Anda di halaman 1dari 19

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

BAB I
Pendahuluan

1.1 Geometri Cekungan


Bagian utara cekungan dibatasi oleh sesar North Serayu Montain Block, bagian timur
berbatasan dengan Cekungan Banyumas (109o30-110o 30 BT dan 7

30 - 8

30 LS).

Berada di antara Busur Gunung api Jawa dan Palung Jawa. Diinterpretasikan memiliki
cekungan intra-masif yang batuan dasarnya merupakan kerak benua Paparan Sunda.
Cekungan busur depan mengandung prisma akrasi palung subduksi yang jauh di selatan.
Luas daerah cekungan sekitar 4.832 km2 dengan luas di daratan sekitar 2.655 km2 dan
luas di daerah lepas pantai sekitar 2.177 km2.
Batas cekungan ditarik berdasarkan elemen struktur yang dikenal sebagai central basin
(merupakan pull apart basin). Meskipun data isopach (Gambar 1.1) dan peta anomali gaya
berat regional (Gambar 1.2) tidak terlalu memperlihatkan bentuk cekungan tersebut.

Page 1

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

Gambar 1.1 Peta lokasi Cekungan Jawa Tengah Selatan dan kontur isopach.

Page 2

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

Gambar 1.2 Peta anomali gaya berat (Pusat Survei Geologi, 2000).

Page 3

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


1.2 Tektonik dan Struktur Regional
Pulau Jawa berada di batas interaksi lempeng antara Lempeng Benua Eurasia dan
Lempeng Samudra Hindia, sejak umur Kapur. Interaksi kedua lempeng ini mempengaruhi
komposisi batuan dasar di daerah Jawa, batuan dasar dipengaruhi komposisi batuan Lempeng
Benua Eurasia dan intermediate accreted terrain (Jawa Barat paling selatan, Jawa Tengah
bagian selatan, dan Jawa Timur).
Elemen tektonik utama yang dihasilkan dari pertemuan dua lempeng tersebut, antara
lain palung subduksi, busur magmatik-volkanik, prisma akresi, dan cekungan busur depan
serta belakang. Batuan sedimen dan batuan volkanik diintrusi oleh beberapa intrusi magmatik
yang merupakan transisi antara batuan dasar benua di Jawa Barat dan batuan dasar
intermedier di Jawa Timur.
Pulunggono dan Martodjojo (1994), membagi arah struktur Pulau Jawa ke dalam tiga
kelompok, yakni Arah Meratus (baratdaya-timurlaut), Arah Sunda (utara-selatan), dan Arah
Jawa (barat-timur).
Pada bagian lepas pantai, sebuah ketidakselarasan membagi seri batuan menjadi
Paleogen dan Neogen. Unit bawah, kaya akan batuan volkaniklastik Oligosen, terbentuk
dalam blok- blok sesar yang dipengaruhi oleh pergerakan sesar mendatar, sedangkan bagian
atas unit Miosen Akhir - Pliosen terdiri dari sedimen yang hanya menunjukkan deformasi
sesar tensional. Pada daerah lepas pantai terdapat tiga mandala struktur. Western Province
berupa rendahan berarah barat-timur di selatan Tinggian Karang Bolong menerus ke selatan
dan dibatasi oleh sebuah platform. Endapan setebal 3.500 m menutupi topografi Paleogen.
Carbonat platform terbentuk di selatan merupakan kemenerusan shouthern slope Jawa Barat.
Pinnacle reef berarah barat-timur menandakan sumbu batas antara cekungan dan platform.
Central Province, merupakan deposenter endapan Tersier, dengan bagian terdalam berada di
selatan. Bagian barat cekungan dibatasi oleh kubah volkanik. Eastern Province, merupakan
platform yang landai dan memiliki kemiringan ke selatan, merupakan kemenerusan dari
southern mountain didaratan. Carbonate buildup hadir pada umur Miosen.

