A. Pengertian
Pada dasarnya model hidrologi dapat diartikan sebagai tiruan proses hidrologi yang terjadi
pada suatu tempat tertentu untuk keperluan analisis tentang keberadaan air menurut aspek
jumlah, waktu, tempat, probabilitas dan runtun waktu (time series) ditempat tersebut.
Beberapa pengertian model hidrologi menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :
Clarke (1973), menyebutkan bahwa model sebagai simplifikasi dari satu sistem yang
kompleks, baik berupa fisik, analog atau matematik.
Dooge (1979), menambahkan bahwa model hidrologi selain sebagai struktur, alat, skema
atau prosedur nyata atau abstrak, model hidrologi adalah sebuah hubungan antara masukan atau
rangsangan, tenaga atau informasi, keluaran, dan pengaruh atau tanggapan dalam referensi waktu
tertentu.
Ponce (1989), menyatakan bahwa model hidrologi adalah satu set pernyataan-pernyataan
matematika yang menyatakan hubungan antara fase-fase dari siklus hidrologi dengan tujuan
mensimulasikan transformasi hujan menjadi limpasan.
Sri Harto Br (1993), Model Hidrologi merupakan sebuah sajian sederhana (simple
representation) dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks.
Singh (1995), mengartikan bahwa model hidrologi sebagai tiruan proses hidrologi untuk
keperluan analisis tentang keberadaan air menurut aspek jumlah, waktu, tempat, probabilitas dan
runtutan waktu (time series).
Purnomo (2005), Model adalah abstraksi atau penyederhaaan dari dunia nyata, yang
mampu menggambarkan struktur dan interaksi elemen serta perilaku keseluruhannya sesuai
dengan sudut pandang dan tujuan yang diinginkan.
Sedangkan, dalam konteks keairan, model merupakan suatu bentuk pendekatan sistem
dengan memodifikasi proses kejadian alam dengan suatu pemisalan atau persamaan sehingga
dengan ketersediaan data yang sangat terbatas dapat dilakukan berbagai kepentingan dalam
pengembangan sumber daya air.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Model-model hidrologi DAS dapat dikelompokan mempunyai dua yaitu yang bersifat
tetap (deterministik) dan stochastik. Dalam model-model deterministik proses-proses DAS
diperlakukan baik secara empiris atau konseptual sebagai bagian dari sistem yang tetap, tidak
menjelaskan proses-proses yang bersifat acak. Padahal di dalam ekosistem DAS dimungkinkan
adanya
peristiwa/proses
yang
bersifat
acak.
Sebaliknya
model-model
stochastik
C. Model Hidrolgi
Beberapa model hidrologi yang umum digunakan adalah sebagai berikut :
a.
1. Model I HACRES
Sejarah
IHACRES (Identification of Unit Hydrograph And Component flows from Rainfall,
Evaporation and Stream flow data) , merupakan buah kerjasama antara Institute Hidrology
(IH)di Inggris dan the Centre for Resourse and Environmental Studies (CRES)di Australian
National University (ANU), Canberra. Hasil kerjasama tersebut kemudian diwujudkan dalam
bentuk PC-IHACRES, yaitu suatu paket program untuk memodelkan proses hidrologi.
Model ini tergolong model hujanaliran, input utama adalah data hujan, data debit dan data
suhu untuk menghitung nilai evapotranspirasi. Selanjutnya model akan memprediksi atau
menghitung debit yang keluar dari DAS.
IHACRES mempunyai versi yang tergolong model global (Lumped model). Pada model
global, DAS dianggap sebagai kotak hitam (black-box) dimana output dari black-box merupakan
fungsi inputnya. Variabilitas spasial di dalam DAS diasumsikan seragam. Model ini telah banyak
dipakai di banyak penjuru dunia dan telah dijadikan sebagai salah satu literatur ilmiah yang
banyak digunakan (Littlewood et al, 1997a,b).
b.
Manfaat IHACRES
Secara umum, model ini dibuat untuk membantu para ahli hidrologi atau insinyur di bidang
sumberdaya air untuk mengetahui karateristik hubungan dinamis antara curah hujan dengan debit
pada suatu DAS. Beberapa bentuk aplikasi IHACRES antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
c.
Input Data
Model IHACRES relatif sederhana, karena hanya membutuhkan data-data sbb:
1.
