Anda di halaman 1dari 8

POINTER ASPEK HUKUM OBLIGASI NEGARA

RESIKO INVESTASI SURAT HUTANG NEGARA


Resiko kredit dan resiko untuk terjadinya default dapat dikatakan
tidak ada, hal ini karena sekuritas ini merupakan langsung tanggung
jawab pemerintah. Dengan tingkat resiko yang rendah ini menyebabkan
harga pasar obligasi pemerintah lebih rendah dibandingkan dengan harga
pasar obligasi perusahaan.
Surat utang negara bebas dari resiko keadaan (event risk) dan juga
resiko penarikan (call Risk), jika berinvestasi pada obligasi yang bukan
merupakan objek untuk ditarik sewaktu-waktu (callable). Walaupun dapat
dikatakan obligasi merupakan sekuritas dengan pendapatan yang tetap,
namun obligasi pemerintah terpengaruh oleh resiko bunga.Harga
obligasi bereaksi atas perubahan tingkat suku bunga dan juga jangka
waktu jatuh tempo obligasi. Dimana sesuai dengan pengertian duration,1
maka semakin lama jangka waktu jatuh tempo sebuah obligasi,
semakin berfluktuasi pula tingkat harganya terhadap perubahan bunga,
demikian pula jika jangka waktu jatuh temponya pendek, maka fluktuasi
akibat tingkat bunga akan semakin rendah. UNTUK ITU PERLU ADANYA
LINDUNG NILAI ATAS ADANYA RESIKO BUNGA DIMAKSUD.
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN OBLIGASI PEMERINTAH
Dalam berinvestasi dalam obligasi pemerintah T-Bonds atau dalam
T-Notes ada beberapa keuntungan dan juga kerugian. Hal tersebut dapat
dilihat pada bagian dibawah ini:2
Keuntungan Obligasi Pemerintah:
Tidak ada resiko kredit dan wanprestasi, karena merupakan
kewajiban langsung pemerintah.
Jangka waktu jatuh temponya yang panjang.
Dibeberapa negara bunga yang diterima biasanya bebas dari pajak.
1Duration: Ukuran tingkat responsif harga obligasi berkaitan dengan perubahan
tingkat bunga. Semakin panjang durasi, maka semakin besar perubahan relatif
persentase dalam harga obligasi sebagai respon dari perubahan persentase dari
tingkat bunga. (lihat: Arthur J. Keown, Basic Financial Management, 7th ed., hal.
272).

2Farber, Op. cit., hal 93-94.

Lancar dan mudah diperdagangkan jika memiliki pasar sekunder


yang aktif.
Biaya transaksi dapat dihindari jika membeli langsung dari penerbit
yaitu pemerintah.
Selisih markups dari obligasi yang diperdagangkan terendah
dibanding sekuritas yang berpenghasilan tetap.

Kelemahan Obligasi Pemerintah:


Tingkat bunga pasar obligasi lebih rendah dibanding dengan tingkat
bunga pasar obligasi perusahaan.
Tidak melindungi terhadap kenaikan inflasi.3 Kehilangan daya beli
dan investasi jika tingkat inflasi melebihi tingkat bunga obligasi.
Untuk obligasi yang jangka waktu jatuh temponya panjang, terdapat
resiko bunga. Jika tingkat bunga di pasar meningkat setelah obligasi
lama dibeli, maka harga pasar obligasi ini akan turun. Investor akan
kehilangan sebagian besar nilai investasinya jika ternyata mereka
terpaksa menjual obligasinya sebelum tanggal jatuh tempo.
Bunga pasar yang sangat fluktuatif, dimana tingkat bunga obligasi
dapat berubah menjadi lebih tinggi padahal jangka waktu jatuh
temponya sama.
TRANSAKSI DERIVATIF PADA PERBANKAN
Pengertian transaksi derivatif berdasarkan PBI Nomor NOMOR:
7/31/PBI/2005, Transaksi Derivatif adalah transaksi yang didasari oleh
suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan
turunan dari nilai instrument yang mendasari seperti suku bunga, nilai
tukar, komoditi, ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan
atau tanpa pergerakan dana atau instrumen, namun tidak termasuk
transaksi derivatif kredit.
Pasal 7 PBI Nomor NOMOR: 7/31/PBI/2005,
Bank hanya dapat melakukan Transaksi Derivatif yang nilainya
merupakan turunan dari valuta asing dan atau suku bunga.
Transaksi Derivatif yang nilainya merupakan turunan dari valuta asing
dan atau suku bunga meliputi, namun tidak terbatas pada :
a. transaksi forward, swap, option, currency futures, dan transaksi
dengan valuta today dan tomorrow yang disintetiskan sebagai
Transaksi Derivatif ; dan atau
3Di Amerika diperkenalkan sekuritas yang dapat disesuaikan dengan kenaikan
inflasi, sekuritas ini dikenal dengan Treasury Inflation Protection Securities
(TIPS), (Lihat: Fabozzi, Bond Market Analyasis and Strategies, 4th ed., New Jersey:
Prentice Hall, 2000, p. 5).

