PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan fisik yang dibutuhkan manusia , berbeda antara manusia
yang satu dengan manusia yang lain. Begitu pula dengan ibu hamil, ada
banyak kebutuhan fisik yang dibutuhkan pada ibu hamil, diantaranya adalah
kebutuhan nutrisi, personal hygine, dan lain sebagainya.
Dalam masa kehamilan , calon ibu membutuhkan dukungan penuh,
sosial, spiritual dan kesehatan, bagi kesejahteraan dia dan calon bayinya. Hal
penting dalam masa kehamilan yang harus untuk diperhatikan adalah
imunisasi dan travelling. Imunisasi yang umumnya diberikan pada ibu hamil
adalah imunisasi TT, sementara travelling , ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan demi keselamatan ibu dan bayinya.
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari
tentang kebutuhan imunisasi dan travelling pada ibu hamil. Agar saat terjun di
masyarakat kami dapat memberikan asuhan dan pendidikan kesehatan yang
tepat bagi para calon ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan kebutuhan imunisasi pada ibu hamil ?
2. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan fisik travelling pada ibu hamil?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memenuhi
tugas
mata
kuliah
Askeb
Kehamilan.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui maksud dari kebutuhan imunisasi pada ibu hamil.
b. Mengetahui maksud dari kebutuhan fisik travelling pada ibu hamil.
D. Manfaat
1
E. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kebutuhan fisik immunisasi
travelling pada ibu hamil, indikasi dan kontraindikasi dilakukannya
immunisasi pada kehamilan.
F. Metode
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode studi pustaka. Penulis
mengumpulkan data yang dibutuhkan dari buku referensi dan membacanya
secara intensif pada bagian yang akan disusun dalam pembuatan makalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Fisik Imunisasi Pada Ibu Hamil
Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak
dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan tajam
2
harus dihindari. Vaksinasi rubela, tifoid, dan influenza tidak diberikan selama
kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin.
Perlindungan terhadap polio dapat diberikan jika wanita tersebut belum
pernah divaksin. Vaksin tetanus harus diberikan pada wanita hamil untuk
mencegah kemungkinan tetanus neonaturum.
Ada beberapa pertimbangan tentang keamanan berbagai teknik imunisasi
selama masa hamil (Barry, Bia, 1989; Cunninghamet al, 1993). Imunisasi
menggunakan virus hidup yang dilemahkan dikontraindikasikan selama
kehamilan karena berpotensi teratogenik. Vaksin menggunakan virus yang
telah dimatikan boleh digunakan. Vaksin virus hidup mencakup virus campak
(rubeola dan rubela) (Burgess, 1990) dan vaksin gondong. Ada beberapa
wanita membutuhkan imunisasi yerhadap influenza. Untuk proteksi segera
setelah terpapar, bisa dipakai vaksin polio yang dimatikan. Imunisasi terhadap
kolera, tifoid, dan poliomielitis diperlukan bila ibu hamil harus mengadakan
perjalanan ke daerah endemik. Tokosoid tetanus atau imun globulin varisela
boleh diberikan, bila perlu.
Pada saat kunjungan ANC, tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapat
suntikan tetanus toksoid (TT). Bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya. Ibu
hamil yang belum penuh mendapat TT, pada kehamilan sebelumnya atau
pada waktu akan menjadi pengantin, maka perlu mendapat dua kali suntikan
Ttdengan jarak minimal satu bulan. TT yang pertama diberikan pada
kunjungan antenatal yang pertama. Bila sudah pernah, maka cukup diberikan
sekali selama kehamilan. Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari
penyakit tetanus neonatorum.
Terutama imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap
penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada trimester I/II pada
kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan
penyuntikan secara IM (intramuskular) dengan dosis 0,5mL. Imunisasi yang
lain diberikan sesuai indikasi (Lily Yulaikhah, 2009).
B. Kebutuhan Fisik Travelling Pada Ibu Hamil
Walaupun perjalanan itu sendiri bukanlah penyebab abortus atau
persalinan prematur, tetap direkomendasikan tindakan kewaspadaan tertentu.
Ibu hamil yang tidak menggunakan sabuk pengaman di dalam kendaraan
merisikokan keselamatan bayi dan dirinya sendiri. Kematian ibu akibat
Banyak wanita hamil mengalamai rasa tidak bebas bila berpergian naik
kendaraan. Mereka merasa takut akan keselamatan bayinya yang belum lahir
(Pendekatan Pengajaran). Berikut ini adalah pendekatan pengajaran yang
dapat dilakukan demi keamanan saat travelling selama masa hamil :
Adaptasi maternal terhadap kehamilan meliputi relaksasi sendi,
perubahan pusat titik berat, terjadinya pingsan, dan rasa tidak nyaman.
Masalah koordinasi dan keseimbangan sering timbul. Oleh karena itu, ibu
hamil harus memperhatikan petunjuk berikut ini:
1. Gunakan mekanika tubuh yang baik
2. Gunakan alat pengaman kendaraan; sabuk pengaman, sabuk bahu, dan
sandaran kepala, kaca mata pelindung, helm, dan alat lain yang tersedia.
3. Hindari aktivitas yang membutuhkan koordinasi, keseimbangan, dan
konsentrasi.
4. Upayakan untuk beristirahat, susun jadwal baru untuk aktivitas harian
yang memungkinkan ibu hamil mendapat cukup istirahat dan relaksaisi.
