b. interest rate swap, interest rate option, FRAs, dan interest rate
futures.
Jadi Bank dapat melakukan transaksi untuk kepentingan sendiri
(propietary), namun demikian sesuai PBI pemenuhan kecukupan Modal,
Bank harus melakukan penyesuaian ATMR apabila melakukan transaski
derivatif.
6Ibid., ps. 4.
1)
2)
3)
SUB-REGISTRY
Bank Indonesia sebagai Central Registry telah menetapkan sistem
penataushaan two-tier terdiri dari Central Registry dan beberapa SubRegistry. Sub-Registry adalah lembaga yang melakukan pencatatan
kepemilikan obligasi untuk kepentingan nasabahnya. 9 Dengan kata lain
Sub-Registry adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk
melakukan seluruh kegiatan kliring, setelmen, termasuk pencatatan, dan
pengalihan kepemilikan obligasi pemerintah dan berfungsi sebagai agen
pembayar untuk pemilik surat berharga yang tercatat dalam Subregistry.10 Melihat pengertian ini maka Sub-Registry secara umum akan
lebih berperan dalam administrasi harian.
Sub-Registry dalam melaksanakan fungsinya melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Hanya dapat melakukan pencatatan kepemilikan dan setelmen pada
rekening obligasi untuk kepentingan pemilik obligasi yang menjadi
nasabahnya;
Sub-Registry tidak berhak atas kepemilikan obligasi yang tercatat
pada Sub-Registry;
Hanya boleh bertindak sesuai dengan ketentuan dan persetujuan
dari pemilik obligasi;
Selain itu Sub-Registry juga tidak diperbolehkan untuk memelihara
rekening untuk diri sendiri, direksi, dewan komisaris, dan pemegang
saham.
Pemegang saham disini adalah pemegang saham baik perorangan
maupun perusahaan/badan yang memiliki saham 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal disetor.
BI-SKRIP
Sedangkan untuk setelmen surat berharga Bank Indonesia telah
membuat sistem, yaitu Bank Indonesia-Sistem Kliring, Registrasi,
Informasi, dan Penatausahaan Obligasi Pemerintah, disingkat dengan BISKRIP. BI-SKRIP terdiri dari central registry yaitu Bank Indonesia dan
sejumlah sub-registry yang memperoleh lisensi dari Bank Indonesia.
Beberapa sub-registry tersebut adalah:
1. Bank CIMBNiaga
2. Deutche Bank
9Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/2/PBI/2000, ps. 1.btr. 7.
10PMON, Op. cit., hal. 8.
3. Citibank
4. Bank Internasional Indonesia
5. Standart Chartered
6. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia
7. The Hongkong and Shanghai Bangking Corporation Limited
8. Bank Mega.
9. Bank Central Asia.
10.
Bank Danamon.
11.
Bank Mandiri.
12.
Bank Negara Indonesia
13.
Bank Rakyat Indonesia.
14.
Bank Permata
15.
Bank Panin.
Data perdagangan dipasar sekunder diperoleh dari BI-SKRIP.BISKRIP memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan data yang
digunakan sebagai informasi untuk menghitung dan menetapkan nilai
pasar dari setiap seri penerbitan obligasi.Data yang dimaksud memuat
uraian serta deskripsi mengenai seri penerbitan, harga, yield, nilai
nominal, dan tanggal setelmen. Dengan data yang berasal dari BI-SKRIP
maka Pusat Manajemen Obligasi Negera dapat melakukan pengelolaan
dan perhitungan yang memadai dalam memberikan arah kebijakan dalam
perdagangan obligasi negara.
PEMEGANG OBLIGASI PEMERINTAH
Obligasi pemerintah ini dapat dimiliki oleh siapa saja baik penduduk
maupun bukan penduduk Indonesia. Obligasi dapat dimiliki oleh Bank,
dana pensiun, yayasan, perusahaan, dan masyarakat, baik secara
individual maupun lembaga.11
Pihak yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemegang Obligasi
pada Bank Indonesia dianggap sebagai Pihak yang mempunyai hak atas
Obligasi tersebut, sampai dengan adanya instruksi pengalihan hak dari
Pihak yang berwenang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
1)
12Market Maker adalah lembaga yang bertindak sebagai pengerak pasar dalam rangka
memelihara pasar sekunder yang likuid dan kompetitif, yaitu yang secara aktif
memberikan kuotasi dua arah (bids and offer), (lihat: PMON, Daftar Istilah, Berita
Trwulanan No. 2, Oktober 2001: 9).