b. interest rate swap, interest rate option, FRAs, dan interest rate
futures.
Jadi Bank dapat melakukan transaksi untuk kepentingan sendiri
(propietary), namun demikian sesuai PBI pemenuhan kecukupan Modal,
Bank harus melakukan penyesuaian ATMR apabila melakukan transaski
derivatif.

KELEMBAGAAN PADA OBLIGASI PEMERINTAH


a. Penerbit Obligasi Pemerintah
Penerbit obligasi pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia,
yaitu melalui Menteri Keuangan yang telah diberi kewenangan untuk
menerbitkan Obligasi Pemerintah berdasarkan:
1). Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 1998 mengenai Program
Rekapitalisasi Perbankan
2). Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1998 mengenai Pinjaman Dalam
Negeri dalam bentuk instrumen surat utang,
3).
Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.
183/KMK.017/1999 mengenai Penerbitan Instrumen Surat Utang
dalam rangka Program Rekapitalisasi dan Penyehatan Perbankan,
yang telah di amandemen dengan Keputusan Mentri Keuangan No.
564/KMK.017/1999 tertanggal 24 Desember 1999
4).
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara,Kewenangan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. Dalam hal
Pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara, Menteri terlebih
dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia. Pemerintah mengadakan
konsultasi dengan Bank Indonesia pada saat merencana-kan
penerbitan Surat Utang Negara untuk satu tahun anggaran. Konsultasi
ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implikasi moneter dari
penerbitan Surat Utang Negara, agar keselarasan antara kebijakan
fiskal, termasuk manajemen utang, dan kebijakan moneter dapat
tercapai. Pendapat Bank Indonesia tersebut menjadi masukan di dalam
pengambilan keputusan oleh Pemerintah agar penerbitan Surat Utang
Negara dimaksud dapat dilakukan tepat waktu dan dilakukan dengan
persyaratan yang dapat diterima pasar serta menguntungkan
Pemerintah.4

UNIT PENGELOLAAN OBLIGASI

4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara

Pengelolaan Obligasi dilakukan oleh Kementrian Keuangan yang


mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan, pengembangan,
dan pelaksanaan di bidang manajemen obligasi yang meliputi penerbitan,
penjualan, pelunasan, pengadministrasian dan akuntansi obligasi, dan
pengendalian risiko portofolio obligasi, serta pengembangan pasar
obligasi, berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Menteri dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BANK INDONESIA SEBAGAI PENATAUSAHA OBLIGASI PEMERINTAH
Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Keuangan
No.
183/KMK.017/1999, penatausahaan
obligasi dilakukan oleh Bank
Indonesia. Bank Indonesia memiliki beberapa kewenangan dalam
penatausahaan obligasi pemerintah yaitu:
1)
Melakukan pencatatan kepemilikan obligasi pada saat penerbitan,
pencatatan perubahan kepemilikan obligasi, dan penerbitan laporan
posisi kepemilikan obligasi;
2)
Melakukan perhitungan dan pembayaran kupon serta pelunasan
pokok obligasi kepada pemilik obligasi atas beban pemerintah;
3)
Melakukan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
fungsi sebagaimana penatausaha obligasi dengan persetujuan Menteri
Keuangan.
Walaupun demikian kewenangan penatausahaan obligasi yang
dilakukan oleh Bank Indonesia sebagaimana tersebut di atas dilakukan
berdasar atas persetujuan bersama antara Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Indonesia. Bank Indonesia memiliki fungsi dalam
penerbitan dan penatausahaan obligasi pemerintah antara lain:5
1)
Bank Indonesia dapat membantu Pemerintah dalam menerbitkan
Obligasi;
2)
Penatausahaan obligasi di pasar perdana dan pasar sekunder
dilakukan oleh Bank Indonesia;
3)
Bank Indonesia dapat mendorong pengembangan pasar obligasi
sesuai dengan ketentuan di bidang pasar modal.
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 2/2/PBI/ 2000, 6 Bank Indonesia
dalam penatausahaan obligasi melakukan hal-hal sebagai berikut:
5Bank Indonesia, Peraturan Bank
Perdagangan Obligasi Pmerintah, PBI No.
LN.No. 4 Tahun 2000, TLN.No. 3922.ps. 2.