5. Perkembangan embiro dan janin sangat mudah dipengaruhi zat teratogen
lingkungan. Banyak senyawa kimia berbahaya di dalam rumah, kebun,
dan tempat pekerjaan: cairan pembersih, cat, cairan semprot, herbisida,
dan pestisida. Tanah dan air yang tersedia kemungkinan juga tidak aman.
Oleh karena itu, ibu hamil harus mematuhi pedoman beerikut :
a. Baca semua label untuk mengetahui isi suatu barang dan cara
b.
c.
d.
e.
f.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak
dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan tajam
harus dihindari. Vaksinasi rubela, tifoid, dan influenza tidak diberikan selama
kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang membahayakan janin.
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan
yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang lama
dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan gangguan sirkulasi
serta edema tungkai karena tergantung. Sabuk pengaman pada kendaraan
harus dikenakan tanpa menekan bagian perut yang menonjol.
Bepergian juga menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan jauh
akan meletihkan dan asupan makanan serta minuman cenderung berbeda
dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare terjadi dalam perjalanan,
dan jugadengn berada ditempat lain, terdapat ketidakpastian dalam
memperoleh pelayanan medic yang memuaskan.
B. SARAN
Diharapkan
dengan
mempelajari
makalah
ini
kita
dapat
lebih
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
M. Kriebs, Jan, Carolyn L. Gegor. 2009. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
LAMPIRAN
A. Bagan Imunisasi Pada Ibu Hamil
Vaksin
Pertimbangan Dikontraindikasi
Keterangan
PenggunaanJi
ka Ada
Indikasi
Hepatitis A
Keamanan dalam
kehamilan tidak
diketahui; secara teoritis
risikonya rendah
Pada wanita yang
berisiko tinggi terpajan
hepatitis A harus
dipertimbangkan antara
risiko terinfeksi virus
tersebut dengan risiko
Hepatitis B
vaksinasi
Direkomendasikan untuk
B
Wanita yang hamil ketika
(Inaktif)
Influenza
(LAIV)
Campak
Gondong
Pneumokok
X
X
us
kehamilan
Lihat keterangan Rubela
Lihat keterangan Rubela
Keamanan pada trimester
pertama belum
dievaluasi, namun tidak
ada efek merugikan
dilaporkan pada bayi
baru lahir yang ibunya
divaksinasi ketika hamil
Berdasarkan teori,
Polio (IPV)
diberikan.
Vaksin MMR tidak boleh
diberikan kepada wanita
hamil. Secara teoritis,
risiko pada hamil tidak
dapat dihindarkan. Oleh
karena itu, wanita harus
diberi konseling untuk
mencegah kehamilan
pada 28 hari setelah
vaksinasi. Jika wanita
hamil divaksinasi, atau ia
kemudian hamil dalam
empat minggu setelah
vaksinasi MMR, berikan
konseling mengenai
kemungkinan efeknya
pada janin yang teoritis;
10
kehamilan
Toksoid tetanus
Difteri
dandifteri (Td)
diindikasikan secara rutin
bagi wanita hamil
Wanita hamil yang sudah
divaksinasi Td dan belum
divaksinasi lagidalam 10
tahun terakhir harus
Varisela
11
Antraks
penggunaan vaksin
antraks pada kehamilan
belum ada yang
diterbitkan. Vaksinasi
antraks diberikan jika
manfaat yang diperoleh
melebihi risikonya pada
BCG
janin.
Meskipun vaksin BCG
tidak menimbulkan efek
berbahaya bagi janin,
penggunaanya tidak
dianjurkan selama
kehamilan
Tidak ada data spesifik
Japanese
Encephalitis
(JE)
JE pada kehamilan.
Secara teoritis, vaksinasi
berisiko bagi janin. Oleh
karena itu, vaksinasi
tidak boleh diberikan
secara rutin selama
kehamilan. Wanita hamil
12
yang melakukan
perjalanan ketempat yang
berisiko tinggi JE harus
divaksinasi jika risiko
infeksi pada janin dan
ibu melebihi risiko
Meningoko
teoritis.
Vaksin terbukti aman dan
kus
Rabies
kehamilan.
Tidak ada laporan
(Parental
tentang penggunaan
dan Ty21a)
Vaksinia
hamil.
Vaksin vaksinasia tidak
(Variola )
13
menyebabkan infeksi
janin kendati jarang, dan
infeksi tersebut terjadi
hampir selalu setelah
vaksinasi primer pada
ibu. Wanita hamil yang
jelas terpajan virus
variola (mis, wajah-kewajah, dalam rumah, atau
kontak dekat dengan
pasien variola) harus
divaksinasi. Inveksi
variola pada wanita
hamil dapat
mengakibatkan infeksi
yang lebih berat dari
pada infeksi pada wanita
tidak hamil. Risiko
akibat variola klinis pada
ibu dan janin jauh lebih
besardari pada risiko
Demam
vaksinasi.
Keamanan vaksinasi
kuning
risiko perjalanan.
Sumber : M. Kriebs, Jan, Carolyn L. Gegor. 2009. Buku Saku Asuhan
Kebidanan Varney Edisi 2. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
14
Interval waktu
Lama
Presentase
perlindungan
perlindungan
TT 1
Kujungan
TT 2
ANC
4
TT 3
setelah TT 1
4
minggu 5 tahun
95
TT 4
setelah TT 2
4
minggu 10 tahun
99
minggu 3 tahun
80
setelah TT 3
TT 5
minggu Tahun/seumur
99
setelah TT 4
hidup
Artinya apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia subur tersebut melahirkan,
maka yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum.
Sumber: Maryanah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
15