Page 4

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

BAB II
Pembahasan

2.1 Stratigrafi Regional


2.1.1 Batuan Dasar Pra-Tersier
Batuan dasar ini dikenal sebagai Kompleks Lok-Ulo terdiri dari pecahan ofiolit,
batuan sedimen, dan sekis kristalin serta gneiss yang hadir sebagai potongan atau blokblok tektonik di dalam matriks serpih tektonik mlange. Batuan ini tersingkap di
Karangsambung, Jawa Tengah. Merupakan bagian sabuk akresi subduksi Kapur yang
hadir secara tidak beraturan dalam sebuah busur memanjang dari Jawa ke Kalimantan.
Batuan metamorf bertekanan tinggi, seperti eklogit, gaukofan dan sekis biru
tersingkap dalam zona tipis di antara zona sekis berderajat rendah dan serpentinit
sepanjang Sungai Muncar dan Sungai Gua. Beberapa eklogit tersebut mengandung
tourmaline, tourmaline tersebut terbatas hanya pada bagian luar dan urat/vein pada
beberapa blok eklogit.
2.1.2

Endapan Eosen Tengah Oligosen


Endapan tertua adalah Lapisan Wungkal (tersingkap di Bukit Jiwo) yang
terendapkan secara tidak selaras menutupi batuan dasar metamorf dan terdiri dari
batugamping pasiran yang bergradasi menjadi napal ke atas. Hasil analisis foraminifera
menunjukkan foraminifera besar Assilina yang menandakan umur Eosen Awal-Tengah
(Ta) dan juga foraminifera plankton menunjukkan umur Eosen Tengah (P12). Transisi
ke batuan yang lebih muda tidak dijumpai.
Fosil berumur Eosen Awal-Tengah dijumpai sebagai fosil reworked pada batuan
berumur Oligosen Akhir, hal ini menunjukkan bahwa batuan tersebut tersebar luas dan
mengalami pengangkatan pada fase tektonik Oligosen. Endapan Eosen Tengah ini

Page 5

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


menandakan suatu siklus transgresi atau regresi tersendiri yang harus dibedakan dari
siklus akhir Eosen Tengah hingga Oligosen.
Endapan akhir Eosen Tengah - Oligosen didapati dibanyak daerah di Jawa tengah.
Di Bukit Jiwo, Lapisan Wungkal dilanjutkan oleh Lapisan Gamping, berumur Tb (P14P15 berdasarkan foraminifera plankton). Tidak ditemukan ketidakselasaran antara
kedua lapisan ini, namun adanya interval batuan pasiran mungkin mengindikasikan
adanya transgressi yang terbaharui.
Sikuen napal ditemukan pula di Nanggulan, Tinggian Kulon Progo dan di daerah
Lok Ulo. Kontak dengan batuan dibawahnya tidak tersingkap. Di Lok Ulo, sikuen ini
dikenal sebagai Formasi Karang Sambung, yang mengandung Batugamping
Jatibungkus yang ketebalannya hingga 70 meter.
Lingkungan pengendapan laut terbuka (open marine) muncul pada Eosen Akhir
dan menerus hingga bagian dasar endapan Oligosen. Terinterupsi oleh volkanisme
Gajah Volkanik di Tinggian Kulon Progo dan disertai dengan blok sesar-sesar. Endapan
volkaniklastik ini selanjutnya ditutupi oleh endapan laut berumur Eosen - Oligosen
Awal.
Topografi horst dan graben dan ketidakselarasan regional berumur Oligosen
Akhir dapat dengan mudah teramati dalam data seismik, berdasarkan data seismik
tersebut, ketebalan sedimen yang mengisi graben mencapai 2.000-3.000 m.
2.1.3

Endapan Oligosen Akhir - awal Miosen Tengah


Pada data seismik, endapan ini onlapping terhadap endapan yang lebih tua dan
batuan dasar. Terdiri dari napal dan serpih (berdasarkan data Sumur Borelis-1) berumur
N3-N6 dan tidak selaras berada di atas endapan volkaniklastik. Di daratan endapan
transgressi ini ditemukan di Karang bolong dan Tinggian Kulon Progo, Batugamping
Karang bolong dan Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras di atas batuan
volkaniklastik, endapan transgresi ini berumur Te (berdasarkan foraminifera besar).