6Ibid., ps. 4.

Indonesia Tentang Penatausahaan dan


2/2/PBI/2000 tanggal 21 Januari 2000,

1)
2)
3)

Mengoperasikan sistem BI-SKRIP;


Menunjuk Sub-Registry;
Melaksanakan kliring dan setelmen obligasi bagi bank, SubRegistry, Market Maker, dan pihak-pihak lain yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia;
4)
Memberikan kepastian kepemilikan bagi pemegang obligasi;
5)
Melaksanakan pembayaran kupon dan pokok pada saat jatuh
waktu;
6)
Membeli kembali obligasi untuk kepentingan pemerintah dalam
rangka pelunasan atas beban rekening pemerintah.
Obligasi pemerintah yang ada saat ini telah dapat diperdagangkan
di pasar sekunder.Untuk memperlancar transaksi di pasar sekunder ini
pemerintah menunjuk Bank Indonesia (BI) untuk melakukan fungsi
sebagai Central Registry.
BANK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL REGISTRY
Central Registry adalah lembaga yang melakukan catatan
kepemilikan obligasi baik untuk kepentingan Bank, Sub-Registry, Market
Maker, maupun pihak-pihak yang ditunjuk Bank Indonesia. 7 Selain
pengertian menurut PBI No. 2/2/PBI/2000 di atas, pengertian tentang
Central Registry adalah pihak yang bertanggung jawab untuk menyimpan
catatan kepemilikan dari obligasi pemerintah, pembayaran kupon, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi pemerintah.8
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara,
menyatakan bahwa kegiatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas-tuigasnya sebagai central registry tersebut, BI
telah membuat sistem setelmen surat berharga yang disingkat dengan BISSSS yaitu Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System.
Sistem ini merupakan sistem yang menatausahakan pencatatan
dan penyelesaian transaksi SUN secara menyeluruh. Bank Indonesia
sebagai central registry bertanggung jawab untuk menyimpan catatan
kepemilikan SUN, pembayaran kupon dan pokok yang jatuh tempo, serta
menatausahakan perpindahan hak kepemilikan obligasi.

7Ibid., ps. 1. btr. 6.


8 Pusat Manajemen Obligasi Negara, Daftar Istilah, Berita Triwulanan No.1, (Juni
2001: 8).

SUB-REGISTRY
Bank Indonesia sebagai Central Registry telah menetapkan sistem
penataushaan two-tier terdiri dari Central Registry dan beberapa SubRegistry. Sub-Registry adalah lembaga yang melakukan pencatatan
kepemilikan obligasi untuk kepentingan nasabahnya. 9 Dengan kata lain
Sub-Registry adalah lembaga yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk
melakukan seluruh kegiatan kliring, setelmen, termasuk pencatatan, dan
pengalihan kepemilikan obligasi pemerintah dan berfungsi sebagai agen
pembayar untuk pemilik surat berharga yang tercatat dalam Subregistry.10 Melihat pengertian ini maka Sub-Registry secara umum akan
lebih berperan dalam administrasi harian.
Sub-Registry dalam melaksanakan fungsinya melakukan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Hanya dapat melakukan pencatatan kepemilikan dan setelmen pada
rekening obligasi untuk kepentingan pemilik obligasi yang menjadi
nasabahnya;
Sub-Registry tidak berhak atas kepemilikan obligasi yang tercatat
pada Sub-Registry;
Hanya boleh bertindak sesuai dengan ketentuan dan persetujuan
dari pemilik obligasi;
Selain itu Sub-Registry juga tidak diperbolehkan untuk memelihara
rekening untuk diri sendiri, direksi, dewan komisaris, dan pemegang
saham.
Pemegang saham disini adalah pemegang saham baik perorangan
maupun perusahaan/badan yang memiliki saham 10% (sepuluh
perseratus) atau lebih dari modal disetor.
BI-SKRIP
Sedangkan untuk setelmen surat berharga Bank Indonesia telah
membuat sistem, yaitu Bank Indonesia-Sistem Kliring, Registrasi,
Informasi, dan Penatausahaan Obligasi Pemerintah, disingkat dengan BISKRIP. BI-SKRIP terdiri dari central registry yaitu Bank Indonesia dan
sejumlah sub-registry yang memperoleh lisensi dari Bank Indonesia.
Beberapa sub-registry tersebut adalah:
1. Bank CIMBNiaga
2. Deutche Bank
9Bank Indonesia, Op. cit., PBI No. 2/2/PBI/2000, ps. 1.btr. 7.
10PMON, Op. cit., hal. 8.

