan kerusakan sebagai akibat pemaparan tunggal berdurasi pendek. Hidrogen sianida,
hidrogen sulfi da, dan nitrogen dioksida adalah contoh racun akut. Sebaliknya, zat beracun kronis
menyebabkan kerusakan setelah pemaparan berulang atau berdurasi lama atau menyebabkan
kerusakan yang hanya menjadi bukti setelah masa laten yang panjang. Racun kronis mencakup
seluruh karsinogen, racun reproduktif, dan logam berat tertentu serta senyawanya. Banyak racun
kronis yang sangat berbahaya karena masa laten yang panjang. Efek kumulatif pemaparan
rendah terhadap zat semacam itu mungkin tidak tampak selama bertahun-tahun. Banyak bahan
kimia yang berbahaya baik secara akut maupun kronis tergantung tingkat dan durasi pemaparan.
7.3.3 Jalur Pemaparan Pemaparan terhadap bahan kimia di laboratorium terjadi melalui
penghirupan, kontak dengan kulit atau mata, pencernaan, dan injeksi. Pertimbangkan masingmasing jalur berbeda berikut ini saat mengevaluasi bahaya racun bahan kimia.
Lihat Lampiran F.1. Menilai Jalur Pemaparan Bahan Kimia Beracun untuk mendapat informasi
lebih lanjut tentang penilaian risiko pemaparan yang terkait dengan bahan kimia beracun.
7.4 Menilai Risiko Racun Bahan Kimia Laboratorium Tertentu Langkah pertama dalam menilai
risiko eksperimen terencana antara lain mengidentifi kasi bahan kimia mana yang akan
digunakan yang berpotensi zat berbahaya. Bagian ini menjelaskan bagaimana cara menilai risiko
yang terkait dengan kelas bahan kimia beracun tertentu. Bahan kimia yang digunakan di
laboratorium dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas zat beracun berbeda. Banyak bahan
kimia memiliki lebih dari satu jenis
Nitrogen dioksida, gas kuning- cokelat, sangat beracun jika terhirup.
80
7 Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium
kandungan racun. Selanjutnya kelas zat beracun paling umum yang ditemukan di laboratorium.
7.4.1 Racun Akut Toksisitas akut adalah kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan efek
berbahaya setelah pemaparan satu kali. Bahan beracun akut dapat menyebabkan efek racun lokal,
efek racun sistemik, atau keduanya. Kelas racun ini meliputi bahan kimia korosif, iritan, dan
alergen (pemeka). Bahan kimia yang paling umum dengan tingkat toksisitas akut tinggi yang
ditemui di laboratorium antara lain z akrolein; nikel karbonil; z arsina; nitrogen dioksida; z
klorin; osmium tetraoksida; z diazometana; ozon; z diborana (gas); fosgen; z dimetil
merkuri; natrium azida; dan z hidrogen sianida; natrium sianida (dan z hidrogen fl uorida;
garam sianida lainnya). z metil fl uorosulfonat;
Tangani senyawa ini menggunakan prosedur tambahan yang diuraikan pada Bab 9, Bagian 4.
Saat merencanakan eksperimen, temukan apakah racun akut harus ditangani secara khusus
sebagai senyawa berbahaya dengan mempertimbangkan
z jumlah total zat yang akan digunakan;
z sifat fi sik zat (msl., Apakah mudah menguap? Apakah cenderung membentuk debu?);
z jalur pemaparan potensialnya (msl., Apakah siap diserap melalui kulit?); dan
z keadaan penggunaannya dalam eksperimen yang diajukan (msl., Apakah zat akan dipanaskan?
Apakah unsur itu cenderung menghasilkan aerosol?).
Mungkin akan membantu jika memutuskan cara penanganan racun akut berdasarkan konsultasi
dengan manajer laboratorium atau CSSO.
Lihat Lampiran F.2. Menilai Risiko Terkait dengan Racun Akut untuk informasi lebih lanjut
tentang cara menentukan tingkat bahaya toksisitas akut dan kemungkinan dosis letal untuk
manusia.
81
Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 7
7.4.2 Iritan, Korosif, Alergen, dan Pemeka LD50, LC50, dan nilai toksisitas lainnya memberikan
sedikit panduan dalam menilai risiko korosif, iritan, alergen, dan pemeka karena unsur racun
menerapkan efek berbahaya mereka secara lokal. Gunakan panduan berikut untuk menilai risiko
bahan kimia ini.
