Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrogel Superabsorben
Hidrogel adalah makromolekul polimer hidrofilik yang berbentuk jaringan
berikatan silang, mempunyai kemampuan mengembang dalam air (swelling), dan
memiliki difusi air yang tinggi (Erizal dkk., 2009). Sifat hidrofilik dari hidrogel
dipengaruhi oleh adanya gugus hidroksil, gugus karboksil, gugus amida,
sedangkan sifat ketidak-larutan dalam air dipengaruhi oleh struktur tiga dimensi
dari hidrogel (Tamat dkk, 2008).
Sifat biologis hidrogel berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi
hidrogel alami dan hidrogel sintetik. Komponen utama hidrogel sintetik adalah
monomer/polimer sintetik. Apabila ditinjau dari sifat biologisnya, hidrogel yang
diperoleh dari hasil sintetis maupun yang dari alam dapat bersifat biodegradable
(dapat diurai oleh alam), non-biodegradable (tidak dapat diurai oleh alam) dan
bio-erodible (dapat terkikis oleh alam). Hidrogel biodegradable umumnya berasal
dari senyawa alami, misalnya asam amino dan turunannya yang mudah dicerna
oleh enzim sedangkan hidrogel non-biodegradable biasanya terbentuk dari
senyawa sintetik. Hidrogel bio-erodible adalah salah satu jenis hidrogel yang turut
terkikis dalam proses pemakaiannya (Tamat dkk, 2008).
Hidrogel yang merupakan polimer yang memiliki karakteristik hidrofilik
(menyukai air) ini disebabkan oleh kehadiran dari gugus fungsi yang bersifat
water-solubizing, seperti gugus CONH yang dimiliki akrilamida. Ketika hidrogel
dimasukkan ke dalam air akan terjadi interaksi antara polimer dengan molekul air.
Penggembungan pada polimer terjadi dari keseimbangan antara gaya dispersif
yang terjadi pada rantai hidrasi dan gaya kohesif yang menyebabkan SAP lebih
rapat sehingga mengurangi penetrasi air ke dalam jaringan. Gaya kohesif ini
disebabkan oleh ikatan kovalen crosslinking (Elliott dalam Abidin dkk, 2012).
Bentuk hidrogel menyerupai air karena polimer tersebut hampir seluruh
bagiannya mengandung air, karena sifat yang unik tersebut, hidrogel ini
mempunyai potensi aplikasi yang luas sebagai bahan penyerap urin pada popok
bayi (Barleany dkk, 2013), Plester penurun demam (Darwis dan Hardiningsih,
2010), Pembalut Luka bakar (Erizal, 2008),
3+
(Erizal dkk,
2011) dan dan sebagai media tanam untuk tanaman cabai kering (Startly, 2012).
2.2 Akrilamida
Akrilamida adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang merupakan
bahan
baku
paling
popular
untuk
pembuatan
polimer
superabsorben
erizal
dan
sunarni
(2009)
tentang
sintesis
hidrogel
superabsorben telah dilakukan dengan teknik iradiasi sinar gamma pada suhu
kamar dari akrilamida (AAM) dan asam akrilat (AA). Larutan AAMAA dengan
konsentrasi AA yang bervariasi 0,25% hingga 1% dipapari iradiasi sinar gamma
pada dosis 20 kGy hingga 40 kGy. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa fraksi gel
~100 % serta rasio swelling maksimum ~350 g/g diperoleh dari hasil iradiasi
sinar gamma pada dosis 20 kGy dan konsentrasi AA 0,75 %.
Salim dan suwardi (2009) juga telah mensintesis kalium akrilat dengan
penambahan variasi larutan akrilamida-MBA (metilen bis-akrilamida) dan juga
larutan kalium persulfat-SMBS (sodium metabisulfit). Hidrogel yang didapat
berwarna putih dan dengan variasi 0.02 gram MBA serta 0.014 gram SMBS
didapat rasio swelling 184.76 gram air/gr hidrogel. Dari ketiga penelitian tersebut,
penggunaan akrilamida dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan hidrogel
superabsorben.