3. Citibank
4. Bank Internasional Indonesia
5. Standart Chartered
6. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia
7. The Hongkong and Shanghai Bangking Corporation Limited
8. Bank Mega.
9. Bank Central Asia.
10.
Bank Danamon.
11.
Bank Mandiri.
12.
Bank Negara Indonesia
13.
Bank Rakyat Indonesia.
14.
Bank Permata
15.
Bank Panin.
Data perdagangan dipasar sekunder diperoleh dari BI-SKRIP.BISKRIP memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan data yang
digunakan sebagai informasi untuk menghitung dan menetapkan nilai
pasar dari setiap seri penerbitan obligasi.Data yang dimaksud memuat
uraian serta deskripsi mengenai seri penerbitan, harga, yield, nilai
nominal, dan tanggal setelmen. Dengan data yang berasal dari BI-SKRIP
maka Pusat Manajemen Obligasi Negera dapat melakukan pengelolaan
dan perhitungan yang memadai dalam memberikan arah kebijakan dalam
perdagangan obligasi negara.
PEMEGANG OBLIGASI PEMERINTAH
Obligasi pemerintah ini dapat dimiliki oleh siapa saja baik penduduk
maupun bukan penduduk Indonesia. Obligasi dapat dimiliki oleh Bank,
dana pensiun, yayasan, perusahaan, dan masyarakat, baik secara
individual maupun lembaga.11
Pihak yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemegang Obligasi
pada Bank Indonesia dianggap sebagai Pihak yang mempunyai hak atas
Obligasi tersebut, sampai dengan adanya instruksi pengalihan hak dari
Pihak yang berwenang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.
1)

Pemilik Non Bank atau Non Market Maker


Dalam hal pemilik Obligasi Pemerintah bukan merupakan bank atau
market maker,12 maka registrasi kepemilikan atas nama pemilik obligasi
tersebut tidak dapat dilakukan jika pemilik belum menunjuk Sub-Registry.
Demikian juga pembayaran untuk pemilik obligasi yang bukan merupakan
bank tidak dapat dilakukan hingga pemilik menunjuk bank perserta kliring
11DepKeu, Op. cit., KMK No.183/KMK.017/1999, psl. 5.

untuk menerima pembayaran kupon dan pembayaran pelunasan


pokok.Setiap bank peserta kliring di wilayah Jakarta dapat ditunjuk untuk
melakukan penyelesaian transaksi atas perdagangan obligasi berdasarkan
prinsip Delivery Versus Payment (DVP).
2) Investor Bank atau Market Maker
Untuk investor bank atau market maker, ditatausahakan oleh Bank
Indonesia sebagai Central Registry. Central Registry melakukan
penyelesaian untuk transaksi yang dilakukan antar Sub-Registry untuk
kepentingan nasabahnya, antar market maker untuk kepentingan diri
sendiri, antar bank untuk kepentingan diri sendiri, dan antara market
maker dengan Sub-Registry.

12Market Maker adalah lembaga yang bertindak sebagai pengerak pasar dalam rangka
memelihara pasar sekunder yang likuid dan kompetitif, yaitu yang secara aktif
memberikan kuotasi dua arah (bids and offer), (lihat: PMON, Daftar Istilah, Berita
Trwulanan No. 2, Oktober 2001: 9).

Anda mungkin juga menyukai