Page 6

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


Pada daerah tinggian sikuen, umur ini tererosi dan suksesi lengkap hanya
ditemukan di daerah rendah (Rendahan Jogjakarta, Kebumen, dan Banyumas). Di
Rendahan Jogjakarta, ditemukan serpih tufaan kaya foraminifera berumur N2/N3-N5
(Sumasrso dan Ismoyo, 1975), dikenal sebagai Lapisan Kebo-Butak. Diikuti oleh
endapan piroklastik (berwarna putih) dan volkaniklastik, dikenal sebagai Lapisan
Semilir. Kisaran umur berada pada zona N9 dan menutupi Gajah Volkanik. Lapisan
Semilir ditutupi oleh endapan klastik, Lapisan Nglanggran, diteruskan oleh batupasir
dan serpih, Lapisan Sambipitu (van Bemmelen, 1949) dari Tf.A tidak ditemukan dan
kehadiran Lapisan Semilir dan Batugamping Wonosari berumur Miosen Tengah
kembali dipertanyakan.
Di rendahan Kebumen (Suryanto & Roskamil 1975, Paltrinieri dkk., 1976),
Formasi Totogan (lempung breksian), dengan tebal 900 m, secara tidak selaras
menutupi Formasi Karang Sambung. Unit tersebut terdiri atas serpih dan napal dengan
beberapa bongkah batugamping dan kuarsit. Foraminifera plankton mengindikasikan
zona umur N3-N5. Diatasnya secara selaras diendapkan endapan turbidit volkaniklastik
sekitar 900 m, yang dikenal sebagai Formasi Waturanda dengan kisaran umur hingga
zona N8.
Di daerah Banyumas, Mulhadijono (1973), serta Suyanto dan Roskamil (1975)
memberikan karakteristik Formasi Gabon sebagai sikuen volkaniklastik setebal 1.000
m, dan sikuen napal Formasi Penunjang diatasnya (tebal 200-600 m), berumur Oligosen
Akhir-awal Miosen Tengah. Bagian volkanik dibawa oleh mekanisme turbidit, kedua
unit ini saling menjemari.
Pengendapan di antara graben terjadi pada kondisi laut terbuka (open marine,
ditandai adanya foraminifera plankton). Sisi sayap graben, didominasi oleh
volkaniklastik yang dibawa oleh arus turbidit. Sedimentasi berlangsung cepat dan siklus
pengendapan tidak dapat dipisahkan secara langsung. Pengendapan batugamping
terbatas pada daerah di dekat tinggian.

Page 7

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


Reaktivasi tektonik terjadi pada struktur berumur Oligosen Akhir dan
mengakibatkan fase erosi pada blok yang terangkat dan mempercepat subsiden di
dalam graben. Hal ini memungkinkan bagian Formasi Penanjung terakumulasi. Pada
Sub-Cekungan Kebumen, Formasi Penosogan mengggantikan Formasi Waturanda
(Suyanto dan Roskamil, 1975) terdiri dari bongkah gamping terumbu dan batuan beku
seperti endapan tebal slumped turbidite.
2.1.4

