Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang
mencerminkan

upaya

bangsa

Indonesia

untuk

meningkatkan

kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai


perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar 1945 (Azwar Azrul, 1996). Dalam Sistem
Kesehatan

Nasional

(SKN)

2009,

disebutkan

pembangunan

kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen


bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan

masyarakat

yang

setinggi-tingginya

dapat

terwujud

(Depkes RI, 2009).


Menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan

(RPJP-K)

2005-2025,

pembangunan

kesehatan

diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik


upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan
yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya
pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi
segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya
penyembuhan

penyakit

(kuratif),

dan

pemulihan

kesehatan

(rehabilitatif) (Depkes RI, 2009).

Aspek penting yang mendukung terselenggaranya upaya


penyembuhan

penyakit

(kuratif)

adalah

obat-obatan.

Tidak

tersedianya obat-obatan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan


yang diberikan. Oleh karena itu, kondisi maupun jumlah dari obatobatan tersebut tersebut harus dalam keadaan baik dan dapat
mendukung pelayanan kesehatan. Untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan koordinasi yang baik dan terpadu antara instansi terkait
mulai dari perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian, pencatatan, pemeliharaan, dan penghapusan
(Depkes RI, 2009).
Salah satu instansi pelayanan kesehatan yang utama adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan

kesehatan

di

wilayah

kerjanya.

Berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada
pasal 98 dan 104 menyebutkan bahwa pengelolaan logistik farmasi/
obat harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau
bagi masyarakat serta pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi yang tidak
memenuhi

persyaratan

mutu

dan/atau

khasiat/kemanfaatan (Depkes RI, 2009).

keamanan

dan/atau

Pengelolaan logistik obat merupakan kegiatan yang menyangkut


aspek

perencanaan,

penganggaran,

pengadaan,

penyimpanan,

pendistribusian dan penghapusan obat yang dikelola secara optimal


untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan
farmasi dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak
(metoda dan tata laksana) dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja. Tujuan manajemen obat
adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik mengenai jenis,
jumlah maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen
obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan
pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk
dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap
saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan efesien (Syair, 2008).
Di negara berkembang anggaran logistik obat merupakan
anggaran kedua yang terbesar setelah gaji, yaitu sebesar 40% dari
segala annggaran unit pelayanan kesehatan. Menurut Depkes, secara
nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya
operasional kesehatan, sehingga ketidakefisien dalam pengelolaan
obat berdampak negatif baik secara medis maupun secara ekonomis.
Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999, yang mengatur
Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta UU No 25
Tahun

2002

yang

mengatur

tentang

pertimbangan

keuangan

pemerintah pusat dan daerahnya, maka keputusan-keputusan untuk

menentukan suatu kebijakan obat di daerah, tergantung pada daerah


itu sendiri (Sunarsih IM, 2007).
Sukses atau gagalnya manajemen logistik ditentukan oleh
kegiatan di dalam perencanaan, misalnya dalam menentukan barang
yang pengadaannya melebihi kebutuhan, maka akan mengacaukan
suatu siklus manajemen logistik secara keseluruhan, akibatnya akan
menimbulkan pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya
biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya obat/barang
tersebut sehingga bisa rusak atau kadaluwarsa meskipun baik
pemeliharaannya digudang (Seto et al, 2004).
Yuliningsih (2001) dalam penelitiannya mengenai sistem
pengelolaan perbekalan logistik obat persediaan ruangan di Rumah
Sakit Anak

dan

Bersalin

Harapan

Kita

menyebutkan

bahwa

ketidaktersediaan obat persediaan ruangan tergantung pada sistem


pengelolaan yang sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur manajemen
yaitu kebijakan pelayanan, organisasi, SDM, sarana/prasarana,
metode dan sistem informasi, serta aspek logistik yang meliputi
proses

