Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Bertentangannya Situasi Masyarakat dengan Pancasila

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Semester 1


Tahun 2013

Disusun oleh
Nama: Zahra Maharani Latrobdiba
NIM : 22030113120018

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pancasila pertama kali diusulkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Pancasila sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu "panca" yang berarti "lima" dan
"sila" yang berarti "asas, dasar"; sehingga pengertian Pancasila secara harfiah adalah
"lima dasar". Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan, Pancasila kemudian disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang ke dua PPKI sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia. Pancasila diciptakan berdasarkan nilai-nilai dan kepribadian bangsa Indonesia
yang dihormati dan dijunjung tinggi di masyarakat.Tujuannya adalah mencapai keadilan
dan kemakmuran sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Artinya, kita harus menjadikan Pancasila
sebagai pegangan, pedoman, dan panduan dalam hidup kita. Segala tindakan dan
perilaku kita harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dalam
melaksanakan segala sesuatu harus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pula,
serta dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan kita juga berpedoman pada Pancasila,
apakah kebijakan tersebut sesuai atau justru bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Inilah masyarakat yang ingin kita capai: yang berpegang teguh dan senantiasa
mengamalkan nilai-nilai dasar negara kita, Pancasila.
Namun pada kenyataannya tidak demikian.Masyarakat zaman sekarang tampaknya lupa
pada makna dan peran Pancasila yang sebenarnya. Dapat kita amati bahwa generasi
'modern' kini seolah hanya memandang Pancasila sebagai suatu simbol belaka, suatu
peninggalan sejarah dari tokoh-tokoh negara kita. Pancasila menjadi suatu kumpulan
kata-kata kosong yang dilafalkan dalam upacara bendera tanpa ada penerapan yang
sesungguhnya.Bangsa kita telah lupa alasan dan tujuan utama diciptakannya
Pancasila.Akibatnya, gol utama para pendiri bangsa yang tercantum pada sila kelima,
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, pun tampak sebagai mimpi yang terlalu
tinggi untuk diwujudkan.

Banyak sekali kejadian dan peristiwa nyata dalam masyarakat masa kini yang kurang
mencerminkan nilai-nilai sila Pancasila. Para pionir mayarakat harus segera menemukan
solusi yang dapat

dijalankan agar masyarakat kita kembali ke masyarakat yang

menjalankan dan menjunjung tinggi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja situasi dan peristiwa masyarakat masa kini yang bertentangan dengan nilainilai sila dalam Pancasila?
2. Bagaimana caranya untuk mengembalikan masyarakat menjadi bangsa yang
menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila seperti sedia kala?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Pancasila
Sesuai namanya, terdapat lima sila dalam Pancasila dan masing-masing memiliki nilai
inti yang dijadikan acuan dan pegangan kehidupan masyarakat. Berikut uraian mengenai
nilai-nilai pokok dalam Pancasila dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat yang
bertentangan dengannya:
a. Sila Pertama: Ketuhanan
Ketuhanan Yang Maha Esa diposisikan sebagai sila pertama karena
merupakan landasan utama untuk melaksanakan dan mewujudkan sila-sila lain.
Indonesia merupakan negara beragama, yaitu negara yang mengakui hak warga
negaranya untuk memercayai dan memeluk agama, serta beribadah menurut agama
masing-masing. Ini penting karena agama merupakan pondasi kehidupan seseorang,
yaitu pegangan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka masing-masing dan
pedoman berperilaku dan beraktivitas untuk kebaikan diri dan orang lain. Sila pertama
ini mengandung makna bahwa kita harus menegakkan ajaran agama dalam
masyarakat, senantiasa melaksanakan perintah dan kewajiban kita terhadap Tuhan dan
menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, akan terbina masyarakat yang
menjunjung moral dan kebaikan, serta tidak menimbulkan kerugian pada orang lain,
karena pada dasarnya semua agama menuntun umatnya untuk menuju kebaikan.
Namun kenyataan yang terjadi dalam masyarakat menunjukkan nilai-nilai
religi masih belum kuat atau seringkali agama disalahgunakan.Beberapa tahun yang
lalu sempat marak video pornografi yang dilakukan beberapa artis terkenal dalam
negeri.Penyebarannya terjadi sangat cepat dan dalam hitungan menit telah tersebar ke
penjuru negeri.Kenyataan bahwa masyarakat bersikap antusias terhadap sesuatu yang
negative dan secara eksplisit dilarang oleh agama menunjukkan tingkat keimanan
masyarakat yang belum mantap dan masih mudah tergoda oleh hal-hal maksiat.
Ditambah dengan banyaknya kasus narkoba, termasuk pula yang baru-baru ini
menimpa seorang pemain timnas sepakbola kita, dan mudahnya akses anak-anak
remaja terhadap obat-obatan terlarang tersebut, bahkan tidak jarang terdengar berita
mahasiswa negeri mengadakan pesta narkoba seperti yang terjadi di Surabaya, 28
September 2013 lalu. Banyaknya kasus tawuran antar pelajar seperti yang terjadi pada