Siklus Pengendapan Miosen-Miosen Akhir


Onset siklus pengendapan terindikasi pada Perbukitan Jiwo dan Tinggian Gabon.
Di Perbukitan Jiwo, Batugamping Wonosari diendapkan secara tidak selaras di atas
batuan dasar metamorf memperlihatkan fase awal pengangkatan dan erosi. Pada
Tinggian Gabon, Batugamping Kalipucang diendapkan secara tidak selaras menutupi
Volkanik Gabon.
Pada beberapa bagian Rendahan Jogjakarta dan Rendahan Banyumas,
batugamping hadir mengindikasikan pengendapan platform stabil dan tidak terjadinya
peristiwa tektonik. Unit batugamping dapat ditemukan hampir di keseluruhan daerah.
Di lepas pantai, endapan gamping setebal 300 m muncul pada Sumur Alveolina-1,
endapan ini diperkirakan sebagai Batugamping Wonosari. Batugamping ini terendapkan
secara tidak selaras di atas volkaniklastik Oligosen dan ditutupi secara tidak selaras
oleh endapan Pliosen. Top batugamping membentuk reflektor seismik yang tegas.
Pada Cekungan Banyumas, sikuen serpih karbonan, memisahkan Formasi
Penanjung dan Batugamping Kalipucang. Ketebalan sikuen serpih karbonan ini tidak
diketahui, sikuen ini merekam interval paralik, puncak regresi, memisahkan Oligosen
Akhir dan awal Miosen Tengah dari siklus pengendapan akhir Miosen Tengah sampai
akhir Miosen. Lapisan ini oleh Mulhadijono (1973) dianggap sebagai batuan induk
potensial gas yang terdapat pada sumur BPM dan rembesan minyak yang ditemukan di
pola struktur Cipari-Gunung Wetan dan disebut sebagai Lapisan Pemali, namun tidak
ada berkaitan dengan Lapisan Pemali di daerah Bumiayu yang berumur lebih muda,
N16-N18, berdasarkan Sumarso dkk (1974).

Page 8

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


Pada Tinggian Kulonprogo, dasar Batugamping Wonosari berada pada zona umur
N12 (Sumarso dan Ismoyowati, 1975). Di daerah ini, puncak siklus tererosi, seperti
pada Tinggian Gabon.
Pada Rendahan Kebumen (Suyanto dan Roskamil, 1975), Formasi Penosogan
diperkirakan sebagai penanda peristiwa tektonik yang memisahkan siklus ini dengan
siklus diatasnya. Siklus ini diikuti oleh lapisan napal-tufa, setebal 500 m, menunjukkan
batupasir kasar di bagian bawah dan napal tufaan pada bagian atasnya. Bagian atas
tersebut kaya akan foraminifera plankton pada zona umur N14 hingga mungkin N18.
Breksi volkanik (lapisan breksi kedua) menjemari di dalam interval bagian yang paling
atas.
Pada Cekungan Banyumas, Batugamping Kalipucang semakin ke atas berangsur
menjadi Formasi Halang bagian bawah, dikenal juga sebagai Megasequence 1.
Megasequence 1 berupa sikuen tebal napal sekitar 500-750 m pada zona umur N16.
Secara lokal, volkaniklastik berbentuk perlapisan dalam bentuk endapan turbidit. Siklus
ini terganggu atau terhentikan oleh volkaniklastik kasar setebal 600-1.000 m yang
secara cepat mengisi graben dan menandai adanya pembaharuan volkanisme. Endapan
klastik ini terpindahkan oleh mekanisme turbidit, dan dikenal sebagai Lapisan
Kumbang.
2.1.5

Siklus Pengendapan Pliosen


Pada data seismik, siklus ini dapat dikenali dari onlapping terhadap endapan yang
lebih tua. Rendahan Jogjakarta, Lapisan Kepek terdiri dari napal dengan lapisan tufa
berumur Pliosen berdasarkan fauna foraminifera plankton. Hubungan dengan
Batugamping Wonosari tidak terlihat dengan jelas.
Pada Rendahan Kebumen, siklus ini mungkin mengikuti keselarasan sebelumnya,
Suyanto dan Roskamil (1975) menyebutkan bahwa lapisan napal-tufa ketiga menerus
hingga