2.3 Kalium Akrilat
Polimer yang digunakan untuk pembuatan hidrogel superabsorben harus
memenuhi persyaratan yaitu bersifat hidrofilik, tidak larut dalam air, mempunyai
gugus fungsi yang bersifat ionik, salah satunya adalah poli(asam akrilat)
(swantomo,dkk 2008). Beberapa penelitian menunjukkan asam akrilat mampu
meningkatkan daya serap, contohnya adalah hidrogel poli (Akrilamida ko
asam akrilat) yang telah dilakukan oleh Erizal dan Sunarni (2009), pembuatan
superabsorben poli (akrilamida-ko-asam akrilat)-kitosan dengan radiasi sinar
gamma yang menghasilkan daya serap terhadap air yang tinggi yaitu 100 g/g
(Erizal dkk, 2011). Hal ini menunjukkan asam akrilat merupakan bahan polimer
yang mempunyai daya serap yang tinggi.
Asam akrilat (AA) adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang dalam
bentuk ioniknya (-C-OO) mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan paling
populer dipakai sebagai bahan dasar superabsorbent. Sintesis AA menjadi poli
asam akrilat (PAA) sukar dilakukan baik secara reaksi kimia maupun iradiasi. Hal
ini disebabkan gugus karboksilat (-COOH) dari AA akan mengalami reaksi
oksidasi (Erizal,dkk 2007), untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi dari asam
akrilat pada pembuatan PAA digunakan asam akrilat dalam bentuk garam kalium
akrilat yang telah dilakukan oleh Barleany (2013).
2.4 Pati
Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta crantz) merupakan salah satu
sumber karbohidrat lokal indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah
padi dan jagung, tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk
diolah menjadi tepung (balitbang). Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong
yang dikeringkan dan dihaluskan. Pati singkong merupakan sumber karbohidrat
yang relatif cukup tinggi sekitar (80.8-81.3)% sehingga dapat dipakai untuk
kebutuhan bahan pangan ataupun non-pangan.
Penelitian lain tentang pembuatan polimer superabsorben berbasis
akrilamida (AAM)-pati bonggol pisang (Musa paradisiaca) juga telah dilakukan
oleh Irwan,dkk (2013). Pembuatan polimer superabsorben dilakukan dengan
memberikan variasi berat pati terhadap berat akrilamida (AAM). Berat pati yang
diberikan adalah 0, 3, 5, 10, 15, 20, dan 25% (b/b). Hasil penelitian menunjukkan
polimer superabsorben yang dihasilkan dengan penambahan pati memiliki
karaktersitik yang lebih baik dibandingkan hanya poliakrilamida sintetik. Polimer
superabsorben dengan rasio 10% berat pati terhadap berat akrilamida mempunyai
rasio swelling pada air, larutan urea 5% dan NaCl 0,15 M berturut-turut yakni 33
g/g air, 26,86 g/g dan 23,8 g/g.
Barleany, dkk (2013) juga telah mensintesis hidrogel superabsorben
poli(kalium akrilat)-pati dengan iradiasi sinar gamma yang digunakan untuk
penyerapan kandungan urin. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan 45 ml
larutan asam akrilat 50% (v/v) dan 6,1 gram kalium hidroksida serta penambahan
variasi pati singkong dan jagung dengan massa 1, 2, 3 gram, lalu diradiasi dengan
sinar gamma pada dosis 10, 20 dan 30 kgy. Hidrogel yang dihasilkan dengan
10
reaksi kimia menurut mekanisme reaksi radikal bebas, reaksi polimerisasi atau
reaksi kimia yang terjadi akibat interaksi radiasi pengion (sinar gamma) dengan
materi pada umumnya berlangsung menurut mekanisme reaksi radikal bebas
(Pertiwi, 2013).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Swantomo,dkk (2008) menggunakan
metode grafting dengan iradiasi electron. Proses grafting dengan iradiasi elektron
dari Mesin Berkas Elektron (MBE) mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan iradiasi gamma, diantaranya adalah kapasitas pemprosesan besar, luasan
bahan yang akan di-grafting dapat dikendalikan, efisiensi pemanfaatan energi
yang tinggi, dan keselamatan iradiasi aman.