siswa SMA 12 Banda Aceh, 10 September 2013, kemudian maraknya tempat-tempat


prostitusi juga merupakan contoh kurangnya penerapan utuh nilai religi dalam
masyarakat.
b. Sila Kedua: Kemanusiaan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memiliki makna bahwa kita harus
saling menghormati dan menghargai sesama manusia. Kita tidak boleh memandang
diri kita lebih tinggi ataupun memandang orang lain lebih rendah. Dalam UUD 1945
pasal 27 ayat 1 menyebutkan, Segala warga negara bersamaan kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya. Ini menunjukkan bahwa negara Indonesia mengakui
persamaan hak dan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, sehingga tidak akan
memandang status sosial maupun ekonomi warga negara dalam memberikan sarana
dan layanan kepada masyarakat. Sila ini juga mengisyaratkan bahwa kita tidak boleh
menyakiti orang lain dan tidak boleh menginjak-injak martabat sesama manusia.
Tetapi tetap saja banyak kasus penganiayaan, kekerasan dalam rumah tangga,
penyiksaan, pemerkosaan, penculikan, yang semua ini merupakan aksi orang-orang
yang tidak memiliki rasa kemanusiaan, sehingga mereka tidak merasa bahwa mereka
telah merampas hak orang lain dan membuat hidup orang lain dalam penderitaan,
demi kepentingan dan kesenangan pribadi. Salah satu contohnya adalah ketika
seorang wartawan dipukul, dicekik dan ditendang oleh perwira TNI Akpol karena
mengambil gambarpesawat tempur yang jatuh di Kecamatan Pasir Putih Kabupaten
Kampar, Oktober 2012.Contoh yang lebih sering ditemukan di masyarakat yaitu
perdagangan manusia, dimana para TKI dan TKW ditipu dan dimanfaatkan oleh
oknum-oknum tidak bertanggung jawab.Inilah keadaan yang ada di masyarakat akibat
kurang memiliki nilai kemanusiaan dalam diri mereka.
c. Sila Ketiga: Persatuan
Persatuan Indonesia merupakan salah satu asas penting karena negara kita
terdiri dari berbagai macam pulau dengan masyarakat berbagai macam budaya
sehingga kita harus dapat membina persatuan di antara perbedaan tersebut agar
menjadi lebih kokoh dan kuat.Hal ini juga diutarakan dalam slogan negara kita, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika atau Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.Banyak hal yang
membantu mempersatukan kita, di antaranya bahasa nasional Bahasa Indonesia, lagu
nasional Indonesia Raya, dan bendera nasional bendera Merah Putih.Nilai persatuan
ini harus kita tanamkan pada diri masing-masing sehingga kita tidak melihat

perbedaan itu sebagai sesuatu yang menimbulkan jarak namun harus kita lihat sebagai
suatu kekuatan, dengan banyaknya variasi dalam masyarakat maka kita dapat
menggabungkan berbagai macam ide sehingga mendapatkan hasil akhir yang solid
dan didukung semua pihak. Dengan adanya nilai persatuan, maka akan timbul
kesadaran untuk tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasi orang lain
berdasarkan ras, suku, agama ataupun golongan.
Namun nilai persatuan ini tampaknya baru diterapkan secara luarnya saja,
karena hingga sekarang punmasih banyak tawuran antar agama, peperangan antar
suku, serta diskriminasi kepada orang-orang beda suku, ras ataupun agama.
Contohnya ketika terjadi penyerangan dan tindak kekerasan terhadap kelompok
agama lain seperti di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Minggu 25 September 2011,
kemudian pembakaran dan perusakan gereja-gereja, serta perang antarsuku di
Wamena, Papua, pada 29 Mei 2013. Baru-baru ini juga terjadi protes dari masyarakat
Lenteng Agung, Jakarta Selatan, kepada pemimpin distrik terlantik, Susan Jasmine
Zulkifli, dengan alasan karena beliau pemeluk agama Kristen.Dari kasus-kasus
tersebut, dapat dilihat betapa kurangnya pemahaman masyarakat tentang nilai
persatuan dan masih kentalnya rasa kedaerahan dan kegolongan dalam warga
masyarakat kita.
d. Sila Keempat: Musyawarah Mufakat
Kerakyatan yang dipimpin