Pliosen,

dan

ditutupi

oleh

breksi

volkanik,

lapisan

breksi

ketiga

mengindikasikan adanya pembaharuan aktivitas volkanik. Sikuen yang menerus dari

Page 9

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


Miosen Tengah hingga Pliosen dapat diamati pada Sumur Borelis-1, sedangkan
volkaniklastik kasar sebanding dengan lapisan breksi ketiga tidak ditemukan. Pada
Sumur Alveolina-1 yang bersebelahan dengan Borelis-1, ditunjukkan sikuen napal
berumur Pliosen (N18-N21), setebal 600-700 m, secara tidak selaras menutupi
batugamping yang kemungkinan berumur Miosen Tengah.
Kontak antara kedua siklus tersebut kemungkinan selaras pada daerah Rendahan
Banyumas, meskipun volkaniklastik kasar Kumbang merefleksikan tektonik peristiwa
volkanik yang di tempat lain menyebabkan ketidaselarasan dan pemisahan kedua siklus
di atas. Kedua siklus tersebut dilanjutkan oleh Lapisan Halang bagian atas atau MS 2
(setebal 250 m), yang terdiri dari batupasir tebal dibagian tengah , napal dan
batugamping di bagian atas. Siklus ini diganggu oleh endapan paralik, Lapisan
Bantardewa dan Talang Gundang.
Pada daerah daratan, aluvial dan endapan volkanik Kuarter secara tidak selaras
menutup endapan yang lebih tua. Di daerah lepas pantai, napal Kuarter tidak selaras
dan onlapping dengan endapan Pliosen pada daerah tinggian (contohnya Sumur
Alveolina-1). Ketidakselarasan ini mungkin hilang pada daerah rendahan.

Page 10

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

S T R A T I G R A P H Y O F S O U T H - C E N T R A L J AVA
STA GE
P LEISTO
CENE

FO R M A TIO N

23

KEMANGGUAN

KALIPUCANG

N 1 4 - N 15

PENOSOGAN

LATE
MID

N 15

N 7

N 4

GABON

N 8

DEEP MARINE

WATURANDA

N 9 - N13

EARLY

MIOCENE

K E M A N GGU A N

N 16

FORE ARC- INTRAARC

20

N 18

INNER NERITIC

N 19

10

20

T E C T ON IC

N 21

N 17

15

FA C IE S

B LO W (1 9 6 0 )

N 22

PLIOCENE

FO R A M ZO N E

HALANG

A GE

P 19

P 18
P 17
P 18

U P P.C R E TA C E O U S -PA LE O C E N E

?
T E CT O NIC

LU K -U L O
C O M P LE X

Gambar 2.1 Kolom stratigrafi regional Cekungan Jawa Tengah Selatan.

Page 11

ACCRETIONARY WEDGE - FOREARC

DEEP MARINE

EARLY

TOTOGAN

LATE

N 1 N 2

WUNGKAL

EOCENE

35

N 3

P 20

LATE

30

OLIGOCENE

25

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

Gambar 2.2 Penampang seismik di Cekungan Jawa Tengah Selatan.

Page 12

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

2.2 Petroleum System


2.2.1

Batuan Induk
Analisis geokimia dari data permukaan di daratan, mengindikasikan tidak adanya
batuan induk potensial. Tetapi Formasi Pelami yang diendapkan pada lingkungan laut
dangkal di daerah Banyumas diketahui sebagai satu-satunya kemungkinan batuan
induk untuk rembesan minyak dan indikasi gas di daerah tersebut. Reflektansi vitinit
mengindikasikan tahapan yang belum matang.
Pada daerah lepas pantai, tidak ada batuan induk yang dilaporkan berdasarkan
data sumur. Namun lokalitas dari daerah tersebut tidak bisa mewakili substansi sikuen
yang lebih tebal dan lebih komplit yang ditemukan pada rendahan didepannya,
cekungan barat dan tengah. Data temperatur menunjukkan gradient geothermal
rendah (1.27 dan 1.59oF/100).
Dengan menggunakan metode Lopatin, Union Texas menunjukkan bahwa
kematangan batuan induk mungkin dicapai pada kedalaman 1.650 m atau lebih.
Beberapa ketebalan sedimen mungkin tercapai di tengah rendahan (depression).