2.6 Mekanisme Reaksi Radikal Bebas
Pembentukan radikal bebas terjadi saat bahan polimer diiradiasi dengan
sinar gamma atau berkas elektron. Reaksi yang terjadi tidak akan mengakibatkan
perubahan radioaktifitas. Reaksi kimia yang terjadi akan mengikuti mekanisme
radikal bebas. Ada tiga tahap reaksi kimia menurut mekanisme radikal bebas,
yaitu:
a. Tahap inisiasi
Pada tahap inisiasi mula-mula terjadi reaksi pembentukan radikal
bebas oleh suatu inisiator (sinar gamma). Bila sinar gamma berinteraksi
dengan monomer (M), maka M akan membentuk radikal, reaksi inisiasi
dapat digambarkan seperti contoh :
M
sinar gamma
RM
b. Tahap Propagasi
Pada tahap propagasi, radikal-radikal bebas yang dihasilkan oleh
reaksi inisiasi tumbuh dari satu molekul menjadi molekul yang lebih besar.
Radikal (RM ) bertemu lagi dengan molekul monomer lainnya sehingga
11
RM2
(propagasi)
c. Tahapan Terminasi
Tahap terminasi terjadi saat dua radikal bertemu satu sama lain.
Radikal bebas tersebut dapat berasal dari reaksi inisiasi atau propagasi.
Adanya pertemuan kedua radikal tersebut, maka reaksi akan berhenti. Pada
tahap ini akan terjadi polimerisasi, ikatan silang dan pencangkokan dan
juga degradasi polimer. Pada polimerisasi, reaksi terjadi bila monomer
yang diiradiasi merupakan monomer yang dapat berpolimerisasi. Akibat
adanya proses tersebut, maka akan membentuk polimer yang memiliki
berat molekul jauh lebih besar. Pada reaksi pengikatan silang, rantai
polimer saling berikatan silang satu dengan yang lainnya sedangkan pada
reaksi pencangkokan umumnya terjadi bila terdapat monomer dan polimer
yang diiradiasi bersama-sama dan menghasilkan suatu kopolimer. Reaksi
terminasi pembentukan polimerisasi, ikatan silang dan pencangkokan
dapat digambarkan sebagai berikut :
RM2
RM2
(radikal monomer)
RM2 +
RM2 +
(radikal monomer)
RM2
(radikal polimer)
(polimerisasi)
(polimer)
P - P
(radikal polimer)
(radikal monomer)
(radikal polimer)
(polimer grafting)
sinar gamma
P
(polimer radikal)
(Pertiwi, 2013)
+ P
(polimer)
P1
+ P2 (pemutusan ikatan)
(polimer) (polimer)
12
Ws
Wo
.(1)
dimana :
Ws= Berat hidrogel dalam keadaan swelling (g)
W0= Berat hidrogel dalam keadaan kering (g)
(Erizal dkk, 2007)
Hidrogel akan terjadi swelling apabila timbulnya tekanan osmosis akibat
perbedaan konsentrasi ion-ion dalam media dan dalam kerangka jaringan
hidrogel. Ion-ion yang terikat pada jaringan hidrogel bersifat immobile (tidak
bergerak) yang dapat dianggap terpisah dari larutan luar dengan adanya membran
semipermeabel. Jika hidrogel direndam dalam air, maka akan terjadi tekanan
osmosis maksimum dan hidrogel akan swelling (Erizal dan Sunarni,2009).
13
Ws
x 100
Wo
(2)
dimana :
Ws= Berat hidrogel dalam keadaan swelling (g)
W0= Berat hidrogel dalam keadaan kering (g)
(Erizal dkk, 2008)