2.
3.
4.
Data debit
Data curah hujan
Data temperature
Luas DAS
Pada prinsipnya, model ini bisa diterapkan dengan interval data rentang waktu dari: menit,
jam, harian s/d bulanan (Littlewood et al, 1997a).
Menurut IHACRES siklus hidrologi dibedakan menjadi dua. Sub-proses vertikal yang
digambarkan oleh
melalui Linear unit hidrograph module. Non-linear loss moduleberfungsi untuk mengkonversi
hujan menjadi hujan effektif. Modul ini bekerja seperti persamaan infiltrasi. Masukan utama
modul ini adalah hujan (rk) dan data suhu (tk). Data suhu digunakan untuk menghitung evaporasi
di dalam DAS. Selanjutnya, hujan efektif (Uk) yang dihasilkan dari Non-linear loss module,
ditransfer secara lateral melaluilinear unit hidrograph module menjadi aliran permukaan
(RunOff)(Xk) berupa debit terhitung di outlet DAS.
Dapat digambarkan sebagai berikut :
Dimana :
Uk : hujan efektif
rk : hujan
sk :catchment wetness index(CWI) (0<sk <1)
d.
Kalibrasi Model
Kalibrasi (calibration ataucalage) terhadap satu model adalah proses pemilihan kombinasi
parameter. Yaitu untuk mengetahui sejauh mana model yang kita gunakan mampu
merepresentasikan keadaan yang sebenarnya di alam.
Pada prinsipnya, metode kalibrasi yang ada bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Coba-coba (Trial and Error)
Dalam hal ini, nilai parameter dicocokan secara manual dengan cara coba-coba. Metode
ini paling banyak digunakan dan direkomendasikan, khususnya untuk model yang komplek.
Dimana sebuah grafik yang bagus sudah dianggap mewakili hasil simulasi.
2. Otomatis
Dalam hal ini, sebuah algoritma dipakai untuk menentukan nilai fungsi objektif dan
digunakan untuk mencari kombinasi dan permutasi parameter sebanyak mungkin untuk
menentukan tingkat keakuratan yang optimum.
3. Kombinasi
Dalam hal ini, kalibrasi secara otomatis dilakukan untuk menentukan range nilai suatu
parameter,selanjutnya digunakan trial and error untuk menentukan detail kombinasi yang
optimal.
Metode kalibrasi yang banyak digunakan untuk pemodelan hujan-aliran adalah trial and
error. Hal itu disebabkan karena proses penggunaannya cukup sederhana, cepat dan
membutuhkan pengalaman.
e.
Validasi
Validasi adalah proses evaluasi terhadap model
Menurut Klmes (1986) dan Refsgaard (2000) ada beberapa prosedur kalibrasi dan validasi
model. Ke-empat jenis kalibrasi di bawah ini dapat diaplikasikan untuk situasi yang berbeda,
tergantung pada ketersediaan data.
1. Metode 1: The split sample test, adalah metode klasik, diterapkan pada kasus dimana
data untuk kalibrasi tersedia cukup lengkap dan karakteristik fisik DAS bisa dianggap
relatif tidak berubah. Pada kasus ini, periode dimana data tersedia dibagi menjadi dua
bagian: bagian pertama untuk kalibrasi dan bagian kedua untuk validasi.
2. Metode 2: The proxy-basin test, adalah suatu seri evaluasi untuk DAS-DAS yang
identik. Hal ini diterapkan pada kasus dimana data tidak tersedia pada DAS yang
dimaksud (yang akan dikalibrasi). Misalnya, jika model akan digunakan untuk kalibrasi
pada DAS Z, maka digunakan data dari dua DAS (X dan Y) yang terletak di dalam
wilayah (region) yang sama. Model dikalibrasi dulu di DAS X dan divalidasi di DAS Y.
Prosedur selanjutnya dibalik dari Yke X. Jika dalam ke dua prosedur tersebut, hasil
validasi cukup memuaskan dan identik, maka model dapat dianggap cukup baik untuk
diterapkan di DAS Z yang tidak ada datanya.
3. Metode 3 : The differential split-sample test, adalah suatu test differensial pada suatu
DAS. Metode ini diterapkan jika model akan digunakan untuk simulasi: fluk, kadar
lengas tanah atau variabel lain pada suatu DAS, tetapi pada kondisi iklim yang berbeda
dengan data yang tersedia. Misalnya, jika model akan digunakan untuk simulasi debit
pada periode humid (musim hujan atau periode basah), maka model harus dikalibrasi
terlebih dahulu untuk periode kering dengan data historis yang tersedia dan harus
divalidasi untuk periode basah. Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk variabel lain,
misalnya: kadar lengas tanah, evapotranspirasi, dll.
4. Metode 4 : The proxy-basin differential split-sample, merupakan prosedur kalibrasi
yang cukup sulit untuk dilaksanakan. Dalam kasus ini, data tidak tersedia untuk kalibrasi
dan karakteristik iklim tidak konstan. Misalnya, peramalan proses hidrologi untuk
periode yang akan datang dengan skenario perubahan iklim pada suatu DAS dimana data
tidak tersedia untuk kalibrasi. Dalam kasus ini, test atau kalibrasi dapat dilakukan dengan
menggunakan dua kombinasi prosedur kalibrasi 2 dan 3.
Secara kuantitatif, keandalan model dalam mereproduksi kejadian alam (proses hidrologi)
dinilai secara statistik dengan berbagai tolok ukur. Umumnya kriteria penilaian antara satu model
dan lainnya berbeda. Beberapa kriteria yang digunakan oleh IHACRES (Croke et al., 2004)
meliputi :
1. Bias
Bias menunjukkan tingkat kesalahan volume aliran secara umum (sisa model), yakni
selisih antara debit terukur dan terhitung pertahun.
2. Relatif bias
Relatif bias menggambarkan selisih dari perbedaan debit terukur dan terhitung
dibandingkan dengan nilai debit terukur.
3. R Squared
R Squared menunjukkan tingkat kesesuaian antara debit terukur dan terhitung.
4. R2 sqrt
R2sqrt menunjukkan variasi R2 yang berlangsung pada debit puncak
5. R2log
R2log merupakan variasi R2 yang terjadi untuk semua debit.
6. R2inv
R2inv menunjukkan variasi R2 pada periode debit kecil.
dimana :
Qo
= debit terukur
QM
= debit terhitung
= jumlah sampel
= rerata debit terukur
= rerata debit terhitung
= tingkat kesalahan
2. Model NRECA
Dalam model NRECA terdapat dua tampungan yaitu tampungan kelengasan (moisture
storage) dan tampungan air tanah (groundwater storage). Tampungan kelengasan ditentukan oleh
hujan dan evapotranspirasi aktual. Tampungan air tanah ditentukan oleh kelebihan kelengasan
(excess moisture). Secara skematis diagram dari model NRECA dapat dilihat pada Gambar
berikut :
proses hidrologi sebelumnya disebut tampungan awal air tanah (begin storage
groundwater). Sementara itu tampungan yang telah mendapat air perkolasi disebut
sebagai tampungan akhir air tanah (end storage groundwater).
Perhitungan limpasan model NRECA dibagi menjadi dua bagian yaitu perhitungan
limpasan langsung (direct run off) dan air tanah yang menuju ke sungai (Groundwater).
Analisa Kebutuhan Air
Beberapa kebutuhan air yang akan dipertimbangkan antara lain :
1. Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi ditentukan oleh luas lahan pertanian, jenis tanaman, jenis tanah,
agroklimatologi daerah dan pola tanam yang ditetapkan, sehingga kebutuhan air untuk irigasi
dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Dimana :
Qi
Etc
Eto
= Evapotranspirasi (mm/hr)
Ke
= Koefisien tanaman
IR
RW
Re
Ie
= Efisiensi Irigasi
Kebutuhan air untuk domestik sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan kebiasaan
masyarakat setempat. Kebutuhan air di Indonesia berkisar antara 60 150 liter/orang/hari
(Sumber : Direktorat Teknik Penyehatan Ditjen Cipta Karya, DPU RI, 1982).
3. Kebutuhan air untuk pelayanan umum
Kebutuhan air untuk pelayanan umum misalnya untuk pembersihan jalan, pemadam
kebakaran, sanitasi dan penyiraman tanaman perkotaan. Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat dinamika kota dan jenjang suatu kota. Pada Tabel di bawah ini disajikan Pedoman
Kebutuhan air baku DMI (Domestic Municipal Industry), sebagai berikut :
Tabel. Pedoman Kebutuhan Air Baku DMI
dengan :
Qik
dengan :
Qtr
S(tr)
Koefisien Infiltrasi
Parameter ini ditentukan berdasarkan kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran.
Lahan yang bersifat porous umumnya mempunyai koefisien yang cenderung besar. Namun jika
kemiringan tanahnya terjal dimana air tidak sempat mengalami proses infiltrasi sampai perkolasi
ke dalam tanah maka koefisien infiltrasinya bernilai kecil. Nilai maksimum koefisien infiltrasi
adalah 1.
Nilai ini bevariasi untuk setiap bulan. Untuk setiap jenis dan topografi yang sama, bulan
kering mempunyai infiltrasi yang relative lebih besar dibanding bulan basah.
b.
mengalir menuju stream flow. Nilai K cenderung besar pada bulan dimana bulan sebelumnya
merupakan bulan basah dan cenderung lebih kecil apabila bulan sebelumnya merupakan bulan
kering.
c.
storm run off pada perhitungan total run off. Storm run off hanya dimasukkan ke dalam total run
off, bila P < 200 mm/bulan. F. J. Mock menyarankan besarnya nilai PF berkisar antara 5%
sampai dengan 10% namun tidak mennukupi kemungkinan nilai ini meningkat secara tidak
beraturan sampai harga 37,3%.
4. Model HEC-HMS
Program HEC-HMS merupakan program komputer untuk menghitung pengalihragaman
hujan dan proses routing pada suatu sistem DAS. Software ini dikembangkan oleh Hydrologic
Engineering Centre(HEC) dari US Army Corps Of Engineers.
Dalam software HEC-HMS terdapat fasilitas kalibrasi maupun simulasi model distribusi,
model menerus dan kemampuan membaca data GIS.
Didalam HEC-HMS terdapat beberapa model yang terpisah dimana masing-masing
model yang dipilih mempunyai input yang berbeda-beda. Beberapa model yang digunakan untuk
menghitung volume runoff, direct runoff, base flow dan channel flow ditunjukan pada tabel
berikut :
1. Hujan (Precipitation)
Metode model hujan yang digunakan untuk masukan (input) berupa hujan yang
terjadi dalam pemodelan menerus (continuous model) yaitu user hyetograph method.
Metode ini dapat memasukan besaran hujan yang terjadi pada sebuah sub-DAS dari luar
program, dimana masukan hujan untuk setiap sub-DAS berupa hujan terdistribusi.
2. Volume Aliran (volume runoff)
Dalam program HEC-HMS terdapat satu model yang digunakan untuk pemodelan
menerus (continuous model) dalam menentukan volume aliran yaitu
soil moisture
accounting loss model. Model ini mampu mensimulasikan perilaku suatu DAS, baik pada
saat cuaca basah maupun kering (HEC-HMS Technical Reference Manual).
3. Aliran Langsung (direct runoff)
Model direct runoff yang digunakan dalam model HEC-HMS adalah Clark Unit
Hydrograph model. Model ini didasarkan atas dua konsep kritis dalam pengalihragaman
hujan-aliran yaitu konsep translasidan konsep tampungan. Konsep translasi diartikan
sebagai pergerakan air yang berlebih dari asalnya melalui saluran air menuju pintu air
sedangkan konsep tampungan merupakan pengurangan besarnya debit sebagai kelebihan
air yang tertampung melaluitampungan air. Dalam HEC-HMS model Clark UH
digunakan untuk menghitung waktuyang dibutuhkan air untuk bergerak ke pintu air
dalam suatu DAS (HEC-HMS Technical Reference Manual).
4. Model Baseflow
Aliran dasar (baseflow) merupakan aliran air yang tertahan berdasarkan hujan
sebelumnya yang tertampung sementara di dalam tanah. Model baseflow yang digunakan
dalam HEC-HMS menggunakan exponential recession model yang berfungsi untuk
menetapkan debit aliran dasar secara eksponensial.
Disusun Oleh :
1. Andika Satria Agus
(0907132986)
2. Bramson P. Manik
(0907114102)
(0907121181)
4. Isdianto
(1107136055)
5. Randy Fadhilah
(1107136586)
(1107111963