2.2.2

Batuan Reservoir
Batuan reservoir yang diharapkan ada pada klastik kasar-sedang yang saling
berselingan termasuk dalam Formasi Nanggulan dan Karangsambung berumur Eosen.
Kedua formasi ini kemungkinan berada dibagian yang terlalu dalam di bawah
Volkanik Oligosen yang dianggap sebagai batuan dasar ekonomis (economic
basements). Dan sejak penemuan minyak di Volkanik Jatibarang, yang seumur
dengan Formasi Gabon, beberapa ahli eksplorasi menyebutkan bahwa Volkanik
Oligosen dapat menjadi target reservoir.
Tufa Paleogen yang ditemukan pada Sumur Alveolina-1, sangat berongga dengan
porositas mencapai 40%, berada pada bagian Oligosen Akhir. Lapisan batupasir
volkaniklastik dari berbagai formasi berumur Neogen dan beberapa lapisan
batugamping mungkin memiliki potensi reservoir.

Page 13

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

Target terbaik, yang diindikasikan dari data rembesan minyak, dan juga data
sumur di Cipari dan Gunung Wetan adalah Volkaniklastik Formasi Halang, meskipun
interval turbidit flysch-like umumnya tidak baik dari sudut pandang reservoir.
Tidak ada karbonat build-up yang teramati ini dari data seismik di daratan. Di
lepas pantai, Karbonat Terumbu Wonosari merupakan target terbaik. Memiliki
porositas sekitar 20%, dari data sumur, reservoir ini memiliki potensi yang sangat
baik dan kemungkinan berongga, berdasarkan nilai porositas yang didapatkan dari
pemprosesan data velocity.
Target sekunder yang mungkin adalah batupasir Pliosen yang terbentuk disekitar
terumbu, dan endapan klastik sekitar tinggian yang tersingkap selama Oligosen Akhir.
2.2.3

Indikasi minyak bumi


Rembesan minyak dan gas banyak ditemukan di daerah Besuki, namun tidak ada
indikasi yang dilaporkan dari daerah Kebumen dan Jogjakarta. Kedua sumur BPM
blow out setelah mencapai T.D dengan tekanan 90 atm. Produksi gas di Gunung
Wetan diestimasikan mencapai 150.000 m3 perhari (98% methane). Tidak ada indikasi
yang terekam pada data sumur lepas pantai.

Page 14

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan


2.2.4

Perangkap
Untuk daerah daratan, kebanyakan perangkap adalah drape-type, volkanik yang
membentuk antiklin atau struktur yang berhubungan dengan wrench-faulting.
Tipe cebakan daerah lepas pantai dapat dibagi menjadi:

Carbonate build-ups, Batugamping Wonosari hadir pada lereng sebelah timur.


Pinnacles yang lebih kecil hadir pada daerah sebelah barat cekungan,
kemungkinan sebagai barrier reef system pada batas bagian selatan dan timur
dari platform karbonat. Drapping sedimen Miosen Akhir-Pliosen menutupi

build-ups karbonat yang membentuk cebakan potensial.


Drapping pada tinggian batuan dasar dan volkanik Paleogen, tilted fault-block
pada sedimen Paleogen (kemungkinan berjumlah cukup banyak, namun saat ini
sulit untuk didefinisikan karena kualitas data seismik yang buruk), onlap dan
wedge out trap yang teridentifikasi oleh Shell sebagai kemungkinan pada sayap
tersesarkan tinggian Paleogen yang membatasi cekungan Neogen.