7.4.2.1 Iritan Iritan adalah bahan kimia non-korosif yang memiliki efek peradangan
(pembengkakan dan kemerahan) yang dapat dibalik pada jaringan hidup karena tindakan kimia
di tempat yang mengalami kontak. Beri perhatian khusus pada LCSS, MSDS, dan sumber
informasi lainnya tentang bahan kimia iritan. Berbagai bahan kimia organik dan anorganik
bersifat iritan, seperti silil halida dan hidrogen selenida. Lakukan beberapa langkah untuk
meminimalkan kontak kulit dan mata dengan semua bahan kimia reagen di dalam laboratorium.
7.4.2.2 Zat Korosif Zat korosif adalah zat padat, cair, atau gas yang menghancurkan jaringan
hidup dengan tindakan kimia di tempat yang mengalami kontak. Efek korosif tidak hanya terjadi
di kulit dan mata, tetapi juga di saluran pernapasan dan, bila termakan, di dalam saluran cerna.
Zat korosif umum yang ditemukan di banyak lab antara lain z amonia; hidrogen peroksida; z
bromina; metal hidroksida; z kalsium oksida; asam nitrat; z klorin; nitrogen dioksida; z
kloramina; fenol; z asam hidroklorat; fosfor; dan z asam hidrofl orat; fosfor pentoksida. Saat
merencanakan eksperimen yang melibatkan zat korosif, kaji praktik penanganan dasar untuk
memastikan bahwa kulit, wajah, dan mata cukup terlindung. Pilih sarung tangan tahan-korosi
serta pakaian dan penutup mata pelindung yang tepat, termasuk, dalam beberapa kasus,
pelindung wajah.
7.4.2.3 Alergen dan Pemeka Alergi bahan kimia adalah reaksi balik sistem kekebalan terhadap
bahan kimia. Reaksi alergi semacam itu disebabkan oleh sensitisasi sebelumnya terhadap bahan
kimia tersebut atau bahan kimia yang mirip secara struktural. Beberapa reaksi alergi muncul
secara langsung, terjadi dalam beberapa menit setelah pemaparan. Syok anafi laktik
Untuk menangani bahan korosif seperti asam nitrat diperlukan pakaian pelindung, termasuk
sarung tangan tahan korosi. Asam nitrat juga bersifat oksidan.
82
7 Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium
adalah reaksi alergi langsung yang parah dan menyebabkan kematian jika tidak ditangani degan
cepat. Reaksi alergi tunda memerlukan waktu beberapa jam atau bahkan beberapa hari untuk
berkembang. Kulit adalah tempat yang biasa mengalami reaksi tunda semacam itu, memerah,
bengkak, dan gatal bahkan setelah bahan kimia dihilangkan. Kepekaan yang ditunjukkan setiap
orang terhadap bahan kimia laboratorium sangat beragam. Saat bekerja dengan alergen yang
dikenal, ikuti kebijakan laboratorium tentang penanganan dan pengendaliannya. Karena reaksi
alergi dipicu oleh alergen dalam jumlah sangat kecil di tubuh individu yang peka, pegawai
laboratorium harus mewaspadai tanda respons alergi terhadap bahan kimia.
7.4.3 Asfi ksian Asfi ksian adalah zat yang mengganggu pengiriman pasokan oksigen yang
memadai ke organ tubuh yang vital. Otak adalah organ yang paling mudah terpengaruh oleh
kekurangan oksigen, dan pemaparan terhadap asfi ksian menyebabkan pingsan dan kematian
dengan cepat. Gas asetilen, karbon dioksida, argon, helium, etana, nitrogen, metana, dan butana
adalah asfi ksian yang umum. Bahan kimia tertentu lainnya memiliki kemampuan untuk
mengikat hemoglobin, sehingga mengurangi kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Karbon
monoksida, hidrogen sianida, serta sianida organik dan anorganik adalah contoh zat semacam itu.