perencanaan,

pengadaan,

penerimaan,

penyimpanan,

pendistribusian dan pengendalian. Penelitian serupa juga dilakukan


oleh Kalterina (2002) yang menyebutkan bahwa perencanaan obat
kebutuhan dasar tidak akurat disebabkan adanya hambatan yang
terjadi pada SDM, organisasi, kebijakan, prosedur, laporan pemakaian
obat, penentuan perencanaan jumlah obat. Penelitian-penelitian di
atas

menunjukkan

bahwa

permasalahan

manajemen

logistik

khususnya obat merupakan masalah yang komplek dan saling terkait


antar fungsi-fungsinya. Perencanaan dan pengelolaan yang baik
diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang baik dan bermutu pada masyarakat.
UPTD Pengelolaan Obat Dinas Kesehatan Kota Makassar di
bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi selatan,
bertanggung

jawab

Pengelolaan

Obat

atas

manajemen

Dinas

perbekalan

Kesehatan

Kota

obat.

UPTD

Makassar

ini

bertanggungjawab atas 42 Puskesmas yang tersebar di wilayah kota


Makassar dalam penyedian perbekalan obat.
Keberadaan UPTD Pengelolaan Obat Dinkes Kota Makassar ini
mempuyai peranan penting dalam pelayanan obat di Puskesmas,
Oleh sebab itu proses Manajemen UPTD Pengeloaan Obat Dinas
Kesehatan Kota Makassar sangat berpengaruh terhadap pelayanan
obat di Puskesmas, sampai sekarang ini ada Puskesmas yang
merasakan sistem menajemen yang ada di UPTD Pengelolaan Obat
Dinas Kesehatan Kota Makassar belum berjalan dengan baik, karena
masih terjadi keterlambatan dan jumlah obat yang tidak sesuai
dengan jumlah kunjungan pasien yang datang di puskesmas.
Hasil wawancara langsung yang peneliti lakukan pada survei awal
diperoleh pada tahun 2014 di UPTD Pengelolaan Obat Dinas
Kesehatan Kota Makassar mengalami kekurangan dan kelebihan obat
yang mencapai 25 item (5000 obat) dan 32 item (10.800 obat) yang
mengalami Expired Date.

Melihat pentingnya pelaksanaan manajemen logistik obat yang


baik untuk menunjang pelayanan kesehatan pada masyarakat dan
berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Gambaran Manajemen Logistik Di Gudang Obat
Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?
2. Bagaimana pengadaan obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?
3. Bagaimana penganggaran obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?
4. Bagaimana penyimpanan obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?
5. Bagaimana pendistribusian obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?
6. Bagaimana penghapusan obat di Gudang Obat Dinas Kesehatan
Kota Makassar tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai manajemen logistik di
Gudang Obat Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh
informasi
yang
mendalam
mengenai
perencanaan obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota
Makassar Tahun 2015.
b. Memperoleh informasi yang mendalam mengenai pengadaan
obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun
2015.
c. Memperoleh

informasi

yang

mendalam

mengenai

penganggaran obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota


Makassar Tahun 2015.
d. Memperoleh
informasi

yang

mendalam

mengenai

penyimpanan obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota


Makassar Tahun 2015.
e. Memperoleh
informasi

yang

mendalam

mengenai

pendistribusian obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota


Makassar Tahun 2015.
f. Memperoleh
informasi

yang

mendalam

mengenai

penghapusan obat yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota


Makassar Tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian analisis
manajemen logistik di Gudang Obat Dinas Kesehatan Kota
Makassar Tahun 2015 yaitu :

1.Bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar


Dinas kesehatan kota Makassar dapat mengetahui
kemampuannya dalam manajemen logistik obat. Yang dapat
dijadikan sebagai bahan eveluasi /masukan dalam penentuan
arah kebijakan manajemen logistik obat.
2.Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman yang sangat berharga
dalam rangka memperluas wawasan keilmuan, serta dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yan telah diperoleh selama
mengikuti program pendidikan.
3. Bagi Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama
berkaitan dengan pelaksanaan fungsi manajemen logistik
obat.

Anda mungkin juga menyukai