Page 15

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

2.3 KONSEP PLAY REGIONAL

Type
Age

Play
Formation

Comments
Lithology

Mid Miocene - Pliocene

Halang

Volcanoclastics

2
3
4
5
6

Mid Miocene - Pliocene


Mid Miocene - Pliocene
Mid Miocene
Early Miocene
Early Miocene

Halang
Halang
Wonosari
Wonosari
Wonosari

Volcanoclastics
Volcanoclastics
Carbonate
Carbonate
Carbonate

Oligocene

Gabon

Tuff

8
9
10
11
12

Eocene
Eocene
Eocene
Paleoecene? - Eocene
Paleoecene? - Eocene

Sandstone
Sandstone
Carbonate
Sandstone
Clastics

I
II

Miocene
Eocene

Carbonate
Sandstone

Trap
Intra Arc
Inverted
anticline
Wrench
Draping
Reef
Reef
Inverted
anticline
Inverted
anticline
Normal Fault
Wrench
Reef
Stratigraphic
Stratigraphic
Fore Arc
Reef
Normal fault

Proven play; Cipari and Gunung Wetan oil and gas wells
Numerous oil shows
Trapping mechanism; drape over volcanic features, numerous oil shows.

Fractured limestones involved in structural inversion

Shallow marine clastics, tilted fault block trap

Basal fluvial clastics, pinchouts


Alluvial fan

Tilted fault block

Gambar 2.3 Play konsep Cekungan Jawa Tengah Selatan dan sekitarnya (PERTAMINA-BEICIP, 1992).

Page 16

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

BAB III
Kesimpulan
1. Luas daerah cekungan sekitar 4.832 km2 dengan luas di daratan sekitar 2.655 km2 dan
luas di daerah lepas pantai sekitar 2.177 km2. Batas cekungan ditarik berdasarkan elemen
struktur yang dikenal sebagai central basin (merupakan pull apart basin).
2. Secara Stratigrafi, cekungan Jawa Tengah Selatan terdiri dari 10 (Sepuluh) formasi
batuan yaitu :
o Formasi Kompleks Luk-Ulo
o Formasi Wungal
o Formasi Karangsambung
o Formasi Totogan
o Formasi Gabon
o Formasi Waturanda
o Formasi Kalipucang
o Formasi Penosogan
o Formasi Kemandduan
o Formasi Halang
3. Petroleum Sistem Cekungan Jawa Tengah Selatan, adalah:
Batuan Induk : Formasi Pelami yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal di
daerah Banyumas diketahui sebagai satu-satunya kemungkinan batuan induk
untuk rembesan minyak dan indikasi gas di daerah tersebut. Reflektansi vitinit

mengindikasikan tahapan yang belum matang.


Reservoir Rock: Target terbaik, yang diindikasikan dari data rembesan minyak

adalah Volkaniklastik Formasi Halang.


Trap: Untuk daerah daratan, kebanyakan perangkap adalah drape-type, volkanik
yang membentuk antiklin atau struktur yang berhubungan dengan wrenchfaulting. Dan untuk lepas pantai, Carbonate Build-Ups dan Drapping.

Page 17

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

DAFTAR PUSTAKA

Mulhadiyono, 1973, Petroleum Possibilities of the Banyumas Area, Indonesian Pet. Assoc., 2nd
Annual Convention Proceeding.
PERTAMINA-BEICIP, 1992, Global Geodynamics, Basin Clasification and Exploration PlayTypes in Indonesia, PERTAMINA, Jakarta.
Sujanto, F.X., Sumantri, Yanto R., 1977, Preliminary Study on the Tertiary Depositional Patterns
of Java, Indonesian Pet. Assoc., 6th Annual Convention Proceeding.

Page 18

Makalah Cekungan Selatan Jawa-Jawa Tengah Selatan

LAMPIRAN

Page 19

Anda mungkin juga menyukai