7.4.4 Neurotoksin Neurotoksin memiliki efek merugikan pada struktur atau fungsi sistem saraf
pusat atau periferal, yang dapat bersifat permanen atau sementara. Deteksi efek neurotoksik
mungkin memerlukan teknik laboratorium khusus, tetapi sering kali efeknya terlihat dalam
perilaku, seperti bicara tidak jelas dan berjalan sempoyongan. Banyak neurotoksin adalah zat
beracun kronis dengan efek merugikan yang tidak langsung tampak. Beberapa neurotoksin kimia
antara lain merkuri (anorganik dan organik), pestisida organofosfat, karbon disulfi da, xilena,
trikloroetilena, dan n-heksana.
7.4.5 Toksin Reproduktif dan Pengembangan Toksin reproduktif adalah zat yang menyebabkan
kerusakan kromosom (mutagen) dan zat dengan efek letal atau teratogenik (perubahan bentuk)
pada janin. Zat ini menimbulkan masalah dalam berbagai aspek reproduksi, termasuk kesuburan,
kehamilan, produksi ASI, dan kinerja reproduksi umum lainnya serta dapat mempengaruhi baik
pria maupun wanita. Toksin reproduktif pria dalam beberapa kasus menyebabkan kemandulan.
Banyak racun reproduktif merupakan racun kronis yang menyebabkan kerusakan setelah
pemaparan berulang atau jangka panjang, dengan efek yang menjadi jelas hanya setelah masa
laten yang lama.
83
Menilai Bahaya dan Risiko di Laboratorium 7
Toksin pengembangan beraksi selama kehamilan dan menyebabkan efek merugikan pada fetus.
Saat wanita terpapar bahan kimia, umumnya janin juga terpapar karena plasenta merupakan
penghalang bahan kimia yang sangat buruk. Racun pengembangan memiliki dampak terbesar
selama trimester pertama kehamilan. Karena sering kali wanita tidak mengetahui kehamilannya
selama periode yang sangat rentan ini, wanita yang berpotensi mengandung disarankan untuk
sangat berhati-hati saat bekerja dengan bahan kimia, terutama yang cepat diserap melalui kulit
(msl., formamida). Ibu hamil dan wanita yang berkeinginan untuk hamil harus meminta saran
dari sumber ahli sebelum bekerja dengan zat yang diduga merupakan racun reproduktif. Sebagai
tindakan pencegahan minimal, orang harus mengikuti prosedur umum yang diuraikan pada Bab
9, bagian 4, meski dalam beberapa kasus akan lebih tepat untuk menangani senyawa itu sebagai
zat sangat berbahaya. Informasi tentang racun reproduktif dapat diperoleh dari LCSS, MSDS,
dan ICSC serta dengan berkonsultasi pada profesional keselamatan di departemen keselamatan
lingkungan, kantor kesehatan industri, atau departemen kesehatan.
7.4.6 Racun yang Mempengaruhi Organ Lainnya Zat beracun juga mempengaruhi organ selain
sistem reproduksi dan saraf. Sebagian besar hidrokarbon berklor, benzena, hidrokarbon aromatik
lainnya, beberapa logam, karbon monoksida, dan sianida, di antara zat lainnya, menghasilkan
satu atau lebih efek pada organ target. Banyak LCSS menyebutkan efek racun pada organ seperti
hati, ginjal, paru-paru, atau darah.
7.4.7 Karsinogen Karsinogen adalah zat yang mampu menyebabkan kanker. Karsinogen
merupakan zat beracun kronis; yaitu, zat yang menyebabkan kerusakan setelah pemaparan
berulang atau dalam jangka panjang, dan pengaruhnya mungkin terlihat nyata setelah masa laten
yang panjang. Karsinogen merupakan racun yang sangat berbahaya karena tidak memiliki efek
berbahaya yang langsung tampak. Berbagai zat yang ditemui dalam penelitian, terutama di
laboratorium yang terlibat dengan pembuatan senyawa baru, belum diuji karsinogenisitasnya.
Tangani bahan kimia yang dikenal sebagai karsinogen sebagai zat yang sangat berbahaya dengan
menggunakan praktik dasar di Bab 9, Bagian 3 dan 4. Konsultasi dengan CSSO mungkin
diperlukan untuk memutuskan apakah bahan kimia perlu digolongkan sebagai zat yang sangat
berbahaya. Daftar karsinogen dan senyawa manusia yang dikenal dapat dilihat di situs web Agen
Penelitian Kanker Internasional World Health