oleh

Hikmat

kebijaksanaan

dalam

Permusyawaratan Perwakilan artinya adalah dalam mengambil keputusan dan


kebijakan dari diskusi bersama, kita harus mengutamakan musyawarah mufakat dan
melaksanakan keputusan tersebut beserta tugas kita dengan tanggungjawab.Sila
keempat ini menyiratkan bahwa segala permasalahan sebaiknya dan lebih baiknya
diselesaikan dengan pembicaraan dan diskusi untuk menuju musyawarah mufakat,
sehingga dapat dihasilkan keputusan yang mewakili pikiran semua anggota.
Tetapi nilai kekeluargaan dalam musyawarah mufakat ini sepertinya sudah
pudar. Negara kita tidak lagi menganut musyawarah mufakat untuk mencapai
keputusan,

melainkan

sudah

terpengaruh

negara-negara

liberal

sehingga

menggunakan voting atau pemungutan suara untuk mencapai keputusan, seperti yang
dapat dilihat pada lembaga-lembaga pemerintahan, yang dimana tak jarang para
pejabat pada akhirnya tidak menjalankan keputusan yang telah disepakati dengan
baik.
e. Sila Kelima: Keadilan Sosial

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; sila kelima inilah tujuan atau
gol yang ingin dicapai oleh bangsa dan negara kita.Keadilan social berarti pemerintah
dapat mewujudkan pembangunan yang merata, dapat memenuhi kebutuhan seluruh
rakyat tanpa ada yang kekurangan atau kelaparan.Nilai keadilan ini juga harus
diterapkan dalam hidup kita, yaitu kita senantiasa bersikap adil kepada semua orang,
tidak memihak ke satu pihak karena suatu alasan.
Namun keadilan social ini masih sulit untuk diwujudkan dengan kurangnya
kebijakan pemerintah yang memaksimalkan potensi dalam negeri, sehingga akibatnya
harga-harga kebutuhan pokok naik, seperti baru-baru ini harga kedelai melejit tinggi
sehingga berpengaruh pada industry tempe dan tahu pula. Kemudian 16 September
2013 lalu, terjadi demonstrasi para buruh mengenai angka UMR yang rendah.Ini
menunjukkan bahwa nilai keadilan social yang ingin kita raih masih jauh dari
jangkauan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak peristiwa nyata dalam masyarakat yang menunjukkan bahwa nilainilai Pancasila masih belum kita terapkan sepenuhnya dalam kehidupan, sehingga
terjadi penyimpangan-penyimpangan yang membuat bangsa kita semakin jauh dari
tujuan utama kita, yaitu mewujudkan keadilan dan kemakmuran social untuk rakyat.
B. Saran
Pemerintah perlu membuat kebijakan-kebijakan yang lebih menjamin
kesejahteraan masyarakat dan hak-hak warga negara.Penggalakkan pendidikan
kewarganegaraan dan pendidikan agama juga harus dilakukan, agar masyarakat
menjadi lebih tahu mengenai posisinya, kewajiban-kewajibannya dan hak-haknya
sebagai warga negara dan makhluk Tuhan, sehingga akan muncul kesadaran untuk
tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, demi
kepentingan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2013.

AJI

Protes

hukuman

penganiaya

wartawan.

From

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/09/130917_ajiprotests.shtml , 29
September 2013.
Anonim.
2013.

Kasus

perdagangan

manusia

masih

marak.

From

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/09/130919_wilfrida_soik_perlindu
ngan_tki.shtml , 29 September 2013.
Anonim. 2013. Protests continue to dismiss Christian Subdistrict head in S. Jakarta. From
http://www.thejakartapost.com/news/2013/09/25/protests-continue-dismiss-christiansubdistrict-head-s-jakarta.html , 29 September 2013.
Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai